Post on 29-Dec-2015
PERAN MAHASISWA SEBAGAI GOOD CITIZENSHIP DALAM PENCEGAHAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
Nama : Reza Andhitya
Nim : 09711188
Kelompok : MKU B
Dosen : Pak Bagya
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangt-hangatnya dibicarakan publik, terutama dalam
media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang
masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau
bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan bangsa. Pada
hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi
penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Dalam
prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat
sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya
dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang
harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk
dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan
sebagai kekuasaaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup
yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati.
Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat.
Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad
pertengahan dan sampai sekarang. Korupsi terjadi diberbagai negara, tak terkecuali di negara-negara
maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat sendiri yang sudah begitu maju masih ada praktek-praktek
korupsi. Sebaliknya, pada masyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat dan
kontrol sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengan semakin berkembangnya
sektor ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-usaha pembangunan dengan pembukaan-
pembukaan sumber alam yang baru, maka semakin kuat dorongan individu terutama di kalangan
pegawai negari untuk melakukan praktek korupsi dan usaha-usaha penggelapan.
Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha pembangunan yang diinginkan,
sedangkan proses birokrasi relaif lambat, sehingga setiap orang atau badan menginginkan jalan pintas
yang cepat dengan memberikan imbalanimbalan dengan cara memberikan uang pelicin (uang sogok).
Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang tidak adanya kontrol dari pemerintah dan
masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang
memperkaya diri sendiri (ambisi material). Agar tercapai tujuan pembangunan nasional, maka mau
tidak mau korupsi harus diberantas. Ada beberapa cara penanggulangan korupsi, dimulai yang
sifatnya preventif maupun yang represif.
II. Pembahasan
A. Pengertian Korupsi
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari struktrur bahasa
dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama.
Kartono (1983), memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi
keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh
pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluar.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan
korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia
mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang
orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau
diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya
atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai
korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi
adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat, sanak saudara dan
teman.
B. Sebab-sebab korupsi
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974) menemukan dalam
penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%),
tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2%), hambatan struktur sosial
(7,08 %). Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi
adalah sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau
suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan dengan moral,
sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan korupsi, kecuali
mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi pemerintah,
mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya korupsi
adalah sebagai berikut :
1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, administrasi yang lamban
dan sebagainya.
2. Warisan pemerintahan kolonial.
3. sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak ada kesadaran
bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.
C. Akibat-akibat korupsi.
Nye menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah :
1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya
keahlian, bantuan yang lenyap.
2. Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan
ketimpangan sosial budaya.
3. Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya
kewibawaan administrasi.
Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan,
ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak
mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik,
pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif. Berdasarkan pendapat para ahli di
atas, maka dapat disimpulkan akibatakibat
korupsi diatas adalah sebagai berikut :
1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan
penanaman modal.
2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.
3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya
kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik.
4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian,
hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-
tindakan represif.
D. Peran mahasiswa dalam mencegah dan memerangi korupsi
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak, namun
sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman
terus bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu semangat dan
idealisme.
Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa, semangat yang mendasari
perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-
mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa
tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan mahasiswa dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah
juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari
pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa.
Selain mengenal karakteristik korupsi, pengenalan diri diperlukan untuk menentukan strategi
yang efektif yang akan digunakan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, mahasiswa harus menyadari
siapa dirinya, dan kekuatan dan kemampuan apa yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk
menghadapi peperangan melawan korupsi. Apabila kita menilik ke dalam untuk mengetahui apa
hakekat dari mahasiswa, maka kita akan mengetahui bahwa mahasiswa mempunyai banyak sekali
sisi. Disatu sisi mahasiswa merupakan peserta didik, dimana mahasiswa diproyeksikan menjadi
birokrat, teknokrat, pengusaha, dan berbagai profesi lainnya. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk
memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Hal tersebut
disebabkan kecerdasan intelektual tidak dapat mencegah orang untuk menjadi serakah, egois, dan
bersikap negatif lainnya. Dengan berbekal hal-hal tersebut, mahasiswa akan dapat menjadi agen
pembaharu yang handal, yang menggantikan peran-peran pendahulunya di masa yang akan datang
akan dapat melakukan perbaikan terhadap kondisi yang ada kearah yang lebih baik.
Di sisi lain, mahasiswa juga dituntut berperan untuk melakukan kontrol sosial terhadap
penyimpangan yang terjadi terhadap sistem, norma, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Selain
itu, Mahasiswa juga dapat berperan dalam mempengaruhi kebijakan publik dari pemerintah. Usaha-
usaha yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk mempengaruhi keputusan politik adalah dengan
melakukan penyebaran informasi/tanggapan atas kebijakan pemerintah dengan melakukan
membangun opini public, jumpa pers, diskusi terbuka dengan pihak-pihak yang berkompeten. Selain
itu, mahasiswa juga menyampaikan tuntutan dengan melakukan demonstrasi dan pengerahan massa
dalam jumlah besar. Di samping itu, mahasiswa mempunyai jaringan yang luas, baik antar mahasiswa
maupun dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat sehingga apabila dikoordinasikan dengan baik
akan menjadi kekuatan yang sangat besar untuk menekan pemerintah.
E. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi Peran Mahasiswa di lingkungan kampus.
Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi adalah pembenahan
terhadap diri dan kampusnya. Dengan kata lain, mahasiswa harus mendemonstrasikan bahwa diri dan
kampusnya harus bersih dan jauh dari perbuatan korupsi. Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya
pemberantasan korupsi dimulai dari awal masuk perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa
penerimaan mahasiswa, dimana mahasiswa diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus dan
sekaligus melakukan pressure kepada pemerintah agar undang-undang yang mengatur pendidikan
tidak memberikan peluang terjadinya korupsi. Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol terhadap
jalannya penerimaan mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas
penyelewengan yang ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi terhadap rekan-
rekannya ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang tidak sehat dalam
proses penerimaan mahasiswa.
Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap
moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, tanpa
melalui cara-cara yang curang. Upaya preventif yang dapat dilakukan adalah dengan jalan
membentengi diri dari rasa malas belajar. Hal krusial lain dalam masa ini adalah masalah penggunaan
dana yang ada dilingkungan kampus. Untuk itu diperlukan upaya investigatif berupa melakukan
kajian kritis terhadap laporan-laporan pertanggungjawaban realisasi penerimaan dan pengeluarannya.
Sedangkan upaya edukatif penumbuhan sikap anti korupsi dapat dilakukan melalui media berupa
seminar, diskusi, dialog. Selain itu media berupa lomba-lomba karya ilmiah pemberantasan korupsi
ataupun melalui bahasa seni baik lukisan, drama, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan juga.
Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini mahasiswa memperoleh
gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal. Mahasiswa harus memahami
bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab moral sehingga
perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas. seni baik lukisan, drama, dan lain-lain juga dapat
dimanfaatkan juga. Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini mahasiswa
memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal. Mahasiswa harus
memahami bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab
moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas.
F. Peran Mahasiswa dalam Masyarakat dan penentuan kebijakan publik.
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat, mahasiswa merupakan faktor pendorong dan
pemberi semangat sekaligus memberikan contoh dalam menerapkan perilaku terpuji. Peran
mahasiswa dalam masyarakat secara garis besar dapat digolongkan menjadi peran sebagai kontrol
sosial dan peran sebagai pembaharu yang diharapkan mampu melakukan pembaharuan terhadap
sistem yang ada. Salah satu contoh yang paling fenomenal adalah peristiwa turunnya orde baru
dimana sebelumnya di dahului oleh adanya aksi mahasiswa yang masif di seluruh Indonesia.
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap korupsi dengan
membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan berpihak pada
rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak berpihak pada masyarakat.
Kontrol terhadap kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan karena banyak sekali peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang hanya berpihak pada golongan tertentu saja dan tidak berpihak
pada kepentingan masyarakat banyak. Kontrol tersebut bisa berupa tekanan berupa demonstrasi
ataupun dialog dengan pemerintah maupun pihak legislatif.
Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan bimbingan dan
penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja lapangan atau kesempatan
yang lain mengenai masalah korupsi dan mendorong masyarakat berani melaporkan adanya korupsi
yang ditemuinya pada pihak yang berwenang. Selain itu, mahasiswa juga dapat melakukan strategi
investigatif dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam upaya penegakan hukum
terhadap pelaku korupsi serta melakukan tekanan kepada aparat penegak hukum untuk bertindak tegas
terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Tekanan tersebut bisa berupa demonstrasi ataupun
pembentukan opini publik.
G. Nilai-nilai anti korupsi pada mahasiswa
1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur
mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono, 2008). Nilai kejujuran dalam
kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya akademik sangatlah diperlukan. Nilai kejujuran
ibaratnya seperti mata uang yang berlaku dimana-mana termasuk dalam kehidupan di kampus. Jika
mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup akademik maupun sosial,
maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai
akibatnya mahasiswa akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu merasa curiga
terhadap mahasiswa tersebut yang terlihat selalu berbuat curang atau tidak jujur. Selain itu jika
seorang mahasiswa pernah melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari mahasiswa lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa mahasiswa
tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan maupun kebohongan maka mahasiswa tersebut
tidak akan mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut. Prinsip kejujuran harus
dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak masa-masa ini untuk memupuk dan membentuk
karakter mulia di dalam setiap pribadi mahasiswa.
2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan (Sugono : 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam
kehidupan di kampus dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang mahasiswa
perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun
lingkungan di luar kampus. Rasa kepedulian seorang mahasiswa harus mulai ditumbuhkan sejak
berada di kampus. Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan sikap peduli di kalangan mahasiswa
sebagai subjek didik sangat penting. Seorang mahasiswa dituntut untuk peduli terhadap proses belajar
mengajar di kampus, terhadap pengelolalaan sumber daya di kampus secara efektif dan efisien, serta
terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam kampus.
Mahasiswa juga dituntut untuk peduli terhadap lingkungan di luar kampus, terhadap kiprah
alumni dan kualitas produk ilmiah yang dihasilkan oleh perguruan tingginya. Beberapa upaya yang
bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di antaranya adalah dengan menciptakan Nilai kejujuran di
dalam kampus dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam bentuk tidak melakukan kecurangan
akademik. Antara lain dapat berupa: tidak mencontek saat ujian, tidak melakukan plagiarisme, dan
tidak memalsukan nilai. Nilai kejujuran juga dapat diwujudkan dalam kegiatan kemahasiswaan,
misalnya membuat laporan keuangan kegiatan kepanitiaan dengan jujur. Nilai kepedulian dapat
diwujudkan oleh mahasiswa dalam bentuk antara lain berusaha ikut memantau jalannya proses
pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di kampus, memantau kondisi infrastruktur
lingkungan kampus.
Nilai kepedulian juga dapat diwujudkan dalam bentuk mengindahkan seluruh peraturan dan
ketentuan yang berlaku di dalam kampus dan di luar kampus. Suasana kampus sebagai rumah kedua.
Hal ini dimaksudkan agar kampus menjadi tempat untuk mahasiswa berkarya, baik kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, tanpa adanya batasan ruang gerak. Selain itu dengan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai manusia yang utuh
dengan berbagai kegiatan di kampus, Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan interaksi antara
mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lainnya sehingga hubungan saling mengenal dan saling
belajar dapat dicapai lebih dalam. Hal ini akan sangat berguna bagi para mahasiswa untuk
mengembangkan karir dan reputasi mereka pada masa yang akan datang.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
menggalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang membutuhkan.
Dengan adanya aksi tersebut, maka interaksi mahasiswa satu dengan lainnya akan semakin erat.
Tindakan lainnya adalah dengan memperluas akses mahasiswa kepada dosen di luar jam kuliah
melalui pemanfaatan internet dan juga meningkatkan peran dosen sebagai fasilitator, dinamisator dan
motivator.
Ini penting dilakukan karena hubungan baik mahasiswa dengan dosen akan memberikan
dampak positif bagi tertanamnya nilai kepedulian. Pengembangan dari tindakan ini juga dapat
diterapkan dengan mengadakan kelas-kelas kecil yang memungkinkan untuk memberikan perhatian
dan asistensi lebih intensif. Dengan adanya kelas-kelas ini, maka bukan hanya hubungan antara
mahasiswa dengan dosen tetapi hubungan antara mahasiswa dengan banyak mahasiswa yang saling
interaktif dan positif juga dapat terjalin dengan baik dan di situ mahasiswa dapat memberikan
pelajaran, perhatian, dan perbaikan terus menerus. Dengan demikian perhatian dan perbaikan kepada
setiap mahasiswa tersebut dapat memberikan kesempatan belajar yang baik.
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini
penting untuk masa depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya dan orang-
orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian
tersebut mahasiswa dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan
bukan orang lain (Supardi : 2004).
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sugono:
2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup
disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup
disiplin bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun sosial
kampus.
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat mencapai tujuan hidupnya dengan
waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat orang lain percaya dalam mengelola suatu
kepercayaan. Misalnya orang tua akan lebih percaya pada anaknya yang hidup disiplin untuk belajar
di kota lain dibanding dengan Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk
mengerjakan soal ujian secara mandiri, mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri, dan
menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan secara swadana.
5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
Mahasiswa adalah sebuah status yang ada pada diri seseorang yang telah lulus dari pendidikan
terakhirnya yang berkelanjutan melanjutkan pendidikan dalam sebuah lembaga yang bernama
universitas (Harmin: 2011). Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak memiliki rasa
tanggung jawab.
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan” menimbulkan asosiasi
dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Adalah
penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus
menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh
dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika
interaksi antara individu mahasiswa dapat dicapai bersama dengan usaha kerja keras maka hasil yang
akan dicapai akan semakin optimum.
7. Sederhana
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan masyarakat di
sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa
pen-didikannya. Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini merupakan parameter
penting dalam menjalin hubungan antara sesama mahasiswa karena prinsip ini akan mengatasi
permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya
lainnya.
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan
dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk menumbuhkan sikap keberanian, mahasiswa dituntut
untuk tetap berpegang teguh pada tujuan. Terkadang mahasiswa tetap diberikan pekerjaan-pekerjaan
yang sukar untuk menambahkan sikap keberaniannya. Kebanyakan kesukaran dan kesulitan yang
paling hebat lenyap karena kepercayan kepada diri sendiri. Mahasiswa memerlukan keberanian untuk
mencapai kesuksesan. Tentu saja keberanian mahasiswa akan semakin matang diiringi dengan
keyakinannya.
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Bagi
mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat
belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar.
H. Penutup
Dengan kekuatan yang dimilikinya berupa semangat dalam menyuarakan dan
memperjuangkan nilai-nilai kebenaran serta keberanian dalam menentang segala bentuk ketidak
adilan, mahasiswa menempati posisi yang penting dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Kekuatan tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi, mahasiswa mampu mendorong dan
menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan sistem termasuk didalamnya tindakan
penyelewengan jabatan dan korupsi. Sedangkan di sisi yang lain, mahasiswa merupakan faktor
penekan bagi penegakan hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal bagi terciptanya kebijakan publik
yang berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak.