Tugas Pancasila Komplet

47
BAB 3 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT A. Pengertian Filsafat Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philien” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution. 1973). Jadi secara harfiah istilah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan. Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokan menjadi dua macam sebagai berikut. Pertama: Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian. 1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dan lain sebagainya. 2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia. Kedua: Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu

Transcript of Tugas Pancasila Komplet

Page 1: Tugas Pancasila Komplet

BAB 3

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat

Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philien”

yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau

“kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution. 1973). Jadi secara harfiah istilah

“filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan.

Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat

dikelompokan menjadi dua macam sebagai berikut.

Pertama: Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.

1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran

dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran

atau sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme,

pragmatisme, dan lain sebagainya.

2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai

hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang

timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.

Kedua: Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat

diartikan dalam bentuk suatu aktifitas berfilsafat, dalam proses pemecahan

tertentu yang sesuai dengan objeknya. Dalam pengertian ini filsafat suatu

permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode merupakan suatu

sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut :

1. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik

fisis, yang meliputi bidang-bidang, ontologi, kosmologi, dan antropologi.

2. Epistimologi, yang berkaitan dengan persoala hakikat pengetahuan.

3. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-

rumus dan andil-andil berfikir yang benar.

4. Etika, yang berkaitan dengan moralitas,tingkah laku manusia.

5. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

Page 2: Tugas Pancasila Komplet

Berdasarkan cabang-cabang filsapat inalah kemudian muncullah

berbagai macam aliran dalam filsapat.

B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang tardiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu

sistem filsapat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang

saling berhubugan, saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara

kaseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Siste lazimnya memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

1) Suatu kesatuan bagian-bagian

2) Bagian-bagian tarsebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan

4) Keseluruhanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu

(tujuan sistem)

5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks ( shore dan voice.1974).

1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan

Dasar filsafat negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing

merupakan suatu asas peradapan. Namun demikian sila-sila Pancasila itu

merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan setiap

unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka Pancasila merupakan

suatu kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya setiap sila tidak

dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainya serta diantara sila

satu dengan sila lainya tidak saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada

hakikatnya secara filosopis bersumber hakikat dasar ontologis manusia

sebagai pendukung dari inti, memilki unsur-unsur, ‘susunan kodrat

Jasmani-rokhani, sifat kodrat individu –makhluk sosial,dan kedudukan

kodrat Sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan yang Maha

Esa.Unsur-unsur hakikat manusia tersebut merupakan suatu kesatuan yang

bersifat organis dan harmonis.Setiap unsur memiliki fungsi masinh namun

Page 3: Tugas Pancasila Komplet

saling berhubungan.Oleh karena sila-sila Pancasila juga memiliki kesatuan

yang organis pula.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk piramidal

Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada

landasan sila-sila Pancasila yaitu : Tuhan , manusia , satu , rakyat , dan

adil (Notonoguro, 1975:49)

Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila –sila Pancasila dan

Pancasila sebagai dasar filsafat negara, maka segala hal yang berkaitan

dengan sifat dan hakikat negara harus sesuai dengan landasan adalah

sebagai berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan

negara harus sesuai dengan hakikat tuhan. Sila kedua kemanusiaan adalah

sifat-sifat dan keadaan

negara yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga

persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan

hakikat satu, sila ke empat kerakyataan sifat –sifat dan keadaan negara

yang harus sesuai dengan hakikat rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-

sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat adil.

(Notonagoro.1975:50)

Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk

piramidal

1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai

sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan indonesia,

kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat dalam

permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

2. Sila kedua : Kemanusuan yang adil dan beradap adalah diliputi dan

dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,meliputi dan menjiwai sila

persatuan Indonesia,kerakyataan yang di pimpin oleh hikmat dan

kebijaksanaan dalam permusyawarataan/perwakilan,serat keadilan

sosial bagi seluruh rakyati indonesia

3. Sila ketiga : persatuan indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila

Ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap,

Page 4: Tugas Pancasila Komplet

meliputi dan menjiwai sila kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat

dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/parwakilan serta keadilaan

sosial bagi seluruh raktat Indonesia

4. Sila keempat : kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan adalah dilipiti dan dijiwai oleh

sial-sila Ketuhanaan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradap.

Persatuan Indonesia,serta meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah

diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang saling mengisi

dan saling mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang ’Majemuk tunggal’, ‘hierarkhis

piramidal’ juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi.

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai 4 sila

lainnya, atau dengan perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi

oleh ke 4 sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang

saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan

beradap, persatuan indonesia, kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat

dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah diliputi dan dijiwai

oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,meliputi dan menjiwai sila

persatuan Indonesia,kerakyataan yang di pimpin oleh hikmat dan

kebijaksanaan dalam permusyawarataan/perwakilan,serat keadilan

sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Page 5: Tugas Pancasila Komplet

3. Sila Persatuan Indonesia, adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhanan

yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, meliputi dan

menjiwai sila kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat dan

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/parwakilan serta keadilaan

sosial bagi seluruh raktat Indonesia

4. Sila Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, adalah dilipiti dan dijiwai oleh sial-sila

Ketuhanaan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradap.

Persatuan Indonesia,serta meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah diliputi

dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaaan

yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(Notonagoro,

1975:43,44).

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Kesatuan sila-sila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan

yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,

dasar epistomologis serta dasar aksdiologis dari sila-sila Pancasila.

Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat

hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal, dgunakan untuk

menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urutan luas

(kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan sila-sila Pancasila itu dalam

arti formal logis. Selain kesatuan sila-sila Pancasila itu hierarkhi dalam hal

kuantitas juga dalam hal sifatnya yaitu menyangkut makna serta hakikat sila-

sila Pancasila. Kesatuan yang demikian ini meliputi kesatuan dalam hal dasar

ontologis, dasar epsismologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.

Secar filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar

ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda

dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme,

pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.

Page 6: Tugas Pancasila Komplet

1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang

memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini

juga disebut sebagai dasar antropologis.

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara

ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat

raga dan jiwa jasmani dan rokhani, sifat kodrat manusia adalah sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia

sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang

Maha Esa. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk

pribadi berdiri sendri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara

hierarkhis sila pertama Ketuhanaan yang Maha esa mendsari dan

menjiwai keempat sila-sila Pancasila lainya (Notonogoro.1975 : 53 )

Berdasarkan uraian tersebut maka hakikat kesatuan sila-sila

pancasila yang bertingkat dan berbentuk piramidal dapat di jelaskan

sebagai berikut :

Sila pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan menjiwai sila-

sila kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, kerakyataan

yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

pertmusyawaratan/perwakilan searta keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Hal tersebut berdasarkan pada hakikat bahwa pendukung

pokok negara adalah manusia. Karena negara adalah sebagai lembaga

hidup bersama sebagai lembaga kemanusiaan dan manusia adalah sebagai

makhluk Tuhan yang maha esa.sehingga adanya manusia sebagai akibat

adanya Tuhan yang maha esa se3bagai kausa prima. Tuhan adalah sebagai

asal mula segala sesuatu, adanya Tuhan adalah mutlak,semputna dan

kuasa, tidak berubah. Tidak terbatas serta pula sebagai pengatur tata tertib

alam (Notonogoro. 1975 : 78 . sehingga dengan demikian sila pertama

mendasari, meliputi dan menjiwai keempat sila-sila lainnya.

2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat

dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi

Page 7: Tugas Pancasila Komplet

bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila (Soeryanto,

1991 : 50) oleh karena itu dasar epistemologis pancasila tidak dapat

dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia kalau

manusia merupakan basis ontologis dari pancasila, maka deengan

demikian mempunyai implikasi dengan bangunan epistemologi, yaitu

bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat

manusia (Pranarka, 1996 : 32).

Ada tiga persoalan yang mendasar pada epistemologi yaitu : sumber

pengetahuan manusia, teori kebenaran pengetahuan manusia, dan watak

pengetahuan manusia. (Titus, 1984 : 20)

3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Pada hakikatnya segala sesuatu itu mempunyai nilai, hanya nilai

macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut

dengan manusia. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai yang ada tidak

sama luhurnya dan tidak sama tingginya, bila dibandingkan dengan yang

lainnya. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat di golongkan sebagai

berikut :

1. Nilai-nilai kenikmatan

2. Nilai-nilai kehidupan

3. Nilai-nilai kejiwaan

4. Nilai-nilai kerohanian

Pandangan dan tingkatan nilai tersebut menurut Notonagoro

Dibedakan menjadi tiga

1. Nilai material

2. Nilai Vital

3. Nilai kerokhanian

Berdasarkan urain mengenai nilai-niali tersebut diatas dapat

dikemukakanpula bahwa yang mengandung nilai itu bukan bersifat materi

saja. Akan tetapi juga sesuatu yang bersipat nomaterial.

Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai pancasila termasuk nilai

vital. Dengan demikian, nilai-nilai pancasila yang tergolong nilai

kerokhanian itu juga mengandung nilai nilai lain secara lengkap.

Page 8: Tugas Pancasila Komplet

Harmonis yaitu yaitu nilai material,nilai vital, nilai kebenaran, nilai

keindahan nilai etis, nilai kebaikan atau nilai moral. Maupun nilai

kesucian yang keseluruhan bersifat sistemmatik-hierrarkhis.

Nilai nilai sebagai suatu sistem

Secara antologis mengandung tiga masalah pokok dalam kehidupan

manusia yaitu bagaimana seharusnya manusia itu terhadap tuhan yang

maha Esa, terhadap dirinya sendiri,serta terhadap manusia lain, dan

masyarakat sehingga dengan demikian maka dalam pancasila itu

terkandung implikasi moral yang terkandung dalam substansi pancasila

yang merupakan suatu nilai.

Nilai yang terkandung dalam pancasila, sila satu sampai lima

merupakan harapan dan dambaan bangsa Indonesaia sejak dahulu. Agar

nilai tersebut terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah limpah loh

jinawi,tata tentram raharja. Pancasila itu saling berkaitan dan berhubungan

secara erat.

Nilai ketuhanan merupakan nilai tertinggi dan bersipat mutlak.

Suatu hal yang perlu diperhatikan yaitu meskipun nilai-nilai yang

terkandung dalam sila-sila pancasila berbeda-beda namun nilai nilai

tersebut merupakan suatu kesatuan dan tidak saling bertentangan.

D. Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan Negara

Republik Indonesia

1. Dasar Filosofis

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh, hierarhis dan

sistematis. Dalam hal inilah pancasila merupakan suatu system Filsapat.

Pemikiran Filsafat kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa

negara adalah merupakan masyarakat hukum (legal society). Adapun negara

yang didirikan oleh manusia berdasarkan pada kodratnya bahwa manusia

sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat

manusia sebagai mahluk tuhan Yang Maha Esa.(hakikat sila pertama). Negara

merupakan persekutuan hidup manusia Sebagai mahluk Tuhan YME, pada

hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat manusia

sebagai mahluk yang berbudaya atau mahluk yang beradab (hakikat sila

Page 9: Tugas Pancasila Komplet

kedua). Untuk mewujudkan suatu negara sebagai suatu organisasi hidup

manusia harus membentuk suatu ikatan suatu bangsa (hakikat sila ketiga) .

Terwujudnya dalam suatu negara akan melahirkan rakyat sebagai suatu

bangsa yang hidup dalam dalam suatu bangsa yang tertentu. Maka Negara

harus bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat yang harus dijamin, baik

secara indipidu maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk

mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama maka dalam kehidupan

kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga.

Dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan

bersama ,kehidupan sosial (hakikat sila kelima). Pancasila juga bersipat objek

dan subjektif, artinya esinsi nilai-nilai pancasila adalah bersipat universal

yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persartuan, kerakyatan, dan keadilan.

Nilai-nilai pancasila yang bersifat objek dan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Rumusan dari sila-pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang

menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak, kerena

merupakan suatu nilai.

2. Inti nilai-nilai pancasila akan tetap akan tetap ada sepanjang masa dalam

kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik

dalam bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan

maupun dalam kehidupan keagamaan.

3. pancasila yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang 1945,

menurut ilmu menurut ilmu hukum memenuhi syarat pokok kaidah yang

fundamental Negara sehingga nerupakan suatu sumber hukum positif di

Indonesia. Hal yang terkandung sebagai mana diatas ditetapkan dalam

ketetapan MPRS No. xx/MPRS/1996, diperkuat tap. No v/MPR/1973. Jo.

Tap. No .IX/MPR/1978

Sebaliknya nilai-nalai subjek pancasila dapat diartikan bahwa

keberadaan nilai-nilai pancasila itu tergantung atau melekat pada bangsa

Indonesia sendiri, pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 10: Tugas Pancasila Komplet

1. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa

Indonesia sebagai kuasa materialis. Nilai-nilai tersebutsebagai hasil

pemikiran , penilaian keritis, serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.

2. Nilai-nilai pancasila merupakan filsapat (pandangan hidup) bangsa

Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai

sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan, kebijaksanaan dalam

hidup bermkasyarakat berbangsa dan bernegara.

3. Nilai pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai kerokhanian yaitu

nilai kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, etis –etis dan nilai religius, yang

manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia kerena

bersumber pada kepribadian bangsa (lihat Darmodihardjo, 1996).

2. Nilai-nilai pancasila sebagai Nilai fundamental Negara

Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafah Negara Indonesia pada

hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam

negara Indonersia. Nilai-nilai pancasila terkandung dalam UUD 1945

secara yuridis memiliki kedudkan sebagai pokok kaidah Negara yang

fundamental. Adapun pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat

nilai-nilai pancasila mengandung empat pokok pikiran yang bilamana

dianalisis makna yang terkandung didalamnya tidak lain merupakan

derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai pancasila.

- pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah

Negara persatuan.

- pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan

suatu keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia.

- pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat.

- pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara atas ketuhanan

yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa keempat pokok

pikiran tersebut tidak lain merupakan perwujudan dari sila-sila pancasila.

Pokok pikiran ini perlu diwujudkan atau dijelmakan lebih lanjut dalam

pasal-pasal UUD1945. selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam dalam

Page 11: Tugas Pancasila Komplet

berbagai macam peraturan perundang-undangan serta hukum positif

dibawahnya.

D. Inti Isi Sila-Sila Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila Pancasila merupakan suatu

system nilai, oleh karena itu sila-sila Pncasila pada hakikatnya merupakan

suatu kesatuan. Adapun nilai-nilai yang terkandug di dalam setaip sila adalah

sebagai berikut :

1. Sila Ketuhanan Yaang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan

menjiwai ke empat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa

terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai

pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis didasari

dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang maha Esa, serta mendasari dan

menjiwai ketiga sila berikutnya. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada

dasar difilosofis antrpologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat

rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhlk social, kedudukan

makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa.

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang

beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam

peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya

tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat

manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus djamin dalam peraturan

perundang-undangan negara. Kemanusian yang adil dan beradab adalah

mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia

yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan

dengan norma-norma dan kebuadayaan pada umumnya baik terhadap diri

sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lngkungannya. Nilai

Page 12: Tugas Pancasila Komplet

kemanusiaan yang beraddab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai

makhluk yang berbudaya bermoral dan beragama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa

hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus

berkodrat adil. Manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri,

adil terhadap masyarakat, bangsa dan Negara, adil terhadap

lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensi

nilai yang terkandung dalam kemanusiaan yang adil dan beradab adalah

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Persatuan Indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat

dipisahkan denan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan

suatu kesatuan yang bersifat sistematis.

Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara

adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai

makhluk individu dan makhluk social. Negara adalah merupakan suatu

persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang berbentuk

negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok

agama. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tettapi satu,

mengikatkan diri dalam satu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka

Bhineka Tunggal Ika.

Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan

Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal ini

terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme

relegius. Yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa,

nasionalisme yang humanistic yang menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Proses reformasi tanpa

mendasarkan pada moral Ketuhanan, Kemanusiaan dan memegang teguh

persatuan dan kesatuan, maka bukan tidak mungkin akan membawa

kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti halnya telah terbukti pada

bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilangka dan lan sebagainya.

Page 13: Tugas Pancasila Komplet

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh

sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab serta

Persatuan Indonesia.

Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat

Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk

individu dan makhluk social. Hakikat rakyat adalah merupakan

sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yanga Maha Esa yang

bersatu yang betujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam

suatu wilayah negara. Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh

karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.

Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara

mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai

demokrasi yang terkandung dalam sila kedua adalah (1) adanya ekbebasan

yang harus disertai dengan tanggunggjawab baik terhadap masyarakat

bangsa mauoun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2)

Menjunjung tinggi harakat dan martabat kemanusiaan. (3). Menjamin

dan meperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama. (4)

Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku. Karena

perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia. (5)

Mengakui adannya persamaan hak yang melekat pada setiap individu,

kelompok, rsa, suku, maupun agama. (6) Mengerahkan perbedaan dalam

suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab. (7) Menjunjung tinggi asas

musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab. (8) Mewujudkan

dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya

tujuan bersama.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiann yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia serta

Page 14: Tugas Pancasila Komplet

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung

nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan hidup bersama.

Maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus

terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan social). Keadilan tersebut

didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan

dalam dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan

manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan masyarakat,

bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang terwujud dalam hidup

bersama adalah meliputi (1) keadilan distibutif yaitu suatu hubungan

keadilan negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib

memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk

kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama

yang didasarkan atas hak dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan

bertaat) yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap

negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi

keadilan dalam bentuk metaati perauran perundang-undangan yang

berlaku dalam negara. (3) keadilan komutatif yaitu suatu hubungan

keadilan antara warga satu dengan lainnya secara timbal balik.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang

harus diwujudkan dalam hidup bersama keegaraan untuk mewujudkan

tujan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta

melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya, mencerdaskan

seluruh warganya.

Page 15: Tugas Pancasila Komplet

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. Pengantar

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu

nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma

hukum, norma moral mauun norma kenegaraan lainnya. Dalam filsafat sifat

Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat

kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan

sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai.

Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat

fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan

dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praktis atau kehidupan nyata dalam

masyarakat, bangsa maupun negara maka nilai-nilai tersebut akan dijabarkan

dalam kehidupan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan

suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang

berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik

maupun buruk. (2) norma hukum yaitu suatu sistem pearturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia.

Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa

cabang menurut lingkungan bahasannya masing-masing. Cabang-cabang itu

dibagi menjadi dua kelompok bahasan yaitu pokok filsafat teoritis dan filsafat

praktis. Jadi filsafat teoritis mempertanyakan dan berusahan mencari

jawabannya tentang segala sesuatu, misalnya hakikat manusia, alam, hakikat

realitis sebagai suatu keseluruhan, tentang pengetahuan, tentang apa yang

diketahui, tentang yang transenden dan lain sebagainya.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua

kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu

pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-

pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana

dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita

Page 16: Tugas Pancasila Komplet

harus mengambil sikap bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai

ajaran moral. Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas

tentang kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang

membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain hidup

masyarakat.

Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada

pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat

nilai ”susila” dan ”tidak susila”. ”baik” dan ”buruk”.

B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral

1. Pengertian

Nilai atau ”value” (bhs. Inggris) termasuk bidang kajian filsafat.

Persoalan –persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu

cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology, Theori of value) filsafat

sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam

bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya

”keberhargaan” (worth) atau ’kebaikan (goodness), dan kata kerja yang

artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan

penilaian, (Frankena, 229).

Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences

dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada

pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada

hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek,

bukan objek itu sendiri. Sesuatu itumengandung nilai artinya ada sifat

atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah,

perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat

pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya

adalah suatu kenyataan yang ”tersembunyi” di balik kenyatan-kenyataan

lainnya. Ada nilai itu karena adanya kenmyataan-kenyataan lain sebagai

pembawa nila (wartrager).

Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai tentu

berhubungan dengan unsur-unsur jasmani, akal, rasa, (kehendak) dan

Page 17: Tugas Pancasila Komplet

kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga,

berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.

2. Hierarkhi Nilai

Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai hal ini sangat

tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam

menentukan tentang pengertian serta hierarkhi nilai. Misalnya kalangan

materialis memandang bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai material.

Kalangan hedones berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai

kenikmatan.

Walter G. Everet menggolong-golongkan nilai-nilai manusiawi ke

dalam delapan kelompok yaitu :

1. Nilai-nilai ekonomis *ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua

benda yang dapat dibeli.

2. Nilai-nilai kejasmanian (membantu pada kesehatan, efisiensi dan

keindahan dari kehidupan badan).

3. Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang

dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan).

4. Nilai-nilai sosial (berasal mula dari keutuhan kepribadian dan sosial

yang diinginkan).

5. Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial

yang diinginkan)

6. Nilai-nilai estetis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni).

7. Nilai-nilai intelektual (nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran

kebenaran).

8. Nilai-nilai keagamaan.

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan

jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.

2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani

manusia nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam :

Page 18: Tugas Pancasila Komplet

a. Nilai kebenaran, nilai bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)

manusia.

b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur

perasaan (esthetis, gevoel, rasa) manusia.

c. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur

kehendak (will, Wollen, karsa) manusia.

d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan

mutlak. Nilai religius itu bersumber kepada kepercayaan atau

keyakina manusia.

Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat

dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu

yang berujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berujud non-

material atau imaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial ini dapat

mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai

material relatif lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan alat indra

maupun alat pengukur seperti berat, panjang, luas dan sebagainya. Yang

menjadi alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh indra,

cipta, rasa, karsa dan keyakinan manusia.

Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praktis

a. Nilai dasar, walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat

diamati mealui indra manusia, namun dalam realisasinya nilai

berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan manusia

yang bersifat nyata (praktis) namun demikian setiap nilai memiliki

nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar onotologis), yaitu

merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam dari

nilai-nilai tersebut. Objektif segala sesuatu misalnya hakikat Tuhan,

manusia atau segala sesuatu lainnya. Demikian juga hakikat nilai dasar

itu dapat juga berlandaskan pada hakikat sesuatu benda, kuantitas,

kualitas, aksi, relasi, ruang maupun waktu.

b. Nilai Instrumental, inilah yang merupakan suatu pedoman yang dapat

diukur dan dapat diarahkan. Bilamana nilai instrumental tersebut

berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari

Page 19: Tugas Pancasila Komplet

maka hal ini akan merupakan suatu norma moral. Sehingga dapat juga

dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi

dari nilai dasar.

c. Nilai Praksis, pada hakikatnya perupakan penjabaran lebih lanjut dari

nilai instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata. Artinya oleh

karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis itu merupakan

suatu sistem perwujudannya tidak boleh menyimpang dari sistem

tersebut.

3. Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Nilai di atas adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia

dapat dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan

bertingkah laku baik disadari maupun tidak.

Nilai berbeda dengan fakta di mana fakta dapat diobservasi melalui

suatu vertifikasi empiris, sedangkan nilai bersifat abstrak yang hanya

dapat dipahami, dipikirkan dimengerti dan dihayati oleh manusia.

Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah berbagai

macam norma tersebut norma hukumlah yang paling kuat keberlakuannya.

Karena dapat dipaksakan oleh suatu kekuasaan eksternal misalnya

penguasa atau penegak hukum.

Makna Moral yang terakndung dalam keperibadian seseorang itu

tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.

C. Etika Politik

Berdasarkan cirinya filsafat dibedakan menjadi filsafat teoritis dan

filsafat praksis. Filsafat teoritis membahas tentang makna hakiki segala

sesuatu, antara lain manusia, alam benda fisik, pengetahuan bahkan juga

tentang hakikat yang transenden. Dan filsafat praksis mempunyai hakikat

tentang pengambangan yang besifat praksis termasuk ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan juga merupakan bidang kedua yang membahas aspek prtaksis

dalam kehidupan manusia, yaitu etika yang mempertanyakan dan membahas

Page 20: Tugas Pancasila Komplet

tanggung jawab dan kewajiban manusia dalam hubungannya dengan sesama

manusia, masyarakat, bangsa dan negara, lingkungan alam serta terhadap

Tuhannya (Suseno, 1987 : 12)

Dari pemaparan diatas etika dibedakan menjadi etika umum dan etika

khusus. Etika umum membahas prinsip-prinsip dasar dari segenap tindakan

manusia. Sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip dalam

hubungannya dengan kewajiban manusia dalam berbagai lingkungan

kehidupannya. Etika Khusus dibedakan lagi menjadi etika individu dan etika

sosial.

1. Pengertian Politik

Politik berasal dari kosa kata Politics, yang memiliki makna

bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang

menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti

dengan pelaksanaan tujuan itu.

Pengertian pokok tentang politik secara operasional pada bidang

politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara

(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (deciosionmaking),

kebijaksanaan (policy), pembagian (distribution) serta alokasi (allocation)

(Budirdjo, 1981 : 89).

2. Dimensi Politis Manusia

a. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Berdasarkan fakta dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak

mungkin memenuhi segala kebutuhannya, jikalau mendasarkan pada

suatu anggapan bahwa sifat kodrat manusia hanya bersifat individu

atau sosial saja. Manusia memang merupakan makhluk yang bebas,

namun untuk menjamin kebebasan ia senantiasa memerlukan oraqng

lain atau masyarakat. Oleh karena itu manusia tidak mungkin bersifat

bebas jikalau ia hanya bersifat totalitas individu atau sosial saja.

Dalam kapasitas moral kebebasan manusiaakan menentukan apa yang

harus dilakukannyadan apa yang tidak dilakukannya. Konsekuensinya

ia harus mengambil sikap terhadap alam dan masyarakat

sekelilingnya, ia dapat menyesuaikan diri dengan harapan orang lain

Page 21: Tugas Pancasila Komplet

akan tetapi terdapat suatu kemungtkinan untuk melawan mereka.

Manusia adalah bebas sejauh ia sendiri mampu mengembangkan

pikirannya dalam hubungan dengan tujuan-tujuan danm sarana-sarana

kehidupannya dan sejauh ini dapat mencoba untuk bertindak sesuai

dengannya.

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagai

individu dan segala aktiviotas dan kreativitas dalam hidupnya

senantiasa tergantung kepada orang lain, hal ini dikarenakan manusia

sebagai warga masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Kesosialannya

tidak hanya merupakan tambahan dari luar tehadap individualitasnya,

melainkan secara kodrat manusia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha

Esa, senantiasa tergantung kepada orang lain. Hal inilah yang

menentukan segala sifat serta kepribadiannya, sehingga individualitas

dan sosialitasnya senantiasa bersifat korelatif. Manusia di dalam

hidupnya mampu bereksistensi karena orang lain dan ia hanya dapat

hidup dan berkembang karena dalam hubungannya dengan orang lain.

Segala keterampilan yang dibutuhlknnya agar berhasil dalam segala

kehidupannya serta berpartisipasi dalam kebudayaan diperolehnya dari

masyarakat.

Berdasarkan sifat kodrat manusia tersebut, maka dalam cara

manusia memandang dunia, menghayati dirinya sendiri, menyembah

tuhan yang Maha Esa, dan mernyadari apa yang menjadi

kewajibannya ia senantiasa dalam hubungannya dengan orang lain.

Segala hal yang berklaitan dengan sikap moralnya baik hak maupun

kewajiban moralnya, tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan norma-

norma secara individual, melainkan senantiasa dalam ghubungannya

dengan masyarakat. Oleh karena itu tanggung jawab moral pribadi

manusia hanya dapat berkembang dalam kerangka hubungannya

dengan orang lain. Sehingga kebebasan moralitasnya senantiasa

berhadapan dengan masyarakat.

Dasar filosofis sebagaimana terkandung dalam pancasila yang

nilainya terdapat dalam budaya bangsa. Senantiasa mendasarkan

Page 22: Tugas Pancasila Komplet

hakekat sifat kodrat manusia adalah bersifat monodualis, yaitu sebagai

makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Maka sifat

serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia bukanlah

totalitas individualistis ataupun sosialistis, melainkan monopdualistis.

Secara moralitas negara bukanlah hanya demi tujuan kep ingan

individu-individu belaka, dan juga bukan demi tujuan kolektifitas saja

melainkan tujuan bersama baik meliputi kepentingan dan

kesejahteraan individu maupun masyarakat secara bersama. Dasar ini

mmerupakan basis moralitas bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan

negara, sehingga konsekuensinya segala keputusan, kebijaksanaan

serta arah dari tujuan negara Indonesia harus dapat dikembalikan

secara moral kepada dasar-dasar tersebut.

b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia

Dalam hubungan dengan sifat kodrat manusia sebagia makhluk

individu dan makhluk sosial,dimensi politis manusia senantiasa

berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum, sehingga senantiasa

berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh

karena itu pendekatan etika politik senantiasa berkaitan dengan sikap-

sikap moral dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara

keseluruhan. Sebuah keputusan bersifat politis manakala diambil

dengan memperhatkan kepentingan masyarakat sebagai suatu

keseluruhan. Dengan demikian dimensi politis manusia dapat

ditentukansebagai suatu kesadaran manusia akan dirinya sendiri

sebagai anggota masyarakat sebagai sutu keseluruhan yang

menentukan kerangka kehidupannya dan ditentukan kembalioleh

kerangka kehidupannya serta ditentukan kembali oleh tindakan-

tindakannya.

Dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundamental,yaitu

pengertian dan kehendak untuk bertindak,sehingga dua segi

fundamental itu dapat diamati dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan tindakan moral

manusia. Manusia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau

Page 23: Tugas Pancasila Komplet

akibat yang ditimbulkan karena tindakannya,akan tetapi hal ini dapat

dihindarkan karena kesadaran moral akan tanggung jawabnya

terhadap orang lain. Akan tetapi sering dijumpai karena keterbatasan

pengertian atau bahkan kesadaran akan tenggung jawab terhadap

manusia lain dan masyarakat, maka tindakan pelanggaran moral akan

dilakukan sehingga berakibat kepada kerugian manusia lain. Aspek

kemampuan untuk melakukan atau tidak melakuka secara moral

sangat tergantung kepada akal budi manusia.

Dengan demikian hukum dan kekuasaan negara merupakan

aspek yang berkaitan langsung dengan etika politik. Hukum sebagai

penataan masyarakat secara normatif, serta kekuasaan negara sebagai

lembaga penata masyarakat yang efektif pada hakikatnya sesuai

dengan struktur sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk

sosial. Hukum tanpa kekuasaan negara akan merupakan aturan

normatif yang kosong, sedangkan negara tanpa hukum akan merosot

menjadi kehidupan yang berada dibawah sifat manusiawi karena akan

berkembang menjadi ambisi kebinatangan, karena tanpa tatanan

normatif. Negara berbuat tanpa tatanan hukum akan sama halnya

dengan kekuasaan tanpa pembatasan, sehingga akan terjadi

penindasan manusia, yang lazimnya disebut negara otoriterianisme.

Oleh karena itu baik hukum maupun negara keduanya

memerlukan suatu legitimasi. Hukum harus mampu menunjukkan

bahwa tatanan adalah dari masyarakat bersama dan demi

kesejahteraan bersama, dan bukannya berasal dari kekuasaan.

Demikian pula negara yang memiliki kekuasaan harus mendasarkan

pada tatanan normatif sebagai kehendak bersama semua warganya,

sehingga dengan demikian negara pada hakikatnya mendapatkan

legistimasi dari masyarakat yang menentukan tatanan hukum tersebut.

3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Sebagai dasar filsafat negara pancasila tidak hanya merupakan

sumber derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga

merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan

Page 24: Tugas Pancasila Komplet

legistimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan

dan penyelenggaraan negara sila pertama’Ketuhanan Yang Maha Esa’

serta sila kedua ‘Kemanusian Yang Adil Dan Beradab’ adalah merupakan

sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.

Negara Indonesia yang berdasarkan sila I ‘Ketuhanan yang Maha

Esa’ bukanlah negara ‘Teokrasi’ yang mendasarkan kekuasaan negara dan

penyelenggara negara pada legtimasi religius. Kekuasaan kepala negara

tidak bersifat mutlak berdasarkan legtimasi religius, melainkan

berdasarkan legtimasi hukum serta legtimasi demokrasi. Oleh karena itu

asas sila” Ketuhanan yang Maha Esa” lebih berkaitan dengan legistimasi

moral. Hal inilah yang membedakan negara yang Berketuhanan Yang

Maha Esa dengan negara teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia

tidak mendasarkan pada legistimasi religius, namun secara moralitas

kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan

terutama hukum secara moral dalam kehidupan negara.

Selain sila I, sila II ‘ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’ juga

merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan negara. Negara

pada prinsipnya adalah merupakan persekutuan hidup manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari

umat manusia di dunia hidup secara bersama dalam suatu wilayah

tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip hidup demi

kesejahteraan bersama (silaIII). Oleh karena itu manusia pada hakikatnya

merupakan asas yang bersifat fundamental dalam kehidupan negara.

Manusia adalah merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan adalah

bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan

negara kemanusiaan harus mendapatkan jaminan hukum, maka hal ini

diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia. Selain itu

asas kemanusiaan juga harus merupakan prinsip dasar moralitas dalam

pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.

Dalam pelaksanaan dan penyelengaraan negara, etika politik

menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan (1) asas

Page 25: Tugas Pancasila Komplet

legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang

berlaku, (2) disahkan dan dijalankan secara demokratis (legistimasi

demokratis). Dan (3) dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang

tidak bertentangan dengannya (legitimasi moral) (lihat Suseno,

1987 :115). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar

tersebut. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik

menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik,

pembagian serta kewenwngan harus berdasarkan legitimasi moral religius

(sila I) serta moral kemanusiaan (sila II). Hal ini ditegaskan oleh Hatta

tatkala mendirikan negara, bahwa negara harus berdasarkan moral

Ketuhanan dan moral kemanusiaan agar tidak terjerumus ke dalam

machtsstaats, atau negara kekuasaan.

Selain itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus

berdasarkan legtimasi hukum yaitu prinsip ‘legalitas’. Negara Indonesia

adalah negara hukum, oleh karena itu ‘keadilan’ dalam hidup bersama

(keadilan sosial) sebagaimana terkandung dalam sila V adalah merupakan

tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan

penyelengaraan negara segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan serta

pembagian senantiasa harus berdasarkan atas hukum yang berlaku.

Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan

akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan negara.

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan

kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila IV). Oleh karena

itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu

dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan.

Kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai

pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis hal-hal

yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif serta yudikatif, konsep

pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan

legitimasi dari rakyat, atau dengan lain perkataan harus memiliki

‘legitimasi demokratis’.

Page 26: Tugas Pancasila Komplet

Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dalam realisasi praktis dalam

kehidupan kenegaraan senantiasa dilaksanakan secara korelatif diantara

ketiganya. Kebijaksanaan serta keputusan yang diambil dalam

pelaksanaan kenegaraan baik menyangkut politik dalam negeri maupun

luar negeri, ekonomi baik nasional maupun global, yang menyangkut

rakyat, dan lainnya selain berdasarkan hukum yang berlaku (legitimasi

hukum), harus mendapat legitimasi rakyat (legitimasi demokratis) dan

juga harus berdasarkan prinsip-prinsip moralitas (legitimasi)

Page 27: Tugas Pancasila Komplet

RINGKASAN

PANCASILA

Bab 3Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

danBab 4

Pancasila Sebagai Etika Politik

Disusun oleh Kelompok :

Mukhlis AbdiMuhammad Rifani

MistoPutu Irma Kumala Sari

Winda HartatiZainal Abidin

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIKPROGRAM STUDI S-1 PERTAMBANGAN

BANJARBARU2006

Page 28: Tugas Pancasila Komplet

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

KEDETIMBANGAN STATIS

OLEH :

MUKHLIS ABDI

H1C106009

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 PERTAMBANGAN

BANJARBARU

2006

Page 29: Tugas Pancasila Komplet

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Nama : Mukhlis Abdi

NIM : H1C106009

Kelompok : II (dua)

Judul Percobaan : Kesetimbangan Statis

Tanggal Percobaan : 6 November 2006

Fakultas : Teknik

Program Studi : S-1 Pertambangan

Asisten :

Nilai Banjarabaru, 6 November 2006

Asisten