Post on 26-Oct-2015
GANGGUAN HATI
1. Sirosis Hati (Pengerasan Organ Hati)
Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan
oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-
sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati secara bertahap
kehilangan fungsinya.
Hati (liver) sebagaimana diketahui adalah organ di bagian kanan atas perut yang memiliki banyak fungsi, di antaranya:
Menyimpan glikogen (bahan bakar untuk tubuh) yang terbuat dari gula. Bila diperlukan, glikogen dipecah menjadi glukosa yang dilepaskan ke dalam aliran darah.
Membantu proses pencernaan lemak dan protein. Membuat protein yang penting bagi pembekuan darah. Mengolah berbagai obat yang mungkin Anda minum. Membantu membuang racun dari tubuh.
Sirosis adalah penyakit yang sangat berbahaya karena mengganggu pelaksanaan fungsi-fungsi di atas. Selain itu, jika Anda memiliki sirosis Anda juga berisiko mengembangkan kanker hati (hepatocellular carcinoma). Risiko bervariasi sesuai penyebab sirosis. Risiko terbesar adalah pada sirosis yang disebabkan oleh infeksi hepatitis C dan B, diikuti dengan sirosis yang disebabkan oleh hemokromatosis.
Penyebab
Ada banyak penyebab sirosis. Penyebab paling umum adalah kebiasaan meminum alkohol dan infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati Anda berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu banyak alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C menyebabkan peradangan jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan sirosis. Sekitar 1 dari 5 penderita hepatitis C kronis mengembangkan sirosis. Tetapi hal ini biasanya terjadi setelah sekitar 20 tahun atau lebih dari infeksi awal.
Penyebab umum sirosis lainnya meliputi:
Infeksi kronis virus hepatitis B. Hepatitis autoimun. Sistem kekebalan tubuh biasanya membuat
antibodi untuk menyerang bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada hepatitis autoimun,sistem kekebalan tubuh membuat antibodi terhadap sel-sel hati yang dapat menyebabkan kerusakan dan sirosis.
Penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu sehingga tekanan darah terhambat dan merusak sel-sel hati. Sebagai contoh, sirosis bilier primer, primary sclerosing, dan masalah bawaan pada saluran empedu.
Non-alcohol steato-hepatitis (NASH). Ini adalah kondisi di mana lemak menumpuk di hati sehingga menciptakan jaringan parut dan sirosis. Kelebihan berat badan (obesitas) meningkatkan risiko Anda mengembangkan non-alcohol steato-hepatitis.
Reaksi parah terhadap obat tertentu. Beberapa racun dan polusi lingkungan. Infeksi tertentu yang disebabkan bakteri dan parasit. Gagal jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah
dan kemacetan di hati. Beberapa penyakit warisan langka yang dapat menyebabkan
kerusakan pada sel-sel hati, seperti hemokromatosis (kondisi yang menyebabkan timbunan abnormal zat besi di hati dan bagian lain tubuh) dan penyakit Wilson (kondisi yang menyebabkan penumpukan abnormal zat tembaga di hati dan bagian lain tubuh).
Gejala
Sirosis di tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun. Oleh karena itu, pasien sirosis ringan dan moderat mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa menyadari penyakitnya. Pada tahap ini tes fungsi hati dapat mendeteksi perubahan yang mengarah pada disfungsi hati, seperti:
Kegagalan membuat cukup protein seperti albumin yang membantu untuk mengatur komposisi cairan di dalam aliran darah dan tubuh.
Kegagalan membuat bahan kimia yang cukup diperlukan untuk pembekuan darah.
Kurang mampu mengolah limbah kimia dalam tubuh seperti bilirubin sehingga menumpuk di dalam tubuh.
Kurang mampu memproses obat, racun, dan bahan kimia lainnya yang kemudian bisa menumpuk di dalam tubuh.
Pada tahap akhir, sirosis hati terkait dengan banyak gejala. Sebagian besar gejalanya adalah akibat dari jaringan hati fungsional yang tersisa terlalu sedikit untuk melakukan tugas-tugas hati. Gejala yang dapat timbul pada fase ini adalah:
Kelelahan.
Kelemahan. Cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema)
dan perut (ascites). Kehilangan nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah. Kecenderungan lebih mudah berdarah dan memar. Penyakit kuning karena penumpukan bilirubin. Gatal-gatal karena penumpukan racun. Gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam kasus berat karena
pengaruh racun di dalam aliran darah yang memengaruhi otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan perilaku, kebingungan, pelupa dan sulit berkonsentrasi.
Selain itu, jaringan parut membatasi aliran darah melalui vena portal sehingga terjadi tekanan balik (dikenal sebagai hipertensi portal). Vena portal adalah vena yang membawa darah berisi nutrisi dari usus dan limpa ke hati. Normalnya, darah dari usus dan limpa dipompa ke hati melalui vena portal. Namun, sirosis menghalangi aliran normal darah melalui hati sehingga darah terpaksa mencari pembuluh baru di sekitar hati. Pembuluh-pembuluh darah baru yang disebut “varises” ini terutama muncul di tenggorokan (esofagus) dan lambung sehingga membuat usus mudah berdarah. Jika perdarahan usus terjadi, Anda mungkin muntah darah, atau mengeluarkan darah melalui kotoran (feses). Kondisi ini adalah kedaruratan medis yang harus segera ditangani.
Diagnosis
Bila dokter mencurigai Anda terkena sirosis, dia dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya pembesaran hati dan penumpukan cairan. Kecurigaan sirosis terutama muncul bila Anda mengalami gejala dan beriwayat meminum alkohol berat atau terkena hepatitis kronis.
Pemeriksaan darah dapat mengkonfirmasi kegagalan fungsi hati. USG dapat menunjukkan apakah ada kerusakan di hati Anda. Untuk mengkonfirmasi, biopsi (sampel kecil) dari hati dapat diambil untuk dilihat di bawah mikroskop.
Jika penyebab sirosis tidak jelas, maka pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan untuk memperjelas penyebabnya, misalnya dengan memeriksa antibodi virus hepatitis atau auto-antibodi yang mungkin telah menyerang sel-sel hati Anda, kelebihan zat besi atau tembaga di dalam darah, dll.
Pengobatan
Secara umum, kerusakan sel-sel hati tidak dapat direhabilitasi. Tujuan pengobatan adalah mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut,
atau memperlambat kerusakan sel-sel hati. Sirosis cenderung semakin memburuk jika penyebab yang mendasari tetap ada. Oleh karena itu perlu upaya untuk memperlambat atau menghentikan penyebab sirosis, misalnya:
Tidak minum alkohol jika alkohol adalah penyebabnya. Pengobatan untuk mengendalikan virus hepatitis. Steroid atau obat penekan kekebalan lainnya untuk mengobati
penyakit autoimun menyebabkan kerusakan hati. Penghapusan kelebihan zat besi yang terjadi pada hemokromatosis.
Berbagai pengobatan mungkin disarankan, tergantung pada tingkat keparahan sirosis dan gejala yang berkembang, antara lain:
Diet rendah natrium atau diuretik untuk mengurangi cairan yang terakumulasi dalam tubuh.
Obat untuk mengurangi gatal. Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi hipertensi portal. Pengurangan cairan yang menumpuk di perut (ascites).
Bila pasien mengalami perdarahan usus sehingga muntah darah, atau mengeluarkan darah melalui tinja, atau tinja menjadi hitam, dokter mungkin akan segera melakukan tindakan untuk mengatasinya. Berbagai teknik bedah dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi risikonya lebih lanjut.
Dalam kasus yang parah di mana jaringan parut meluas dan hati nyaris tidak bisa berfungsi, maka transplantasi hati mungkin adalah satu-satunya pilihan.
http://majalahkesehatan.com/penyebab-gejala-dan-penanganan-sirosis-hati/
Terapi Gizi Medis Penderita Sirosis Hati
Manajemen diet pada sirosis ditujukan agar status nutrisi penderita tetap terjaga, mencegah memburuknya penyakit hati, dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatik sehingga kualitas serta harapan hidup penderita juga akan membaik. Pada pasien ini dilakukan diet tinggi protein dan tinggi kalori untuk memperbaiki status gizi pasien. Pemberian protein pada penderita sirosis disesuaikan dengan kompikasi keadaan pasien. Kelebihan protein dapat mengakibatkan peningkatan amonia darah yang berbahaya, sedangkan kekurangan protein akan menghambat penyembuhan sel hati. Pada sirosis hati terkompensasi diberikan diet tinggi kalori tinggi protein dengan maksud agar sel-sel hati dapat beregenerasi. Sedangkan untuk mengontrol tingkat amonia darah digunakan laktulosa dan atau suatu jenis antibiotik yang bernama neomisin.
Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein otot. Asam amino rantai cabang (AARC) yang terdiri dari valin, leusin, dan isoleusin digunakan sebagai sumber energi (kompensasi gangguan glukosa sebagai sumber energi) dan untuk metabolisme amonia. Dalam hal ini, otot rangka berperan sebagai organ hati kedua sehingga disarankan penderita sirosis hati mempunyai massa otot yang baik dan bertubuh agak gemuk. Dengan demikian, diharapkan cadangan energi lebih banyak, stadium kompensata dapat dipertahankan, dan penderita tidak mudah jatuh pada keadaan koma.
Menurut Wolf (2011) nutrisi yang seimbang baik dari segi kalori, karbohidrat, protein dan lemak, akan membawa pengaruh yang baik untuk memperbaiki kerusakan sel hati. Pada tingkat tertentu, kerusakan sel hati masih bisa diperbaiki dengan cara memproduksi sel hati baru yang sehat. Widiastuti dan Mulyati (2005) meneliti bahwa kadar albumin secara umum rata-rata meningkat pada pasien sirosis hati yang diberikan suplemen asam amino rantai cabang (AARC).
Penderita sirosis hati harus meringankan beban kerja hati. Aktivitas sehari-hari disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pemberian obat-obatan (hepatotoksik) harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Penderita harus melakukan diet seimbang, cukup kalori, dan mencegah konstipasi. Pada keadaan tertentu, misalnya, asites perlu diet rendah protein dan rendah garam. Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang mengandung protein 1 gr/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari atau 35-40 kcal/kgBB/hari dengan protein berkisar antara 1,2-1,6 g/kgBB bergantung pada derajat malnutrisi dan kondisi lain yang dialami pasien. Dalam preskripsi diet pasien sirosis hati, tidak ada pembatasan asupan karbohidrat walaupun pasien mengalami resistensi insulin (Tsiaousi, et.al., 2008).
Pada pasien yang mengalami liver injury pada kasus yang akut dan kronik sering ditemukan balans nitrogen negative. Oleh karena itu, sering ditemukan adanya pemecahan protein oleh otot karena sintesis protein atau pemecahan protein yang dilakukan oleh hati telah menurun fungsinya. Dalam memberikan treatment mengenai protein, yang perlu diperhatikan adalah menghindarkan pasien sirosis dari kejadian malnutrisi serta menghindarkan pasien dari encephalopathy hepar. Untuk itu, selain mengatur protein yang diberikan, asupan karbohidrat dan lemak juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pemecahan yang mengakibatkan malnutrisi. Pada pasien sirosis, rasio asam amino rantai cabang (BCAA) misalnya isoleusin, leusin, dan valine) terhadap asam amino aromatic misalnya fenilalanin, triptofan, dan tirosin sering ditemukan abnormal terutama pada pasien yang mengalami malnutrisi. Menjaga resiko kedua macam asam amino ini dapat menghindarkan pasien dengan sirosis terhadap kejadan ensefalopathy hepatic (Lieber, 1999).
http://azzahrablog.wordpress.com/2012/06/14/terapi-diet-pada-sirosis-hati/
2. HEPATITIS Pengertian Hepatitis Dan Jenis hepatitis
Pengertian hepatitis mempunyai beragam makna dan arti yang pada umumnya adalah merupakan gangguan pada fungsi hati atau dapat disebut juga berupa gangguan dan peradangan pada sel – sel hati. Pengertian hepatitis dapat juga diartikan sebagai peradangan pada hati yang diakibatkan oleh bermacam – macam penyebab. Hepatitis dapat ditularkan juga oleh infeksi yang bernama ‘Cytomegalovirus ( CMV )’ dan virus yang bernama ‘monoknukleosis infeksiosa’. Adapun jenis hepatitis yang disebabkan bukan dari virus atau non-virus adalah karena seseorang gemar mengkonsumsi alkohol serta obat-obatan terlarang.
Selain seperti yang dijelaskan di atas, pengertian hepatitis juga dapat dibedakan dari beberapa jenis hepatitis yang umumnya ditentukan oleh faktor penyebabnya. Penyebab hepatitis adalah virus, yang terbagi ke dalam lima jenis dan ditambah 2 jenis, yaitu jenis hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G. Pengertian hepatitis secara lebih dalam dapat diartikan sebagai peradangan pada fungsi hati yang diakibatkan oleh agen yang menjadi penyebab infeksi, serta toksin, dan obat termasuk senyawa kimia lainnya.
Berikut beberapa pengertian hepatitis yang dapat Anda pelajari, yaitu:- Hepatitis Akut: hepatitis yang kelangsungan penyakitnya terhitung dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan yang disebabkan oleh minuman keras dan beralkohol. Penyakit hepatitis akut ini disebabkan oleh racun yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
- Hepatitis Kronis: hepatitis yang kelangsungan penyakitnya terjadi dalam kurun waktu lebih dari 6 bulan. Hepatitis kronis ini disebabkan oleh faktor keturunan, tetapi dapat juga disebabkan oleh penggunaan alkohol atau minuman keras.
Pengertian Hepatitis Berdasarkan Jenis hepatitis
1. Hepatitis A
Pengertian Hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang termasuk kategori ringan dan apabila ditangani sejak dini dengan baik tidak menyebabkan kematian. Hepatitis A (disebabkan virus hepatitis A, VHA) adalah jenis hepatitis yang paling ringan, namun sangat menular. Virusnya ditemukan dalam tinja penderita hepatitis A sekitar 2 minggu sebelum dan 7 hari setelah terinfeksi. Penularan jenis hepatitis A ini melalui: (1) Kontak langsung, contohnya setelah membersikan seorang anak penderita hepatitis yang baru saja BAB, Anda tidak mencuci tangan dengan sabun. Anda bisa tertular. (2) Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dengan virus hepatitis A. karena itu, jangan minum sembarangan atau mengonsumsi makanan mentah yang belum dicuci. sangat mudah dan cepat menyebar merupakan salah satu pengertian hepatitis A, terutama ditularkan oleh tukang masak yang tidak mencuci tangan dengan BAB. Waspada terhadap sanitasi yang buruk di suatu restoran.
2. Hepatitis B
Pengertian Hepatitis B ialah penyakit hepatitis jenis B yang dikategorikan sebagai penyakit menular dan termasuk penyakit menular berbahaya. jenis Hepatitis B ini masuk dalam kategori hepatitis akut atau menahun. Jenis hepatitis B dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan sel-sel hati, virus mampu bertahan dan menetap di dalam tubuh, sehingga bersifat kronis dan selanjutnya berpotensi merusak jaringan hati secara perlahan. Akhirnya organ hati rusak, mengecil, dan mengeras (sirosis) atau timbul kanker hati. Indonesia termasuk negara endemic jenis hepatitis B ( VHB ). Setiap 100 orang, diperkirakan 2-10 orang terinfeksi jenis hepatitis B ini, terutama di provinsi Nusa Tenggara Barat dan di provinsi-provinsi bagian timur Indonesia. Tidak cuma Indonesia, ternyata China dan negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia merupakan negara dengan tingkat endemisitas infeksi hepatitis B tinggi, yaitu setiap 100 orang ada delapan orang positif menderita jenis hepatitis B. sehingga penyakit jenis hepatitis yang merupakan
penyakit yang harus diwaspadai dengan seksama dapat dikatakan sebagai salah satu pengertian hepatitis B.
3. Hepatitis C
Pengertian hepatitis C adalah penyakit jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus C (Hepatitis C Virus – HCV) dan ditularkan melalui jarum suntik, jarum tindik, dan tato yang terinfeksi dan transfuse darah atau produk darah yang terinfeksi, cuci darah, cangkok organ. Selain itu juga alat perawatan tubuh bersama seperti silet cukur, sikat gigi dan gunting kuku. Bedanya dengan jenis hepatitis B, penularan jenis hepatitis C tidak melalui kontak pribadi (misalnya hubungan seks atau kelahiran bayi dari ibu yang terinfeksi). Namun sumber penularan terbesar adalah jarum suntik yang digunakan bersama-sama di antara para pengguna narkoba. Jenis hepatitis C lebih ganas dibanding Jenis hepatitis B. Bom waktu bagi kesehatan masyarakat merupakan pengertian hepatitis C atau VHC yang sering dikumandangkan oleh ahli medis, karena berpeluang besar menjadi kronis yang bisa membawa kematian jika berkembang menjadi sirosis atau kanker hati. Sementara itu, belum ada vaksin untuk virus jenis hepatitis C ini, sehingga sulit dilakukan pencegahan. Jenis Hepatitis C ini seringkali tanpa gejala, sehingga penderita bisa bertahun-tahun terinfeksi tanpa menyadari bahwa dirinya mengidap VHC dan berpotensi menularkannya. Virus hepatitis C berada dalam darah dan cairan tubuh, dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah khusus, dimana di dalam darah ditemukan adanya HCV-RNA setelah 1-2 minggu terinfeksi virus jenis hepatitis C (VHC). Pengertian hepatitis C memang terkesan menyeramkan karena karakteristik virusnya yang “pandai” mengecoh, dan berkembang tanpa diketahui sudah mencapai tahap berbahaya.
4. Hepatitis D
Pengertian hepatitis D adalah penyakit hepatitis jenis D yang disebabkan oleh virus yang dikenal dengan sebutan Delta yaitu virus cacat yang perkembangannya dibantu oleh hepatitis B. Dan virus hepatitis D inilah yang paling berbahaya walaupun jarang memasuki jaringan tubuh manusia. Infeksi jenis hepatitis D ( VHD ) ditemukan di berbagai negara di seluruh dunia, namun prevalensinya bervariasi. Di Asia Tenggara dan China nyari tidak dikenal. Demikian juga di Amerika Serikat, kecuali di kalangan
pengguna narkotika dan pengidap hemophilia. Sekitar 20-40% pengidap HVD berada di Afrika, Timur Tengah, dan Italia Selatan. Sisanya tersebar di berbagai negara. Namun diketahui bahwa pengidap hepatitis D di seluruh dunia diperkirakan berjumlah 10 juta orang. Pengertian Hepatitis D (VHD) yang lain adalah infeksi virus pada organ hati yang hanya bisa diperoleh atau hanya bisa terjadi pada mereka yang telah mengidap hepatitis B aktif. Kolaborasi jenis hepatitis B ( VHB ) dan jenis hepatitis D ( VHD ) tersebut bisa akut (sembuh sendiri) atau berkembang menjadi parah (kronis) sehingga timbul fulminant hepatitis. masa inkubasi jenis hepatitis D ini antara 3-7 minggu.
5. Hepatitis E
pengertian hepatitis E adalah penyakit hati yang disebabkan virus jenis hepatitis E ( VHE ). Jenis Hepatitis E ditemukan pada tahun 1980-an, Hepatitis E didiagnosis setelah ditemukan virus VHE dalam darah yang disertai dengan zat anti-IgM dan anti-VHE. Menurut para ahli, jenis hepatitis E tidak perlu ditakuti meski bisa menahun.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
Gejalanya serupa denga penyakit hepatitis C, sering kali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B dan / C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun kronik. Penularannya melalui transfusi
darah jarum suntik.
Gambar : Virus-virus hepatitis yang menyebabkan gangguan pada fungsi hati
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit hepatitis adalah :1) Timbul rasa tidak enak badan2) Tubuh mudah merasa letih, lesu dan mudah capek3) Penurunan nafsu makan4) Penurunan sistem kekebalan tubuh dan daya tahan tubuh yang
tidak menentu5) Perut sering terasa mual ingin muntah6) Mengalami demam7) Terjadi perubahan pada warna kulit dan mata menjadi kuning8) Perubahan warna urine menjadi kuning tua atau kecokelatan
http://denydewasa.blogspot.com/2012/02/penjelasan-penyakit-hepatitis.html
Berikut ini pencegahan hepatitis secara umum:• Menjaga kebersihan, misalnya selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau mengganti popok.• Hindari minum langsung dari air keran, di negara sendiri maupun di luar negeri.• Hindari pemakaian obat-obat terlarang/narkoba, dan penggunaan alat suntik dan alat cukur bersama.• Lakukan hubungan seks yang aman.• Hindari konsumsi alcohol berlebihan.• Perbanyak mengkonsumsi air mineral.• Ikuti pola makan seimbang: sayur, buah, protein, karbohidrat, lemak.
Sumber Artikel: http://www.djamilah-najmuddin.com/pencegahan-hepatitis
Diet Bagi Penderita Hepatitis
Pada penderita Hepatitis, fungsi metabolisme tubuhnya pasti terganggu. Dalam keadaan normal, hati mengandung bermacam-macam enzim metabolisme sehingga seluruh proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta proses detoksifikasi racun/toksin terjadi di dalam hati. Hati juga memproduksi empedu yang bermanfaat untuk absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K. Maka, kelainan atau kerusakan fungsi hati akan berpengaruh terhadap kerja saluran cerna dan proses penyerapan zat gizi, sehingga sering menyebabkan gangguan gizi.
Diet bagi penderita Hepatitis bertujuan meringankan kerja hati yang sedang sakit sekaligus memperbaiki kerusakan sel hati akibat peradangan. Berikut adalah panduan pemberian makanan bagi penderita Hepatitis :
1. Pemberian karbohidrat yang mudah dicerna misalnya bubur, nasi tim, kentang dll serta makanan yang berkadar gula tinggi, seperti madu, buah dll.
2. Pemberian sayuran dipilih yang sedikit mengandung serat seperti bayam, wortel, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung dan sebagainya.
3. Pengolahan makanan dengan cara direbus atau dikukus hingga cukup lunak.
4. Hindari : o Makanan yang menimbulkan gas: ubi, kacang merah, kol, sawi,
lobak, nangka, durian, dll.o Makanan tinggi garam dan makanan yang diawetkan: sosis, ikan
asin, kornet, dll.o Makanan yang terlalu berlemak: gorengan, santan, jeroan, dll.o Penambahan bumbu masak yang terlalu tajam.
http://www.taranatureepa.co.id/diet-bagi-penderita-hepatitis/
3. GAGAL HATIhttp://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/gagal-hati-_-951000103639
Gagal Hati adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan sel hati untuk beregenerasi, menyebabkan kerusakan hati dan hilangnya fungsi hati. Hal ini biasanya terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Gagal hati dini sulit dideteksi akibat gejalanya yang umum, seperti mual, kehilangan nafsu makan dan rasa lelah. Ketika penyakit berlanjut, gejala lebih serius timbul, seperti ikterus (penguningan pada kulit), pembengkakan perut, mudah berdarah dan timbul disorientasi mental. Akan tetapi, pada gagal hati akut, hati dapat kehilangan fungsinya dalam hitungan hari. Hal ini berpotensi mengancam jiwa karena dapat menyebabkan komplikasi yang berat, seperti infeksi, edema otak dan perdarahan. Gagal hati kronis seringkali disebabkan oleh hepatitis B & C, asupan alkohol berlebihan jangka panjang dan sirosis. Gagal hati akut seringkali berhubungan dengan overdosis obat-obatan atau infeksi virus. Untungnya, kebanyakan gagal hati akut dapat membaik ketika agen penyebabnya ditangani atau dihilangkan. Akan tetapi, pada gagal hati kronis dimana hati memburuk secara progresif selama bertahun-tahun, kerusakan seringkali bersifat menetap dan penanganan ditujukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pada kasus berat, transplantasi hati mungkin diperlukan.
Tanda dan gejala Gagal Hati yang mungkin timbul:
Kehilangan selera makan Kelelahan Mual Mudah berdarah Pembengkakan perut Sakit perut
Penyebab Gagal Hati adalah:
Malnutrisi Menderita Hemokromatosis Menderita Hepatitis Autoimun (Hepatitis Autoimun adalah suatu
kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada hati) Menderita infeksi virus Hepatitis A Menderita infeksi virus Hepatitis B Menderita infeksi virus Hepatitis C Menderita Penyakit Wilson (Penyakit Wilson adalah suatu kondisi medis
yang diturunkan yang ditandai dengan adanya kelebihan tembaga dalam tubuh, menyebabkan kerusakan hati dan sistem saraf)
Menderita Sindrom Reye Menderita Sirosis Hati Minum alkohol terlalu banyak untuk jangka waktu yang lama
Risiko terjangkit Gagal Hati meningkat bila Anda:
Adalah seorang pecandu alkohol Sedang menderita Obesitas Sering menggunakan Kortikosteroid Sering terpapar oleh racun, seperti arsenik dan pestisida Telah didiagnosa mengidap Diabetes Mellitus Telah didiagnosa mengidap Hipertrigliseridemia (Hipertrigliseridemia,
yang juga dikenal dengan kadar trigliserida yang tinggi, adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar trigliserida dalam darah yang lebih tinggi dari normal. Trigliserida adalah suatu jenis lemak yang ditemukan di dalam darah yang disimpan dalam sel-sel lemak ketika jumlahnya berlebih)
Telah didiagnosa mengidap Penyakit Arteri Koroner 9Penyakit Arteri Koroner adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penyempitan atau blokade arteri koroner (pembuluh arteri yang memasok darah ke jantung)
Gagal Hati dapat dicegah bila Anda:
Berhubungan seks dengan perlindungan Hindari berbagi barang-barang pribadi dengan orang yang terinfeksi Jangan berbagi jarum suntik, gunting dan pisau cukur dengan orang
lain Jauhkan diri dari alkohol Mempraktekkan kebersihan pribadi yang baik Menjaga berat badan yang sehat Menjaga diet yang seimbang, pilih diet sehat. pilih pola makan nabati
dengan berbagai buah-buahan dan sayuran. batasi makanan tinggi lemak.
Pergi untuk melakukan Vaksinasi Hepatitis B
GANGGUAN KANDUNG EMPEDU1. KOLESTASIS
A.DEFINISI Kolestasis adalah berkurangnya atau terhentinya aliran empedu yang dapat disebabkan oleh gangguan aliran empedu bisa terjadi di sepanjang jalur antara sel-sel hati dan usus dua belas jari (duodenum, bagian paling atas dari usus halus). Meskipun empedu tidak mengalir tetapi hati terus mengeluarkan bilirubin yang akan masuk ke dalam aliran darah. Bilirubin kemudian di endapkan di kulit dan dibuang ke air kemih dan menyebabkan jaundice (sakit kuning).
B. ETIOLOGI Gangguan aliran empedu bisa terjadi di sepanjang jalur antara sel-sel hati dan usus dua belas jari (duodenum, bagian paling atas dari usus halus). Meskipun empedu tidak mengalir, tetapi hati terus mengeluarkan bilirubin yang akan masuk ke dalam aliran darah. Bilirubin kemudian diendapkan di kulit dan dibuang ke air kemih, menyebabkan jaundice (sakit kuning).
Untuk tujuan diagnosis dan pengobatan, penyebab kolestasis dibagi menjadi 2 kelompok: 1. Berasal dari hati - Hepatitis - Penyakit hati alkoholik - Sirosis bilier primer - Akibat obat-obatan - Akibat perubahan hormon selama kehamilan (kolestasis pada kehamilan). 2. Berasal dari luar hati - Batu di saluran empedu - Penyempitan saluran empedu - Kanker saluran empedu - Kanker pankreas - Peradangan pankreas.
C. GEJALA Jaundice dan air kemih yang berwarna gelap merupakan akibat dari bilirubin yang berlebihan di dalam kulit dan air kemih. Tinja terkadang tampak pucat karena kurangnya bilirubin dalam usus. Tinja juga bisa mengandung terlalu banyak lemak (stetore), karena dalam usus tidak terdapat empedu untuk membantu mencerna lemak dalam makanan. Berkurangnya empedu dalam usus, juga menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium dan vitamin D. Jika kolestasis menetap, kekurang kalsium dan vitamin D akan menyebabkan pengeroposan tulang, yang menyebabkan rasa nyeri di tulang dan patah tulang.Juga terjadi gangguan penyerapan dari bahan-bahan yang diperlukan untuk pembekuan darah, sehingga penderita cenderung mudah mengalami perdarahan. Terdapatnya empedu dalam sirkulasi darah bisa menyebabkan gatal-gatal (disertai penggarukan dan kerusakan kulit).Jaundice yang menetap lama sebagai akibat dari kolestasis, menyebabkan kulit berwarna gelap dan di dalam kulit terdapat endapan kuning karena lemak.Gejala lainnya tergantung dari penyebab kolestasis, bisa berupa nyeri perut, hilangnya nafsu makan, muntah atau demam.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan paling rasional untuk kolestasis adalah perbaikan aliran
empedu ke dalam usus. Pada prinsipnya ada beberapa hal pokok yang
menjadi pedoman dalam penatalaksanaannya, yaitu:
1. Sedapat mungkin mengadakan perbaikan terhadap adanya gangguan
aliran empedu
2. Mengobati komplikasi yang telah terjadi akibat adanya kolestasis
3. Memantau sedapat mungkin untuk mencegah kemungkinan terjadinya
keadaan fatal yang dapat mengganggu proses regenerasi hepar
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat mencegah terjadinya gangguan
pertumbuhan
5. Sedapat mungkin menghindari segala bahan/keadaan yang dapat
mengganggu/merusak hepar
Dalam hal ini pengobatan dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
1. Tindakan medis
§ Perbaikan aliran empedu: pemberian fenobarbital dan
kolestiramin, ursodioxy cholic acid (UDCA).
§ Aspek gizi: lemak sebaiknya diberikan dalam bentuk MCT
(medium chain triglyceride) karena malabsorbsi lemak.
§ Diberikan tambahan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K)
2. Tindakan bedah
Tujuannya untuk mengadakan perbaikan langsung terhadap kelainan
saluran empedu yang ada.
§ Operasi Kasai (hepatoportoenterostomy procedure)
diperlukan untuk mengalirkan empedu keluar dari hati, dengan
menyambungkan usus halus langsung dari hati untuk
menggantikan saluran empedu (lihat gambar di bawah). Untuk
mencegah terjadinya komplikasi cirrhosis, prosedur ini
dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin, diupayakan
sebelum anak berumur 90 hari. Perlu diketahui bahwa operasi
Kasai bukanlah tatalaksana definitif dari atresia biliaris, namun
setidaknya tindakan ini dapat memperbaiki prognosis anak dan
memperlambat perjalanan menuju kerusakan hati (Nezer, 2010).
2. Penyakit Batu Empedu
Empedu adalah sejenis organ tubuh yang berfungsi untuk melumatkan lemak yang ada pada kolesterol. Ia terletak dibawah organ hati . Karena fungsinya itulah ia sering disebut dengan kandung empedu. Empedu terbuat dari bilirubin, garam empedu dan kolsterol. Organ kadung empedu inilah yang sering kali engkonstruksi batu empedu. Batu empedu ini seringkali ditemukan pada mereka yang hatinya menderita sakit (cirosis), sehingga saluran empedunya mengalami infeksi dan terjadi kelainan darah. Biasanya batu empedu seperti ini sering pula disebut dengan batu kolesterol Disamping batu kolesterol ditemukan pula batu pigmen, sejenis batu empedu yang sampai kini belum begitu jelas perannya bagi tubuh manusia. Batu empedu inilah yang sering kali menimbulkan rasa sakit dan berbagai macakeluhan rasa tidak nyaman pada penderitanya.
Dalam ilmu medis seringkali penyakit batu empedu ini ditemukan pada wanita yang bertubuh gemuk dan agak gemuk. Umumnya orang yang bertubuh gemuk demikian biasanya garam empedu darahnya menurun, sehingga kolsterol dalam empedunya naik. Kondisi itulah yang dianggap menjadi biang keladi terbentuknya batu empedu pada penderita. Disamping itu penyakit batu empedu ini juga sering dijumpai pada wanita hamil atau para pemakai pil KB (keluarga berencana) yang diperkirakan akibar dari
pengaruh hormon estrogen.
Penyebab dan Gejala Penyakit Batu Empedu
Seseorang yang terdiagnosa menderita sakit batu empedu atau gallstone terkadang tidak merasakan gejala apapun di
tahap awal terbentuknya batu empedu. Batu empedu yang berada dalam saluran kantung empedu lama-kelamaan akan tumbuh sedikit demi sekidit yang kemudian membesar yang semakin lama baru akan mulai terasa gejala yang tidak enak dirasakan pada tubuh.
Jika batu empedu sudah terbentuk dan jumlahnya semakin banyak, seorang penderita sakit batu empedu akan mulai merasakan gejala seperti sakit di bagian seputar pinggang, namun terkadang gejala demikian sering disalah artikan sebagai gejala dari sakit ginjal.
Saluran empedu
Batu empedu di saluran empedu
Penyebab penyakit batu empedu
Dari banyaknya kasus penyakit yang muncul, selalu berawal dari kesalahan dalam pola asupan terhadap makanan yang cenderung banyak mengandung lemak jenuh serta gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan bagi terciptanya batu
empedu di saluran empedu. Bila pola makan terhadap makanan tinggi lemak dan kolesterol semakin dibiarkan maka batu empedu akan semakin membesar yang kemudian menimbulkan faktor resiko terhadap komplikasi penyakit lainnya diseputar organ hati dan saluran kantung empedu.
Faktor penyebab dari terbentuknya batu empedu adalah :
1. Faktor kehamilan yang memiliki kemungkinan berkembangnya batu empedu
2. Faktor usia, semakin lanjut usia semakin besar peluang terbentuknya batu empedu.
3. Kegemukan yang selalu memainkan peran dalam suatu resiko penyakit.
4. Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi seperti pil KB dan pil hormon
5. Pola diet yang salah yang mengakibatkan penurunan berat badan yang sangat drastis.
6. Seringnya mengkonsumsi obat antibiotik untuk menurunkan gejala dari suatu penyakit yang juga dapat menyebabkan tumbuhnya batu empedu.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit batu empedu
Batu empedu yang semakin lama, semakin membentuk dan memmbesar akan mulai menunjukkan gejala yang tidak enak, seperti perut kembung yang merupakan salah satu gejala umum dari sakit batu empedu, sering bersendawa dan membuang gas juga dapat diartikan sebagai gejala dari berkembangnya batu empedu.
Batu empedu yang terbentuk dari beberapa komponen memiliki jenis yakni :
- Batu kolesterol yang merupakan jenis batu empedu yang paling umum dan banyak ditemukan dalam dunia medis. Batu empedu inti terbentuk akibat tingginya kadar kolesterol dalam tubuh yang tidak mampu dikeluarkan oleh tubuh saat buang air kecil.
- Batu pigmen, atau batu empedu yang memiliki warna hitam atau cokelat. Perbedaannya adalah bila batu empedu yang berwarna hitam terbentuk dari kalsium berlebih yang masuk dalam tubuh dan tidak mampu larut dalam tubuh, dan batu empedu hitam ini cenderung lebih keras dibanding dengan batu empedu cokelat yang lebih lembut dan mudah hancur.
Posted in Batu Empedu, Penyakit Batu Empedu | Tagged batu empedu penyebab, batu empedu tanpa operasi, ciri ciri penyakit batu empedu, gejala batu empedu, gejala empedu, gejala penyakit batu empedu, gejala sakit batu empedu, penyakit batu empedu, penyakit batu empedu adalah,
penyebab penyakit batu empedu, penyebab sakit batu empedu, sakit batu empedu | Leave a comment
Cara Mencegah Pembentukan Batu Empedu
Ada berbagai faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan batu empedu, anatara lain faktor genetik, kegemukan, obat-obatan, etnis, penyakit (misal kencing manis, sirosis hati, dsb), diet, kurang olahraga dll. Dari faktor-faktor tersebut, ada faktor yang bersifat dapat dikendalikan dan ada yang tidak dapat dikendalikan. Dalam rangka mencegah terbentuknya batu empedu, tentunya upaya yang dapat dikendalikan seperti faktor diet, mengatur berat badan dan olahraga.
Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya batu empedu, misalnya dengan melakukan perubahan pada pola diet dan gaya hidup.
Berikut ini ada tips sederhana cara mencegah terbentuknya batu empedu :
1. Membatasi asupan lemak
Tidak semua lemak memberikan resiko terbentuknya batu empedu, namun lemak yang jumlahnya melebihi kapasitas dalam tubuh tanpa diimbangi dengan komponen lainnya akan membuat timbunan lemak yang akhirnya menimbulkan resiko terhadap gangguan penyakit tubuh, seperti terbentuknya batu empedu.
Dengan membatasi dan mencukup asupan lemak dari berbagai jenis makanan maupun minuman merupakan salah satu langkah awal dalam mencegah terbentuknya batu empedu. Batasi makanan yang tinggi lemak jenuh, seperti daging merah dan mentega yang dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu.
Tubuh tetap membutuhkan lemak untuk memproduksi energi, oleh karenanya beralihlah mengkonsumsi lemak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun atau asam lemak omega 3 akan membantu mengurangi resiko terkena batu empedu.
2. Menjaga berat badan tetap sehat ideal
Kelebihan berat badan atau memiliki obesitas semakin memperluas peluang resiko terbentuknya batu empedu. Hidup yang sehat juga perlu diimbangi dengan olahraga minimal 30 menit per sessi cukup 2-3 kali dalam seminggu.
3. Hindari diet tinggi lemak
Diet bukan berarti mengurangi porsi makanan, hanya memperkecil porsi makan, mengurangi atau membatasi jumlah asupan lemak, makanan yang banyak mengandung kalori atau kolesterol tinggi. Lebih baik makan dengan porsi sedikit namun sering dibanding makan dalam jumlah atau porsi banyak namun jarang.
Melakukan diet yang terlalu ketat tanpa diimbangi dan mencukupi kebutuhan komponen zat gizi, berat badan tubuh akan menurun drastis, dan kemudian membuat tubuh mudah lemas dan peluang terbentuknya batu empedu semakin meningkat, karena organ hati dan empedu tidak mendapatkan asupan atau kecukupan gizi, mineral, lemak dan kalori dalam jumlah normal.
4. Membatasi konsumsi alkohol dan kopi
Alkohol tidak hanya terdapat pada jenis minuman saja, alkohol juga terkandung dalam beberapa jenis makanan seperti panganan yang menggunakan ragi, tuak, bir dsb.
Beberapa pendapat ada yang berpendapat bahwa dengan mengkonsumsi alkohol maksimal 2 gelas dalam sehari dapat membantu mengurangi terbentuknya batu empedu.
Hal senada juga disampaikan pada sebuah majalah di The New York Times Health Guide, jika seorang wanita minum 1 oz alkohol dalam sehari dapat mengurangi risiko dari terbentukya batu empedu hingga 20 %.
Kopi yang mengandung unsur kafein tak selalu berbahaya bagi tubuh. Konsumsi dalam takaran normal (1 cangkir = 100 ml). Unsur kafein dalam kopi akan berkontribusi di dalam kandung empedu yang dapat mengurangi proses pembentukan batu empedu.
5. Konsumsi serat pada buah dan sayuran hijau
Diketahui berbagai jenis buah dan sayuran hijau memiliki kandungan tinggi serat yang sangat dibutuhkan tubuh. Mereka yang melakukan penurunan berat badan dan diet untuk membatasi jumlah lemak dengan mencukupi konsumsi serat maka akan membantu mengurangi resiko dari terbentuknya batu empedu.
Konsumsi makanan yang mengandung jenis kacang-kacangan seperti almond, kacang tanah dan kenari sangat baik dalam pencegahan terjadinya batu empedu. Serat yang juga terkandung dalam jenis sayuran hijau seperti brokoli, kol hijau, bayam, katuk dan sayuran hijau lainnya merupakan
sumber serat penting bagi tubuh. Hal penting lainnya adalah membatasi atau mengurangi asupan makanan yang mengandung gula dan karbohidrat, karena dapat memberatkan kerja empedu. Selain itu jangan pernah melewatkan waktu atau jam makan anda, karena hal itu penting dalam pencegahan batu empedu.
http://penyakitbatuempedu.com/
GANGGUAN PANKREAS1. PANKREATITIS
A. Pengertian
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada
pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang
relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan
cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner
& Suddart, 2001; 1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari
pankreas. (Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis.
(Sandra M. Nettina, 2001)
B. ETIOLOGI
Konsumsi alkohol dalam masyarakat Barat dan malnutrisi yang terdapat
diseluruh dunia merupakan penyebab utama pankreatitis kronis. Alkohol
juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel pankreas. Kemungkinan
terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih besar dan akan lebih parah pada
pasien-pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk atau yang
kandungan lemaknya terlampau tinggi atau rendah.
C. KLASIFIKASI
a. Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat
tercernanya organ ini oleh enzim- enzimnya sendiri, khususnya
oleh tripsin. (Brunner & Suddart, 2001:1339)
b. Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai
oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada
pankreas. (Brunner & Suddart, 2001:1348)
D. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang
menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan
abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema
pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul
rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul
pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa
sakit.
Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati
(midepigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan terjdi 24-48 jam
setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini
dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit
menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan
pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen,
adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas
dan dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh
pankreatitis sering disertai dengn muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba
pada abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan
merupakan tanda yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak
jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan
disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis
haemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan
biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah
empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia
serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang
kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga
peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang
dingin serta basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering
dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan
hasil pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia,
hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi
pada pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001:1339)
E. KOMPLIKASI
1. Timbulnya Diabetes Mellitus
2. Tetani hebat
3. Efusi pleura (khususnya pada hemitoraks kiri)
4. Abses pankreas atau psedokista.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
2. Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi
pankreas,abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
3. Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa
fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas.
Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
4. Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
5. Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan
dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya
udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan
abses, kalsifikasi pankreas.
6. Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran
pankreas/inflamasi.
7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas
(kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).
8. Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi
lebih lama.
10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
11. Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit bilier.
12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan
permeabilitas kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis
pankreas).
14. Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis,
insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen
penyebab pankreatitis akut.
16. LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb
mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat
(hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan
kedalam pankreas atau area retroperitoneal.
18. Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya
kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine
analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada
(kerusakan glomerolus).
19. Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim
pankreas dengan inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan
pada penyebab gangguan. Prioritas keperawatan dan medis untuk
penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai
berikut:
1. Penggantian cairan dan elektrolit
Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis
akut. Larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah
koloid atau ringer laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku
atau albumin. Tanpa memperhatikan larutan mana yang dipergunakan.
Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal
ini diduga mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap
dapat melakukan perfusi dan ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal
akut. Pasien dengan pankreatitis hemorragia kut selain mendapat terapi
cairan mungkin juga membutuhkan sel-sel darah merah untuk memulihkan
volume. Pasien dengan penyakit
Parah yang mengalami hipertensi, gagal memberikan respon terhadap terapi
cairan mungkin membutuhkan obat-obatan untuk mendukung tekanan
darah. Obat pilihannya adalah dopamin yang dapat dimulai pada dosis yang
rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan obat ini adalah bahwa dosis rendah
dapat menjaga perfusi ginjal sementara mendukung tekanan darah. Pasien
hipokalsemia berat ditempetkan pada situasi kewaspdaan kejang dengan
ketersediaan peralatan bantu nafas. Perawat bertanggung jawab untuk
memantau kadar kalsium, terhadap pemberian larutan pengganti dan
pengevaluasian respon pasien terhadap kalsium yang diberikan.
Penggantian kalsium harus didifusikan melalui aliran sentral, karena infiltrasi
perifer dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pasien juga harus dipantau
terhadap toksisitas kalsium. Hipomagnesemia juga dapat timbul bersama
hipokalsemia dan magnesium yang juga perlu mendapat penggantian.
Koreksi terhadap magnesium biasanya dibutuhkan sebelum kadar kalsium
menjadi normal. Kalium adalah elektrolit lain yang perlu diganti sejak awal
sebelum regimen pengobatan karena muntah yang berhubungan dengan
pangkreatitis akut. Kalium dalam jumlah yang berlebihan juga terdapat
dalam getah pankreas. Kalsium harus diberikan dalam waktu lambat lebih
dari satu jam lebih dengan menggunakan pompa infus. Pada beberapa
kasus, hiperglikemia dapat juga berhubungan dengan dehidrasi atau
ketidakseimbangan elektrolit lainnya. Mungkin diperintahkan pemberian
insulin lainnya dengan skala geser, insulin ini perlu diberikan dengan hati-
hati, karena kadar glukagon sementara pada pankreatitis akut (Hudak dan
Gallo, 1996).
2. Pengistirahatan pankreas
Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis
akut untuk menekan sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan
pelepasan sekretin dari duodenum. Mual, muntah dan nyeri abdomen dapat
juga berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini dalam
perawatan. Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi
lambung berat atau penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah
komplikasi akibat aspirasi pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral)
harus dipertahankan sampai nyeri abdomen reda dan kadar albumin serum
kembali normal. Namun parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis
mendadak dan parah yang tetap dalam status puasa jangka panjang dengan
suction nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus
atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena dapat
meningkatkan kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk proses
peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya
dapat dimulai kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat
sesuai toleransi. Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien.
Perawatan mulut yang sering dan posisi yang sesuai serta memberikan
pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan
mempertahankan integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien.
Dianjurkan tirah baring untuk mengurangi laju metabolisme basal pasien. Hal
ini selanjutnya akan mengurangi rangsangan dari sekresi pankreas (Hudak
dan Gallo, 1996).
3. Penatalaksanaan nyeri
4. Analgesik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi
rangsangan saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas.
Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan morfin karena morfin dapat
menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).
5. Pencegahan komplikasi
6. Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan.
Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung
dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau
duodenitis (Sabiston, 1994).
7. Diet Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).
9.Pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym),
pankrease (Barbara C. long, 1996).
10. Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi (Barbara C.
long,1996).
11. Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang
menyertai penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus
komunistidak memberikan respon terhadap terapi konservatif selama 48 jam
pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus
komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang
memburuk secara progresif. Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau
kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan intervensi yang dini
mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan
sampai pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu
bisa dilakukan dengan batas keamanan yang lebih besar (Sabiston, 1994).
H. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan nyeri perutnya yang khas, terutama pada
orang yang menderita penyakit batu empedu atau pada alkoholik. Pada
pemeriksaan fisik, otot dinding perut tampak kaku. Pada pemeriksan dengan
stetoskop, suara pergerakan usus terdengar berkurang.
Kadar enzim yang dihasilkan oleh pankreas (amilase dan lipase) biasanya
meningkat pada hari pertama namun segera kembali normal pada hari ke3
dan ke7.Kadang-kadang, kadar enzim ini tidak meningkat karena begitu
banyaknya bagian pankreas yang dirusak sehingga hanya sedikit yang
tertinggal dan menghasilkan enzim. Penderita pankreatitis akut berat
memiliki jumlah sel darah merah yang lebih kecil dari normal, karena adanya
perdarahan ke dalam pankreas dan perut.
Pemeriksaan foto rontgen perut standar bisa memperlihatkan pelebaran
usus atau memperlihatkan satu atau lebih batu empedu.
Pemeriksaan USG bisa menunjukkan adanya batu empedu di kandung
empedu dan kadang-kadang dalam saluran empedu, selain itu USG juga bisa
menemukan adanya pembengkakan pankreas.
Skening dengan tomografi bisa menunjukkan perubahan ukuran dari
pankreas dan digunakan pada kasus-kasus yang berat dan kasus-kasus
dengan komplikasi (misalnya penurunan tekanan darah yang
hebat).Gambaran yang sangat jelas pada tomografi, membantu dokter
dalam menegakkan diagnosis yang tepat.
Pada pankreatitis akut yang berat, skening tomografi (CT scan) membantu
menentukan ramalan penyakitnya (prognosis). Bila pankreas tampak hanya
membengkak ringan, prognosisnya bagus. Bila tampak kerusakan pada
sebagian besar pankreas, maka prognosisnya tidak begitu baik.
Endoskopi kolangiopankreatografi rertograd (tehnik sinar X yang
menunjukan struktur dari saluran empedu dan saluran pankreas) biasanya
dilakukan hanya jika penyebabnya adalah batu empedu pada saluran
empedu yang besar. Endoskopi dimasukkan melalui mulut pasien dan masuk
ke dalam usus halus lalu menuju ke sfingter Oddi. Kemudian disuntikkan zat
warna radioopak ke dalam saluran tersebut. Zat warna ini terlihat pada foto
rontgen. Bila pada rontgen tampak batu empedu, bisa dikeluarkan dengan
menggunakan endoskop.
2. KANKER PANKREAS (Ca Pankreas)
A. Pengertian
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). (Sylvia, 2006).
Kanker berawal dari kerusakan materi genetika atau DNA (Deoxyribo
Nuclead Acid) sel. Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetika sudah
cukup untuk menghasilkan suatu jaringan baru, sehingga kanker disebut
juga penyakit seluler (Tjokronegoro, 2001). Kanker adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal.
(Doegoes, 2000).
Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel Yang
melapisi saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas merupakan
adenokarsinoma. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan agak
lebih sering menyerang orang kulit hitam. Tumor ini jarang terjadi sebelum
usia 50 tahun dan rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang
berumur 55 tahun. (Brunner & Suddarth, 2001).
B. Etiologi
Adapun etiologi dari Kanker Pankreas yaitu :
1. Faktor Resiko Eksogen
Merupakan adenoma yang jinak dan adenokarsinoma yang ganas yang
berasal dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor kistik. Yang
termasuk factor resiko eksogen adalah makanan tinggi lemak dan kolesterol,
pecandu alkohol, perokok, orang yang suka mengkonsumsi kopi, dan
beberapa zat karsinogen.
2. Faktor Resiko Endogen
Contohnya : Penyakit DM, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas (masih
belum jelas, Setyono, 2001).Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke
organ di sekitarnya atau melalui pembuluh darah kelenjar getah bening.
Lebih sering ke hati, peritoneum, dan paru. Tapi agak jarang pada adrenal,
Lambung, duodenum, limpa. Kolestasis Ekstrahepatal. Kanker di kaput
pankreas lebih banyak menimbulkan sumbatan pada saluran empedu
disebut Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum sehingga terjadi
perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya di korpus dan kauda akan
lebih sering mengalami metastasis ke hati, bisa juga ke limpa. (Setyono,
2001).
C. Insiden
Insiden kanker pankreas terus meningkat sejak 20 hingga 30 tahun yang
lalu, khususnya pada orang-orang yang bukan kulit putih. Kanker pankreas
merupakan penyebab kematian terkemuka pada urutan ke-4 di Amerika
Serikat dan paling sering ditemukan pada usia 60 – 70an tahun. Kebiasaan
merokok, kontak dengan zat kimia industri atau toksin dalam lingkungan,
serta diet tinggi lemak,daging atau pun keduanya. Memiliki hubungan
dengan peningkatan insidens kanker pankreas meskipun peranannya dalam
menyebabkan kelainan keganasan ini masih belum jelas seluruhnya. Risiko
kanker pankreas akan meningkat bersamaan dengan tingginya kebiasaan
merokok. Pankreas dapat pula menjadi tempat metastasis dari tumor lain.
(KMB Brunner & Suddarth, 2001).
D. Gejala Klinis
Penyakit kanker pankreas dapat tumbuh pada setiap bagian pankreas,
adalah pada bagian kaput, korpus atau kauda dengan menimbulkan gejala
klinis yang bervariasi menurut lokasi lesinya dan bagaiman pulau langerhans
yang mensekresikan insulin.
Tumor yang berasal dari kaput pankreas (yang merupakan lokasi paling
sering) akan memberikan gambaran klinik tersendiri. Dalam kenyataannya,
karsinoma pankreas memiliki angka keberhasilan hidup 5 tahunan, paling
rendah bila dibandingkan dengan karsinoma lainnya. (Tjokronegoro, 2001)
Gejala khas yaitu :Nyeri pada abdomen yag hebat khususnya pada
epigastrium. Rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang juga disertai
nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas
sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Karena sumbatan pada
duktus koledikus Ikterus .
Kadang-kadang timbul perdarahan gastrointestinal yang terjadi akibat erosi
pada duodenum yang disebabkan oleh tumor pankreas.Gangguan rasa
nyaman menyebar sebagai rasa nyeri yang menjengkelkan ke bagian tengah
punggung dan tidak berhubungan dengan postur tubuh maupun
aktivitassinoma pankreas. Serangan nyeri dapat dikurangi dengan duduk
membungkuk. Dimana sel-sel ganas dari kanker pancreas.
Umumnya terjadi ansietas sering terlepas dan masuk ke dalam rongga
peritoneum sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya metastasis.
Timbulnya gejala defisiensi insulin yang terdiri atas glukosuria, Diabetes
dapat hiperglikemia dan toleransi glukosa yang abnormal menjadi tanda dini
kanker pankreas.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Anemia karena terjadi defisiensi zat besi, nutrisi, perdarahan per anal.
Amylase serum meningkat.
TES faal hati bilirubin, serum, SGT, SGOT
- Kadar glukosa darah > 20 %.
2. Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen akan terasa suatu massa epigastrium. Letak
tumor pada peritoneal. Pada beberapa pasien dapat di raba adanya
pembesaran kandung empedu, hepatomegali (akibat bermetastasis). Bila
ditemukan asites maka akan terjadi invasi ke peritoneum.
3. Pemeriksaan Radiologi
Yang paling baik adalah dengan menggunakan ERCP (Endoscopic Retrogade
Cholangi®ong Pancreatography).
Dengan memasukkan media control ke dalam canula melalui papilla vateri
ke dalam duktus pankreatikus. è Duodenoskop ® merupakan tindakanèPTC
(Percutaneous Transhepatic Cholangiography) ®lain yang dapat dilakukan
untuk mengenali obstruksi saluran empedu oleh tumor pankreas. Apabila
ada tanda kolestasis ekstrahepatik di ujung duktus koledikus yang tumpul.
Ultrasonografi®
a. Tanda Primer yaitu pembesaran local pankreas, densitas gema
massa yang tampak rendah homogen, pelebaran saluran
pankreas pada kaput timbul gejala pelebaran saluran empedu.
b. Tanda sekunder
4. Pemeriksaan Endoskopi
Akan tampak pendesakan antrum lambung ke ventral.
a. Duodenoskopi
Bila terlihat pembesaran organ di sekitar kurva duodenal yang berbenjol,
dengan disertai vaskularisasi.
b. Laparaskopi
5. Pemeriksaan CT
Dapat dilakukan untuk menentukan apakah tumor tersebut masih dapat
diangkat melalui pembedahan. Pada pelebaran saluran pankreas sebagai
akibat sumbatan di kaput.
6. Terapi dengan Suportif
Untuk pasien yang sudah memperlihatkan tanda kolestasis ekstrahepatik
maka dilakukan dekompresi dengan cara pengisapan cairan empedu.
7. Prognosis
Pada fase lanjut, prognosis jelek terutama pada pasien yang sama tidak
mendapatkan terapi®sekali Bila yang masih dikpresi, hidupnya apapun.
dapat diperpanjang.
F. Penatalaksanaan
Tindakan bedah yang harus dilakukan biasanya cukup luas jika kita ingin
mengangkat tumor terlokalisir yang masih dapat direseksi. Namun demikian,
terapi bedah yaitu definitive (eksisi total lesi) . sering tidak mungkin
dilakukan karena pertumbuhan yang sudah begitu luas. Tindakan bedah
tersebut sering terbatas pada tindakan paliatif.
Meskipun tumor pankreas mungkin resisten terhadap terapi radiasi standar,
pasien dapat diterapi dengan radioterapi dan kemoterapi (Fluorourasil, 5-FU)
. jika pasien menjalani pembedahan, terapi radiasi introperatif (IORT =
Intraoperatif Radiation Theraphy) dapat dilakukan untuk memberikan radiasi
dosisi tinggi pada jaringan tumor dengan cedera yang minimal pada jaringan
lain serta dapat mengurangi nyeri pada terapi radiasi tersebut.
http://tonimuttaqin.blogspot.com/2011/06/lima-penyakit-kelainan-pankreas-
dan-lp.html
A. Terapi Diet
a. Tujuan
1. Mengurangi aktivitas/ mengistirahatkan pancreas dan sekresi
enzim-enzim untuk mengurangi rasa sakit dan menekan proses
destruksi pada pankreas.
2. Menurunkan berat badan yang dilakukan secara bertahap.
3. Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri
abdomen.
4. Memperbaiki pola makan yang salah.
5. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Prinsip/ Syarat Diet
1. Dimulai pemberian nutrisi 21 jam – 48 jam. Hari ketiga cek
respon glukosa. Diberikan makanan cair jernih/ pekat, ditambah
asam amino dan MCT. Hari keenam diberikan makanan lunak.
2. Energi cukup sesuai kebutuhan
3. Protein dalam jumlah terbatas.
4. Lemak dalam jumlah terbatas
5. Karhohidrat cukup
6. Rendah serat dengan porsi dan sering.
7. Cairan cukup.
8. Cukup kalsium dan vitamin larut air, folic acid, zinc.
9. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia.
c. Macam Diit/ Bentuk Makanan
Diit rendah lemak/ makanan cair kental
d. Makanan Yang Boleh/ Tidak Boleh Diberikan
· Makanan Yang Boleh Diberikan
1. Sumber KH : kentang, gelantin, tapioca dibuat pudding.
2. Sumber protein : susu, yoghurt, telur ayam, tahu giling.
3. Sumber lemak : margarine, mentega.
4. Sayuran : sayuran dibuat jus dan dikentalkan dengan gelantin.
5. Buah-buahan : buah dibuat jus, jeli, dan pure.
6. Bumbu : garam, bawang merah, gula, kecap.
7. Minuman : teh, sari buah, sirup, air gula, kaldu jernih.
· Makanan Yang Tidak Boleh Diberikan
1. Semua makanan dan daging yang mengandung lemak,
gorengan, dan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi,
kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, nangka.
2. Bumbu : cabe, bawang, merica, cuka, dan sebaginya yang
tajam.
3. Minuman yang mengandung soda, alcohol, kopi, ice cream.
http://dania-aprilia.blogspot.com/2009/06/penatalaksanaan-diet-pankreatitis.html