Post on 24-Jul-2015
STEP I
MENGIDENTIFIKASI KATA SULIT
- Keratinasi
Adalah proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang membelah.
Keratinasi ini terjadi pada bagian dari permukaan jaringan yang keras dan bertanduk
untuk pembuatan keratin.
Keratin adalah protein tidak larut yang terdapat di matrix organik enamel, epidermis
jaringan tanduk.
Jika keratinasi ini terjadi pada daerah yang tidak pernah terkeratnasi maka akan
terkeratinasi sebagian.
- Eritema
Merupakan keadaan kemerahan pada mukosa palatum akibat pelebaran pembuluh
daprah kapiler yang sifatnya reversibel.
Kemerahan yang terjadi karena hiperemia terdapat darah dalam jumlah yang banyak di
jaringan dan merupakan tahap awal peradangan.
- Hiperplasia
Adalah perkembangan berlebihan dari jaringan karena peningkatan produksi sel,
pembentukan ini terjadi di dalam organ karena mitosis.
Hiperplasia terjadi pada sel yang dirangsang oleh peningkatan beban kerja, sinyal hormon
dan sinyal yang dihasilkan secara lokal sebagai respon terhadap penurunan kepadatan
jaringan.
Hiperplasia dikelompokkan menjadi dua :
a. Hiperplasia fisiologik : terjadi karena sebab yang fisiologis atau normal dalam tubuh.
b. Hiperplasia patologik : disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan atau efek
yang berlebihan dari hormon pertumbuhan pada sel sasaran.
Kemampuan sel tubuh untuk mengadakan hiperplasia berbeda-beda.
a. Sel yang mudah : sel epitel kulit, sel epitel usus halus, sel hepatosit, sel fibroblas, dan
sel sumsum tulang.
b. Sel yang memiliki daya tapi rendah : sel tulang, sel tulang rawan, dan sel otot polos.
1
c. Sel yang tidak memiliki daya hiperplasia : sel saraf, sel otot jantung dan sel otot
rangka.
- Trauma
Adalah luka atau cedera baik fisik ataupun psikis akibat tindakan fisik dengan terputusnya
kontinyuitas normal suatu struktur.
- Histopatologi
Merupakan kerja mikroskopik dari suatu penyakit jaringan.
Histopatologi ini digunakan sebagai pemeriksaan penunjang karena seringkali pada kasus
penyakit tertentu yang berbeda ditemukan adanya gejala yang sama.
- Cincin keratorik putih
Berupa lesi putih, dimana terjadi keabnormalan mukosa putih, kasar, berbeda dengan
jaringan yang ada disekitarnya. Ditandai dengan peningkatan lapisan keratin.
- Squamous metaplasia
Merupakan perubahan sel dari sel lain menjadi sel squamous.
Misalnya sel epitel kuboid berganti menjadi sel epitel squamous pada saluran pernafasan
yang biasanya dialami oleh oleh perokok.
- Jejas
Adalah keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebihan sehingga jaringan menjadi
rusak dan menstimulasi respon imunologik terhadap antibodi.
2
STEP II
MERUMUSKAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme inflamasi akibat trauma?
2. Apa saja faktor penyebab traumatik jaringan rongga mulut?
3. Apa saja kelainan jaringan rongga mulut akibat trauma?
4. Bagaimana gejala klinis tiap kelainan yang terjadi ?
5. Bagaimana cara terapi dari trauma yang terjadi?
3
STEP III
MENGANALISIS MASALAH
Secara mikroskopis mekanisme inflamasi dapat dinyatakan dengan sebagai berikut.
Ini mekanisme karena adanya perubahan termis.
- Terjadi perubahan termis mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah,
kemudian timbul rubor atau kemerahan.
- Terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga pembuluh darah melebar.
- Perubahan tersebut mengakibatkan munculnya tumor atau nbengkak dan kemudian kalor
atau panas sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Faktor penyebab terjadinya traumatik jaringan rongga mulut.
- Rokok
- Infeksi bakteri, vvirus dna jamur
- Kebiasaan menggigit
- Penyakit sistemik
- Malnutrisi vitamin
- Suhu
- Interaksi fisik : kontak gesek, panas, alat prostodonsia dan orthodonsia.
- Interaksi kimia : aspirin, dengan cairam kaustik, obat kumur, fenol pada perawatan kavitas
gigi, etsa, bleaching dan endodontik.
Kelainan jaringan rongga mulut akibat trauma.
a. Sympton : menimbulkan gejala
4
Perubahan termis
Rasa nyeri
kalor tumor Pembuluh darah melebar
vasodilatasi
ruborvasokonstiksi
- Leukoplakia
Terjadi karena penggunaan rokok, dapat didukung oleh faktor predisposisi misalnya
infeksi jamur, virus, bakteri.
Gejala klinis diawali dengan hyperkeratosis, warna putih karena penurunan mikrovaskular
dari venul dan arteri.
Histopaloginya terjadi penebalan epitel pada lapisan keratin.
Terapinya dengan mengurangi alkohol dan rokok.
- Traumatic ulser
Disebabkan karena trauma mekanik (alat protesa) , kimia, termis, tergigit, karena
makanan tajam.
Gejala klinis terbentuk rasa nyeri, terdapat jaringan putih kekuningan, eritema. Bentuknya
tergantung dari sumber trauma, tempat mukosa bukal dan labial rahang atas dan rahang
bawah.
Proses penyembuhan 2 minggu dengan sendirinya. Pemberian triamicolone atau
antiinflamasi kortikosteroid topikal. Jika semakin paarah akan menjadi traumatic, ulseratif
granuloma.
- Neuromaterapic
Trauma ini terjadi karena serabut saraf terpotong.
Gejala klinisnya berupa nodul berukuran kurang dari 0,5 cm, jika dilakukan palpasi akan
terasa sakit.
Untuk mengatasinya dilakukan pemberian kortikosteroid.
- Frictional keratinosis
Terjadi pada wanita remaja yang mempunyai kebiasaan menggigit bibir dan mukosa pipi.
Gejala klinisnya berupa bentukan kasar berwarna putih keabuan pada bagian bibir bawah
sepanjang oklusi.
Terapinya dengan menghentikan kebiasaan tersebut.
- Idiopatic keratosis
Penyebab kelainan ini belum dapat dipastikan ecara klinis. Namun berdasarkan survey,
penyebabnya adalah devisiensi vitamin A.
5
Gejala klinisnya timbul lesi tunggal kecil yang tersebar di dasar rongga mulut.
- Keratosis yang berhubungan dengan perokok
Disebabkan karena penggunaan pipa sehingga menimbulkan lesi pada palate, gejala
klinisnya stomatitis nikotin. Penggunaan sigaret juga dapat menyebabkan lesi pada
mukosa bukal.
- Ulkus kemoterapeutik
Penyebabnya adalah trauma obat imunopressan. Dalam jangka waktu 2 minggu
menimbulkan ulkus yang menandakan adanya keracunan obat yang mengenai mukosa
palatum lidah dan bibir.
Gejala klinisnya terasa sebagai sensai terbakar, sakit dalam jangka waktu yang tidak
teratur.
Untuk menanggulangi kelainan ini dilakukan dengan mengurangi dosis obat yang
digunakan.
b. Asymptosis : tidak menimbulkan gejala
- Sublingual keratosis
Gejala klinisnya berupa lesi putih dan tunggal seperti kupu-kupu progresif.
- Hairy tongue
Adanya bulu di bagian dorsal lidah yang diakibatkan oleh pertumbuhan papila filiformis
yang berlebihan. Terjadi hiperplasia yang tebal sehingga cocok digunakan untuk
menangkap bakteri, jamus dan debris.
Faktor predisposisi debris, faktor candida albicans, penggunaan obat antibiotik. Faktor
predisposisi ini dapat menyebabkan rasa gatal dan muntah.
Terapinya dengan menyikat lidah dengan larutan sodium bikaronat, menjaga oral hygiene
dan dapat sembuh jika oral hygiene membaik.
- Kista
Kista disebabkan oleh trauma yang berulang.
6
Gejala klinisnya tampak warna yang kurang bervariasi, sehingga tamppak seperti
sekitarnya. Kista ini menyebabkan saluran kelenjar saliva minor tersumbat sehingga
terjadi penumpukan cairan pada kelenjar saliva minor.
Kista, contoh Kista Mucocele, adanya kista retensi yang menyebabkan sumbatan.
- Leukodema
Kelainan ini belum ditemukan secara jelas faktor penyebabnya, namun dugaan sementara
karena fungsi sistem mastikasi. Penyebabnya karena trauma dan oral hygiene yang buruk.
Leukodema ditemukan pada daerah sekitar mukosa bukal dan palatum mole.
Gambaran klinisnya berwarna putih seperti susu, panjang, tersebar, tipis dan terjadi
pembengkakan hiperkeratosis.
Kelainan ini umumnya diderita oleh pasien yang berumur tua.
- Linea albae bucals
Disebabkan oleh karena kebiasaan menggigit dan menghisap.
Gejala klinisnya timbul lesi putih pada mukosa bukal.
Terapi dan pencegahan dengan mengurangi kebiasaan buruk.
7
STEP IV
Mapping
8
Jejas Traumatik
Inflamasi
Faktor Predisposisi Gejala Klinis
Histopatologi
Terapi
Diagnosa
STEP V
Menentukan tujuan belajar
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan mekanisme inflamasi secara mikroskopik sampai
dengan terjadinya regenerasi jaringan.
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam kelainan rongga mulut yang
disebabkan karena tauma.
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam lesi.
9
STEP VII
Menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang didapatkan
1. Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup ata sel terhadap suatu
rangsang atau injury (cidera atau jejas).
Proses ini diawali dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan patogen melewati
pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi tersebut akan
melepaskan histamin dan prostaglandin. Sel yang melepaskan histamin adalah mastosit yang
berkembang dari basofil. Histamin yang dilepaskan menyebabkan pelebaran pembuluh darah
dan peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat
menyebabkan neutrofil, monosit dan eusinifil berpindah dari pembuluh darah ke jaringan
yang terinfeksi. Akibatnya, daerah yang terinfeksi akan berwarna kemerahan, panas, bengkak,
dan terasa nyeri.
Secara mikroskopis, pembulluh darah mengalami konstriksi sementara yang mungkin
disebabkan oleh reflek neurogenik setempat yang bisa berkembang tetapi hanya bertahan
beberapa menit dan dengan cepat diikuti oleh dilatasi arteriol. Dilatasi arteriol yang
berkepanjangan menyebabkan kenaikan aliran darah setempat (hiperemia) dan dilatasi
kapiler. Kenaikan permeabilitas kapiler disebabkan oleh dua faktor utama yaitu :
a. Dilatasi arteriol menaikkan tekanan hidrostatik kapiler, menyebabkan aliran air lebih
besar larut ke dalam cairan intestisial.
b. Permeabilitas endotelial venular dan kapiler ditingkatkan, sehingga memungkinkan
molekul lebih besar khususnya albumin memasuki jaringan intestisial.
Akhirnya, terjadi perlambatan aliran darah kapiler dan hemokonsentrasi intravaskuler
diikuti hilangnya aliran darah normal. Secara normal, sel-sel darah mengalir ditengah kapiler
dengan plasma yang relatif bebas sel menyentuh endotel. Sedangkan sel yang abnnormal akan
mengalami penepian leukosit yaitu ke tepi endotel. Pengumpulan sel-sel merah ke tengah
akan membentuk rouleaux. Terjadi perlekatan leukosit pada sel endotel kapiler,diikuti dengan
perpindahan aktif oleh gesekan amuboid ke dalam jaringan perivaskuler melalui celah-celah
diantara sel endotel. Setelah berada di luar, leukosit berpindah dengan cara kemotaksis,
dimana sel tersebut ditarik menuju substansi kimia yang konsentrasinya lebih tinggi.
Pergerakan aktif ini menyebabkan akumulasi sejumlah leukosit. Akumulasi ini mudah dilihat
dan dikenal secara mikroskopik untuk diagnosa histopatologi radang akut.
10
Fagositosis merupakan fungsi utama leukosit yaitu penelanan, pencernaan dan
pembuangan benda-benda asing khususnya bakteri dan sel-sel yang rusak. Setelah terjadinya
perubahan permeabilitas pembuluh darah dan akumulasi leukosit, dilanjutkan dengan proses
fagositosis. Proses ini memicu sekresi fagosit dengan memicu endogen pirogen yang melepas
prostagladin dan merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu. Hal tersebut
mengakibatkan adanya demam pada inflamasi. Pembengkakan lokal terjadi karena tekanan
osmotik koloid sehingga terjadi peningkatan tekanan darah kapiler.
Perbaikan jaringan dilakukan untuk mengganti sel yang hilang atau sel yang mati
dengan sel yang hidup. Sel-sel baru ini dapat berasal dari parenkim atau stroma jaringan ikat
terjejas. Karena kemampuan regenerasi manusia yang terbatas sehingga hanya pada beberapa
jenis sel yang mampu melakukan regenerasi dan hanya pada keadaan tertentu saja.
Pemulihan sel yang mati biasanya melibatkan poliferasi jaringan ikat disertai pembentukan
jaringan parut.
Pembentukan fibroblas dapat meningkatkan sintesis kolagen. Sintesis kolagen yang
meningkat mengakibatkan adanya penimbunan kolagen meningkat dan terjadi keloid. Keloid
ini tidak bisa hilang dengan sendirinya, sehingga perlu dilakukan pengambilan cairan dalam
keloid tersebut. Berbeda dengan jaringan parut, jaringan ini berasal dari pembengkakan
permeabilitas pembuluh darah yang kemudian terbentuk fibrin yang menutup luka dan terjadi
kalsifikasi sehingga menjadi jaringan parut dan bisa hilang.
2. Kelainan rongga mulut yang disebabkan oleh trauma
1. Smokeless tobacco
Etiologi
- Smokeles tabacco menyebabkan perubahan mukosa rongga mulut.
- Respon mukosa rongga mulut terhadap tembakau ; inflamasi dan keratosis
Gambaran klinis
a. lesi putih pada mucobukal fold RB regio insisivus sampai molar
b. Mukosa tampak granular sampai berkerut
c. Lesi kurang sakit / asymtomatis
Histopatologi
11
a. Parakeratosis jaringan tingkat ringan sampai sedang
b. Epithel superficial menunjukkan vacoulisasa atau edema
c. Infiltrasi radang kronis ringan sampai sedang
d. Dysplasia ephitel (terutama penggunaan jangka lama)
e. Biasanya glandula saliva minor terinflamasi
Terapi dan prognosa
a. Berhenti menggunakan tobacco mengakibatkan lesi hilang dalam beberapa minggu.
b. Pemakaian smokeless tobacco dalam jangka waktu yang lama menyebabkan resiko
tranformasi menjadi verrucous carcinoma atau squamous cell carcinoma.
2. Hairy Tongue
Hairy tongue ada 2 macam yaitu white hairy tongue dan black hairy tongue, dimana
warna tersebut tergantung makanan yang dimakan.
Etiologi
- Terjadi pemanjangan papila filiformis pada permukaan lidah. Pemanjangan ini
terjadi karena terhambatnya pengelupasan lapisan tanduk.
Gambaran klinis
Jika terjadi pemanjangan papila akan mengalami rasa gatal dan mual.
Warna dapat putih, coklat atau hitam tergantung diet, oral hygiene dan komposisi
bakteri.
Histopatologi
Spesimen biopsi ; adanya papila filiformis memanjang, adanya kontaminasi dengan
mikroorganisme.
Lamina propia ; inflamasi.
Terapi dan prognosa
Menghentikan agent penyebab menyebabkan kemajuan kesembuhan dalam
beberapa minggu.
Menyikat lidah dengan larutan sodium bicarbonate.
Pasien radioterapi menyebabkan xerostomia dan perubahan flora bakterial
sehingga penatalaksanaan lebih sulit.
12
Menghentikan konsumsi antibiotik dalam beberapa minggu akan pulih.
3. Leukoplakia
Leukoplakia adalah bercak putih atau plak yang tidak dapat dinyatakan secara klinis
maupun patologik seperti penyakit laindan tak dapat dikaitkan dengan penyebab fisik
maupun kimia kecuali penggunaan tembakau.
Etiologi
Menyerang membran mukosa
Pada lidah bagian dalam atau luar, daerah genitalia eksterna wanita.
Gejala klinis
Terdapat plak putih yang tidak dapat dinyatakan secara klinis maupun patologik
pada mukosa, bibir, gingiva, dasar mulut.
Lesi awal berwarna putih atau abu-abu agak transparan.
Bisa terjadi eritroplasia.
Histopatologi
Terjadi perubahan epitel katerna transformasi displasi.
Terjadi diferensiasi epitel abnormal yang diikuti pembentukan keratinasi sehingga
hasil penampakan mukosa berwarna putih. Kemudian terjadi penebalan epitelium
bahkan epitel dapat menjadi atrofi atau arkhantrosis.
Terapi
Secara medis dapat dapat dilakukan pencegahan agar tidak menjadi sel ganas.
Dengan operasi, namun ini pilihan kecil dan tergantung patologis displasia tersebut.
4. Traumatic ulcer
Etiologi
Disebabkan adanya trauma mekanik
Beberapa merupakan trauma pertemuan gigi (tampak lekukan gigi) pada bibir
bawah, lidah, mukosa bukal.
Traumatic ulcer karena iatrogenik
o Cotton rool
13
o Saliva ejector
o Rotary instrument
Kimia
o Asam atau alkalin menyebabkan iritasi lokal
o Aspirin burn
o Perawatan kavitas gigi
o Bahan etsa gigi
Panas
Material impression (wax, hydrocolloid, dental compound)
Terapi radiasi pada kepala dan leher.
Gambaran klinis
Ulser reaktif akut
o Membran mukosa mulut kemerahan, sakit, dan bengkak.
o Ulser ditutupi eksudat fibrin berwarna kekuningan sampai putih dan
dikelilingi halo eritematus.
Ulser reaktif kronis
o Sedikit dan tidak sakit
o Ulser ditutupi membran berwarna kekuningan dan dikelilingi peninggalan
margin (hiperkeratosis)
Histopatologi
Ulser reaktif akut
o Terjadi penipisan jaringan epitel dan diganti dengan jaringan fibril yang
mengandung banyak neutrofil.
o Kapiler meningkat, dan terjadi granulasi pada jaringan.
o Regenerasi dimulai dari margin ulser dengan poliferasi sel, dasar jaringan
granulasi dan fibrin.
Ulser reaktif kronis
o Epitel permukaan menipis
o Terdapat fibril
o Makrofag eusinofil lebih besar daripada ulser kronis
o Infiltrasi sel radang lebih banyak daripada ulser akut
o Regenerasi epitel tidak terjadi sehingga trauma berlangsung terus-menerus.
14
Terapi
Observasi
Jika sakit diberikan terapi menggunakan anestetikum topikal
Kortikosteroid topikal
5. Stomatitis nikotina
Etiologi
Merupakan bentuk keratosis yang dihubungkan dengan tembakau
Pada perokok karena menggunakan pipa dan sigaret
Gambaran klinis
Eritema pada mukosa palatum diikuti keratinasi, bintik merah dikelilingi oleh cincin
keratorik putih
Bintik merah menunjukkan adanya inflamasi duktus ekskresi glandula saliva
Histopatologi
Hyperplasia epitel dan keratinasi
Glandula saliva minor mengalami inflamasi
Duktus ekskresi mengalami squamous metaplasia
Terapi dan prognosa
Kondisi ini jarang menjadi malignant kecuali perokok reverse smoke
Resiko terjadi carcinoma di palatum, tetapi pada tempat lain rongga mulut,
oropharing, respiratory tract bagian atas untuk displasia epitel dan neuplasia
meningkat.
6. Leukoderma
Merupakan keadaan berbatas tidak jelas dan istilah ini menunjukkan gambar dari mukosa
mulut yang berwarna putih keabuan dan tampak sangat kering, mukosa iini biasanya
memiliki sedikit keriput dan bila ditegangkan lesi cenderung hilang atau teretikulasi.
Perbedaan leukoderma dan leukoplakia
15
Leukoderma merupakan penebalan mukosa yang bilateral, difuse translucent, yang
terjadi pada mukosa bukal hingga labial berwarna putih susu. Epitel tampak lebih
tebal, terjadi retepeg tebal.
Leukoplakia
istilah lama untuk menunjukkan adanya bercak putih atau plak. Saat ini diganti
dengan nama yang lebih jelas. Pada keadaan ini, retepeg seperti tetesan air mata.
Secara umum, leukoplakia bukanlah sebagai suatu kelainan.
Cheilitis atau biasa disebut bibir pecah-pecah disebabkan karena bernafas aktivitas
bernafas melalui mulut, hipersensitivitas, alergi terhadap sesuatu. Bentuk lesinya yaitu seperti
sisik atau desquamasi dan pecah-pecah atau disebut fisssura.
Pada orang yang sudah lanjut usia kebiasaan mengunyah sirih pinang merupakan hal
yang lazim pada kalangannya. Sirih pinang disini berbeda dengan tembakau yang sebenarnya.
Efek yang ditimbulkan pada pengunyahan sirih pinang yaitu dapat mencegah terjadinya karies
pada gigi, namun bagi jaringan periodontal dapat merusak sehingga gigi mudah tanggal
dengan sendirinya tanpa rasa sakit.
3. Macam – macam lesi
Secara klinis lesi dibagi menjadi dua macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder.
Lesi primer
o Makula
Adalah suatu daerah berbatas jelas dari epidermis atau mukosa yang
berbeda warna dari sekelilingnya. Makula dapat tampak sebagai bercak
atau titik yang berwarna biru, coklat, atau hitam.
Warna merah kecoklatan dikarenakan adanya perubahan vaskuler seperti
hyperemia dan bila ditekan warnanya menjadi merah.
Warna merah kebiruan dikarenakan tekanan darah dibawah kulit
mengalami gangguan. Contoh : purpura
Warna biru kecoklatan dikarenakan pigmen melanin yang mengalami
hyperpigmentasi.
o Papula
16
Adalah suatu lesi padat, menimbul, superfisial yang diameternya lebih kecil
dari 1 cm. Papula dapat terjadi pada warna apapun dan dapat melekat
dengan suatu tangkai atau dasar yang kuat. Papula dapat mengalami erosi
dan deskuamasi dan juga dapat terjadi leukoplakia yang menyebabkan
panas dan nyeri.
o Plak
Adalah suatu daerah yang menimbul, padat, rata dan diameternya lebih
besar dari 1 cm. Meskipun terutama superfisial, plak dapat meluas lebih
dalam ke dermis daripada papula. Tepi-tepinya dapat landai dan kadang-
kadang permukaan keratinnya berpoloferasi. Plak ini dapat enjadi
leukoplakia dan karsinoma.
o Nodula
Adalah suatu massa jaringan padat yang tebal. Seperti papula, lesi-lesi ini
diameternya kurang dari 1 cm, tetapi nodula meluas lebih ke dalam
dermisnya. Palpasi dilakukan untuk mendeteksi suatu nodula. Epidermis
yang menutupi biasanya tidak cekat dan dapat dengan mudah digerakkan
dari lesinya.
o Vesikula
Adalah suatu benjolan berisi cairan, berbatas jelas dalam epidermis yang
kurang dari 1 cm diameternya. Cairan vesikel umumnya terdiri atas limfe
atau serum, tetapi juga dapat berisi darah. Dinding epitel dari vesikel adalah
tipis dan akhirnya akan pecah karena terjadi suatu ulkus. Vesikel umum
dalam infeksi-infeksi virus seperti herpes simpleks, herpes zoster, cacar air
dan cacar.
o Pustula
Adalah suatu benjolan berbatas jelas yang berisi eksudat purulen akibat dari
infeksi. Pustula diameternya kurang dari 1 cm dan dapat didahului oleh
vesikel atau papula. Tampak berwarna putih krem atau kekuningan dan
seringkali berhubungan dengan suatu pori-pori epidermal. Secara intraoral,
pustula tampak sebagai abses yang hampir memecah.
o Bula
Merupakan suatu vesikel yang mencapai diameter lebih besar dari 1 cm.
Kondisi ini terjadi dari pengumpulan cairan dalam pertemuan epidermis-
dermis atau celah pada epidermis.
17
o Keratosis
Merupakan penebalan yang tidak normal pada lapisan epitel terluar.
Misalnya linea alba bukalis dan leukoplakia.
o Wheals
Adalah suatu papula atau plak edematosa yang berasal dari ekstrvasasi akut
dari serum ke dalam dermis yang lebih atas. Umumnya wheals berwarna
merah pucat, gatal dan tidak lama. Wheals sering terjadi pada orang-orang
yang alergi. Wheals dapat timbul karena gigitan serangga, alergi terhadap
makanan, atau iritasi mekanis.
o Tumor
Merupakan pembengkakan karena neuroplasma atau radang akibat
pembelahan sel progresif. Tumor dapat berwarna apapun dan tidak
mempunyai kegunaan fisiologis. Lesi timbul secara tidak beraturan.
Lesi sekunder
o Cicatriks
Terjadi akibat penyembuhan luka yang kurang sempurna.
o Kista
Adalah suatu massa yang berdinding epitel dan seringkali berisi cairan,
dalam jaringan dermis atau subkutan. Diameternya berkisar dari beberapa
mm sampai cm. Kista-kista yang berwarna berisi cairan bening secara klinik
tampak merah muda sampai biru, sedangkan yang berisi keratin seringkali
tampak kuning atau putih krem.
o Pseudomembran
Merupakan lapisan membran jaringan nekrotik yang melapisi suatu lesi.
o Fissure
Adalah suatu celah garis normal atau abnormal dalam epidermis yang
secara khas terjadi pada bibir dan jaringan-jaringan perioral. Jika organisme
patogen menginfeksi suatu fisur maka akan mengakibatkan sakit, ulserasi
dan peradangan.
o Ulser
Adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang
memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit.
18
Ulser meluas melewati lapisan basal dari epitel dan ke dalam dermisnya,
karenanya pembentukan jaringan parut dapat mengikuti penyembuhannya.
19
o Erosi
Adalah suatu istilah klinis yang menjelaskan suatu lesi jaringan lunak
dimana epitel di atas lapisan sel basal hilang. Erosi itu basah, sedikit cekung,
seringkali akibat dari vesikel yang pecah atau trauma. Penyembuhannya
jarang mengakibatkan penyembuhan jaringan parut.
20
21
LESI PRIMER
Kandidiasi pseudomembran akut pada pasien yang memakai obat isap steroid.
LESI SEKUNDER
22
DENTIFRICE – ASSOCIATED SLOUGH
Merupakan suatu penyakit yang dihubungkan dengan penggunaan pasta gigi hal ini
disebabkan karena chemical burn superficial atau reaksi dari komponen yang terkandung
dalam pasta gigi yaitu deterjen. Gambaran klinis dari kelainan ini yaitu adanya plak putih
superfisialis pada mukosa bukal. Untuk penyembuhannya dengan cara mengganti pasta gigi.
Pada pasta gigi mengandung deterjen yang mnengandung bahan Sodium Lauril Sulfat
(SLS). Deterjen yang mengandung SLS ini juga digunakan juga dalam sabun pencuci mobil,
shampoo, pembersih lantai dan juga sabun mandi. Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta
membentuk mikro emulsi menyebabkan busa terbentuk. Hampir 99% jenis pasta gigi yang
menggunakan SLS sebagai salah satu bahan kandungan untuk membentuk busa.
SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan terjadinya
iritasi epidermis dan denaturasi rantai polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah
struktur protein. Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva
berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. Taste buds yang terdapat pada lidah akan turut
terpapar karena taste buds mengandung protein-protein transmembran yang mengenali
ionion yang memberi reaksi terhadap sensasi rasa.2
Protein-protein transmembran akan turut terganggu akibat perubahan struktur
protein oleh SLS sehingga tastan tidak dapat mencapai reseptor pada mikrovili di lidah
menyebabkan terjadinya perubahan sensitivitas rasa.
Penggunaan SLS yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut,
ulserasi yang parah,penurunan kelarutan saliva serta perubahan sensitivitas rasa. Batas
pemakaian SLS yang dibenarkan dalam pasta gigi adalah 1-2%, karena pemakaian yang
melebihi dari batas tersebut dapat menyebabkan terjadinya efek-efek tersebut sedangkan
pemakaian rata-rata SLS dalam pasta gigi di pasaran adalah sebanyak 1,5-5%.
Pengecap rasa pada lidah adalah taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau
dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili yang membawa sel gustatori yang akan
distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan bagi rasa.
Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke
batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah
23
menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada
pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa.
Gangguan pengecapan dapat terjadi apabila terdapat sesuatu bahan yang dapat
merubah sensitivitas rasa sehingga lidah tidak dapat mendeteksi rasa dengan benar. SLS
merupakan salah satu bahan di dalam pasta gigi yang dapat merubah sensitivitas rasa pada
lidah.
Teori mengatakan SLS dapat mengurangi rasa manis sukrosa dan pada waktu yang
sama akan memperkuat rasa pahit dari asam sitrat sekitar sepuluh kali. Penurunan sensitivitas
rasa manis terjadi akibat denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste
buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan
mengganggu sensitivitas rasa manis pada lidah. Denaturasi dapat dipengaruhi oleh faktor
panas, pH, bahan kimia dan mekanis. Ikatanikatan yang dipengaruhi oleh denaturasi protein
antara lain ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionik antara ion positif dan ion negatif,
serta ikatan intramolekuler.
Pada permukaan lidah juga terdapat lapisan lemak yang dikenal sebagai lapisan
fosfolipid. Lapisan ini berfungsi untuk menghambat rasa pahit pada lidah dan mengontrol ion
atau molekul yanmasuk ke dalam sel. Penggunaan SLS menyebabkan lapisan fosfolipid terlarut
sehingga permeabilitas sel berubah. Perubahan ini mengakibatkan lidah lebih sensitif
terhadap rasa pahit dan mengurangi rasa manis.
Penurunan sensitivitas rasa manis akibat penggunaan deterjen SLS ini termasuk dalam
gangguan pengecapan sementara yang dapat terjadi setiap hari setelah menyikat gigi.
Gangguan bersifat sementara ini karena terjadinya renaturasi protein dengan menghilangkan
penyebab denaturasinya. Penggunaan SLS dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
gangguan pengecapan yang permanen dan menimbulkan efek-efek samping yang berbahaya
seperti menyebabkan iritasi epidermis pada rongga mulut, kekeringan dan pengelupasan kulit,
ulserasi.
24
HIPERSALIVA
Suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan, dapat terjadi karena:
1. Psikhis, reaksi emosional yang secara fisiologis mempengaruhi aliran saliva spt:
Melihat atau mencium makanan
Rasa takut
Refleks
Rasa sakit yang berlebihan
2. Lokal
Pemakaian gigi tiruan tahap awal
Rasa sakit akibat protesa or alat ortodonsi
Luka dalam mulut karena fraktur rahang
3. Keadaan Patologik
Stomatitis
Gastritis
Morning Sicknes
Bulbair Paralize
25
KESIMPULAN
Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup atau sel
terhadap suatu rangsang atau injury (cidera atau jejas). Reaksi ini merupakan salah satu
cara pertahanan tubuh.
Rongga mulut merupakan jalan masuknya berbagai macam benda asing ke
dalam tubuh. Jaringan lunak pada rongga mulut dapat mengalami berbagai macam
kelainan, salah satunya dikarenakan oleh trauma. Contoh dari kelainan tersebut adalah
Leukoplakia, Stomatitis nikotin, Smockless tobacco, Traumatic ulcer, Hairy tongue dan
lain sebagainya. Kelainan-kelainan ini diakibatkan karena kebiasaan menggigit,
penggunaan rokok, penggunaan antibiotik yang berlebihan. Kelainan tersebut dapat
diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan menghentikan faktor yang menyebabkan
kelainan tersebut, misalnya dengan mengurangi penggunaan antibiotik, menghilangkan
kebiasaan menggigit dan sebagainya.
Lesi merupakan kelainan pada jaringan rongga mulut. Lesi ini dibagi menjadi 2
macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder. Lesi primer adalah lesi yang pertama kali
timbul sedangkan lesi sekunder adalah lesi yang timbul setelah lesi primer.
Dentrifrice – associated slough merupakan suatu penyakit yang dihubungkan
dengan penggunaan pasta gigi hal ini disebabkan karena chemical burn superficial atau
reaksi dari komponen yang terkandung dalam pasta gigi yaitu deterjen.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sudiono, Janti.2003.Ilmu Patologi. Jakarta: EGC
Langlais, Robert P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Jakarta : Hipokrates
Pindborg. J.J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta : Binarupa Aksara
Lawler, William. 1992. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
Gayford, JJ. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta : EGC
27