Post on 30-Nov-2015
description
1. Hubungan Perubahan Kadar Kalium dengan Perkiraan Waktu Kematian
Seperti yang terlihat dari diagram di atas bahwa terdapat beberapa hubungan linear di antara kalium dan interval waktu kematian. Kalium memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan selang waktu. Kalium menunjukkan kenaikan sampai maksimum 48 jam setelah kematian.
Sebuah rumus yang menunjukkan hubungan kadar kalium dengan perkiraan waktu kematian :
Yt = 5.28 + 2.20 (k+)
Keterangan :
Yt = perkiraan waktu kematian
5,28 = nilai konstanta statistik
2,20 = koefisien regresi
K+ = konsentrasi kalium pada cairan sinovial (Meq/L)
Pada analisis mengenai hubungan kadar kalium dengan penyebab kematian dalam kaitannya dengan waktu interval kematian, kematian yang disebabkan oleh asfiksia tidak bisa menerapkan rumus baku karena kurangnya jumlah kasus yang telah dipelajari. Tapi terdapat rumus yang bisa digunakan pada kasus cedera mekanik, keracunan dan mati wajar.
1. Pada kasus kematian yang disebabkan oleh cedera mekanik
Yt = 13.12 + 0.20 (K+)
2. Pada kasus kematian yang disebababkan oleh keracunan
Yt = 5.44 + 2.03 (K+)
3. Pada kasus kematian yang disebababkan oleh mati wajar
Yt = -5.16 + 3.97 (K+)
Sumber : Nishat A. Sheikh/Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology. July-December, 2007 Volume 1
d. Laktat Dehidrogenase
Peran LDH pada metabolisme ialah untuk mengkatalisis tahap akhir dari glikolisis
dalam kondisi anaerob untuk menghasilkan NAD+ untuk proses glikolisis. Piruvat direduksi
untuk L-Laktat dan NADH dioksidasi untuk NAD+. LDH juga berperan tahap pertama
proses glukoneogenesis dengan mengkonversi laktat kembali menjadi piruvat. LDH
ditemukan pada otot skelet dan otot jantung, hepar, ginjal, eritrosit, pankreas dan paru-paru.
LDH ialah suatu enzim tetramer yang mengandung 2 subunit yang berbeda yang mana
ditandai H untuk jantung, dan M untuk otot. 2 subunit berbeda ini digabungkan dalam 5 cara
yang berbeda dan diberi angka LDH1 hingga LDH5. Peningkatan kadar setiap isoenzim
tersebut mengindikasikan gangguan tertentu: infark miokard, infark korteks renal, anemia
pernisiosa, hemolisis, distrofi otot stadium lanjut (LDH 1 dan LDH 2, sering LDH1 >
LDH2), penyakit hati, kerusakan otot skelet dan kanker tertentu (LDH5), beberapa proses
neoplastik, kelainan limfoproliferatif dan kelainan terkait trombosit (peningkatan LDH3,
sering LDH3 > LDH2), infark paru (LDH2 dan LDH3), dan kerusakan jaringan yang luas
(peningkatan seluruh isoenzim).
Enticknap pada tahun 1960 menemukan pola peningkatan pada aktivitas LDH dalam
60 jam setelah kematian. Dia merumuskan hal tersebut dalam perhitungan Wrobleski unit
dari LDH:
Wrobleski unit LDH/1000 = 2.69 + 0.24 (waktu setelah kematian dalam jam)
Dia menemukan bahwa akumulasi LDH pada kadaver dalam 3 fase, dimulai dengan
peningkatan cepat pada beberapa jam pertama, kemudian melambat dan biasanya bersifat
linear hing 2 – 3 hari kematian, dan terakhir memuncak pada hari ke 4 postmortem.
Schleyer pada tahun 1963 kemudian menambahkan tentang sel darah merah
merupakan sumber utama dari LDH serum, dan peningkatan yang terjadi pada periode
postmortem semestinya berhubungan dengan otolisa eritrosit. Karkela pada tahun 1993
mempelajari perubahan postmortem pada LDH di cairan cisterna, dan menyimpulkan bahwa
aktivitas total LDH meningkat secara linear dan signifikan secara statistik setelah kematian
dan bahwa pembekuan dan penyimpanan sampel dapat mengurangi aktivitas LDH.
e. Fosfatase Alkali
Naumann menunjukkan bahwa kadar fosfatase alkali mencapai mean konsentrasi 5.3
unit Bodansky pada 14 kasus 10,5 jam setelah kematian (antemortem normat berkisar 1.5 – 4
unit Bodansky). Enticknap menggunakan King Armstrong unit dan menunjukkan bahwa
konsentrasi meningkat dari 8 kA sesaat setelah kematian hingga 40 unit kA setelah 30 jam
dan kemudian memuncak pada 40 jam setelah kematian sebesar 70 kA dan kemudian
mengalami penurunan. Coe berpendapat bahwa konsentrasi fosfatase alkali hampir 2 kali dan
pada 8 jam paska kematian dan 3 kali pada 18 jam paska kematian.