Post on 30-Nov-2015
description
BAB ITINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Tifoid
1.1 Definisi Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella thyposa yang secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 7
hari, disertai gangguan kesadaran dan gangguan saluran cerna.
1.2 Penyebab Demam Tifoid
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Salmonella Thyposa yaitu kuman
gramnegative, motil, tidak menghasilkan spora. Hidup baik pada suhu tubuh
manusia dan matipada suhu tinggi dan antiseptik.
Salmonella Thyposa mempunyai 3 macam antigen yaitu :
- Antigen O = antigen somatik
- Antigen H = antigen flagella
- Antigen Vi = Kapsul
Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman
inimati pada suhu 56 o C dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan
hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam
empedu.
1.3 Epidemiologi Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit endemik, terutama ditemukan pada
negara berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat, insiden tidak berbeda antara anak laki-
laki dan anak perempuan.
1
1.4 Patologi Demam Tifoid
Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus
emudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai ke organ-
organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak
dalam hati dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan membesar disertai
nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia)
dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque payer. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforesi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin yang disekresi oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
1.5 Patogenesis Demam Tifoid
Penularan Salmonella thyposa adalah melalui feco-oral, dibutuhkan
sejumlah 105-109kuman untuk menyebabkan infeksi.Dimana faktor yang
mempengaruhi infeksi adalah :
a. PH, jika PH lambung asam dapat mencegah infeksi
b. Waktu pengosongan lambung
Setelah kuman berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan
limfoid usus halus (terutama plaque peyeri) dan jaringan limfoid mesenterika.
Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke darah (Bakteremia I) menuju organ retikulo endothelial sistem
terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES
dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi
5-9 hari kuman masuk kembali ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia
II) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu
yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke
rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus.
2
Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang
susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula
diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala demam
tifoid.Kelainan utama terjadi di ilium terminal dan plak peyeri yang hiperplasi
(minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III) serta bila sembuh tanpa
adanya jaringan parut. Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu
panjang usus dimana ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi.
Masa tunas rata-rata 10-14 hari, gejala biasanya lebih ringan daripada
dewasa. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak
enak badan , esu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kadang-kadang
penderita mengeluh batuk kering. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa
ditemukan, yaitu :
1.Demam
Terjadi karena kuman menyerang sistem retikulo endothelial dan septikemia,
bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam, anak
besar/dewasa febris continua. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan saluran cerna
Bibir kering, pecah-pecah, nafas berbau tidak sedap, lidah ditutupi selaput
putih kotor (coated tongue), ujung tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus).
Hati dan limpa membesar serta disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapati
konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan diare, diare karena
enterotoksinnya.
3
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak begitu dalam yaitu
apati sampai somnolen.Dapat pula ditemukan gejala-gejala berupa roseola pada
punggung dan anggota gerak. Kadang-kadang ditemukan bradikardia pada
anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.
Manifestasi klinis demam enteric tergantung umur
a. Anak usia sekolah dan remaja
Mulainya gejala tersembunyi. Gejala awal demam, malaise, anoreksia, mialgia,
nyeri kepala dan nyeri perut berkembang selama 2-3 hari. Walaupun diare
berkonsistensi sop kacang mungkin ada selama awal perkembangan penyakit,
konstipasi kemudian menjadi gejala yang lebih mencolok. Mual dan muntah
adalah jarang dan memberi kesan komplikasi, terutama jika terjadi pada
minggu kedua dan ketiga. Batuk dan epistaksis mungkin ada. Kelesuan berat
dapat terjadi pada beberapa anak. Demam yang terjadi secara bertingkat
menjadi tidak turun-turun dan tinggi dalam 1 minggu, sering mencapau 40 o C
(1040 F). Selama minggu kedua penyakit, demam tinggi betahan, dan
kelelahan, anoreksia, batuk dan gejala-gejala perut bertambah parah. Penderita
tampak sangat sakit, bingung dan lesu. Mengigau dan pingsan (stupor)
mungkin ada. Tanda –tanda fisik adalah bradikardi relatif, yang tidak seimbang
dengan tingginya demam. Hepatomegali, splenomegali, dan perut kembung
dengan nyeri difus amat lazim. Pada sekitar 50% popular (yaitu bintik merah)
tampak pada sekitar hari ke 7 sampai hari ke 10. Lesi biasanya, berciri khas,
eritematosa, dan diameter 1-5 mm, lesi agak timbul, dan pada penekanan pucat.
Mereka tampak pada kelompok 10 -15 lesi pada dada bagian bawah dan
abdomen dan berakhir 2 atau 3 hari. Pada penyembuhanmeninggalkan
perubahan warna kulit kecoklatan. Biakan lesi 60% menghasilkan organisme
Salmonella. Ronki rales tersebar dapat terdngar pada auskultasi dada. Jika tidak
4
terjadi komplikasi, gejala-gejala dan tanda-tanda fisik sedikit demi sedikit
sembuh dalam 2-4 minggu, tetapi malaise dan kelesuan dapat selama 1-2 bulan
lagi. Penderita mmungkin menjadi kurus pada akhir penyakit. Demam enterik
yang disebabkan oleh Salmonella nontifoid biasanya lebih ringan, dengan lama
demam lebih pendek dan angka komplikasi lebih rendah.
b. Bayi dan anak muda (<5tahun)
Demam enterik relatif jarang pada kelompok umur ini. Walaupun sepsis klinis
dapat terjadi, penyakit pada saat datang sangat ringan, membuatnya sukar
didiagnosis dan mungkin tidak terdiagnosis. Demam ringan dan malaise salah
intepretasi sebagai sindrom virus, ditemukan pada bayi dengan demam tifoid
terbukti secara biakan. Diare lebih lazim pada anak muda dengan demam tifoid
daripada orang dewasa, membawa pada diagnosa gastroenteritis akut. Yang
lain dapat dating dengan tanda-tanda dan gejala –gejala infeksi saluran
pernapasan bawah.
c. Neonatus
Di samping kemampuannya menyebabkan aborsi dan persalinan premature,
demam enteric selama kehamilan dapat ditularkan secara vertical. Penyakit
neonatus biasanya mulai dalam 3 hari persalinan. Muntah, diare, dan kembung
sering da. Suhu bervariasi tetapi dapat setinggi 40,5 o C (105 0F). dapat terjadi
kejang-kejang. Hepatomegali, iketrus, anoreksia, dan kehilangan berat badan
mungkin nyata.
1.6 Diagnosa Kerja Demam Tifoid
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dibuat diagnosis ‘observasi
demam tifoid’. Untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut : Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong
diagnosis
5
a. Pemeriksaan darah tepi
- Anemia, pada umunya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe,
atau perdarahan usus.
- Leukopeni, namun jarang kurang dari 3000/uL.
- Limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit.
- Trombositopeni terutama pada demam tifoid berat.
b. Pemeriksaan urine
Proteinuria ringan dapat terjadi karena pengaruh demam.
c. Pemeriksaan tinja
Kelainan pada tinja umumnya tidak menyolok. Adanya lendir dan darah
pada tinja merupakan peringatan agar waspada akan bahaya perdarahan usus atau
perforasi.
d. Pemeriksaan sum-sum tulang
Tidak rutin dilakukan. Terdapat gambaran sum-sum tulang berupa
hiperaktifitas RES dengan adanya sel macrofag, sedangkan sistem eritropoesis,
granulopoesis dan trombopoesis berkurang. Pemeriksaan laboratorium untuk
membuat diagnosis:
a. Isolasi bakteri
Pada minggu pertama sakit, kemungkinan mengisolasi S.Typhi
dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya. Biakan
yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih kecil.
Biakan spesimen yang berasal dari aspirasi sum-sum tulang mempunyai
sensitivitas yang tertinggi, hasil positif didapat pada 90% kasus. Akan
tetapi prosedur ini sangat invasive, sehingga tidak dipakai dalam praktek
sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan biakan spesimen
6
empedu yang diambil ari duodenum dan memberikan hasil yang cukup
baik.
b. Pemeriksaan Widal
Reaksi serologis Ag dan Ab terutama Antigen O. Baik pada
minggu II/III, titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan
kenaikan yang progressive digunakan untuk membuat diagnosis.
anoreksia, dan kehilangan berat badan mungkin nyata.
1.7 Diagnosa Banding
Selama stadium awal demam enterik, diagnosis klinis dapat terkelirukan
dengan gastroenteritis, sindrom virus, bronchitis, atau bronkopneumonia.
Selanjutnya diagnosis banding meliputi sepsis denganbakteri patogenlain, infeksi
yang disebakan mikroorganisme intraseluler, seperti tuberkulosis, bruselosis,
tularemia, leptospirosis dan penyakit Ricketsia; infeksi virus, seperti
mononukleosis infeksiosa dan hepatitis anikterik; dan keganasan seperti leukemia
dan limfoma.
1.8 Penatalaksanaan
Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi demam tifoid dan
diberikan pengobatan sebagai berikut :
Perawatan
Penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta
pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas demam, dan tirah baring.
Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan
penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar
sesuai dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, 7
protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang
rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita
gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum
tulang dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek samping :
Obat lain :
Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis
Ampicillin (200 mg/kg/24 jam)
Amoxicillin 100 mg/kgBB/hari, oral selama 10 hari
Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, ivatau im, sekali sehari selama 5 hari.
Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
Tabel 1.1 Terapi antibiotik
1.9 Pencegahan
Usaha pencegahan dapat dibagi atas :
Usaha terhadap lingkungan
8
Pengadaan sarana air bersih dan pengaturan pembuangan sampah
serta peningkatan kesadaran individu terhadap hygiene lingkungan dan
pribadi.
Usaha terhadap Manusia
Memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi,
bakteri Salmonella typhi mati apabila dipanasi dalam suhu 57 oC dalam
beberapa menit.
1.10 Komplikasi Demam Tifoid
Dapat terjadi pada :
Usus halus, berupa perdarahan usus.
Perdarahan sedikit periksa dengan
Benzidin Test
Perforasi banyak pada minggu ke III udara
dalam rongga peritoneum.
Peritonitis.
Di luar usus berupa meningitis, kolestitis,
enselopati.
1.11 Prognosa
Prognosis untuk penderita dengan demam enteric tergantung pada terapi
segera, usia penderita, keadaan kesehatan sebelumnya, serotipe Salmonella
penyebab, dan munculnya komplikasi Buruk pada :
Hiperpireksia atau debris kontinua
Kesadaran sangat menurun
Terdapat komplikasi yang berat, berupa perdarahan usus,perforasi atau
meningitis, endokarditis, dan pneumonia.
Gizi yang buruk
9
B. ISPA
Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas, yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar
pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada
10
bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing,
serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik).
11
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,
demam dan dingin.
PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi
langkah atau tindakan sebagai berikut :
Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak.
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka
sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia
dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
Klasifikasi ISPA
12
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2
bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
Pengobatan
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
13
Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat
pada lampiran.
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
o Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
o Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
o Pemberian makanan
14
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian
ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
o Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
o Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan
hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak
dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.
Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
Immunisasi.
Pelaksana pemberantasan
15
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di
wilayah kerjanya.
Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum
penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif
masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-
kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan
kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit.
16
BAB IIILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. D
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Pendidikan : Sekolah Dasar
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Karang Ploso
Suku : jawa
Tanggal Periksa/RM : 24 Januari 2012 / 12.64.75
II. IDENTITAS AYAH
Nama Ayah : Tn. F
Umur Ayah : 40 thn
Pekerjaan Ayah : Swasta
III.IDENTITAS IBU
Nama Ibu : Ny. Y
Umur Ibu : 32 tahun
Pekerjaan Ibu : Swasta
A. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Panas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSI Malang pada tanggal 29 Februari 2012 jam
08.25 dengan keluhan panas sejak 4 hari yang lalu (26 Februari 2012). Panas
17
turun naik terutama malam hari dan saat aktivitas. Sebelum di bawa ke RSI,
pasien sempat berobat ke dokter, diberi obat penurun panas tetapi panas turun
hanya setelah minum obat (5-6 jam), setelah itu panas lagi. Panas disertai
batuk, pilek, nafsu makan (+) meskipun porsinya lebih sedikit dari biasanya.
Pasien juga mengeluh perutnya sakit dan pasien juga muntah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Sakit Serupa : Pasien pernah mengalami penyakit yang
sama.
Riwayat Mondok : Pernah MRS karena penyakit yang sama.
Riwayat Sakit Gula : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Sakit Kejang : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Alergi : Pasien mengatakan alergi terhadap debu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Sakit Gula : Disangkal
Riwayat Jantung : Disangkal
Riwayat Penyakit Tumor : Disangkal
Riwayat Alergi : (+) pada ibu
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat Merokok : Disangkal
Riwayat Minum Alkohol : Disangkal
Riwayat Olahraga : (+) pasien adalah atlet renang
(KONI) dan berlatih setiap pagi
sebelum sekolah.
Riwayat Pengisisan Waktu Luang : Pasien mengikuti
ekstrakurikuler, les dan mengaji.
18
6. Riwayat Kehamilan Ibu
An.D merupakan anak ketiga. Ibu pasien mengatakan saat hamil, tidak
ada permasalahan pada kandungannya .
7. Riwayat Kelahiran
Persalinan normal di RS. Kelahiran lewat bulan (Postterm) . Berat anak
waktu lahir 5 kg dan panjang 53 cm.
8. Riwayat Imunisasi
BCG : sudah usia 2 bln
Hepatitits B : sudah sebanyak tiga kali d ( 0 bln, 2 bln dan 6 bln)
Polio : sudah sebanyak lima kali (0 bln, 2 bln, 4bln, 6bln, 18 bln)
Campak : sudah 9 bulan
DPT : sudah sebanyak empat kali (2bln, 4bln, 6bln, 18 bln.)
9. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan :
An. D mengalami tumbuh kembang yang pesat, pada umur 36 hari
An.D sudah mulai tengkurap, sudah mulai duduk pada usia 6 bulan, berjalan
merambat (Berpegangan pada dinding) pada usia 7 bulan dan berjalan pada
umur 8 bulan. An. D juga pada usia 11 bulan sudah mulai berbicara dan
menirukan suara- suara. An.D merupakan anak berkebutuhan khusus, pernah
diterapi saat umur 1,5 tahun. Pada umur 3 tahun sudah bisa membaca tetapi
masih belum bisa menulis.
10. Riwayat Gizi:
Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi yang
cukup dengan sayur dan lauk pauk berupa tahu, tempe dan kadang-kadang
dengan telur, ayam atau daging. Pasien suka makan sayur, terutama wortel.
11. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang Pelajar Sekolah Dasar kelas 3 dan merupakan anak
berkebutuhan khusus. Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah
dan ibu pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya Rumah Sakit
ditanggung sendiri. Ekonomi keluarga Tn. F menengah ke atas.
19
Hubungan pasien dengan orangtuanya dan kakaknya baik. Pasien
tinggal di bersama kakak dan orangtuanya. Hubungan pasien dengan orangtua
dan kakaknya baik.
a. Anamnesa Sistem
1. Kulit : Gatal (-), kering (-)
2. Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rambut todak rontok, luka
kepala (-), benjolan (-).
3. Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-), ketajaman penglihatan normal, hiperemis
(+/+), isokor (+/+).
4. Hidung : Tersumbat (-) , mimisan (-)
5. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar
cairan (-)
6. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-),
mukosa lidah putih (+), Kotor (+)
7. Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-)
8. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (+)
9. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun
(-), nyeri perut (+).
11. Genitourinaria : BAK ± 2 kali/ hari, kencing malam hari (-), kuning
jernih.
12. Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-), kesemutan pada kaki (-)
13. Psikiatri : Emosi stabil (+), mudah marah (-)
14. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
15. Ekstremitas atas : Bengkak (-), sakit (-), luka (-), akral hangat.
16. Ekstremitas bawah: Bengkak (-), sakit (-), luka (-), akral hangat.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Tampak kesakitan, Composmentis , GCS 456
2. Vital Sign :
20
- BB : 25 Kg
- TD : -
- Nadi : 98 x/ menit
- RR : -
- Suhu : 380C
3. Kulit : Kulit sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat
(-), kulit gatal dan mengelupas (-), kulit kering (-)
4. Kepala : Simetris, normocephal, rambut tidak rontok, rambut tidak
mudah dicabut, luka pada kepala (-), benjolan/borok (-).
5. Mata : Hiperemis(+/+), sklera ikterik (-/-),
radang/konjungtivitis/uveitis (-/-), isokor (+/+), katarak (-/-)
6. Hidung : Nafas cuping hidung (-), simetris, saddle nose (-), sekret (+),
perforasi (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)
7. Telinga : Daun telinga simetris, membran tympani (intak), nyeri tekan
mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal.
8. Mulut : Simetris, mulut kering (-), sianosis (-), bibir pucat (-), bibir
kering (-), lidah kotor (+), mukosa lidah putih (+), papil lidah
atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), gusi berdarah
(-).
9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
10. Leher : JVP tidak meningkat, trakea di tengah, pembesaran, kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
11. Thorax : Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi
subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran
kelenjar limfe (-)
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi :
21
batas kiri atas : ICS II 1 cm lateral Linea Para Sternalis
Sinistra
batas kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dekstra
batas kiri bawah : ICS V 1 cm lateral Linea Medio Clavicularis
Sinistra
batas kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dekstra (batas
jantung kesan tidak melebar).
Auskultasi : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler
+ +
+
+ +
suara tambahan
- -
-
- -
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
22
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tak teraba
13. Ektremitas : palmar eritema (-/-)
Akral hangat
Oedem
Ulkus
14. Sistem genetalia: dalam batas normal
15. Pemeriksaan Neurologik
Kesadaran : GCS 456
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal fungsi sensorik
23
+ +
+ +
- -
- -
- -
- -
N N
N N
fungsi motorik : Dalam batas normal
Kekuatan Tonus Reflek RP
16. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri terkesan baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : Bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
Insight : baik
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah lengkap
Hb : 13,8 g/dL
Leukosit : 3.500/mm3
LED : -
Trombosit : 213.000 /mm3
PCV : 40,3 %
Eritrosit : 4,76 juta/mm3
HT :
- Eosinophil : 2 %
- Basophil : 2 %
- Stab neutrofil : -
- Segmen : 29
- Lymposit : 55 %
24
2 2
2 2
- Monosit : 12 %
Widal : Typhus O : (+) 1/320
Typhus H : (-)
Paratyph A : (-)
Paratyph B : (-)
D. RESUME
Pasien datang ke ruang IGD RSI Malang dengan keluhan panas sejak 4
hari yang lalu (26 Februari 2012). Panas turun naik, terutama saat malam hari
dan saat aktivitas. Saat sakit pasien berobat ke dokter keluarga, demikian juga
saat sakit sekarang, namun panasnya tetap. Panas disertai batuk, pilek, pasien
juga mengeluh perutnya sakit, pasien juga sempat muntah 1 kali saat di RS.
Pasien alergi terhadap debu. Selama di RS demam pasien menurun, nafsu
makan baik. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan K/U tampak sakit,
composmentis. Hasil pemeriksaan darah lengkap : Widal (+), Typhus O (+)
1/320, peningkatan Basofil (2), penurunan Segmen (29), peningkatan Lymfosit
(55), Peningkatan monosit (12).
E. DIAGNOSA
Typhoid Fever dan ISPA.
F PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. BKTKTP rendah serat
b. Bed rest
c. KIE memperbanyak minum air putih 2-3 L/hari.
25
2. Medikamentosa
26
dr. Nanda Citra AyuSIP : 207.121.0019
Praktek/Rumah : Hari Praktek : Jl. Tirto Taruno Gg. XV Senin-Jum’atMalang 17.00-20.00 WIB085236676869
Malang, 29 februari 2012
R/ Ringer Asering inf ml 500 fl No.IIICumAbocath G 20 No.IS i.m.m
Ӄ
R/ Terfacef inj mg 625 fl No.IS i.m.m
Ӄ
R/ Romilar tab mgS. 3 dd tab 1 pc
ӃR/ Dumin syr fl No.I
S 3 dd cth II pcӃ
Pro : An. D Umur : 9 tahunAlamat : Karang Ploso, Malang BB : 25 kg
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Ringer Asering(Ringer Asetat/RA)
Indikasi:
o Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis)
o gastroenteritis akut
o demam berdarah dengue (DHF)
o luka bakar
o syok hemoragik
o dehidrasi berat
o trauma
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
o Na 130 mEq
o K 4 mEq
o Cl 109 mEq
o Ca 3 mEq
o Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
o Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
o Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih
baik dibanding RL pada neonatus
o Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
o Mempunyai efek vasodilator
27
o Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada
1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk edema serebral
3.2 Terfacef Injeksi
Kandungan
Ceftriaxone / Seftriakson.
Indikasi
Septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut), meningitis (radang selaput otak), infeksi
perut (saluran pencernaan, kandung empedu, peritonitis/radang selaput
perut), tulang, sendi, dan jaringan lunak, pencegahan infeksi pada
pembedahan, infeksi saluran kemih dan ginjal, infeksi pernapasan, infeksi
gonokokal.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
Perhatian
Hipersensitif terhadap Penisilin.
Riwayat syok anafilaktik, diare.
Terapi jangka panjang dapat menyebabkan superinfeksi mikroorganisme
yang tidak sensitif terhadap Seftriakson.
Hamil dan menyusui, bayi prematur yang baru lahir.
Ceftriaxone tidak dianjurkan untuk digunakan secara bersamaan dengan
obat lain yang mengandung calcium, meskipun dengan rute pemberian
yang berbeda. Produk obat yang mengandung calcium tidak boleh
diberikan dalam jangka waktu 48 jam setelah pemberian terakhir
ceftriaxone.
Interaksi obat :
Aminoglikosida.
28
Efek Samping
Reaksi pada darah, kelainan saluran pencernaan, reaksi kulit.
Indeks Keamanan Untuk Wanita Hamil
B: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin
maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak
memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak
ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil
semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).
Kemasan
Vial 1 gram x 1.
Dosis
Dewasa dan anak berusia lebih dari 12 tahun (atau berat badan lebih dari
50 kg) :1-2 gram sekali sehari. Infeksi berat : dapat ditingkatkan sampai 4
gram sekali sehari.
Anak berusia 15 hari - 12 tahun : 20-80 mg/kg berat badan sekali sehari.
Bayi baru lahir berusia kurang dari 2 minggu : 20-50 mg/kg berat badan
sekali sehari.
3.3 Romilar
Kandungan
Per tablet Dextromethorphan HBr 15 mg. Per 5 mL. Sirup eksp Dextromethorphan HBr 15 mg, ammon CI 90 mg, pantothenol 50 mg.
Indikasi
Tablet Mengatasi batuk kering. Sirup Mengatasi batuk berdahak.
Kontra Indikasi
Efek Samping
-
Perhatian
Anak<2 thn. Drag:DM, batuk berdahak,Hamil,laktasi
29
Dosis
Drag Dws & anak >12 thn 1 drag 3 x/hr. Sir eksp Dws & anak >12 thn 10 mL, 6-12 thn 5 mL, <6 thn 2.5 mL. Dosis diberikan 3-4 x/hr.
Interaksi
Alkohol
Kemasan
Tablet 15mg x 24 x 6
3.4 Dumin syrup
Komposisi:
Dumin sirup : Setiap 5 ml sirup mengandung 120 mg Parasetamol
Indikasi:
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala,sakit gigi,dan menurunkan
demam.
Kontra Indikasi:
Penderita dengan gangguan funsi hati yang berat.
Penderita hipersensitif terhadap obat ini.
Uraian:
Parasetamol merupakan obat yang memiliki khasiat meredakan
sakit/nyeri dan menurunkan suhu demam. Parasetamol dimetabolisir oleh hati
dan dikeluarkan melalui ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput lendir
lambung atau menimbulkan perdarahan pada saluran cerna. Diduga
mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin.
Cara Kerja Obat:
Analgesik - antipiretik
Sebagai analgesik, bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang
rasa sakit.
30
Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur
panas di hipotalamus.
Dosis:
0 - 1 tahun: 1/2 sendok takar (2.5 ml) 3 - 4 kali sehari.
1 - 2 tahun: 1 sendok takar (5 ml) 3 - 4 kali sehari.
2 - 6 tahun: 1 - 2 sendok takar (5 - 10 ml) 3 - 4 kali sehari.
6 - 9 tahun: 2 - 3 sendok takar (10 - 15 ml) 3 - 4 kali sehari.
9 - 12 tahun: 3 - 4 sendok takar (15 - 20 ml) 3 - 4 kali sehari.
Atau seseuai petunjuk dokter. Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau
tidak
Efek Samping:
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati.
Reaksi hipersensitivitas.
Perhatian:
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.
Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri
tidak menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan.
Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol,
dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu 15°C - 30º C,terhindar dari cahaya.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Demam Tifoid (Typhoid Fever)
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella thyposa yang secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 7
hari, disertai gangguan kesadaran dan gangguan saluran cerna. Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik dapat dibuat diagnosis ‘observasi demam tifoid’. Untuk
memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagai
berikut : pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan urine, pemeriksaan tinja,
pemeriksaan sum-sum tulang, pemeriksaan Widal. Pada minggu II/III, titer yang
bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progressive
digunakan untuk membuat diagnosis.
Selama stadium awal demam enterik, diagnosis klinis dapat terkelirukan
dengan gastroenteritis, sindrom virus, bronchitis, atau bronkopneumonia.
Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi demam tifoid dan diberikan
pengobatan sebagai berikut : penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas demam, dan
tirah baring. Diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Makanan disesuaikan
baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta
32
diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang
iritatif.
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum
tulang dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efe. Usaha pencegahan dapat dibagi
atas usaha terhadap lingkungan dan usaha terhadap Manusia
Prognosis untuk penderita dengan demam enteric tergantung pada terapi
segera, usia penderita, keadaan kesehatan sebelumnya.
4.1.2 ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. Beberapa hal yang perlu dikerjakan untuk
mengatasi ISPA antara lain mengatasi panas (demam), mengatasi batuk,
pemberian makanan, pemberian minuman. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik, immunisasi, menjaga kebersihan prorangan
dan lingkungan, mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
4.2 Saran
Perlu lebih mendalami farmakologi obat agar pemberian penatalaksanaan
pada pasien bisa diberikan semaksimal mungkin, sehingga tidak merugikan
pasien.
33
DAFTAR PUSTAKA
Brusch JL. Typhoid Fever. www.emedicine.com last update July 24th 2006 ( diakses tanggal 16 Desember 2010).
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-
UNAIR 1980.
Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa
Aksara. Jakarta. 1994.
Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-
UNAIR. 1980.
34