Post on 30-Dec-2016
TESIS
SENAM ASMA MENGURANGI KEKAMBUHAN DAN MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PADA
PENDERITA ASMA DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
DENPASAR
I GEDE WIDJANEGARA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2014
TESIS
SENAM ASMA MENGURANGI KEKAMBUHAN DAN
MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PADA PENDERITA ASMA DI POLIKLINIK PARU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA DENPASAR
I GEDE WIDJANEGARA NIM 1190361004
PROGRAM MEGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
SENAM ASMA MENGURANGI KEKAMBUHAN DAN MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PADA
PENDERITA ASMA DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
DENPASAR
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GEDE WIDJANEGARA NIM 1190361004
PROGRAM MEGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
1
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 23 DESEMBER 2014
Pembimbing I
Prof.dr.Ketut Tirtayasa,MS,AIF,AIFO. NIP.195012311980031015
Pembimbing II
Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,M.Sc,Sp.And. NIP.194402011964091001
Mengetahui Ketua Program Studi Magister
Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr.dr.Susy Purnawati,MKK,AIFO. NIP.196809291999032001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP.195902151985102001
iii
2
Tesis Ini Telah Diuji Oleh Panitia Penguji pada Program Pasca Sarjana Univesitas Udayana
Pada Tanggal 23 Desember 2014
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 4485/UN.14.4/HK/2014 Tanggal : 19 Desember 2014 Panitia Penguji Tesis adalah : Ketua : Prof.dr.Ketut Tirtayasa, MS,AIF,AIFO NIP : 195012311980031015 Anggota :
1. Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO 2. Dr.dr.I Made Jawi, M.Kes,AIFO 3. dr. I Ketut Karna, PFK.,M.Kes,AIFO 4. dr. Ida Bagus Ngurah, M.For,AIFO
iv
3
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : I Gede Widjanegara
NIM : 1190361004
Program Studi : Fisiologi Olahraga
Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar –
Bali
Judul Tesis : Senam Asma Mengurangi Kekambuhan dan
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma
di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya tulis ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang- undangan yang berlaku.
Denpasar, 28 Nopember 2014
Yang membuat pernyataan,
I Gede Widjanegara NIM. 1190361004
v
4
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
asung wara nugrahaNya/karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF,AIFO. selaku
Pembimbing I yang dengan penuh perhatian memberikan dorongan, semangat,
bimbingan dan saran selama penulis mengikuti Program Pascasarjana, khususnya
dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis
sampaikan kepada Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila,M.Sc,Sp.And,AIFO selaku
Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan
bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD. atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga
ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr.
dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ketua Program Studi Magister
Pascasarjana Universitas Udayana Dr. dr. Susy Purnawati, MKK,AIFO. yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Denpasar beserta Para Dokter, Perawat dan staf Poliklinik Paru serta bagian
rekam medik yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada para penguji Tesis Dr.dr.I Made Jawi,
M.Kes,AIFO, dr. I Ketut Karna, PFK.,M.Kes,AIFO dan dr. Ida Bagus Ngurah,
M.For,AIFO yang telah banyak memberikan masukan, sanggahan dan koreksi
sehingga tesis ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih juga disampaikan
vi
5
kepada para dosen Pascasarjana Fisiologi Olahraga dan Staf pegawai bagian
Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua penderita asma yang
secara sukarela bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan rekan-rekan
mahasiswa Pasca Sarjana Fisiologi Olahraga yang telah memberikan dukungan
dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu dan ke dua anak tercinta serta saudara-saudaraku tercinta yang telah
banyak memotivasi selama mengikuti pendidikan dan dalam penyelesaian tesis
ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, 23 Desember 2014
Penulis,
I Gd Widjanegara
vii
6
SENAM ASMA MENGURANGI KEKAMBUHAN DAN MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PADA PENDERITA ASMA
DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA DENPASAR
ABSTRAK
Senam Asma merupakan salah satu jenis terapi latihan yang dilakukan secara berkelompok (exercise group) yang melibatkan aktifitas gerakan tubuh atau merupakan kegiatan esensial untuk membantu proses rehabilitasi pernafasan pada penderita asma dan merupakan salah satu unsur penunjang pada pengobatan asma. Penyakit asma merupakan penyakit paru dengan karakteristik : saluran napas yang reversible (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien) secara spontan maupun pengobatan; Inflamasi saluran napas; Peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai rangsangan (hipereaktivitas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah senam asma dapat mengurangi frekuensi kekambuhan, meningkatkan saturasi oksigen pada penderita asma di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Pre and Post Test with Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah 30 orang penderita asma, 15 orang penderita asma dijadikan kelompok perlakuan dan 15 orang penderita asma dijadikan kelompok kontrol dipilih secara random.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan kekambuhan terkontrol baik dan mengalami penurunan kekambuhan tidak terkontrol. Berdasarkan uji Mann Whitney diperoleh nilai p = 0,008, hal ini berarti senam asma dapat mengurangi kekambuhan pada pasien asma bronkiale. Pengaruh pelatihan senam asma terhadap saturasi oksigen pada kelompok perlakuan nilai mean untuk % SpO2 meningkat dari 95,1 menjadi 96,5. Dengan menggunakan Mann Whitney diperoleh nilai p = 0,001, hal ini berarti senam asma dapat meningkatkan saturasi oksigen pada pasien asma bronkiale.
Kesimpulan bahwa pemberian pelatihan senam asma sebanyak tiga kali seminggu selama delapan minggu dapat menurunkan frekuensi kekambuhan dan meningkatkan saturasi oksigen pada penderita asma. Senam asma diharapkan dapat dilaksanakan oleh penderita asma secara rutin dalam upaya mengontrol frekuensi serangan asma secara efektif. Kata Kunci : Senam Asma, Frekuensi Kekambuhan, Saturasi Oksigen,
Penderita Asma.
viii
7
GYMNASTICS REDUCE RECURRENCE, TO INCREASE OXYGEN SATURATION IN ASTHMA PATIENTS AT POLYCLINIC OF LUNG
WANGAYA HOSPITAL DENPASAR
ABSTRACT
Asthma gymnastics is one type of exercise therapy that conducted in groups (exercise group) that involving activities of body movement or an essential activity to help the process of respiratory rehabilitation in patients with asthma and it is one of the supporting element in the treatment of asthma. Asthma is a lung disease with characteristics: a reversible airway (but incomplete in some patients) spontaneously or treatment; Inflammation of the airways; Increased airway response to various stimuli (hyperreactivity). This study aims to find out whether asthma gymnastic can reduce the frequency of recurrence of asthma, increase oxygen saturation and physical fitness in patients with asthma at Lung polyclinic of Wangaya hospital Denpasar.
This study is an experimental study pre and post test with control group design. Number of samples were 30 asthma people consist of 15 patients with asthma as treatment group and 15 patients with asthma as control group.
The results showed that in the treatment group have improvement on well controlled relapse and decrease of well uncontrolled relapse. Based on the value Mann Whitney test p = 0.008, it means asthma gymnastics can reduce recurrence in patients with bronchial asthma. Effect of asthma gymnastic on oxygen saturation in treatment group by mean values of % SpO2 increased from 95.1 to 96.5. By using the Mann Whitney p = 0.001, it means asthma gymnastics can improve oxygen saturation in patients with bronchial asthma.
Conclusion that administration of asthma gymnastics training for three times a week for eight weeks can reduce the frequency of recurrence and improve oxygen saturation. Asthma gymnastics will be expected to conduct by asthma sufferer regularly in an effort to control the frequency of asthma attacks effectively. Keywords: Asthma Gymnastics, Frequency of Recurrence, Oxygen Saturation, Asthma
Sufferer.
ix
8
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.................................................................................... i
PRASYARAT GELAR .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 8
2.1 Asma Bronkiale .................................................................................. 8
2.1.1 Klasifikasi Asma ............................................................................... 8
2.1.2 Faktor-faktor Pencetus Serangan Asma ............................................. 9
2.1.3 Patofisiologi Asma ............................................................................ 9
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Saturasi Oksigen ....................... 13
2.1.5 Penilaian Saturasi Oksigen ................................................................ 13
2.1.6 Teknik Pengukuran Saturasi Oksigen ................................................ 14
2.2 Pengertian Faal Olah Raga ................................................................... 16
x
9
2.3 Pelatihan Olahraga ............................................................................... 16 2.4 Prinsip Pelatihan ................................................................................. 17 2.5 Konsep Dasar Senam Asma ................................................................ 17 2.6 Gerakan-gerakan Senam Asma Dapat Mempengaruhi Kebugaran dan Meningkatkan Saturasi Oksigen ................................................... 18 2.7 Prosedur Gerakan Senam Asma .......................................................... 19 2.8 Efek Sampingt Senam Asma ............................................................. 33 2.9 Pengaruh Senam Asma Terhadap Sistem Kardiovaskuler, Respirasi dan Sistem Kekebalan Tubuh .............................................................. 34 BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS ............... 36 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 36 3.2 Konsep Penelitian ............................................................................... 38 3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 40 BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 41 4.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 41 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 42 4.3 Penentuan Sumber Data ...................................................................... 42 4.3.1 Populasi .......................................................................................... 42 4.3.2 Sampel ............................................................................................. 42 4.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 45 4.4.1 Klasifikasi Variabel .......................................................................... 45 4.4.2 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 45 4.5 Instrumen Penelitian ............................................................................ 46 4.6 Prosedur Penelitian ............................................................................. 47 4.6.1 Prosedur Administrasi ...................................................................... 47 4.6.2 Prosedur Pemilihan Sampel .............................................................. 47 4.6.3 Prosedur Pengukuran ........................................................................ 48 4.6.4 Alur Penelitian ................................................................................ 49 4.7 Analisis Data ........................................................................................ 50 4.8 Kelemahan Penelitian ........................................................................... 50
xi
10
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 51 5.1 Hasil .................................................................................................... 51
5.1.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 51
5.1.2 Karakteristik Renponden .................................................................. 51
5.1.3 Uji Normalitas................................................................................... 52
5.1.4 Pengaruh Pelatihan Senam Asma Terhadap Kekambuhan Penderita
Asma................................................................................................. 53
5.1.5 Pengaruh Pelatihan Senam Asma Terhadap Saturasi Oksigen Pada
Penderita Asma ................................................................................. 54
5.2 Pembahasan ........................................................................................ 56
5.2.1 Pelatihan Senam Asma Dapat Mengurangi Kekambuhan Pada
Penderita Asma Secara Bermakna .................................................... 56
5.2.2 Pelatihan Senam Asma Dapat Meningkatkan Saturasi Oksiogen Pada
Penderita Asma Secara Bermakna .................................................... 57
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 59
6.1 Simpulan ........................................................................................... 59
6.2 Saran .................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 60
LAMPIRAN .............................................................................................. 64
xii
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 5.1 Karakteristik Responden Yang mengikuti Senam Asma......... 51 Tabel 5.2 Uji Normalitas Data Dengan Shapiro Wilk ........................... 52
xiii
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Hubungan Senam Asma dengan Frekuensi Kekambuhan ......................................................................... 37
Gambar 3.2 Konsep Penelitian .................................................................. 39 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian............................................................. 41 Gambar 4.2 Alur Penelitian ....................................................................... 49 Gambar 5.1 Grafik Frekuensi Kekambuhan Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan ............................................................................... 53 Gambar 5.2 Grafik Nilai Mean % SpO2 Pada Kelompok Perlakuan .......... 54 Gambar 5.3 Grafik Nilai Mean % SpO2 Pada Kelompok Kontrol ............ 55
xiv
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden ................................ 64
Lampiran 2 Pertanyaan Tes Kontrol Asma (Nathan dkk) ........................ 65
Lampiran 3 Master Tabel .......................................................................... 67
Lampiran 4 Karakteristik Responden ....................................................... 71
Lampiran 5 Hasil Karakteristik Responden ............................................. 72 Lampiran 6 Uji Normalitas ...................................................................... 73 Lampiran 7 Uji Hipotesis ......................................................................... 78 Lampiran 8 Gambar Gerakan Senam Asma ............................................. 88 Lampiran 9 Informed Consent Penelitian Klinik RSUD Wangaya ......... 83 Lampiran 10.Tempat dan Kegiatan Penelitian ............................................ 84
xv
14
DAFTAR SINGKATAN AGD : Analisa Gas Darah
APE : Arus Puncak Ekspirasi
GINA : Global Initiative for Asma
KRF : Kapasitas Residu Fungsional
KVP : Kapasitas Vital Paksa
SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga
KPT : Kapasitas Paru Total
VEP1 : Volume Ekspirasi Paksa Detik 1
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penderita asma di dunia tahun 2010 mencapai 300 juta orang dan akan
meningkat menjadi 400 juta pada tahun 2025 (WHO, 2009). Buruknya kualitas
udara dan berubahnya pola hidup masyarakat menjadi penyebab meningkatnya
jumlah penderita asma (Yunus, 2008 dalam Elyani Nur, 2012). Menurut Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia
menunjukkan asma menempati urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan
(Morbiditas) (Mangunegoro, 2005). Jumlah penderita asma di Indonesia mencapai
12 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia, hasil penelitian tahun
2007, prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4% dengan angka
kematian 13,3% karena gagal nafas sebagai akibat hipoksemia berat karena asma.
(Hardiati, 2009).
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan dalam
segala aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek idiologi, politik. sosial
budaya, pertahanan keamanan nasional (Ipoleksosbudhankamnas) termasuk
didalamnya adalah pembangunan kesehatan, yang diselenggarakan oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah secara berkelanjutan. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
2
yang produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-Undang RI No. 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan).
Di Indonesia saat ini telah terjadi pergeseran jenis penyakit yang ada di
masyarakat dari penyakit infeksi kearah penyakit non infeksi ataupun penyakit
degeneratif, hal ini terjadi karena dampak positif dari perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan juga karena adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat (Ikawati, 2011).
Salah satu penyakit non infeksi yang banyak dijumpai di masyarakat yang
menyerang baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua adalah penyakit
Asma Bronkiale. Asma Bronkiale merupakan suatu keadaan saluran nafas
(bronkus) mengalami penyempitan karena hipereaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat
sementara. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk
sari, debu, asap, bulu binatang, udara dingin, olahraga yang berlebihan, infeksi
saluran pernafasan atas, gangguan emosi atau stres.
Asma merupakan penyakit obstruksi saluran nafas dengan gejala-gejala
batuk, mengik dan sesak nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma terjadi
sebagai akibat adanya obstruksi bronkus dan spasme otot polos pada bronkus
sehingga penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Penyebab asma pada
umumnya adalah allergen, dalam keadaan ini penderita perlu melakukan aktivitas
fisik yang tidak terlalu berat dan dapat meningkatkan kontraksi otot-otot
pernafasan dan dapat mengurangi frekuensi serangan asma (PDPI, 2004). Pada
asma terjadi proses inflamasi kronik yang menyebabkan hipereaktivitas dan
3
penyempitan jalan nafas disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa, infiltrasi
sel inflamasi yang menetap dan hipersekresi mukus yang kental (Price, 2006).
Bronkospasme akibat dari proses inflamasi menyebabkan terjadinya
penurunan ventilasi paru. Penurunan ventilasi paru juga menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan transmural. Penurunan tekanan transmural berdampak pada
mengecilnya gradient tekanan transmural (Perry & Potter, 2006). Semakin kecil
gradient tekanan transmural yang dibentuk selama inspirasi semakin kecil
compliance paru. Semakin rendah compliance paru, semakin besar gradient
tekanan tranmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan
pengembangan paru yang normal (Sherwood, 2001).
Semakin kecil compliance paru yang dihasilkan akan berakibat
pengembangan paru menjadi tidak optimal. Pengembangan paru yang tidak
optimal berdampak pada terjadinya penurunan kapasitas paru serta peningkatan
residu fungsional dan volume residu paru (Guyton, 2007). Penurunan kapasitas
vital paru yang diikuti dengan peningkatan residu fungsional dan volume residu
paru menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan parsial gas, antara tekanan
parsial gas dalam alveoli dengan tekanan parsial gas dalam pembuluh kapiler paru
(Guyton, 2007). Penurunan tekanan parsial gas oksigen dalam alveoli oleh karena
bronkospasme, menyebabkan kecilnya perbedaan gradient tekanan gas oksigen
dalam alveoli dengan kapiler. Akibatnya tidak terjadi difusi oksigen dari alveoli
ke kapiler (Perry & Potter, 2006). Penurunan difusi oksigen dalam darah dapat
dilihat dari menurunnya konsentrasi oksigen dalam darah, peningkatan frekuensi
pernafasan sebagai respons penurunan saturasi oksigen (Sherwood, 2001).
4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilasari Nenden (2011) dengan
judul “Pengaruh frekuensi senam asma Indonesia terhadap keluhan serangan asma
pada pasien asma di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang”, diperoleh
kesimpulan bahwa kegiatan senam asma Indonesia dapat mengurangi frekuensi
keluhan serangan asma pada penderita asma di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang. Hasil studi pendahuluan didapatkan data bahwa
jumlah pasien asma yang berkunjung / rawat jalan di Poliklinik Paru RSUD
Wangaya pada tahun 2011 sebanyak 971 orang, tahun 2012 sebanayak 873 orang
dan dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2013 sebanyak 545 orang
(Medical Record RSUD Wangaya, 2013).
Penanganan pertama pada pasien asma bronkiale dengan serangan akut di
ruang gawat darurat adalah dengan pemberian nebulizer dengan menggunakan
obat-obat golongan agonis beta seperti (ventolin dan combifen) bersamaan dengan
penggunaan oksigen pada saat nebulizer. Pemberian obat secara inhalasi
tujuannya adalah untuk mengurangi efek samping sistemik obat dan untuk
relaksasi otot polos saluran nafas serta meningkatkan bersihan mukosilier,
menurunkan permiabilitas pembuluh darah dan modulasi pelepasan mediator dari
sel mast (PDPI, 2004). Setelah kondisi pasien membaik dan diberikan istirahat
beberapa waktu, pasien dilakukan pelatihan nafas pursed lips yang bertujuan
untuk meningkatkan compliance paru. Namun kenyataannya bahwa pemberian
nebulizer dan latihan nafas pursed lips belum memberikan efek yang optimal
dalam menurunkan residu fungsional dan volume residu paru.
5
Upaya untuk menurunkan residu fungsional dan volume residu paru dapat
dilakukan melalui peningkatan kapasitas udara pada saat ekspirasi (Sherwood,
2001). Meningkatkan kapasitas udara pada saat ekspirasi diperlukan kekuatan
yang cukup untuk mendorong diafragma keatas guna meningkatkan tekanan intra
abdomen (Ganong, 2008).
Penurunan saturasi oksigen pada pasien asma terjadi akibat infiltrasi sel
radang yang menetap dan hipersekresi mukus yang kental serta edema mukosa
menyebabkan penebalan dari membran alveolus (Price,2006). Masuknya alergen
dalam tubuh menimbulkan pencetus dalam tubuh yang merangsang sel mast atau
sel pembentuk anti bodi lainnya untuk menghasilkan anti bodi reagenik yaitu IgE
(Suyono,2006). Selanjutnya IgE akan beredar dan menempel pada reseptor yang
sesuai pada dinding sel mast. Sel mast akan tersensitisasi dan akan terjadi
degradasi dinding dan degranulasi sel mast serta pembentukan sel goblet β. Sel
mast akan mengeluarkan mediator histamin dan faktor alergen lainnya yang dapat
bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa bronkus sehingga menyebabkan
bronkokontriksi pada otot bronkus, inflamasi mukosa (edema), spasme otot polos
pada bronkus dan bertambahnya sekret pada jalan napas. Hal ini menyebabkan
konsentrasi oksigen dalam alveoli akan berkurang dan menurunnya kecepatan
difusi gas dari alveolus menuju kapiler darah. Konsentrasi oksigen dalam darah
akan berkurang dengan menurunnya difusi oksigen di paru-paru sehingga dalam
keadaan klinis akan terjadi penurunan saturasi oksigen (Guyton,2007).
Peran latihan fisik dalam patofisiologi asma dan pengendalian penyakit
telah menjadi fokus perhatian untuk dipertimbangkan. Kapasitas ventilasi yang
lebih baik dan peredaan gejala yang terkait dengan asma adalah keuntungan yang
diperoleh dari latihan fisik untuk pasien asmatik (Ram et al., 2005 dalam J Sci
6
Med Sport, 2010). Latihan fisik menyebabkan perbaikan kebugaran jasmani,
mengurangi kependekan napas, mengurangi pengkonsumsian steroid hirup pada
pasien asma, mengurangi latihan fisik dapat menyebabkan bronkospasme (Fanelli
et al., 2007, dalam J Sci Med Sport, 2010).
Senam asma merupakan salah satu teknik pernafasan abdomen akan dapat
meningkatkan udara ekspirasi. Pernafasan abdomen identik dengan pernafasan
diafragmatik bermanfaat untuk meningkatkan dan menguatkan diafragma selama
pernafasan untuk mencapai peningkatan tekanan intra abdominal (Brunner &
Suddarth, 2002). Senam Asma adalah satu cara untuk melatih teknik bernafas
yang efektif pada pasien asma, juga merupakan salah satu penunjang pengobatan
asma karena keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma
yang dikonsumsi, namun juga oleh faktor gizi dan olahraga. Senam Asma atau
olahraga bagi pasien asma diperlukan untuk memperkuat otot-otot pernafasan,
menurunkan kadar serum IgE, karena IgE adalah faktor utama penyebab respon
inflamasi yang memainkan sebuah peran penting dalam patofisiologi penyakit
asma.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1.2.1 Apakah senam asma dengan durasi 45 menit dengan frekuensi 3 kali per
minggu selama 8 minggu dapat menurunkan frekuensi kekambuhan pada
penderita asma?
1.2.2 Apakah senam asma dengan durasi 45 menit dengan frekuensi 3 kali per
minggu selama 8 minggu dapat meningkatkan saturasi oksigen pada
penderita asma ?
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah senam
asma dapat mengurangi frekuensi kekambuhan pada penderita asma bronkiale.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi kekambuhan penderita asma setelah dilakukan senam asma.
2. Mengidentifikasi apakah senam asma dapat meningkatkan saturasi oksigen
pada penderita asma.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
1. Memperkaya body of knowledge ( keilmuan ) fisiologi olah raga terutama
dalam aspek promosi kesehatan melalui pengembangan program olah raga atau
pelatihan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sebagai pedoman atau landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya
tentang pengembangan program pelatihan fisik khususnya pada pasien dengan
asma bronkiale agar dapat mempertahankan kebugarannya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan dalam memilih
jenis pelatihan senam pada pasien asma bronkiale.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Asma Bronkiale
Asma bronkiale adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh terjadinya
penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh
berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hipereaktivitas bronkus
yang khas (Price and Wilson,2006).
2.1.1 Klasifikasi Asma
Sangat sukar untuk membedakan satu jenis asma dengan asma yang lain,
dahulu asma dibedakan menjadi asma alergik (ekstrinsik) dan non alergik
(instrinsik). Asma alergik terutama muncul pada waktu kanak-kanak mekanisme
serangannya melalui reaksi alergi tipe I terhadap allergen. Sedangkan asma
instrinsik tidak ditemukan adanya tanda-tanda reaksi hipersesitivitas terhadap
allergen. Klasifikasi tersebut dalam praktiknya tidak mudah dan pasien sering
mempunyai kedua sifat baik alergik maupun non alergik.Mc Connel&Holgate
dalam Sukamto (2010), membagi asma menjadi 3 kategori : 1) Asma instrinsik,
2) Asma Ekstrinsik dan 3) Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif
kronik. Selanjutnya Global Initiative for Asma (GINA) mengajukan klasifilasi
asma menjadi asma intermiten, persisten ringan, sedang dan berat. Baru-baru ini
berdasarkan gejala siang, aktivitas, gejala malam, pemakaian obat pelega dan
9
eksaserbasi, GINA membagi asma menjadi asma terkontrol, terkontrol sebagian
dan tidak terkontrol.
2.1.2 Faktor-Faktor Pencetus Serangan Asma
1. Infeksi virus saluran nafas : influenza
2. Pemajanan terhadap allergen tungau, debu rumah, bulu binatang
3. Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi
4. Kegiatan jasmani yang berlebihan (over training)
5 Ekspresi emosional takut, marah, gembira, frustasi
6 Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti inflamasi non steroid
7. Lingkungan kerja : uap zat kimia
8 Polusi udara
9 Pengawet makanan/minuman : sulfit
10 Lain seperti haid, kehamilan, sinusitis.
2.1.3 Patofisiologi Asma
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya
penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel, dan diantara episode
penyempitan bronkus terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini
pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hipereaktivitas bronkus yang khas.
Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri
dari spame otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel radang yang menetap
dan hipersekresi mukus yang kental. Penyempitan saluran pernapasan dan
pengelupasan sel epitel siliaris bronkus kronis yang dalam keadaan normal
10
membantu membersihkan mukus dapat menghambat mobilisasi sekresi lumen
(Solomon R.W, dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit,2006).
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas
menyempit pada fase tersebut Hal ini mengakibatkan udara distal tempat
terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF). Pasien akan
bernapas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Keadaan
hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas
berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu
napas (Sundaru Heru, Sukamto, 2010).
Gangguan berupa obstruksi saluran napas dapat dinilai secara objektif
dengan VEP 1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak
Ekspirasi), sedangkan penurunan KVP (Kapasitas Vital Paksa) menggambarkan
derajat hiperinflasi paru. Penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada
saluran napas besar, sedang maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada
penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil
gejala batuk dan sesak napas lebih dominan disbanding mengi.
Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata diseluruh bagian paru.
Ada daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui
daerah tersebut mengalami hipoksemia. Penurunan PaO2 mungkin merupakan
kelainan pada asma sub klinis, untuk mengatasi kekurangan oksigen, tubuh
11
melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Tetapi akibatnya
pengeluaran CO2 menjadi berlebihan sehingga PaCO2 menurun yang kemudian
menimbulkan alkalosis respiratorik. Pada serangan asma yang lebih berat lagi
banyak saluran napas dan alveolus tertutup oleh mucus sehingga tidak
memungkinkan lagi terjadinya pertukaran gas (difusi). Hal ini menyebabkan
hipoksemia dan kerja otot-otot pernapasan bertambah berat serta terjadi
peningkatan produksi CO2. Peningkatan produksi CO2 yang disertai dengan
penurunan ventilasi alveolus menyebabkan retensi CO2 (hiperkapnia) dan terjadi
asidosis respiratorik atau gagal napas. Hipoksemia yang berlangsung lama
menyebabkan asidosis metabolic dan kontriksi pembuluh darah paru yang
kemudian menyebabkan shunting yaitu peredaran darah yang tidak melalui unit
pertukaran gas yang baik, yang akibatnya memperburuk hiperkapnia. Dengan
kejadian ini penyempitan saluran napas pada asma akan menimbulkan hal-hal
seperti berikut : 1). Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi. 2). Ketidak
seimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan
sirkulasi darah paru. 3). Gangguan difusi gas di tingkat alveoli (Sundaru H,
Sukamto, 2010). Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut.Terjadinya
infiltrasi sel radang yang menetap dan hipersekresi mucus yang kental serta edema
mukosa menyebabkan penebalan dari membran alveolus (Price, 2006). Penebalan
membran alveolus mempengaruhi kecepatan difusi gas dari alveolus menuju
kapiler darah. Konsentrasi oksigen dalam darah akan berkurang dengan
menurunnya difusi oksigen diparu-paru (Guyton, 2007).
12
Dalam keadaan normal, proses difusi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan parsial gas O2 antara atmosfer (159 mmHg), alveoli (103 mmHg) dan
kapiler paru (40 mmHg) (Ganong, 2008). Pada penderita asma, penegembangan
paru yang tidak optimal berdampak pada penurunan kapasitas vital paru serta
peningkatan residu fungsional dan volume residu paru (Guyton, 2007). Penurunan
kapasitas vital paru yang disertai dengan peningkatan residu fungsional dan
volume residu paru menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan parsial gas antara
tekanan parsial gas oksigen dalam alveoli dengan tekanan parsial gas oksigen
dalam darah kapiler paru (Guyton, 2007). Penurunan tekanan parsial gas oksigen
dalam alveoli oleh karena bronkospasme, menyebabkan kecilnya perbedaan
gradient tekanan gas oksigen dalam alveoli dengan kapiler. Penurunan tekanan
oksigen alveoli yang lebih kecil dari tekanan gas oksigen dalam paru
menyebabkan terjadinya penurunan difusi oksigen (Perry & Potter, 2006).
Penurunan difusi oksigen dalam darah dapat dilihat secara sederhana melalui
penurunan saturasi oksigen yang dipantau dengan oksimetri nadi. Pada penyakit
asma, penggolongan asma dapat dibedakan berdasarkan nilai saturasi oksigen
yaitu :
a. Asma ringan didapatkan penurunan saturasi oksigen > 95 %
b. Asma sedang didapatkan penurunan saturasi oksigen antara 91- 95%
c. Asma berat didapatkan penurunan saturasi oksigen < 90%
13
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Saturasi Oksigen Pada Pasien
Asma
Price (2006) menyatakan bahwa saturasi oksigen pada pasien asma
dopengaruhi oleh :
1. Gangguan sirkulasi kardiovaskuler
Pada pasien asma kronik biasanya disertai dengan gangguan jantung yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi oksigen.
2. Peningkatan laju metabolisme
Peningkatan metabolism tubuh sebagai respon peningkatan usaha bernafas,
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen tanpa diimbangi oleh
kemampuan system tubuh untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh
akan oksigen.
3. Anemia
Penurunan kadar hemoglobin dalam darah menyebabkan pengurangan
ikatan oksihemoglobin yang membawa darah. Berkurangnya ikatan ini
mempengaruhi nilai saturasi oksigen darah.
4. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
Obstruksi jalan nafas atas dan bawah akibat bronkospasme, akan membatasi
transport oksigen dari lingkungan luar ke alveoli. Hal ini akan mempengaruhi
tekanan parsial gas yang berdampak pada menurunnya proses difusi gas.
2.1.5 Penilaian Saturasi Oksigen
Tubuh memerlukan oksigen untuk memenuhi proses metabolism kimia
untuk menghasilkan energy seluler. Saat proses difusi dari paru-paru ke darah,
14
sebagian kecil oksigen akan larut dalam plasma dan cairan sel, tetapi lebih dari 60
kali banyaknya berikatan cepat dengan hemoglobin. Pada PaO2 100 mmHg,
hampir 96 % dari semua molekul hemoglobin telah berkombinasi dengan oksigen.
Pada keadaan normal kira-kira 97% oksigen yang ditransport dari paru ke jaringan
dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin dalam sel darah merah, 3%
sisanya dibawa dalam cairan plasma dan sel. Dengan demikian, dalam keadaan
normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin (Guyton,
2000). Kandungan oksigen (CaO2) dan saturasi oksigen hemoglobin (SaO2)
merupakan indikator jumlah oksigen darah dan dalam sel darah merah (Hudak &
Gallo, 1997).
Saturasi oksigen sangat penting karena menunjukkan adanya oksigen
dalam jaringan yang lebih akurat daripada PaO2. Ini merupakan oksigen yang
dibawa molekul hemoglobin dan dapat disimpan oleh jaringan, bukan oksigen
yang terlarut dalam darah (Hudak & Gallo, 1997).
2.1.6 Teknik-teknik Pengukuran Saturasi Oksigen
Pengukuran saturasi oksigen arteri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Analisis Gas Darah (AGD)
Analisis gas darah arteri adalah metode yang umum digunakan untuk
mendeteksi hipoksemia (Pamela, 1993). SaO2 merupakan salah satu
komponen yang diperiksa saat pemeriksaan AGD selain dari pH, PO2, PCO2,
HCO3 dan BE (base excess). Nilai normal gas darah adalah pH 7,35 – 7,45,
PO2 35 - 45 mmHg, saturasi oksigen lebih dari 95%, PCO2 35 – 45 mmHg,
HCO3 22 – 26 mEq/L, BE – 2 sampai +2 (Hudak dan Gallo, 1997).
15
Pengukuran pH darah, tekanan oksigen (PO2) dan tekanan
karbondioksida (PCO2) perlu dilakukan saat menangani pasien dengan
masalah pernafasan. Tekanan oksigen arteri menunjukkan derajat oksigenasi
darah dan tekanan karbondioksida menunjukkan keadekuwatan ventilasi
alveolar. Bahan pemeriksaan gas darah arteri diperoleh melalui pungsi pada
arteri radialis, brakialis atau femoralis (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Oksimetri Nadi
Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non invasive secara kontinyu
terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2) (Brunner% Suddarth, 2002).
Oksimetri nadi merupakan suatu cara efektif untuk memantau pasien terhadap
perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Cara kerjanya adalah
menggunakan dua jenis panjang gelombang dan frekuensi yang berbeda.
Gelombang frekuensi cahaya merah akan mengukur hemoglobin (Hb)
desaturasi, sedangkan gelombang frekuensi infra red akan mengukur Hb
saturasi.
Gelombang cahaya yang dikeluarkan akan diabsorpsi tubuh/jaringan
sekitar pemasangan termasuk darah arteri. Jika darah arteri penuh Hb yang
teroksigenasi, diabsorpsinya akan meningkat sehingga saturasinya akan
meningkat. Bila kadar deoksidasinya banyak, absorpsinya menurun maka
saturasinya menurun. Pulse oxymetri digunakan secara kontinyu atau
intermiten, bukan sebagai alat tambahan, tetapi dapat memberikan peringatan
dini sebelum terjadi tanda hipoksia. Oksimetri nadi digunakan dalam banyak
lingkungan, termasuk di unit perawatan kritis dan unit perawatan umum.
16
2.2 Pengertian Faal Olahraga
Fisiologi olahraga sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran berupaya
untuk mempelajari efek pelatihan terhadap tubuh, mempelajari bagaimana
efisiensi tubuh manusia dapat diperbaiki dengan latihan. Berdasarkan tipe dn
intensitas performance latihan, olah raga dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu :
2.2.1 Olahraga dinamik, yaitu olah raga yang dapat menimbulkan perubahan
pada panjang otot dan pergerakan sendi dengan kontraksi ritmis, tetapi
hanya sedikit terjadi perubahan pada kekuatan intramuskuler. Olahraga ini
melibatkan banyak otot menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen.
2.2.2 Olahraga statik, yaitu olah raga yang menyebabkan perubahan kekuatan
intramuskuler, tetapi tidak terjadi atau hanya sedikit terjadi perubahan otot
dan pergerakan sendi. Olahraga ini hanya menyebabkan sedikit
peningkatan kebutuhan oksigen. Senam termasuk olahraga dengan gerakan
dinamik, karena dalam pelatihan melibatkan semua otot rangka dan
seluruh persendian tubuh (Wiarto, 2013).
2.3 Pelatihan Olahraga
Pelatihan dan olahraga memiliki pengertian yang berbeda, pelatihn
dilakukan secara terencana dan terprogram bertujuan untuk memperbaiki
kemampuan teknis dan penampilan atlit sesuai dengan kebutuhan dalam bidang
olahraga spesialisasinya sedangkan olahraga atau physical activity adalah aktivitas
fisik; suatu aktivitas yang terjadi sebagai akibat dari kerja atau kontraksi otot,
17
dengan penggunaan energy secara proporsional, yang erat kaitannya dengan
kebugaran fisik atau physical fitness (Nala, 2011).
2.4 Prinsip Pelatihan
Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis,
dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati
dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Selama proses pelatihan
berlangsung, prinsip ini harus diikuti dengan penuh kesungguhan, tanpa adanya
penyimpangan oleh semua pihak. Tiadanya ketaatan dari pelatih dan atlit akan
sukar mencapai hasil pelatihan yang maksimal. (Nala, 2011). Tujuan berolahraga
berlainan dengan tujuan pelatihan, tujuan berolahraga adalah untuk rekreasi,
pendidikan, kesehatan dan kebugaran fisik. Khusus untuk pasien asma, dalam
pelatihan senam harus benar-benar memperhatikan prinsip pelatihan agar
pelatihan senam asma yang dilaksanakan memperoleh hasil yang maksimal.
2.5 Konsep Dasar Senam Asma
Pengertian Senam Asma
Senam Asma merupakan salah satu jenis terapi latihan yang dilakukan
secara berkelompok (exercise group) yang melibatkan aktifitas gerakan tubuh atau
merupakan suatu kegiatan yang membantu proses rehabilitasi pernapasan pada
penderita asma (Soeparman, 2004). Senam asma merupakan senam yang
diciptakan untuk penderita asma yang gerakannya disesuaikan dengan
kemampuaan dan kebutuhan penderita berdasarkan berat ringannya penyakit asma
(Supriyantoro, 2004 dalam Elyani Nur, 2011).
18
Senam asma merupakan salah satu bentuk kegiatan positif yang dapat
membantu pemulihan kondisi penderita asma. Senam asma juga merupakan salah
satu unsur penunjang pengobatan asma karena keberhasilan pengobatan asma
tidak hanya ditentukan oleh obat yang dikonsumsi, namun juga ditentukan oleh
faktor gizi dan olahraga. Bagi penderita asma, olahraga yang tepat dan benar
dapat meminimalisir kekambuhan penyakitnya. Manfaat pelatihan olahraga yang
perlu dilatihkan pada penderita penyakit pernapasan meliputi : peningkatana
kapasitas atau daya fungsional, peningkatan status fungsional sehingga dapat
mengurangi keparahan dispneu serta perbaikan kualitas hidup (Atmadja &
Doewes, 2007). Dari pengertian- pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
senam asma adalah : Suatu aktifitas latihan yang terpola, terencana dan sistematis
dan mengandung unsur rekreasi, merupakan salah satu upaya dalam penangnan
penderita asma dan unsur yang terpenting dari senam asma adalah penderita dapat
melatih dan mengotrol pernapasannya.
2.6 Gerakan-gerakan Senam Asma Dapat Memperbaiki Kebugaran dan
Meningkatkan Saturasi Oksigen Karena : 1. Pada awalnya sebelum senam asma dimulai dilakukan pemanasan dan
peregangan dengan tujuan untuk menyiapkan otot-otot tubuh, sendi-sendi
tubuh, paru-paru dan jantung agar siap untuk melkukan gerakan-gerkan senam
asma yang akan dilakukan.
2. Setelah pemanasan dan peregangan selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
gerakan inti A. Gerakan inti A bertujuan untuk memperbaiki dan
mempertahankan fungsi organ-organ pernapasan dan melatih cara bernapas
19
yang efektif pada penderita asma dengan cara menarik napas dan
mengeluarkan napas. Proses ekspirasi dilakukan dilakukan lebih lama
2 hitungan dengan proses inspirasi.
3. Setelah gerakan inti A, dilakukan gerakan inti B. Tujuan gerakan inti B untuk
relaksasi/melepaskan beban otot-otot pernafasan, mobilisasi sendi yang
berkaitan dengan perubahan volume thoraks, meningkatkan daya tahan tubuh
dan mengontrol pernapasan dengan Irma yang ritmis, otot-otot akan menjadi
relaksasi hal ini akan mempermudah pernapasan dan ekspektorasi.
4. Setelah Gerakan inti B, dilakukan gerakan Aerobic, yaitu gerakan dengan
sistem energi lambat atau sistem metabolisme aerobic, merupakan rangkaian
reaksi kimia yang memerlukan oksigen. Gerakan aerobic dilakukan agar tubuh
lebih dapat menghasilkan pembakaran 0² tingggi dan meningkatkan ekspirasi.
Gerakan ini juga berdampak pada proses difusi pada paru, dapat meningkatkan
oksihemoglobin dan jika hal ini dilakukan secara rotin dan benar akan dapat
meningkatkan saturasi oksigen dan kebugaraan fisik.
5. Setelah Gerakan Aerobik, dilakukan gerakan pendinginan yaitu gerakan-
gerakan lambat agar otot-otot dan fungsi organ-organ tubuh lain kembali
seperti keadaan semula. Juga untuk mengembalikan denyut nadi pada
frekuensi normal setelah mengalami kenaikan selama aerobik.
2.7 Prosedur Gerakan Senam Asma
Abidin & Angela (2005) dalam Elyani Nur (2012) menyatakan bahwa
senam asma tidak berbeda dengan senam pada umumnya. Berikut rangkaian
senam asma:
20
a. Pemanasan dan peregangan
Pemanasan dan peregangan merupakan gerakan awal dengan tujuan untuk
mempersiapkan otot-otot, sendi-sendi, jantung dan paru dalam keadaan siap
untuk melakukan gerakan lebih lanjut. Gerakan ini termasuk pre activity
exercise yang dimulai dari proksimal ke distal.
Prinsip pemanasan :
1) Gerakan bebas tanpa beban ataupun bantuan
2) Melibatkan seluruh tubuh
3) Dimulai dari proksimal ke distal
4) Lamanya tidak lebih dari 15 menit
5) Kecepatan gerakan tidak lebih dari ritme sekitar 120 beat/menit
b. Prosedur Gerakan Pemanasan adalah :
1. Sikap sempurna, kemudian menundukkan kepala (sebelum melakukan
senam berdoa terlebih dahulu). Berdiri tegak, lalu kedua tangan lurus
disamping badan, lalu lakukan jalan ditempat dengan mengangkat kaki
minimum 20 cm dari lantai sambil melenggangkan tangan. Lakukan
gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
2. Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari di tempat sambil mengayunkan
lengan dengan posisi kedua siku menekuk. Lakukan sampa 3x 8 hitungan.
3. Berdiri tegak, lalu lakukan kembali gerakan jalan ditempat sampai 3 x 8
hitungan.
21
4. Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala, kemudian
tegakkan kembali. Lakukan gerakan menunduk dan menegakkan kepala
ini bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
5. Letakkan kedua tangan dipinggang. Palingkan muka ke kanan, kembali
lurus ke depan, kemudian palingkan ke kiri dan kembali lurus ke depan.
Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
6. Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke kanan kemudian
kembali tegak. Selanjutnya miringkan kepala ke kiri dan kembali tegak.
Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
7. Letakkan tangan lurus disamping tubuh, kaki dibuka selebar bahu.
Ayunkan tangan kanan lurus keatas sehingga telapak tangan menghadap
kearah badan dan ayunkan tangan kiri ke belakang dengan telapak
menghadap ke belakang. Lakukan hal tersebut pada hitungan 1 – 4, lalu
lakukan gerakan sebaliknya pada hitungan 5 – 8. Lakukan gerakan-
gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
8. Letakkan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada hitungan 1 –
4 putar bahu ke depan seperti putaran roda. Lakukan gerakan sebaliknya
pada hitungan 5 – 8. Lakukan hal diatas bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
9. Posisikan kedua tangan lurus disamping badan, buka kaki selebar bahu.
Tepukkan tangan diatas kepala, lalu kembali ke posisi semula sambil
menepuk paha samping luar. Lakukan gerakan tersebut berulang sampai
3 x 8 hitungan.
22
10. Posisikan kedua tangan di pinggang, buka kaki selebar bahu. Putar pinggul
searah jarum pada hitungan 1 – 4. Pada hitungan 5 – 8, putar pinggul
berlawanan dengan arah jarum jam. Lakukan gerakan tersebut bergantian
sampai 3 x 8 hitungan.
Rapatkan kedua kaki, lalu letakkan kedua tangan di pinggang. Hentakkan
tungkai kaki kanan dan kiri ke depan dengan posisi sendi pergelangan kaki
90 derajat secara bergantian. Selanjutnya, hentakkan tungkai kaki kanan
dan kiri kearah samping (secara bergantian). Terakhir, hentakkan kearah
belakang (secara bergantian). Lakukan gerakan tersebut masing-masing
1 x 8 hitungan. Lakukan kembali jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan.
11. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus disamping badan, lalu angkat
kedua tangan keatas sambil menarik nafas sampai hitungan 2. Pada
hitungan 3 – 8, turunkan kedua tangan sambil menghembuskan nafas.
c. Prosedur Gerakan Peregangan :
1. Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan, sedangkan
tangan kiri memegang siku tangan kanan, lalu tarik siku tangan kanan ke
arah tangan kiri sampai tangan kanan menyentuh dada. Tahan gerakan ini
sampai hitungan ke 4. Pada hitungan 5 – 8 kembalikan ke sikap awal
secara perlahan-lahan. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi
tangan kanan memegang siku tangan kiri).
2. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan keatas sampai tangan
rileks di belakang kepala, kemudian pegang sikunya dengan tangan kiri.
Tarik siku tangan kanan ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan mulai
23
hitungan 2 – 4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan, pada
hitungan 5 – 8. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan
kanan memegang siku tangan kiri).
3. Buka kaki selebar bahu, lalu jalin kedua tangan di belakang badan. Pada
hitungan ke 1, angkat kedua tangan keatas sambil mengempiskan perut.
Selanjutnya, tahan gerakan tersebut sampai hitungan ke 4. Kembalikan
secara perlahan-lahan pada posisi awal mulai hitungan 5 – 8.
4. Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada sampai
ujung jari kedua tangan beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh bagian atas
ke kanan tetapi panggul dan wajah tetap menghadap ke depan. Tahan
gerakan ini sampai hitungan ke 4. Kembalikan ke sikap awal secara
perlahan-lahan pada hitungan 5 – 8. Lakukan gerakan seperti diatas untuk
arah yang berlawanan.
5. Buka kaki agak lebar, kedua tangan lurus disammping badan.Pada
hitungan 1, dorong tangan kanan keatas sambil memiringkan badan. Tekuk
lutut kaki kiri dan tangan kiri menumpu pada paha kiri.Tahan gerakan ini
sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada
hitungan 5 – 8.
6. Berdiri dengan kaki rapat, kedua lengan lurus disamping badan. Pada
hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumit menempel pada
lantai. Kedua tangan bertumpu pada paha kanan, kemudian rendahkan
badan sambil tekuk lutut kiri dan sendi panggul kanan (badan dan kepala
24
tetap lurus). Tahan gerakan tersebutpada hitungan 2 – 4. Pada hitungan
5 – 8, perlahan-lahan kembalikan pada posisi sikap awal.
7. Kedua kaki rapat dan tangan lurus disamping badan. Pada hitungan 1,
tekuk lutut kanan ke belakang sampai maksimal.Pegang pergelangan kaki
kanan dengan tangan kiri, lalu tarik ke belakang. Selanjutnya rentangkan
tangan kanan ke samping. Pada hitungan 2 – 4 tahan gerakan tersebut.
Secara perlahan-lahan kembalikan ke posisi awal pada hitungan 5 – 8.
Selanjutnya lakukan gerakan sebalinya (tangan kanan memegang
pergelangan kaki kiri).
8. Berdiri dengan kedua kaki rapat dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
Pada hitungan 1, tarik tungkai kanan ke depan sampai lutut kanan
menekuk. Selanjunya, rendahkan badan dengan kedua tangan bertumpu
pada paha kanan ( badan dan kepala tetap lurus). Tahan gerakan ini sampai
hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada
hitungan 5 – 8, lalu lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.
d. Latihan Inti A
Gerakan ini bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi alat
pernafasan. Pada penderita obstruktif paru, latihan ditujukan agar terjadi
ventilasi alveolar, untuk itu fungsi diafragma harus diperbaaiki/ditingkatkan,
diharapkan kerja otot pernafasan menjadi optimal dan kerja otot nafas bantu
menurun. Latihan inti A, bertujuan untuk melatih cara bernafas yang efektif
pada penderita asma. Dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan nafas.
Proses pengeluaran nafas lebih lama 2 hitungan.
25
Pada penyakit asma, penderita mengalami kesulitan waktu ekspirasi, maka
dipilih gerakan yang dapat dikombinasikan dengan irama pernafasan yang
baik, dengan cara : Inspirasi melalui hidung, ekspirasi melalui mulut dan
berdesis, waktu ekspirasi harus lebih panjang dari waktu inspirasi, mengikuti
mekanisme pernafasan dada dan diafragma yang dibantu oleh otot-otot perut.
Prinsip Gerakan A
1. Setiap gerakan di ikuti dengan inspirasi dan ekspirasi yang dalam
2. Waktu inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
3. Gerakan inspirasi dilakukan saat pengembangan volume thoraks dan
ekspirasi saat penciutan volume thoraks
4. Kecepatan gerak dengan ritme sekitar 100 beat/ menit
Prosedur Gerakan Inti A adalah :
1. Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di pinggang, pada hitungan 1,
tegakkan kepala dan busungkan dada. Selanjutnya, tundukkan kepala pada
hitungan 2 – 4. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 2x8 hitungan.
2. Tangan masih dipinggang dan kaki dibuka selebar bahu. Palingkan muka
ke kanan pada hitungan 1, lalu pada hitungan 2 arahkan kembali muka ke
depan dan tahan sampai hitungan 4. Pada hitungan 5 palingkan muka ke
kiri, lalu pada hitungan 6 – 8 arhkan kembali ke depan. Lakukan gerakan
tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
3. Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Pada
hitungan 1, angkat bahu kanan, lalu turunkan kembali pada hitungan 2 – 4.
26
Lakukan hal yang sama untuk bahu kiri. Lakukan gerakan tersebut
bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
4. Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus disamping tubuh. Putar bahu
kebelakang dengan siku sedikit tertekuk pada hitungan 1 – 3, lalu
hentakkan kedua tangan ke belakang pada hitungan 4. Pada hitungan 5 – 7,
putar kembali bahu ke depan, lalu pada hitungan 8 hentakkan tangan ke
depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
5. Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Pada
hitungan 1, angkat kedua tangan keatas sejajar telinga hingga membentuk
huruf V. Pada hitungan 2 – 4 kembalikan tangan pada posisi semula.
Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
6. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan setinggi
bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Tarik kedua tangan
kedua tangan ke belakang pada hitungan 1 sambil menekuk lutut dan
tangan di kepalkan. Pada hitungan 2 – 4 kembali ke posisi semula dengan
posisi tangan seperti mendorong. Lakukan gerakan diatas sampai 3 x 8
hitungan.
e. Latihan Inti B
Bertujuan untuk relaksasi/melepaskan beban otot-otot pernafasan,
mobilisasi sendi yang berkaitan dengan perubahan volume thoraks,
meningkatkan daya tahan tubuh dan mengontrol pernafasan dengan irama
yang ritmis, otot-otot akan menjadi relaksasi, hal ini akan mempermudah
pernafasan dan ekspektorasi.
27
Prinsip Gerakan Inti B
1. Melibatkan otot agonis dan antagonis sehingga terjadi kotraksi dan
relaksasi.
2. Diselingi dengan pernafasan panjang diantara gerakan tertentu untuk
mengontrol pernafasan
3. Sebagian besar gerakan berpengaruh pada perubahan volume thoraks,
sedang yang lain untuk seluruh tubuh
4. Kecepatan gerak dengan irama sekitar 130 beat/menit
Prosedur Gerakan Inti B :
1. Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan pada bahu. Luruskan
tangan ke atas, lalu turunkan kembali. Selanjutnya luruskan pula tangan
kanan ke atas, lalu turunkan kembali. Selanjutnya, luruskan pula tangan
kiri ke atas dan turunkan kembali. Lakukan gerakan ini bergantian sampai
4 x 8 hitungan.
2. Letakkan kedua tangan lurus disamping tubuh. Lemparkan tangan kanan
ke depan atas dan tangan kiri ke belakang, lalu lakukan gerakan sebaliknya
sehingga tangan kiri diatas dan tangan kanan mengayun ke belakang.
Lakukan sampai 4 x 8 hitungan.
3. Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan yang sikunya
menekuk 90 derajat di samping tubuh. Dorong kedua tangan lurus ke atas
sampai menyerong tubuh ke kanan, lalu tarik posisi tangan ke posisi
semula. Dorong kembali kedua tangan sambil menyerongkan tubuh kekiri.
Lalukan gerakan tersebut masing-masing 1 x 8 hitungan.
28
4. Lakukan jalan di tempat sebanyak 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan
kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3 x 8 hitungan
5. Buka kaki selebar bahu, letakkan kedua tangan lurus disamping tubuh.
Silangkan kedua tangan di depan tubuh, hentakkan kaki kanan ke depan
sampai tumitnya menyentuh lantai sambil merendahkan badan.
Selanjutnya kembali ke posisi tegak sambil tangan di rentangkan. Lakukan
gerakan yang sama untuk kaki kiri, Lakukan bergantian kanan dan kiri
sampai 4 x 8 hitungan.
6. Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan kanan diatas tangan kiri
di depan dada. Rentangkan kedua tangan kesamping tubuh sambil
melemparkan tungkai kaki kanan ke samping, lalu kembali ke posisi
semula. Lakukan hal yang sama untuk kaki kiri secara bergantian hingga
4 x 8 hitungan.
7. Rapatkan kedua kaki, lalu silangkan kedua tangan di depan dada dengan
posisi tangan kanan diatas tangan kiri. Rentangkan kedua tangan ke
samping, seperti berenang dengan gaya katak, lalu serongkan kaki kanan
ke samping. Kembalikan ke posisi semula dan lakukan gerakan yang sama
dengan arah yang berlawanan berganti-ganti sampai 4 x 8 hitungan.
8. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan
kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3 x 8 hitungan.
9. Berdiri dengan kaki rapat, lalu angkat kedua tangan keatas dengan siku
menekuk 90 derajat.Gerakkan kedua tangan tersebut ke depan dan angkat
kaki kanan sampai panggul menekuk membentuk sudut 90 derajat, lalu
29
kembali ke posisi awal. Lakukan pula gerakan yang sama untuk kaki kiri.
Lakukan secara bergantian sampai 4 x 8 hitungan. Buka kedua kaki agak
lebar, lalu rentangkan kedua tangan lurus ke samping. Dorong tangan kiri
kearah kanan, sedangkan tangan kanan menyentuh lutut kiri yang agak di
tekuk.Lakukan pula gerakan yang sama dengan arah berlawanan secara
bergantian sampai 4 x 8 hitungan. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2
x 8 hitungan, kemuadian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik
nafas sampai 3 x 8 hitungan.
f. Aerobik :
Aerobik dilakukan supaya tubuh dapat menghasilkan pembakaran 02 tinggi
untuk meningkatkan hembusan nafas. Disesuaikan dengan kondisi dan usia
peserta senam asma. Gerakan-gerakan aerobic harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Melibatkan banyak sendi dan otot-otot tubuh
2. Dilakukan secara terus menerus, jika diselingi istirahat tidak boleh lebih
dari 3 menit
3. Dapat meningkatkan denyut nadi sampai 70 % dari nadi maksimal
4. Kecepatan gerak menggunakan irama 140 beat/menit
Prosedur Gerakan Aerobik Sebagai Berikut :
1. Sambil berlari ditempat luruskan kedua tangan ke depan, lalu kembalikan
ke pundak. Selanjutnya, ulurkan kedua tangan ke samping dan kembalikan
ke pundak. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 2 x 8 hitungan,
setiap hitungan jatuh pada kaki kanan.
30
2. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan
kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3 x 8 hitungan.
3. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke depan sehingga
salah satu kaki terlempar ke belakang dan lutut kaki yang lain dalam posisi
lurus. Pandangan mata ke bawah dan kedua tangan bebas bergerak
mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki yang lain
secara bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
4. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke belakang sehingga
salah satu kaki terlempar ke depan dan lutut kaki yang lain dalam posisi
lurus. Kedua tangan bebas bergerak dan pandangan ke atas. Lakukan
gerakan ini sampai 2 x 8 hitungan.
5. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan
kedua kaki ke samping kanan dan kiri bergantian. Kedua tangan bebas
mengikuti Irma berlari. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 2 x 8
hitungan.
6. Lakukan lari tempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan kaki
kanan agak serong ke kiri dan kaki kiri dilemparkan agak serong ke kanan.
Lakukan gerakan ini bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
7. Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, lalu letakkan kedua tangan diatas
pundak. Jatuhkan kaki kanan satu langkah ke samping dengan kedua
tangan lurus ke samping setinggi bahu, lalu gerakkan kaki kiri mengikuti
langkah kaki kanan sambil kedua tangan kembali ke pundak. Jatuhkan
kaki kiri satu langkah ke samping dengan kedua tangan diangkat lurus ke
31
samping, lalu gerakkan kaki kanan mengikuti gerakan seperti kaki kiri
sambil meletakkan tangan kembali hingga ke posisi awal. Lakukan sampai
2 x 8 hitungan.
Pendinginan (cooling down)
Dalam gerakan ini, dilakukan gerakan-gerakan lambat agar otot-otot
kembali seperti keadaan semula yaitu dengan menggerakkan tangan sambil
menarik nafas pelan-pelan. Tujuan utama senam asma adalah relaksasi otot-
otot pernafasan serta otot-otot yang lain. Ini dapat dicapai dengan peregangan
dan kontraksi maksimal di ikuti dengan relaksasi maksimal. Selain itu,
pendinginan untuk mengembalikan denyut nadi pada frekuensi normal
setelah mengalami kenaikan selama aerobic. Ada 3 macam dalam
pendinginan :
1. Peregangan yang meningkat, ditahan selama 6 - 8 detik
2. Isometrik kontraksi yang maksimal diikuti relaksasi
3. Ketenangan mental
Prosedur Gerakan Pendinginan sebagai berikut :
1. Berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu, lalu jalan kedua tangan di
belakang kepala. Tekan kepala ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan
dengan kedua tangan pada hitungan 2- 4. Pada hitungan 5 - 8, kembalikan
keposisi semula secara perlahan.
2. Buka kaki selebar bahu, lalu topang dagu dengan tangan kanan, tangan kiri
di letakkan disamping tubuh. Dorong dagu kekiri dengan tangan kanan
32
pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan
5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
3. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke atas rileks di
belakang kepala dan sikunya di pegang oleh tangan kiri. Pada hitungan 1,
tarik siku kanan ke belakang dan tahan gerakan ini sampai hitungan 4.
Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.
4. Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada sampai jari-
jarinya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh ke kanan dengan panggul dan
wajah tetap menghadap ke depan, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan
4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
Lakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan. Berdiri dengan
kedua kaki rapat, lalu letakkan kedua tangan lurus di samping. Pada
hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menempel
pada lantai. Rendahkan badan sambil menekuk lutut kiri dan sendi panggul
kanan, kedua tangan bertumpu pada paha kanan. Tahan sampai hitungan 4
dengan posisi tubuh dan kepala tetap lurus. Pada hitungan 5-8, kembalikan
secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama
dengan arah yang berlawanan.
5. Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas perut. Pada
hitungan 1, tarik nafas sambil mengembungkan otot perut. Selanjutnya
hembuskan nafas pada hitungan 2-4 sambil mengecilkan perut di bantu
dengan tekanan kedua tangan. Hitungan 5, tarik nafas kembali sama
33
seperti gerakan sebelumnya, lalu hembuskan kembali. Lakukan 2 x 8
hitungan.
6. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan kedua tangan ke depan setinggi
bahu. Turunkan badan sambil menekuk lutut sedikit pada hitungan 1, lalu
tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan
secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.
7. Buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan terbuka kesamping tubuh.
Tarik nafas pada hitungan 1, lalu tahan sampai hutungan 2-4. Pada
hitungan 5, hembuskan nafas keluar sambil menepuk paha bagian samping
tarik nafas kembali, lalu tahan seperti gerakan sebelumnya, kemudian
keluarkan nafas sambil menepuk dada bagian samping. Terakhir, dorong
kedua lengan ke depan sambil menghembuskan nafas. Selanjutnya lakukan
kembali posisi doa.
2.8 Efek Samping Senam Asma
Menurut Pratyahara (2011) dalam Elyani Nur (2012) olahraga dan
kegiatan yang berlebihan dapat memicu serangan asma. Olahraga baik bagi
penderita asma selama asmanya terkendali, selama asma yang diderita terkontrol
dan termanajemen dengan baik. Umumnya penderita mampu melakukan berbagai
macam kegiatan fisik. Namun, karena aktifitas yang berlebihan pada penderita
dapat memacu serangan asma. Efek samping yang timbul dapat berupa serangan
asma bertambah berat atau timbulnya serangan pneumotoraks. Oleh karena itu,
beberapa hal harus diperhatikan sebelum melakukan senam asma, yaitu tidak
34
dalam serangan asma, tidak dalam gagal jantung, kurang tidur, baru sembuh dari
sakit dan lannya (Proverawati, 2010).
Pratyahara dalam Elyani Nur (2012) terdapat syarat yang harus dipenuhi
sebelum melakukan senam asma yaitu penderita tidak dalam serangan asma, sesak
nafas dan batuk-batuk, tidak dalam serangan jantung, tidak dalam keadaan flu atau
kurang tidur serta baru sembuh dari penyakit. Rangkaian senam asma pada
prinsipnya untuk melatih memperkuat otot-otot pernafasan agar penderita asma
lebih mudah melakukan pernafasan dan ekspektorasi. Penderita asma tidak boleh
melakukan olahraga sembarangan karena olahraga yang berat dapat memicu
serangan asma. Selain berenang dan senam asma, olahraga yang di
rekomendasikan untuk penderita asma di antaranya jalan kaki, lari kecil dan naik
sepeda (Pratyahara, 2011).
2.9 Pengaruh Senam Asma Terhadap Sistem Kardiovaskuler, Respirasi dan Sistem Kekebalan Tubuh
Menurut Angela (2009) dengan senam asma frekuensi serangan asma
dapat dikurangi pada penderita asma. Senam asma merupakan salah satu pilihan
olahraga yang tepat bagi penderita asma. Senam asma bermanfaat untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan juga meningkatkan kemampuan pernafasan,
juga merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena keberhasilan
pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat-obat asma yang dikonsumsi
namun juga faktor gizi dan olahraga. Gerakan aerobik pada senam asma dapat
meningkatkan penggunaan oksigen, karena sistem metabolisme aerobik
merupakan rangkaian reaksi kimia yang memerlukan oksigen. (Nala, 2011).
35
Senam asma juga merupakan salah satu bentuk pengobatan dan pencegahan
serangan asma. Penderita asma dianjurkan untuk mengikuti senam asma sekitar
45 menit dan senam ini akan memberikan hasil jika dilakukan sedikitnya 8
minggu.
Bagi penderita asma, olahraga diperlukan untuk memperkuat otot-otot
pernafasan dan meningkatkan kapasitas ventilasi. Senam asma bertujuan untuk
melatih cara bernafas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernafasan,
melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat asma
terkontrol serta mempertahankan asma tetap terkontrol dan senam asma tidak
boleh dilakukan sembarangan. Jika senam asma rutin dilakukan selama 8 minggu
selama 45 menit hal ini akan dapat mengurangi frekuensi kekambuhan asma baik
kekambuhan ringan, sedang dan berat. Penderita asma harus lebih menjaga daya
tahan tubuh agar serangan asma tidak muncul kembali, salah satu upaya untuk
menjaga daya tahan tubuh agar tetap terpelihara adalah dengan cara rajin dan rutin
berolahraga sesuai dengan jenis olahraga yang direkomendasikan untuk penderita
asma, makan dengan pola menu gizi seimbang dan istirahat yang cukup.
36
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Asma merupakan penyakit obstruksi saluran nafas dengan gejala-gejala
batuk, mengik dan sesak nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma terjadi
sebagai akibat adanya obstruksi bronkus dan spasme otot polos pada bronkus
sehingga penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Penyebab asma pada
umumnya adalah allergen, dalam keadaan ini penderita perlu melakukan aktivitas
fisik yang tidak terlalu berat dan dapat meningkatkan kontraksi otot-otot
pernafasan dan dapat mengurangi frekuensi serangan asma (PDPI, 2004).
Inflamasi kronis pada jalan napas pada pasien asma berkaitan erat dengan kadar
Immunoglobulin E (IgE) yang tinggi dan eosinofil bronkus. WHO (World Health
Organization) mendefinisikan asma sebagai suatu penyakit inflamasi kronis pada
saluran napas dan beberapa sel, khususnya mastosit; eosininofil dan limfosit T
yang berperan penting dalam penyebarannya (Jenabi A,2008).
Jika asma tidak terkontrol dan sering kambuh maka otot-otot pernapasan
menjadi lemah dan akan menurunkan saturasi oksigen. Menurunnya saturasi
oksigen akan menyebabkan asma semakin sering kambuh. Pelatihan senam asma
secara teratur dan rutin 3 x dalam seminggu selama 8 minggu akan meningkatkan
kekuatan otot-otot pernapasan. Peningkatan kekuatan otot-otot pernapasan setelah
senam asma secara teratur, akan menurunkan tingkat kekambuhan, meningkatkan
saturasi oksigen dan menyeimbangkan kadar IgE serum. Hasil penelitian terakhir
menunjukkan bahwa satu sesi pelatihan fisik pada penderita asma menuntun
secara signifikan penurunan dari serum IgE (Aldred,2010).
37
Gambar skema kerangka berpikir :
ASMA
KADAR IgE SERUM MENINGKAT
INFLAMASI PADA JALAN NAPAS
OTOT-OTOT PERNAPASAN MELEMAH
SATURASI OKSIGEN
SERING KAMBUH
SENAM ASMA TERATUR (3X/MINGGU SELAMA 8MINGGU)
KADAR IgE SERUM KEKUATAN OTOT-OTOT PERNAPASAN
KEKAMBUHAN
SATURASI OKSIGEN
Gambar 3.1 : Kerangka Berpikir Hubungan Senam Asma dengan
Frekuensi Kekambuhan
38
3.2 Konsep Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah senam asma dapat
mengurangi frekuensi kekambuhan penderita asma dan meningkatkan saturasi
oksigen setelah mengikuti pelatihan senam asma. Untuk mencapai hasil yang
optimal dalam meningkatkan saturasi oksigen dan mengurangi kekambuhan pada
penderita asma bronkiale perlu dilakukan pelatihan senam asma 3 kali dalam
seminggu selama 8 minggu. Sampel dalam penelitian ini ditentukan sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dilakukan.
39
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah
seperti bagan berikut :
Gambar 3.2 : Konsep Penelitian
FAKTOR INTERNAL: KONDISI PENYAKIT PASIEN; ASMA : BERAT,SEDANG DAN RINGAN
FAKTOR EKSTERNAL: SUHU LINGKUNGAN, KELEMBABAN UDARA, ASUPAN KALORI DAN AKTIVITAS
PELATIHAN AEROBIK
SENAM ASMA 3 X/MINGGU SELAMA 8 MINGGU
PENDERITA ASMA
- KEKAMBUHAN - SATURASI
OKSIGEN
40
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Senam asma dengan durasi 45 menit dengan frekuensi 3 kali per minggu
selama 8 minggu dapat menurunkan frekuensi kekambuhan pada penderita
asma.
3.3.2 Senam asma dengan durasi 45 menit dengan frekuensi 3 kali per minggu
selama 8 minggu dapat meningkatkan saturasi oksigen pada penderita
asma.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan Design Quasy Experimental Pre Post with Control Group.
Pada penelitian (case control) jumlah faktor risiko yang dipelajari dapat dibatasi.
Keterbatasan jumlah faktor risiko ini akan meningkatkan potensi rancangan ini
dalam mengeksplorasi korelasi antara factor risiko dan efek (Pratiknyo, 2001).
Bagan Rancangan Penelitian seperti berikut :
P0 O1 O2
P S R P1
O3 O4 Gambar 4.1: Rancangan Penelitian
Keterangan : P = Populasi
S = Sampel
R = Random
P0 = Tanpa perlakuan
P1 = Perlakuan yaitu senam asma 3 kali seminggu
Selama 8 minggu.
01 = Pengukuran pertma kelompok kontrol
02 = Pengukuran kedua kelompok kontrol
42
03 = Pengukuran pertama kelompok perlakuan
04 = Pengukuran kedua kelompok perlakuan
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Denpasar selama 8 minggu pada bulan Mei sampai Juni 2014 (minggu
pertama bulan Mei sampai minggu ke dua bulan Juni) setiap pukul 16.30 WITA
pada hari Senin, Rabu dan Jumat.
4.3 Penentuan Sumber Data
4.3.1 Populasi
Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh pasien asma yang berkunjung
ke Poli Paru Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar.
4.3.2 Sampel
4.3.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien asma yang berkunjung ke Poli Paru RSUD Wangaya Denpasar
2. Pasien asma yang tidak dalam kondisi serangan asma
3. Umur 40 – 55 tahun
4. Pasien yang bersedia menjadi responden
43
4.3.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
1. Penderita asma dengan penyakit lain
2. Penderita asma dengan cacat tubuh
3. Penderita yang sedang di rawat.
4.3.2.3 Kriteria gugur
Kriteria gugur dalam penelitian ini adalah :
1. Menderita sakit pada saat pelatihan
2. Tiga kali berturut-turut tidak mengikuti pelatihan
4.3.2.4 Besar Sampel
Berdasarkan Rumus Pocock (2008), besar sampel dalam penelitian ini
adalah :
Rumus Pocock : 2 δ ² ƭ ( α, β )
n = (µ² - µ¹)²
Keterangan :
n = Jumlah sampel
δ = Standar deviasi
µ¹ = Rerata kekambuhan asma sebelum pelatihan
µ² = Rerata kekambuhan asma sesudah pelatihan
ƭ (α , β ) = Faktor kesalahan ( α = 0,05 ; β = 0,05 ) = 13 (table Pocock)
44
Berdasarkan penelitian pendahuluan pada pasien asma dengan standar deviasi
(ó)= 15, selisih rerata kekambuhan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan
(µ¹- µ²) = 0,18. Maka besar sampel dihitung dengan menggunakan Rumus Pocock
(2008) adalah :
n = jumlah sampel
δ = perkiraan standar deviasi
ƭ (α –β ) = 10,5
(µ¹ - µ² )² = selisih rerata sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan
n = 2
2
18,015,0.2
x 10,5
= 0324,00225,0.2 x 10,5
= 14,58 dibulatkan menjadi 15 orang.
15 orang sebagai kelompok perlakuan dan 15 orang sebagai
kelompok
Kontrol. Cadangan 3 orang.
4.3.2.5 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Simple Random Sampling, yaitu Pasien Asma dengan nomor ganjil
dipakai sebagai kelompok kasus / kelompok intervensi dan yang nomor genap
digunakan sebagai kelompok kontrol.
Pengambilan sampel dilakukan langsung pada pasien asma yang berobat/kontrol
di Poli Paru Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar. Sebelum pelatihan
45
senam asma dilakukan pembagian kelompok dengan metode acak sederhanan,
yaitu : dari 30 responden dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah
15 orang. Satu kelompok yang terdiri dari 15 orang mengikuti pelatihan senam
asma tiga (3x) seminggu selama 8 minggu dan satu kelompok yang terdiri dari
15 orang sebagai kelompok kontrol, tidak mengikuti senam asma.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Klasifikasi Variabel
4.4.1.1 Variabel bebas : Senam Asma Indonesia
4.4.1.2 Variabel tergantung : Tingkat kekambuhan penderita asma
4.4.1.3 Variabel terkendali : Umur, jenis kelamain, genetic, kebugaran fisik,
asupan kalori, kelembaban udara dan suhu
lingkungan.
4.4.2 Definisi Operasional Variabel
4.4.2.1 Senam Asma adalah : merupakan suatu jenis terapi latihan yang
dilakukan secara berkelompok (exercise group) yang melibatkan
aktivitas gerakan-gerakan anggota tubuh atau merupakan suatu kegiatan
yang membantu proses rehabilitasi pernapasan pada penderita asma
untuk meningkatkan fungsi paru. Durasi senam asma dilakukan selama
45 menit, frekuensi 2 atau 3 kali seminggun selama 6 minggu, intensitas
pelatihan dimulai dengan intensitas rendah dengan target zone 60 – 65 %
dari denyut nadi maksimal. (Semua gerakan senam asma lihat lampiran
4.1). (Soeparman, 2004).
46
4.4.2.2 Kekambuhan adalah : peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang
sebelumnya sudah memperoleh kemajuan dan sebelum terjadi
kekambuhan biasanya terjadi hal-hal yang mendukung kekambuhan itu
terjadi. (Murgi, 2004).
4.4.2.3 Saturasi Oksigen adalah :jumlah oksigen yang terikat hemoglobin pada
darah yang dinyatakan dalam persentase kapasitas oksigen pengikatan
maksimum. (Dorland, 1998).
Saturasi Oksigen merupakan oksigen yang diperlukan tubuh untuk
memenuhi proses katabolisme kimia untuk menghasilkan energi seluler.
Diukur sebelum dan sesudah pelatihan senam asma dengan
menggunakan alat ukur oksimetri nadi. (Hudak & Gallo, 1997).
4.4.2.4 Kebugaran fisik atau kesegaran jasmani disebut juga kebugaran jasmani
merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam
jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti
dan masih memiliki kemampuan cadangan untuk melakukan aktivitas
yang mendadak. (Nala, 2011).
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 CD Player Merk Polytron 1 buah
4.5.2 CD Senam Asma Indonesia tahun 2003 1 buah
4.5.3 TV Merk Polytron 1 buah
4.5.4 Jam tangan untuk menghiutung denyut nadi dan frekuensi pernafasan
4.5.5 Oxy meter untuk menghitung saturasi oksigen dan nadi 1 buah
4.5.6 Camera Digital Merk Canon untuk dokumentasi kegiatan 1 buah
47
4.5.7 Lembar permohonan untuk menjadi responden
4.5.8 Lembar pesetujuan menjadi responden
4.5.9 Lembar Quesioner/lembar observasi pre test dan post test
4.5.10 Lembar Pertanyaan Test Kontrol Asma
4.5.11 Alat tulis dan kertas
4.5.12 Lembar Informed Consent Penelitian Klinik dari RSUD Wangaya
4.6 Prosedur Penelitian
4.6.1 Prosedur Administrasi
1. Menyelesaikan adminitrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan
penelitian antara lembaga asal peneliti dengan lembaga tempat penelitian.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Menjelaskan tentang jadwal pelatihan senam asma dan tempat pelatihan
sehingga ada kesepakatan antara peneliti dan subyek yang diteliti tentang
maksud, tujuan dan manfaat pelatihan senam asma.
4.6.2 Prosedur Pemilihan Sampel
Seleksi pada penderita asma yang berkunjung ke Poliklinik Paru Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar.:
1. Umur pasien 40-55 tahun.
2. Pengukuran Tekanan Darah dan Perhitungaan Denyut Nadi.
3. Pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dinyatakan sehat untuk mengikuti
Senam Asma.
48
4. Randomisasi pasien asma di Poli Paru RSUD Wangaya Denpasar sejumlah
30 orang yang terpilih sebagai sampel, dialokasikan secara random sederhana
menjadi 2 kelompok memakai undian, yaitu kelompok dengan nomor undian
ganjil menjadi kelompok kasus/kelompok intervensi, kelompok kedua yaitu
kelompok dengan nomor undian genap menjadi kelompok kontrol.
4.6.3 Prosedur Pengukuran
1. Pre test kekambuhan asma pada semua sampel.
2. Kelompok sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 1 kelompok intervensi
dan 1 kelompok kontrol.
3. Kelompok intervensi sebanyak 15 orang diberi pelatihan senam asma 3 x
dalam seminggu dengan durasi 45 menit selama 8 minggu.
4. Setelah 3 kali 24 jam pasca pelatihan senam terakhir dilakukan penilaiaan
terhadap tingkat kekambuhan dan saturasi oksigen
49
4.6.4 Alur Penelitian
Gambar 4.2 Alur Penelitian
Populasi
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
K Sampel
Rrr Random Alokasi
Pre Pre test pengukuran saturasi oksigen dan tes kontrol kekambuhan asma
Pppp Pre Test pengukuran saturasi oksigen dan tes control kekambuhan asma
Kelompok 1 diberikan pelatihan
senam asma
Kk Kelompok 2 tidak diberikan pelatihan
senam asma
Post test pengukuran saturasi oksigen dan tes kontrol kekambuhan asma
Post test pengukuran saturasi oksigen dan tes kontrol kekambuhan asma
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN LAPORAN
50
4.7 Analisis Data
4.7.1 Analisis Deskriptif
Untuk menganalisis data karakteristik subjek penelitian seperti jenis
kelamin, usia, pekerjaan dan jenis terapi asma yang didapat.
4.7.2 Analisis Komparasis
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui distribusi data pada masing-masing
kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok control). Data
dikatakan berdistribusi normal atau mendekati normal jika
koefisien Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05,
digunakan uji Shapiro Wilk.
b. Uji Komparatif
Jenis uji statistik komparasi yang digunakan adalah uji Mann
Whitney dan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal.
4.8 Kelemahan Penelitian
1. Kondisi penyakit asma renponden saat pelatihan tidak sama
2. Limit waktu pelatihan tidak sepenuhnya tepat
3. Kondisi tempat pelatihan yang kurang memadai atau kurang
representative
51
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Denpasar pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014.
5.1.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang mengikuti senam asma di Poliklinik Paru
RSUD Wangaya Denpasar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Yang Mengikuti Senam Asma
di Poliklinik Paru RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2014
Karakteristik n (%) Umur
40-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun
11 7 8 4
36,7 23,8 26,7 13,3
Total 30 100 Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
13 17
43,3 56,7
Total 30 100 Pekerjaan
Bekerja Tidak bekerja
4
26
13,3 86,7
Total 30 100 Terapi Asma Berotech Inh. Ventolin Inh.
Cymbicort Inh. Ceretide Inh.
11 7 8 4
36,7 23,3 26,7 13,3
Total 30 100
52
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa proporsi umur 40-45 tahun
merupakan umur yang tertinggi (43,3%) dibandingkan kategori umur lainnya.
Berdasarkan pekerjaan, responden mayoritas adalah tidak bekerja (86,7%).
Responden perempuan (56,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden
laki-laki. Sebagian besar responden tidak bekerja (86,7%). Berdasarkan terapi
asma yang dilakukan responden yang terbanyak menggunakan Berotech Inhaler
(36,7%).
5.1.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk menyakinkan bahwa sampel benar
benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dapat
dilakukan. Suatu model dikatakan memiliki data normal atau mendekati normal
jika koefisien Asymp. sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Hasil uji normalitas
dengan uji Shapiro Wilk sebagai berikut :
Tabel 5.2 Uji Normalitas Data dengan Shapiro Wilk
Variabel Perlakuan Kontrol
Shapiro
Wilk p Keterangan Shapiro
Wilk p Keterangan
SpO2 Pre Post
0,868 0,744
0,031 0,001
Tidak normal Tidak normal
0,798 0,643
0,003 0,000
Tidak normal Tidak normal
PRbPm Pre Post
0,910 0,955
0,134 0,599
Normal Normal
0,869 0,869
0,033 0,033
Tidak normal Tidak normal
Respirasi per menit Pre Post
0,874 0,686
0,038 0,00
Tidak normal Tidak normal
0,872 0,783
0,037 0,002
Tidak normal Tidak normal
53
Hasil uji normalitas dengan uji Shapiro wilk diperoleh nilai sig untuk variabel
PRbPm pada kelompok perlakuan berdistribus normal dan SpO2 kelompok
kontrol dan perlakuan, PRbPm kelompok kontrol, respirasi per menit kelompok
kontrol dan perlakuan tidak berdistribusi normal.
5.1.4 Pengaruh Pelatihan Senam Asma Terhadap Kekambuhan Penderita
Asma Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh frekuensi
kekambuhan responden pada kelompok kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada
Gambar 5.1 sebagai berikut:
11
3
78
3
11
87
0
2
4
6
8
10
12
Kambuh-Perlakuan Tidak Kambuh_perlakuan Kambuh-kontrol Tidak Kambuh-kontrol
Ora
ng
Pre
Post
Gambar 5.1 Grafik Frekuensi Kekambuhan Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Keterangan : P = 0,008
Pada kelompok perlakuan terdapat 11 responden yang mengalami
kekambuhan sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberikan perlakuan terdapat
11 responden yang tidak mengalami kekambuhan.
54
Pada taraf signifikasi α = 0,05 dengan nilai p value 0,046 pada kelompok
perlakuan yang berarti Ho ditolak dan dapat diartikan bahwa senam asma
berpengaruh signifikan terhadap frekuensi kekambuhan pada pasien asma
bronkiale di Poliklinik Paru RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2014. Berbeda
dengan kelompok kontrol dengan p value 0,317 yang berarti tidak signifikan.
Untuk mengetahui keefektifan senam asma dalam mengurangi frekuensi
kekambuhan penderita asma, maka dilakukan pengujian statistik menggunakan uji
Mann Whitney.
5.1.5 Pengaruh Pelatihan Senam Asma Terhadap Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma Nilai mean untuk saturasi oksigen, denyut nadi dan respirasi pada
penderita asma disajikan pada Gambar 5.2 berikut ini :
95,1
96,5
94,0
94,5
95,0
95,5
96,0
96,5
97,0
%SpO2
Pers
en
Pre Post
Gambar 5.2 Grafik Nilai Mean % SpO2 Pada Kelompok Perlakuan Keterangan :
P = 0,002
55
Pada kelompok perlakuan nilai mean untuk % SpO2 meningkat dari 95,1
menjadi 96,5.
95,3
95,5
95,195,295,295,395,395,495,495,595,595,695,6
%SpO2
Pers
en
PrePost
Gambar 5.3 Grafik Nilai Mean % SpO2 Pada Kelompok Kontrol
Keterangan :
P = 0,317 Pada kelompok kontrol nilai mean untuk % SpO2 naik dari 95,3 menjadi
95,5. Pada taraf signifikasi α = 0,05 dengan nilai p value 0,002 pada kelompok
perlakuan yang berarti signifikan dan dapat diartikan bahwa senam asma
berpengaruh signifikan terhadap saturasi oksigen pada pasien asma bronkiale di
Poliklinik Paru RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2014. Berbeda dengan
kelompok kontrol dengan p value 0,317 yang berarti tidak signifikan.
Untuk mengetahui keefektifan senam asma dalam meningkatkan saturasi
oksigen pada penderita asma, maka dilakukan pengujian statistik menggunakan
uji Mann Whitney.
56
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pelatihan Senam Asma Dapat Mengurangi Kekambuhan Pada Penderita Asma Secara Bermakna Hal ini disebabkan karena senam asma dapat meningkatkan fungsi
kardiovaskuler, respirasi dan memelihara keseimbangan kadar Immunoglobulin E
dan eosinofil pada bronkus serta dapat menurunkan respon yang berlebihan dari
jalan napas dan kadar serum IgE (Mayr et.al., 2003). Pendapat tersebut didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Naning Yudiani (2011) bahwa senam asma
secara rutin dan teratur dapat meningkatkan kemampuan otot terutama yang
berkaitan dengan otot pernafasan akan dapat meningkatkan pengembangan dan
fungsi paru dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan latihan, dengan
melakukan senam asma secara rutin dan teratur dapat meningkatkan kekuatan
otot-otot pernafasan dan akan mengurangi frekuensi kekambuhan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilasari Nenden (2011) dengan
judul “Pengaruh frekuensi senam asma Indonesia terhadap keluhan serangan asma
pada pasien asma di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang”, diperoleh
kesimpulan bahwa kegiatan senam asma Indonesia dapat mengurangi frekuensi
keluhan serangan asma pada penderita asma di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang.
Peran latihan fisik dalam patofisiologi asma dan pengendalian penyakit
telah menjadi fokus perhatian untuk dipertimbangkan, karena kapasitas ventilasi
yang lebih baik dan peredaan gejala yang terkait dengan asma merupakan
keuntungan yang diperoleh dari latihan fisik untuk pasien asmatik (Ram et al.,
57
2005 J Sci Med Sport, 2010). Kekambuhan asma dapat dicegah dengan
menghindari faktor pencetus dan melakukan olah raga (senam asma) secara
teratur sesuai dengan porsi yang telah ditentukan. (Dita, 2011 dalam Elyani Nur,
2012).
5.2.2 Pelatihan Senam Asma Dapat Meningkatkan Saturasi Oksiogen Pada Penderita Asma Secara Bermakna
Saturasi oksigen adalah ukuran derajat pengikatan oksigen pada
hemoglobin, biasa diukur dengan oksimeter, dinyatakan dalam persentase
pembagian oksigen sebenarnya dengan kapasitas oksigen maksimum dan
dikalikan 100. (Dorland, 2002). Senam asma yang berpengaruh besar terhadap
saturasi oksigen adalah gerakan aerobik satu, dua dan tiga, karena dapat
meningkatkan kinerja sistem peredaran yaitu jantung, pembuluh darah dan paru
dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan kinerja otot hal ini akan
meningkatkan proses difusi dari alveoli ke ateri sehingga kalau di ukur dengan
oksimeter terdapat peningkatan Sp O2. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rita (2010) di Balai Besar Kesehatan Paru Surakarta
menunjukkan bahwa senam asma dapat memperbaiki gejala kliniks, frekuensi
kekambuhan dan peningkatan saturasi oksigen pada penderita asma. Senam asma
juga berpengaruh terhadap arus puncak ekspirasi (APE), sesuai hasil penelitian
yang dilakukan oleh Naning Yudianing (2011) menyatakan ada pengaruh
signifikan pelatihan senam asma terhadap arus puncak ekspirasi dan saturasi
oksigen.
58
Senam asma juga dapat meningkatkan fungsi otot-otot pernapasan, baik
otot inspirasi (Muskulus interkostalis eksternus) maupun otot ekspirasi
(Muskulus interkostalis internus) dan otot-otot pendukung pernapasan lainnya
seperti muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus serta otot-otot dinding
perut, otot-otot tersebut akan lebih terlatih dan bersinergi dalam meningkatkan
fungsi pernapasan terutama pada pernapasan yang sukar dan dalam. Sehingga
dengan peningkatan kinerja otot- otot pernapasan dan otot-otot pendukung
pernapasan maka ventilasi, perfusi dan difusi akan berjalan dengan lancar. Saluran
napas yang tadinya menyempit akan mengalami dilatasi sehingga memaksimalkan
proses ventilasi. Ventilasi yang lebih baik akan meningkatkan oksigen paru dan
terjadi peningkatan difusi oksigen antara alveoli dengan kapiler paru yang
akhirnya akan meningkatkan saturasi oksigen (Price,2006).
59
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada penderita asma di
Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar dan dari hasil
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelatihan senam asma dengan durasi 45 menit, dengan frekuensi 3 kali per
minggu selama 8 minggu dapat menurunkan frekuensi kekambuhan pada
penderita asma.
2. Pelatihan senam asma dengan durasi 45 menit, dengan frekuensi 3 kali per
minggu selama 8 minggu dapat meningkatkan saturasi oksigen pada penderita
asma.
6.2 Saran
1. Kepada petugas di Poliklinik Paru RSUD Wangaya diharapkan dapat
melaksanakan senam asma pada pasien asma yang telah terkontrol agar dapat
memelihara kondisi pasien untuk tetap stabil dan mengurangi kekambuhan.
2. Kepada pasien asma, jika kondisi penyakit asma sudah terkontrol diharapkan
untuk mengikuti senam asma secara rutin dan teratur sehingga penyakit asma
yang diderita dapat dikendalikan / terkontrol.
3. Kepada peneliti lain, jika melakukan penelitian pada pasien asma diharapkan
menambah jumlah variabel sehingga hasil penelitian tentang asma menjadi
lebih luas dan komprehenship.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, 2009. Online available from : http;//www.senam asma.com
Aldred,2010. Exercise as a none-pharmologicel intervention in maintain IgE in asthma patients, Departement of Physical Education and Sport Science, Islamshahr Branch, Islamic Azad University, Iran.
Angela & Abidin, 2005. Klub Asma Indonesia. Online Available: from http://www.infoasma.org.
Anonim, 2002. Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Asma Pada Anak Plus Panduan Senam Asma. Jakarta: Puspa Swara.
Anonim, 2004. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta: FK UI.
Anonim, 2009. Undang Undang RI No 36 Tentang Kesehatan.
Anonim, 2011. Jumlah Penderita Asma di Provinsi Bali. Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Anonim, 2013. Medical Record, RSUD Wangaya, Denpasar.
Angela, 2009. Senam Asma Untuk Kesehatan. Online available from http//www. Senam Kesehatan.com.
Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Atmaja & Doewes, 2007. Panduan Uji Latihan Jasmani & Peresapannya, Jakarta: EGC.
Bompa, T.O. 2009. Teory And Metodology Of Training. Champaign: Publisher Human Kinetics
Brunner & Suddarth, 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, Jakarta: EGC.
Bungin Burhan, 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dahlan, 2005. Masalah Asma dan Penanggulangannya.Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran: Bandung.
Dinata, M. 2004, Padat Bersisi dengan Aerobik, Jakarta: Cerdas Jaya
61
Dorland, 1998, Kamus Kedokteran, Edisi 25, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Eizadi M, Shafiei M, Rohani AA and Jenabi A, 2008, Exercise as a none Pharmologicel Intervention in Maintain IgE in Asthma Patients, Departement of Physical Education and Sport Science, Islamshahr Branch, Islamic Azad University,Iran, J Sci Med Sport, 2010, hal.374.
Elyana Nur, 2012, Prosedur Gerakan Senam Asma, Yogyakarta: Javalitera.
Ganong.W.F. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
GINA, 2002. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Global Initiative for Asthma (online). Available : from http//www.pdpi.org.html. accessed April 20th, 2014.
Giriwijoyo, 2004. Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga, Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Guyton, 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Hadi, S. 1991. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.
Hardiati, 2009. Penanganan Pertama Pada Serangan Asma, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ikawati, 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Jon Eyes, 2003. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Asma. Jakarta: Dian Rakyat.
Kuntaraf J, 2011. Olahraga Sumber Kesehatan, Bandung: Advent Indonesia
Mansjoer, A, 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.
Mangunegoro H, 2004. Asma Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Mayr, 2003. Role of Immunoglobulin E and Mast Cells in Murine Models of asthma. Braz J Med Biol Res.
Meilasari Nenden, 2011. Pengaruh Frekuensi Senam Asma Indonesia Terhadap Keluhan Serangan Asma Pada Pasien Asma di Puskesmas Bandarharjo, Semarang, (http:// lib.ummes. ac.id).
62
Murgi, 2004, Frekuensi Kekambuhan Asma, (Online), Available: from http://www.document asma.com. diakses 2 Januari 2014.
Multaqim, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Jakarta: Salemba Medika.
Murgi, H, 2004. Frekuensi Kekambuhan Asma (online). Available : http://www.document asma com.
Nala, N.1991. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widhya Laksana
Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Komite Olahraga Nasional Indonesia daerah Bali.
Nala, N. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Nala, N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Jakrta: EGC.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan, Edisi Kedua, Jayakarta: Salemba Medika.
Peery & Potter, 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 1, Jakarta: EGC.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2004. Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia, Jakarta: FKUI
Pratyahara, 2011. Asma Pada Anak, Yogyakarta: Javalitera.
Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. New York: Wiley Medical Publication.
Price & Wilson, 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Proverawati, 2011. Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnomo, 1990. Petunjuk Teknis Kesehatan Olahraga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Peery & Potter, 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 1, Jakarta: GC.
Ram et al.,Exercise as a None Pharmologicel intervention in maintain IgE in Asthma Patient, Departement of Physical and Sport Science,Islamshahr Branch,Islamic Azad University,Iran.
63
Sarwanto, Kuntara, 2003. Penentuan Besar Sampel. Surabaya: Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan FKM UNAIR.
Satroasmoro, S. Ismael, S. 1995. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Satori, D.J. Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sharkey, J. B. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sherwood, 2001. Fisiologi Manusia, Edisi 2, Jakarta: EGC.
Sundaru H & Sukamto,2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FK – UI.
Supriyantoro, 2004. Asma Dan Kehidupan Sehari-Hari, Jakarta: Yayasan Asma Indonesia.
Suyono, 2006. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, Jakrta: EGC
Wiarto, 2013. Fisiologi dan Olahraga, edisi 1, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yunus, 2008. Senam Asma Online Available from http://senam asma.com diakses 12 Pebruari 2013.
64
Larapiran: 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian : Senam Asma Mengurangi Kekambuhan dan Meningkatkan
Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma di Poli Para RSUD Wangaya Denpasar
Peneliti : I Gede Widjanegara Pembimbing : 1. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S,AIF., AIFO. 2. Prof Dr.drJ. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And.,AIFO. Kepada : Yth Calon Responden Penelitian Dengan Hormat,
Saya mahasiswa Pasca Sarjana Fisiologi Kesehatan Olahraga Universitas Udayana Denpasar akan mengadakan penelitian dengan judul "Senam Asma Mengurangi Kekambuhan,Meningkatkan Saturasi Oksigen dan Kebugaran Fisik Pada Penderita Asma di Poli Paru RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2014". Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah Senam Asma dapat mengurangi Kekambuhan, Meningkatan Saturasi Oksigen dan Meningkatkan Kebugaran Fisik Pada Penderita Asma.
Penelitian ini tidak menimbulkan pengaruh yang merugikan pada Responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunkan untuk kepentingan penelitian. Apabila bapak/ibu saudara menyetujui dimohon menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasama yang baik peneliti ucapkan terima kasih.
Denpasar,.................2014
Peneliti
I Gede Widjanegara
65
Lampiran: 2 No.Resp
Pertanyaan Tes Kontrol Asma (Nathan dkk)
SILAHKAN PILIH SALAH SATU JAWABAN YANG SESUAI DENGAN KONDISI ASMA ANDA, DENGAN CARA MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG ANDA PILIH
Pertanyaan 1 Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering penyakit Asma mengganggu anda untuk melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor, di sekolah atau di rumah ?
Selalu 1 Sering 2 Kadang 3 kadang Jarang 4 Tidak 5
peraah
Pertanyaan 2 Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering anda mengalami sesak napas?
Lebih 1 kali Sehari 1
Sekali Sehari 2
3-6 kali Seminggu 3
1-2 kali Seminggu 4
Tidak peraah 5
Pertanyaan 3 Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering gejala Asma (bengek, sesak napas, nyeri dada atau rasa tertekan didada) menyebabkan anda terbangun di malam hari atau lebih awal dari biasanya ?
4 kali Atau lebih 1 dalam seminggu
2-3 kali dalam seminggu 2
Seminggu Sekali `3
1-2 kali Sebulan 4
Tidak Pernah 5
Pertanyaan 4 Dalam 4 minggu terakhir seberapa anda menggunakan obat semprot atau obat minum (tablet/syrup) untuk melegakan pernapasan ?
3 kali atau lebih sehari 1
1-2 kali sehari 2
2-3 kali seminggu 3
1 kali seminggu atau kurang 4
Tidak peraah 5
66
Pertanyaan 5 Bagaimana anda sendiri menilai tingkat kontrol atau kendali asma anda dalam 4 minggu terakhir ?
Tidak terkontrol sama sekali 1
Kurang terkontrol 2
Cukup terkontrol 3
Terkontrol dengan baik 4
Terkontrol sepenuhnya 5
TOTAL SKOR >
Interpretasi:
</=19 : asma tidak terkontrol < 15 : terkontrol buruk 20-24 : terkontrol baik Peneliti:
67
Lampiran: 3
MASTER TABEL
Saturasi Oksigen (%SpO2), Denyut Nadi Per Menit (PRbPm) dan Respirasi Per Menit Pra dan Pos Intervensi Senam Asma
KELOMPOK PERLAKUAN
No Kode Responden
Pra Intervensi Post Intervensi
%SpO2 PRbPm Respirasi/mnt %SpO2 PRbPm Respirasi/
mnt 1 R 1 94 88 21 96 84 20
2 R2 95 84 20 97 82 18
3 R3 95 84 18 96 84 20
4 R4 95 82 20 97 82 20
5 R5 94 78 19 96 78 18
6 R6 95 80 18 95 80 20
7 R7 94 84 21 97 84 19
8 R8 94 78 20 97 76 18
9 R9 95 82 19 97 80 19
10 R10 96 84 20 96 82 18
11 R11 97 82 20 97 78 20
12 R12 95 84 21 96 80 20
13 R13 96 78 20 97 78 18
14 R14 95 80 19 96 80 20
15 R15 96 88 21 97 86 18
68
MASTER TABEL
Saturasi Oksigen (%SpO2), Denyut Nadi Per Menit (PRbPm) dan Respirasi Per Menit Pra dan Pos Intervensi Senam Asma
KELOMPOK KONTROL
No Kode Responden
Pra Intervensi Post Intervensi
%SpO2 PRbPm Respirasi/mnt %SpO2 PRbPm Respirasi/
mnt 1 R 1 96 86 21 96 86 19
2 R2 95 84 19 96 84 20
3 R3 96 84 20 96 84 19
4 R4 96 86 21 96 86 20
5 R5 95 84 21 95 84 18
6 R6 94 80 18 95 80 20
7 R7 94 84 20 96 84 19
8 R8 95 84 19 95 84 18
9 R9 95 80 20 95 80 19
10 R10 96 84 19 96 84 20
11 R11 95 86 18 95 86 20
12 R12 95 80 20 95 80 19
13 R13 96 78 19 96 78 20
14 R14 95 76 21 95 76 20
15 R15 96 80 20 96 80 19
69
MASTER TABEL
Hasil Penilaian Tes Kontrol Asma Dari Responden Pra dan Pos Intervensi Senam Asma
KELOMPOK PERLAKUAN
No Kode Responden
Pra Intervensi Post Intervensi
Kambuh Tidak Kambuh Kambuh Tidak
Kambuh 1 R1 1 3
2 R2 3 3
3 R3 3 3
4 R4 1 3
5 R5 1 1
6 R6 3 3
7 R7 1 1
8 R8 1 3
9 R9 1 3
10 R10 3 3
11 R11 1
12 R12 1 3
13 R13 1 1
14 R14 3
15 R15 3
70
MASTER TABEL
Hasil Penilaian Tes Kontrol Asma Dari Responden Pra dan Pos Intervensi Senam Asma
KELOMPOK KONTROL
No Kode Responden
Pra Intervensi Post Intervensi
Kambuh Tidak Kambuh Kambuh Tidak
Kambuh 1 R1 3 3
2 R2 1 1
3 R3 1 1
4 R4 3 3
5 R5 1 1
6 R6 3 3
7 R7 3 3
8 R8 1 1
9 R9 1 1
10 R10 3 3
11 R11 3 1
12 R12 3 3
13 R13 1 1
14 R14 3 3
15 R15 1 1
71
Lampiran: 4
KARAKTERISTIK RESPONDEN MENURUT STATUS PEKERJAAN DARI 30 RESPONDEN
BEKERJA : 26 ORANG TIDAK BEKERJA : 4 ORANG
KARAKTERISTIK RESPONDEN MENURUT JENIS TERAPI ASMA DARI 30 RESPONDEN
BEROTEC INH 11 ORANG VENTOLIN INH 7 ORANG CYMBICORT INH 8 ORANG CERETIDE INH 4 ORANG
KARAKTERISTI RESPONDEN MENURUT UMUR DARI 30 RESPONDEN
40 - 45 TH 13 ORANG 46 – 50 TH 7 ORANG 51 - 55 TH 10 ORANG
KARAKTERISTIK RESPONDEN MENURUT JENIS KELAMIN
DARI 30 RESPONDEN LAKI LAKI 13 ORANG PEREMPUAN 17 ORANG
72
Lampiran 5: Karakteristik Responden
Frequencies
Pekerjaan
4 13,3 13,3 13,326 86,7 86,7 100,030 100,0 100,0
BekerjaTidak bekerjaTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Terapi_asma
11 36,7 36,7 36,77 23,3 23,3 60,08 26,7 26,7 86,74 13,3 13,3 100,0
30 100,0 100,0
Berotech INHVentolin INHCybicort INHCeretide INHTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Umur
13 43,3 43,3 43,37 23,3 23,3 66,7
10 33,3 33,3 100,030 100,0 100,0
40-45 Th46-50 Th51-55 ThTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jenis_kelamin
13 43,3 43,3 43,317 56,7 56,7 100,030 100,0 100,0
Laki-lakiPerempuanTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
73
Lampiran 6: Uji Normalitas
Explore
Case Processing Summary
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
SpO2_pre.PerlakuanSpO2_post.Perlakuan
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Descriptives
95,0667 ,2281794,5773
95,5561
95,018595,0000
,781,8837294,0097,003,002,00,574 ,580,091 1,121
96,4667 ,1652396,1123
96,8211
96,518597,0000
,410,6399495,0097,002,001,00
-,802 ,580-,127 1,121
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
SpO2_pre.Perlakuan
SpO2_post.Perlakuan
Statistic Std. Error
74
Tests of Normality
,263 15 ,006 ,868 15 ,031,331 15 ,000 ,744 15 ,001
SpO2_pre.PerlakuanSpO2_post.Perlakuan
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
Explore
Case Processing Summary
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
PRbPm_pre.PerlakuanPRbPm_post.Perlakuan
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
75
Descriptives
82,4000 ,8326780,6141
84,1859
82,333382,000010,400
3,2249078,0088,0010,004,00,217 ,580
-,528 1,12180,9333 ,7268179,3745
82,4922
80,925980,0000
7,9242,81493
76,0086,0010,006,00,078 ,580
-,714 1,121
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
PRbPm_pre.Perlakuan
PRbPm_post.Perlakuan
Statistic Std. Error
Tests of Normality
,177 15 ,200* ,910 15 ,134,163 15 ,200* ,955 15 ,599
PRbPm_pre.PerlakuanPRbPm_post.Perlakuan
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
76
Explore
Case Processing Summary
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
Respirasi.mnt_pre.PerlakuanRespirasi_post.Perlakuan
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Descriptives
19,8000 ,2618619,2384
20,3616
19,833320,0000
1,0291,01419
18,0021,003,002,00
-,493 ,580-,598 1,121
18,6667 ,2323118,1684
19,1649
18,629618,0000
,810,8997418,0020,002,002,00,780 ,580
-1,347 1,121
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
Respirasi.mnt_pre.Perlakuan
Respirasi_post.Perlakuan
Statistic Std. Error
77
Tests of Normality
,245 15 ,016 ,874 15 ,038
,371 15 ,000 ,686 15 ,000
Respirasi.mnt_pre.PerlakuanRespirasi_post.Perlakuan
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
78
Lampiran 7: Uji Hipotesis
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
0a ,00 ,0012b 6,50 78,00
3c
15
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
SpO2_post.Perlakuan- SpO2_pre.Perlakuan
N Mean Rank Sum of Ranks
SpO2_post.Perlakuan < SpO2_pre.Perlakuana.
SpO2_post.Perlakuan > SpO2_pre.Perlakuanb.
SpO2_post.Perlakuan = SpO2_pre.Perlakuanc.
Test Statisticsb
-3,109a
,002ZAsymp. Sig. (2-tailed)
SpO2_post.Perlakuan -SpO2_pre.Perlakuan
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
11a 6,91 76,002b 7,50 15,002c
15
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
Respirasi_post.Perlakuan - Respirasi.mnt_pre.Perlakuan
N Mean Rank Sum of Ranks
Respirasi_post.Perlakuan < Respirasi.mnt_pre.Perlakuana.
Respirasi_post.Perlakuan > Respirasi.mnt_pre.Perlakuanb.
Respirasi_post.Perlakuan = Respirasi.mnt_pre.Perlakuanc.
79
Test Statisticsb
-2,192a
,028ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Respirasi_post.
Perlakuan -Respirasi.mnt_pre.Perlakuan
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
T-Test
Paired Samples Statistics
82,4000 15 3,22490 ,8326780,9333 15 2,81493 ,72681
PRbPm_pre.PerlakuanPRbPm_post.Perlakuan
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
15 ,869 ,000PRbPm_pre.Perlakuan &PRbPm_post.Perlakuan
Pair1
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
1,46667 1,59762 ,41250 ,58194 2,35140 3,556 14 ,003PRbPm_pre.Perlakuan -PRbPm_post.Perlakuan
Pair1
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Explore
Case Processing Summary
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
SpO2_pre.KontrolSpO2_post.Kontrol
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
80
Descriptives
95,2667 ,1817094,8770
95,6564
95,296395,0000
,495,7037394,0096,002,001,00
-,433 ,580-,669 1,121
95,5333 ,1333395,2474
95,8193
95,537096,0000
,267,5164095,0096,001,001,00
-,149 ,580-2,308 1,121
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
SpO2_pre.Kontrol
SpO2_post.Kontrol
Statistic Std. Error
Tests of Normality
,251 15 ,012 ,798 15 ,003,350 15 ,000 ,643 15 ,000
SpO2_pre.KontrolSpO2_post.Kontrol
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
81
Explore
Case Processing Summary
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
PRbPm_pre.KontrolPRbPm_post.Kontrol
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Descriptives
82,4000 ,8094780,6639
84,1361
82,555684,0000
9,8293,13506
76,0086,0010,004,00
-,637 ,580-,665 1,121
82,4000 ,8094780,6639
84,1361
82,555684,0000
9,8293,13506
76,0086,0010,004,00
-,637 ,580-,665 1,121
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosisMean
Lower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
PRbPm_pre.Kontrol
PRbPm_post.Kontrol
Statistic Std. Error
82
Tests of Normality
,295 15 ,001 ,869 15 ,033,295 15 ,001 ,869 15 ,033
PRbPm_pre.KontrolPRbPm_post.Kontrol
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
Explore
Case Processing Summary
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%
Respirasi.mnt_pre.KontrolRespirasi_post.Kontrol
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases