Post on 25-Apr-2018
ASKEP ANAK DENGAN ENCEPHALITIS
I. PengertianEnsefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
II. Patogenesis EnsefalitisVirus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Penyebab Ensefalitis: Penyebab terbanyak : adalah virus Sering : - Herpes simplex
- Arbo virus Jarang : - Entero virus
- Mumps - Adeno virus
Post Infeksi : - Measles - Influenza
- Varisella Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium dan T. Pallidum.
Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,variola.
Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :- Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit
kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
- Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.
III. PENGKAJIAN
1. IdentitasEnsefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2. Keluhan utamaPanas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarangMula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5. Riwayat Kesehatan KeluargaKeluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
6. Imunisasi Kapan terakhir diberi imunisasi DTPKarena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.- Pertumbuhan dan Perkembangan
IV. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
a. Kebiasaansumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
b. Status EkonomiBiasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
2. Pola Nutrisi dan Metabolismea. Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa
pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,
b. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan. .
c. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat badan kurang dari normal.Menurutrumus dari BEHARMAN tahun 1992 ,umur 1 sampai 6 tahun Umur (dalam tahun) x 2 + 8Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir. Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi.Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.
3. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan Defekasi sehari-hariBiasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
b. Kebiasaan Miksi sehari-hariBiasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.Jika kebutuhan cairan terpenuhi.Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun ,konsentrasi urine pekat.
4. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
5. Pola Aktivitas
a Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM
Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .
Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi aneberat,aktifitas togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum ,gangguan pertumbuhan.
6. Pola Hubungan Dengan Peran Interaksi dengan keluarga / orang lain
biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
7. Pola Persepsi dan pola diriPada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diriYang meliputi Body Image ,seef Eslum ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.
8. Pola sensori dan kuanitifa. Sensori
- Daya penciuman - Daya rasa - Daya raba - Daya penglihatan
- Daya pendengaran9. Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
10. Pola penanggulangan Stress Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran : - Stress fisiologi biasanya anak hanya dapat mengeluarkan
air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
- Stress Psikologi tidak di evaluasi
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Anak umur 3-4 tahun belumbisa dikaji
PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.2. Resiko tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia,
anemia.3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak
menangis, gelisah.5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai
dengan ROM terbatas.6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah.7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya
bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh
terhadap infeksi turun.10. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN I.
Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun Tujuan: - tidak terjadi infeksiKriteria hasil: - Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen
Intervensi
1. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi
perkembangan Meningkosamia .
3. Berikan antibiotika sesuai indikasi R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umumTujuan :
- Tidak terjadi trauma
Kriteria hasil :- Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi
bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak
Tergigit. Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut
relaksasi.2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo. 3. Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan
kejang.4. Abservasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang
Tujuan :- Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil :- Tidak terjadi kekakuan sendi- Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik ,Terjadi kekacauan sendi.R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau Membantu program perawatan .
2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor
3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam R/ Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai IndikasiR/ Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastik ulang
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
1997.Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan
Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran
Salemba, Jakarta, 1986.Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
PATO FISIOLOGI ENSEFALISTISVirus / Bakteri
Mengenai CNS Insevalitis
Tik Kejaringan Susu Non Saraf Pusat
Panas/Sakit kepala
Muntah- muntah Kerusakan- kerusakan susunan Rasa Nyaman
Mual Saraf Pusat
BB Turun- Gangguan Penglihatan Kejang Spastik- Gangguan Bicara
Nutrisi Kurang - Gangguan Pendengaran Resiko Cedera- Kekemahan Gerak Resiko Contuaktur
- Gangguan SensorikMotorik
PATO FISIOLOGI GIZI KURANGAsupan Makanan Kurang
Defisiensi Protein Energi ( EDP ) Defisiensi Vitamin A
gangguan Penurunan keadaan aktivitas Hb sintensis ennimpertumbuhan albumin fagosit
BB rendah oediem/asites Daya tahan thd anemia ganguan Pencernaan
Infeksi dan metabolisme Gangguan Pengankutan O2Nutrisi gangguan integritas mudah infeksi gangguan nutrisiKurang kulit /terkena infeksi
I. Pengkajian tanggal 16-07-2001Nama : an . K
Jenis kelamin : Laki-laki Tempat dan tgl lahir : Surabaya ,28-9-1997 Umur : 3th, 10 bulan Anak ke : II Nama Ayah : Tn. Lr Nama Ibu : Ny. N Pendidikan Ayah : S.M.P Pendidikan Ibu : S D. Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Alamat : Kedurus IV A/ 20 Tgl masuk : 7-7-2001 Diagnosa medis : Ensefalistis + gizi kurang Sumber informasi : Ibu pasien II. Riwayat Keperawatan.
1.1 Riwayat keperawatan penyakit sekarang Mulai tgl 29-06 panas badan meningkat,napsu makan menurun makan mau kurang lebih 2 sendok, dibawah ke. Puskesmas tidak sembuh. Tgl 01-07. keluar gabagan ,panas mulai tiurun .tgl 04-07kejang dibawah ke RS. sumber kasih MRS terus tgl 07-07 di rujuk MRS ke RS Dr soetomo,R Anak.
1.2 Keluhan UtamaPasien mengalami kejang spastik selama kurang lebih 10 menit dan kurang lebih 4x / jam.
1.3 Upaya untuk mengatasiSelama kejang spastik di RS mendapatkan terapi :- O2 nasal prong 2 lpm- Delantin 3x 25 mg per oral (sonde)- K.P valiun
2. Riwayat keperawatan sebelunya
2.1 Prenatal2.2 Natel : umur kehamilan 9 bulan lahir spontan BB
lahir 3 kg, Pb 50 cm, waktu lahir anak segera menangis, napas spontan
2.3 Aler gi Menurut ibunya klien belum pernah alergi terhadap makanan maupun minuman
2.4 Tumbuh kembangAnak mulai berjalan umur 1 th, duduk umur 8 bl, tengkurap Umur 4 bl, 9 bl sudah ngoceh, 1 th mulai berbicara mama,Papa, dada sebelum sakit
2.5 Imunisasi : siudah lengkap Bcrl 1x, Dtp 3x, Polio 4x, Campak 1x, Hepatitis 2x belum boster
2.6 Status GiziB.B sebelum sakit 15 kg Saat ini BB 11,9 kgSeharusnya BB : 2x 310+8= 15,8 kgJadi 11,9kg / 15,8 kg = 75,3 %= gizi kurang.
3. Riwayat Kesehatan keluarga.3.1 Komposisi keluarga
Keluarga yang tinggal dalam rumah adalah ayah, ibu dan tiga orang anaknya.Sebelum klien sakit kakaknya sakit dahulu.Riwayat penyakit keturunan (kencing manis,Hipertensi,jantung, penyakit jiwa,tidak ada)
3.2 Lingkungan Rumah dan KomunitasKeadaan rumar bersih tapi ukuran kecil ukuran 3x5 m dihuni 5 orang lantai tekel biasa.Kebiasaan mandi dengan air sumur, cuci baju, cuci piring, dll dengan air sumur.Sumber air minum dari PDAM mempunyai kamar mandi dan wc sendiri.
Selokan sekitar rumah lancar, mengalir dengan baik. Rumah berdekatan dengan tetangga.
4. Pengkajian dengan pendekatan pola
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Persepsi ibu tentang hidup sehat adalah keluarga tidak sulitDan menyangkut pemberian makanan yang bergizi 4 sehat 5 lima sempurna.
2. Pola nutrisi dan metabolisme 1. Pemenuhan nutrisi .
Saat ini anak tidak dapat menelan , tidak dapat makan / minum peroral . karena terjadi paralysisPada nekvius vagus sehingga terjadi gangguan proses menelan .Makan dan minum per-sonde , yang terdiri dari:3x100 cc tem sonde .1x1cc juice buah .5x1cc susu dancow .
2. Status Gizi. Yang berhubungan dengan ,keadaan tubuh .
-postur tubuh, kurus , anak dalam keadaan gizi kurang : 75,3% dari BB normal, LLA13,5 cmseharusnya 16 cm. BB 11,9 kg. Seharusnya
15,8 kg - Ubun-ubun sudah menutup / tidak
cekung mulai umur 18 bulan. - Turgok normal,mulutagak kering dan pecah-pecah
3. Pala eliminasi. 1. Kebiasaan defikasi terjadi gangguan frekuensi 1x sehari faeces keras,warna kuning bau normal.
Upaya untuk mengatasi kesulitan untuk defikasi
Minum juices kotes 1x 100 cc /hari dan K.P Microlac.
2. Kebiasaan mictic sehari-hari : mengalami gangguan,anak sering ngompol
jumlah normal. 4. Pola tidur dan istirahat
1. lamanya tidur kurang lebih jam/hari.2. Penggunaan obat tidur 3x25 mg delantin
(0800-14 00- 20 00 ).3. Suasana lingkungan rumah sakit cukup
terang Anak sering tidur karena mendapat obat penenang Delantin .
5. Pola aktivitas 6. Klien tidak dapat bergerak karena paralysis
dan Kesadaran Sobmolen-sopor
7. Upaya penggerakkan sendi dilakukan latihan Secara bertahap mulai dari ujung jari sampai
Kekuatan otot- otot
8. Pola hubungan dan peran 1. Interaksi dengan orang lain
Saat ini tidak dapat dilakukan dengan orang
Lain karena anak menderita apasia .2. Interaksi dengan keluarga orang tuanya
sering melakukan komunikasi satu arah dengan
banyak bicara / ngomong sendiri, untuk merangsang pendengaran anak.
7. Pola persepsi dan konsep diri
meliputi body image, self Estim, kekacauan identitas tidak dapat dievaluasi karena belum dapat diajarkan salah atau benar mulai umur >4 tahun 8. Pola sensori dan kognitif: 1. sensori
Daya penciuman Daya rasa
Daya raba Daya lihat Daya pendengaran
9. KognitifTidak dapat dievaluasi karena anak afasia
10. Pola reprodoksi SeksualTestis sudah turun tidak ada pemosis
11. Pola penanggulangan StressPada anak K terjadi afasia anak tidak dapat menangis, hanya dapat mengeluarkan air mata
. 12. Pola tata nilai dan kepercayaan
pada anak K belum dapat dievaluasi karena
baru dapat diajarkan membedakan baik dan
buruk setelah anak berumur > 4 tahun
ANALISA DATA
PENGELOMPOKANDATA
KEMUNGKINAN PENYEBABPOHON MASALAH
MASALAH
Tgl 16/7/2001Data subyektif
Virus/Bakteri
- Ibu klien mengatakan anaknya sering spastik
Mengenai CNS
Resiko Kontruaktur
Kerusakan Susunan Saraf Pusat
Data Obyektif - Anak sering spastik 3-4 kali dalam 3 jam
Kejang / spastik
- Kontraktur - Resiko Trauma
Data S Paralisys Otot- otot Menelan
Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Data Obyektif : - Teropong Sonde Asupan Nutrisi per-oral
kurang- Diet 3x100 cc tem sonde
- Susu Dancow 6x100cc
Nutrisi kurang
Data : Daya Tahan Terhadap Infeksi
Resiko Gannguan Integritas Kulit
S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya
Mudah Infeksi Gangguan Integritas
Data Obyektif :- Tidak bisa bergerak - Klien sering
ngompol (kulit sering basah )
Diagnosa keperawatan yang timbul :1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d replek batuk
tidak ada (paralysis)2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan
pola makan 3. Resiko kontraktur b/d kejang spastik berulang 4. Terjadi abstipasi b/d kurangnya mobilisasi dan intake cair5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh
terhadap infeksi turun dan immobilisasi 6. Resiko trauma b/d kejang spastik
Diagnosa keperawatan prioritas I Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d replek batuk
yang tidak Ada
Tujuan :Jalan napas bebas ( bersih / selam perawatan )
Kriteria Hasil- Jalan nafas bebas ( bersih )- Tidak ada suara napas tambahan- Tidak ada ronchi kanan / kiri- Tidak ada whezing kanan /kiri- R.R antara 20-28 x / menit
Intervensi 1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab
ketidak efektifan yang akan diberikan R/ dengan diberi penjelasan diharapka ibu klien
mengerti dan mau membantu semua tindakan yang diberikan.
2. berikan nebulezer 2x sehari(pagi –sore) R/ mengencerkan riak3. Lakukan seetion setiap ada riak / sekrit di mulut dan
tenggorokan R/ sekrit atau ludah yang berada di mulut dan tenggorokan hilang, jalan napas bebas.
4. Abservasi tanda-tanda kardinal dan tanda-tanda sumbutan jalan napas setiap 3jam (0900-1200-1510-1800-2100-2410-0310-0600)
R/ Diteksi dini agar dapat dilakukan intervensi lanjutan.
Diagnosa keperwatan prioritas II Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
perubahan pola makan. Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi (2 minggu) Kriteria hasil :- Berat badan naik,LLA bertambah- Turgor baik - Conjungtifa merah mudah- Hb bertambah
Intervensi1.Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang
penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, pentingnya nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya
R/ Dengan diberi penjelasan keluarga diharapkan mengerti,dapat mendukung program perawatan yang diberikan
2.Berikan makan personde 3x100cc tim sonde
1x100cc juice buah 5x100cc susu dancow dengan rincian :
Jam 0800 tim sonde 100cc Jam 1000 juice buah 100cc Jam 12 tim sonde 100cc Jam 1500 susu dancow 100cc Jam 1800 tim sonde 100cc Jam 2000 susu dancow 100cc Jam 2300 susu dancow 100cc Jam 0200 susu dancow 100cc Jam 0600 susu dancow 100ccR/ Dengan diberi makanan pen sonde diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Lakukan penimbangan berat badan setiap 3kali sekaliR/ Deteksi perubahan berat badan penurunan atau kenaikan berat badan sehingga evaluasi pemberian diit.
4. Observasi gejala kardinal setiap 3jam(0900-1200-1500-1800-2100-2400-0300-
0600)
R/ Deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan intervensi segera
Diagnosa keperawatan prioritas IIIResiko terjadi kontuaktur b/d kejang spastik berulang
Tujuan :Tidak terjadi kontruktur (2minggu)Kriteria hasil :- Tidak terjadi kotruktur- Klien dapat menggerakkan anggota gerak
Intervensi :1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab
terjadinya spastikdan terjadinya kekakuan sendiR/ Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau mambantu rencana tindakan yang akan diberikan
2. Lakukan latihan pasif secara bertahap mulai dari ujung jari secara bertahap.R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktur.
3. Lakukan perubahan posisi setiap 2jamR/ Dengan melakukan perubahan posisi di harapkan
melatih otot-otot.