TUGAS MAKALA1 ensefalitis

30
TUGAS MAKALAH KMB 1 SISTEM PERSYARAFAN (Konsep Medik dan Konsep Keperawatan Ensefalitis ) Oleh : Kelompok 2 1. Abdul Said Ishak 2. Andrian Yasin 3. Fiqri Muhamad Hijrah 4. Meldi dehi 5. Pin Alvionita latif 6. Siti Rahmawati A siku

description

ensefalitis

Transcript of TUGAS MAKALA1 ensefalitis

Page 1: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

    

TUGAS MAKALAHKMB 1 SISTEM PERSYARAFAN

(Konsep Medik dan Konsep Keperawatan Ensefalitis )

                                           

Oleh :Kelompok 2

1. Abdul Said Ishak2. Andrian Yasin3. Fiqri Muhamad Hijrah4. Meldi dehi5. Pin Alvionita latif6. Siti Rahmawati A siku

POLTEKES GORONTALOTAHUN AKADEMIK 2013/2014

Page 2: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini .

            Dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat adanya bantuan dan bimbingan baik dari segi moril maupun materil dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

            Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyusunan selanjutnya. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pambaca pada umumnya.

Gorontalo, November 2014

Kelompok 2

i

Page 3: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

DAFTAR ISIKata Pengantar ...............................................................................................................................i Daftar Isi ............................................................................................................................................ii.

BAB I :  Pendahuluan....................................................................................................................11.1 latar belakang masalah........................................................................................11.2 Rumusan masalah...............................................................................................1  1.3 Tujuan penulisan

BAB II : kajian Teori2.1 Sejarah penemuan sel    .....................................................................................22.2 komponen organic penyusun sel  .......................................................................4  2.3 struktur organisasi prokariotik dan eukariotik……………………………………....52.4 Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan…………………………………………...10

BAB III : Penutup3.1  Kesimpulan .......................................................................................................13 3.2 Saran..................................................................................................................13  

Daftar Pustaka

ii

BAB I

Page 4: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangInfeksi intrakranial dapat melibatkan jaringan otak (ensefalitis), sumber penyebab

dapat berupa dari bakteri, virus atau bahkan jamur (fungi) dan hasilnya atau penyembuhannya dapat komplit atau (sembuh total) dan sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi kematian. Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara: Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.

B. Rumusan masalah1. Bagimana laporan pendahuluan pada pasien dengan encephalitis2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan encefalitis 

C. Tujuan penulisanTujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas dari salah satu mata

kuliah yaitu Keperawatan Medikal Bedah I Kemudian dari pada itu, makalah ini disusun untuk dapat menjelaskan dan memberi gambaran klinis tentang penyakit dan asuhan keperawatan Ensefalitis.

1

BAB II

Page 5: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

KAJIAN TEORI

I. Konsep Medik

A. DefinisiEnsefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,

cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

B. EtiologiBerbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya

bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:a.       Infeksi virus yang bersifat endemik

1)      Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.2)      Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis,

Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

b.      Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

c.      Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

C. Klasifikasi

1. Ensefalitis Supurativa

a) PatogenesisPeradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis,

sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang

Page 6: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

b) Manifestasi KlinisSecara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :

(1) Demam.

(2) Kejang.

(3) Kesadaran menurun.

(4) Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.

(5) Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.

(6) Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.

c) Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:

(1) Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

(2) Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.

2. Ensefalitis Siphylis

a) PatogenesisDisebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan

tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.

b) Manifestasi KlinisAdapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :

Page 7: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

(1) Gejala-gejala neurologis

(a) Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.

(b) Afasia.

(c) Apraksia.

(d) Hemianopsia.

(e) Penurunan kesadaran

(f) Pupil Agryll- Robertson.

(g) Nervus opticus dapat mengalami atrofi.

(h) Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.

(2) Gejala-gejala mental

(a) Timbulnya proses dimensia yang progresif.

(b) Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja.

(c) Daya konsentrasi mundur.

(d) Daya ingat berkurang.

(e) Daya pengkajian terganggu.

c) Terapi pada ensefalitis siphylis

(1) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.

(2) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg oral 14 hari.

(3) Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :

(a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

(b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

(c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.

(d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

3. Ensefalitis VirusAdapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah

sebagai berikut :

Page 8: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

a) Virus RNA

(1) Paramikso virus : virus parotitis, virus morbili.

(2) Rabdovirus : virus rabies.

(3) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).

(4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).

(5) Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria

b) Virus DNA

(1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.

(2) Retrovirus: AIDS.

c) Manifestai Klinis

(1) Demam.

(2) Nyeri kepala

(3) Vertigo.

(4) Nyeri badan.

(5) Nausea.

(6) Kesadaran menurun.

(7) Kejang-kejang.

(8) Kaku kuduk.

(9) Hemiparesis dan paralysis bulbaris.

d) Terapi pada ensefalitis karena virus

(1) Pengobatan simtomatis

(a) Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.

(b) Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

(2) Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella.

(3) Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10 hari.

Page 9: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

4. Ensefalitis Karena Parasit

a) Malaria SerebralPlasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan

utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.

b) ToxoplasmosisToxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan

gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

c) AmebiasisAmuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika

berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.

d) SistiserkosisCysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus

mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.

e) Terapi pada ensefalitis karena parasit

(1) Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.

(2) Toxoplasmosi

(a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

(b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

(c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.

(3) Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

5. Ensefalitis Karena FungusFungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans,

Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistem saraf pusat

Page 10: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

a) Terapi pada ensefalitis karena fungus

(1) Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.

(2) Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

6. Riketsiosis SerebriRiketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat

menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.

Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

a) Terapi pada riketsiosis serebri

(1) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.

(2) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

D. PatofisiologiVirus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran npas, dan saluran cerna. Setelah

masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :

1. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ tertentu

2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput lender dan menyebar melalui system persarafan.Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa

prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah nyeri tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kakukuduk apabila infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak.

Page 11: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

E. Manifestasi klinis ensefalitisMeskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama

dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).

Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :

1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia

2. Kesadaran dengan cepat menurun

3. Muntah

4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di muka)

5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal  paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda

dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah

F. KomplikasiAngka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari

pada penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.

Page 12: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Biakan :

a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.

b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .

d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.

2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

4. Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

5. EEG/ Electroencephalography  EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).

6. CT scan  Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).

H. PenatalaksanaanPenatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

Page 13: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

1. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.

2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :

a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

c) Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).

d) Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

3. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

a) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

b) Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.

c) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.

d) Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

(1) Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

(2) Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.

(3) Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

e) Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).

f) Penatalaksanaan shock septik.

g) Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

Page 14: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

h) Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).

II. Konsep keperawatan

A. PengkajianData-data yang di identifikasikan masalah kesehatan yang dihadapi penderita,

meliputi :

1. Biodata.Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.

2. Keluhan utama.Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan

utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.

3. Riwayat penyakit sekarang.Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya

keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.

4. Riwayat kehamilan dan kelahiran.Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.

Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir.Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Page 15: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

5. Riwayat penyakit yang lalu.Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan

kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.

6. Riwayat kesehatan keluarga.Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan

penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram, 1983).

7. Riwayat social.Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).

8. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-

hari antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada anak.

9. Pemeriksaan fisikSetelah melakukan anmnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,

pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien. Pemeriksaan fisik dumulai dengan memeriksa tanda-tanda vital (TTV) pada klien ensefalitis biasanya didapatkan peningkatn suhu tubuh lebih dari normal 39-49°C. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak yang sudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada system pernapasan sebelum mengalami ensefalitis. TD biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda-tanda peningkata TIK.

a) B1 (Breathing)Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan

otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien ensefalitis yang sering disertai adanya gangguan pada system pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan sperti ronkhi pada klien ddengan ensefalitis berhubungan akuulasi sekreet dari penurunan kesadaran.

Page 16: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

b) B2 (Blood)Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok)

hipovolemik yang sering terjadi pada klien ensefalitis.

c) B3 (Brain)Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada system lainnya.

d) Tingkat KesadaranPada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisar

pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaia GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memaantau pemberian asuhan keperawatan.

e) Fungsi SerebriStatus mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai

gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Pada klien ensefalitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

Page 17: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

f) Pemeriksaan Saraf Kranial

(1) Saraf I. Fungsi penciuman biasanya tidak ada klainan pada klien ensefalitis

(2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutma pada ensefalitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.

(3) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien ensefalitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut ensefalitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alas an yang tidak diketahui, klien ensefalitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.

(4) Saraf V. Pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada otot sehingga mengganggu proses mengunyah.

(5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral.

(6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli kondungtif dan tuli persepsi

(7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral.

(8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.

(9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal.

g) Sistem MotorikKekuatan otot menurun, kntrol keseimbangan dan koordinasi pada

ensefalitis tahap lanjut mengalami perubahan.

h) Pemeriksaan RefleksPemeriksaan reflex dala, pengetukan pada tendon, ligamentum atau

periosteum derajat reflex pada respons normal. Reflex patologis akan didapatkan pada klien ensefalitis dengan tingkat kesadaran koma.

i) Gerakan InvolunterTidak ditemukan adanya teremor, Tic, dan distonia. Pada keaddaan

tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak ddengan ensefalitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan ensefalitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.

Page 18: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

j) Sistem SensorikPemeriksaan sonsorik pada ensefalitis biasanya didapatkan perasaan

raba normal, perasaan nyeri normal, perasaan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di eprmukaan tubuh, perasaan diskriminatif normal.Peradangan pada selaput otak mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali pada ensefalitis. Tanda tersebut adalah kaku kuduk, yaitu ketika adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

k) B4 (Bladder)Pemeriksaan pada sistemperkemihan biasanya didapatkan berkurangnya

volume keluaran urine, hal ini  berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

l) B5 (Bowel)Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam

lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

m) B6 (Bone)Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan

mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu orang lain.

n) Pemeriksaan laboratoriumGambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak

begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata

maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

2. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.

3. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.

4. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

C. Intervensi KeperawatanIntervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

Page 19: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.Tujuan : Nyeri teratasi.Kriteria hasil :

a) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

b) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat

menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.

Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.

Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas terhadap cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.

Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan kemudian.

Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.

Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.

Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

Kolaborasi :Berikanan algesik sesuai indikasi.

Obat ini dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan /istirahat umum.

2. Hipertermi b/d reaksi inflamasi.Tujuan : Suhu tubuh normal.Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari

kedinginan.INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.

Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Dapat membantu mengurangi demam.

Kolaborasi :Berikan antipiretik sesuai indikasi.

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

3. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Page 20: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap

hasil.INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :Lihat kembali proses patologis kondisi individual.

Kesadaran akan tipe/daerah yang terkena membantu. dalam mengkaji/ mengantisipasi defisit spesifik dan keperawatan

Evaluasi adanya gangguan penglihatan

Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negatif terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan.

Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.

Menurunkan/ membatasi jumlah stimuli yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan bagi pasien.

4. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat menggerakkan anggota tubuh.INTERVENSI RASIONAL

Mandiri: Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.

Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan.

Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.

Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.

Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.

Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh.

Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.

Diberi dilantin / valium , kejang / spastik hilang.

D. Implementasi KeperawatanImplementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis meliputi :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.NO IMPLEMENTASI1 Memberikan tindakan nyaman.

2Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.

3 Mengkaji intensitas nyeri.

4 Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri

Page 21: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

pasien.

5Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.

6 Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.

b.    Hipertermi b/d reaksi inflamasiNO IMPLEMENTASI1 Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.

2Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

3Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

4 Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.

c.    Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.

NO IMPLEMENTASI1 Melihat kembali proses patologis kondisi individual.

2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan

3Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.

d.   Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.NO IMPLEMENTASI

1Memberikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.

2Melakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.

3 melakukan perubahan posisi setiap 2 jam.

4Berkolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.

2.

3.

E.

2.13 Evaluasi KeperawatanEvaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

Page 22: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

Klien tidak mengalami infeksi lebih lanjut.ü  Klien mengalami pengurangan tingkat keletihan.ü  Klien dapat meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.ü  Klien mampu mempertahankan aktivitas perawatan mandiri.ü  Klien mengalami perbaikan citra tubuh.ü  Tidak terjadi ansietas.ü  Klien menunjukan pemahaman tentang informasi yang di berikan.ü  Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut..

12

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanEnsefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,

cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

a.         Ensefalitis supurativa.b.         Ensefalitis siphylis.c.         Ensefalitis virus.d.        Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan

sistiserkosis.e.         Ensefalitis karena fungus.f.          Riketsiosis serebri.

Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.

3.2 SaranSehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

Page 23: TUGAS MAKALA1 ensefalitis

13

DAFTAR PUSTAKADoengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto, dkk.2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta: Sagung Seto.

Dian Al Mira ASKEP ENSEFALITIS STIKES NHM.htm