Toksikositas Logam dan E.coli

download Toksikositas Logam dan E.coli

of 34

description

Makalah yang berisi tentang pengaruh logam khususnya Arsen (As) pada hasil perikanan pada kesehatan manusia, serta menjelaskan tentang penyakit diare yang disebabkan bakteri E.coli.

Transcript of Toksikositas Logam dan E.coli

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas bimbingan dan petunjuk-Nya serta berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul PENCEMARAN LOGAM BERAT ARSEN (As) DAN FOODBORNE DISEASE (DIARE) dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyelesaian makalah ini tak lepas dari bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, tidak lupa saya menyampaikan terima kasih kepada :1. Dosen mata kuliah Toksikologi dan Hygiene Dr. Ir. Dwi Setijawati, M. Kes 2. Kedua orang tua saya yang telah mendukung dan memberikan doa dalam penyelesaian makalah ini.Akhirnya penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa, para pembaca dan para pembimbing untuk penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

Malang, 20 Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIii1.PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah21.3Tujuan32.PEMBAHASAN42.1Arsenik42.1.1Definisi42.1.2Karakteristik52.2Sumber Bahan Pencemaran Arsen62.3Efek dan Gejala Keracunan Arsen82.4Jalur Pemaparan102.5Proses Metabolisme Arsen dalam Tubuh112.6Penangan dan Pencegahan132.6.1Penanganan132.6.2Pencegahan143.PENUTUPAN163.1Kesimpulan163.2Saran16DAFTAR PUSTAKA171.PENDAHULUAN181.1Latar Belakang181.2Rumusan Masalah191.3Tujuan192.PEMBAHASAN202.1Cara Pemindahan Sebaran202.2Cara Pengendalian212.3Epidemiologi dari E.coli212.4Sifat Patogenesitas212.5 Diagnosa Lab242.6Biologi Mikroorganisme Patogen242.7Respons Resistensi pada Inang253.PENUTUPAN273.1Kesimpulan273.2Saran27DAFTAR PUSTAKA28

iv

i

ii

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya terjadi penurunan kualitas lingkungan. Hal ini semakin serius akibat dari dampak pertambahan populasi secara eksponensial dan meningkatnya perindustrian di masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan terjadi melalui perubahan-perubahan kimiawi, fisika, dan biologis dalam lingkungan terhadap udara, air, tanah, dan makanan. Pencemaran limbah ini berasal dari pertanian, industri dan kegiatan manusia. Salah satu pencemaran yang berbahaya yaitu berasal dari limbah logam berat.Beban pencemaran dalam lingkungan air saat ini sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia yang sangat berbahaya dan beracun. Beberapa logam berat banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan.Logam-logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Terjadinya pencemaran pada air ini akan mengakibatkan organisme yang hidup di lingkungan sekitar juga akan terpapar, seperti ikan dan kerang-kerangan. Unsure logam berat masuk pada tubuh ikan melalui tiga cara, yaitu melalui permukaan tubuh, insang dan rantai makanan. Logam berat dapat menggumpal di dalam tubuh organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lamasebagai racun yang terakumulasi.Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi, dan sangat dianjurkan dikonsumsi oleh masyarakat. Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa ikan mengandung logam berat seperti Pb, Cu, Hg, Cr(2,3,4,5) . Terserapnya logam berat oleh ikan dapat melalui air, pakan dan sedimen, sehingga kontaminasi pada ikan dapat disebabkan karena adanya pencemaran pada lingkungan perairan maupun pakan ikan. Contoh kasus di Indonesia, pernah terjadi pada perusahaan tambang emas PT. Newmont Minahasa Raya, membuang limbahnya melalui pipa keperairan laut Teluk Buyat pada tahun 1996, yang mengakibatkan warga sekitar sulit mencari air bersih. Kasus yang lainnya bermunculan di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyaningsih (2014), beberapa jenis ikan air laut diantaranya ikan tongkol, ikan kembung dan ikan tenggiri yang diperoleh dari pasar tradisioal di Jakarta utara positif mengandung logam berat arsen dengan kadar 0,56 0,2 mg/kg. Dan ditambahkan berdasarkan penelitian Kusumawarni et al., (2014), pada ikan kembung dan kerang darah di wilayah pesisir kota Makassar memiliki kadar arsen berkisar 0,202 4,489 mg/kg pada ikan kembung dan 0,153 5,351 mg/kg pada kerang darah.Arsen merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan biji logam non-besi terutama emas. Arsen mempunyai sifat sangat beracun dengan dampak merusak lingkungan. Terdapat lebih dari 25 mineral mengandung As berupa arsenida atau sulfide dengan mineral-mineral yang dikenal seperti: arsenopirit (FeAsS), lollingit (FeAs2), smaltit (CoAs), nikolit (NiAs), dan orpiment (As2S3). Penggunaan arsen ini biasanya sebagai campuran logam lain seperi Pb dalam pembuatan shot dan insektisida berbentuk arsenat Ca dan Pb. Dampak arsen bagi kesehatan manusia, apabila dalam air minum terkandung > 100 ppb, menyebabkan gejala keracunan kronis berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Kasus ini banyak terjadi di Negara-negara yang memproduksi emas dan logam dasar seperti Zimbabwe, India, Thailand, Cina dan Meksiko (Herman, 2006).1.2 Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan logam arsen dan bagaimana karakteristiknya? Bagaimana sumber bahan pencemar logam arsen? Bagaimana efek dan gejala yang timbul dari keracunan logam arsen? Bagaimana proses metabolisme logam dalam tubuh dan indikator biologis dalam tubuh? Bagaimana pencegahan dan penanganan terhadap paparan logam arsen?1.3 Tujuan Untuk mengetahui lebih rinci tentang logam berat arsen serta karakteristiknya Untuk mengetahui sumber dari bahan pencemaran logam arsen Untuk mengetahui efek dan gejala yang ditimbulkan dari keracunan logam arsen Untuk mengetahui proses metabolisme logam yang masuk ke dalam tubuh dan mengetahui indikator biologis terhadap tubuh Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan yang baik terhadap paparan logam arsen

2. PEMBAHASAN2.1 Arsenik2.1.1 DefinisiArsen merupakan logam anorganik berwarna abu-abu, dengan kelarutan dalam air sangat rendah. Arsen banyak digunakan sebagai insektisida, racun semut, cat, kertas tembok, keramik dan gelas. Arsen yang terdapat pada alam konsentrasi rendah seperti pada tanah, air, udara dan makanan. Namun, Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah, Hal ini disebabkan arsen merupakan salah satu mineral yang memang terkandung dalam susunan batuan bumi (Ariansyah et al., 2012). Ditambahkan Darmono (2001), Arsen termasuk dari 5 logam berat yang sangat berbahaya walaupun dalam jumlah kecil, 5 logam itu diantaranya Arsen (As), Cadmium (Cd), timbale (Pb), mercuri (Hg) dan Besi (Fe). Arsen merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih logam non-besi yaitu emas. Arsen banyak ditemukan pada beberapa celah bijih logam, diantaranya: Cebakan CuZnPb mengandung mineral enargit Cebakan CupiritAs Cebakan Ag murni dan arsenidaNiCo Cebakan Au mengandung As Cebakan sulfida Asdan sulfida AuAs Cebakan Sn mengandung As

Di alam terdapat lebih dari 25 mineral mengandung As berupa arsenida atau sulfide dengan mineral-mineral yang dikenal seperti: arsenopirit (FeAsS), lollingit (FeAs2), smaltit (CoAs), nikolit (NiAs), tennantit (Cu8As3S7), enargit (Cu3AsS4), proustit (Ag3AsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Penggunaan arsen ini biasanya sebagai campuran logam lain seperi Pb dalam pembuatan shot dan insektisida berbentuk arsenat Ca dan Pb. Dalam pengaplikasinnya arsen putih (As2O3) biasanya digunakan untuk membasmi rumput liar, sementara senyawa arsenic yang lainnya di gunakan dalam pemanfaatan dalam peleburan gelas, pengawet kayu dan kulit, bahan pencelup, pigmen, obat-obatan, petas atau kembang api dan bahan kimia (Herman, 2006) .Kegunaan Arsenik (As) banyak digunakan sebagai bahan campuran obat pembasmi tikus (rodentisida), dan dalam masyarakat digunakan sebagai hasil industri, sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida, campuran dalam pupuk dan sebagai obat-obatan. Dalam obat-obatan ini, digunakan arsen jenis tertentu dan dalam dosis tertentu seperti neosalvaren untuk pengobatan penyakit sifilis, frambusia (sampar/patek), solarson, optarson, arsentriferrol, liquor arsenicallis. 2.1.2 KarakteristikArsenik dikenal sebagai komponen esensial bagi sebagian hewan dan tumbuh-tumbuhan,akan tetapi arsenik lebih populer dikenal sabagai raja racun dibandingkan kapasitasnya sebagai komponen esensial. Pada permukaan bumi, arsenik berada pada urutan ke-20 sebagai elemen yang berbahaya, ke-14 di lautan, dan unsur ke-12 berbahaya bagi manusia. Senyawa ini labil dalam bentuk oksida dan tingkat racunnya, sangat tergantung pada bentuk struktur kimianya. Arsen anorganik seperti arsen pentaoksida memiliki sifat mudah larut dalam air, sedangkan arsen trioksida sukar larut di air, tetapi lebih mudah larut dalam lemak (Widaningrum, 2007).Arsenik (As) merupakan unsur yang melimpah secara alami dengan nomor atom 33, berat atom 74,92 g/mol, memiliki 2 bentuk padatan, yaitu kuning kehitaman dan abu-abu, termasuk dalam golongan semi-logam, dan mudah patah. Biasanya, bersama dengan unsur lain yaitu oksugen, klor, sulfur, karbon, hydrogen, timbal, besi, emas. Berbagai senyawa As ditemukan dialam biasanya bersama unsure lain, antara lain perak, kobalt, nikel, besi, antimony, atau sulfur.Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, sering digunakan sebgai pengganti dalam reaksi biokimia dan beracun. Arsen memiliki titik didih 6140 C dan titik lebur 8170 C. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenic, yang berbau seperti bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga langsung dapat tersublimasi. Zat dasar Arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik. Dengan berat jenis 1,97 dan 5,73, berat molekul 74,92 g/mol, kerapatan = 5,7 g/cm3 , tidak larut dalam air. 2.2 Sumber Bahan Pencemaran ArsenKandungan Arsen di alam sangatlah rendah seperti pada tanah, air, dan udara. Namun, Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah, Hal ini disebabkan arsen merupakan salah satu mineral yang memang terkandung dalam susunan batuan bumi. Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm. Pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara, mengeluarkan sejumlah As2O3 ke lingkungan dan sebagian besar akan masuk kedalam perairan. Arsen terdapat dialam bersama-sama dengan mineral fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama dengan senyawa fosfor. Disamping itu, sumber alami arsenic dalam air segar terjadi karena erosi permukaan dan erosi batu-batuan vulkanis. Organisme laut terpapar arsenic dalam konsentrasi 0,01-200 ppm. Sumber utama pajanan manusia dari logam Arsen (As) adalah pada makanan, dan pada makanan hasil laut kadar arsen dapat mencapai 5 ppm. Gambar dibawah ini merupakan penyebaran Logam Arsen di Lingkungan :

Arsenik (As) di UdaraGambar 1. Kontribusi penyebaran arsen (As) pada Intake manusiaLogam Arsen (As) dan bentuk-bentuk persenyawaannya dapat masuk ke lingkungan, terutama karena aktivitas yang dilakukan manusia. Apalagi Arsen ini digunakan sebagai bahan-bahan produk yang digunakan pada kehidupan sehari-hari, seperti sebagai bahan campuran obat pembasmi tikus (rodentisida). Disamping itu, banyak digunakan sebagai hasil industri yaitu bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida, campuran dalam pupuk. Yang akhirnya arsen ini akan mencemari lingkungan sekitarnya, bisa melalui udara, dan akan berakhir di air dan tanah. Pada air ini akan mengakibatkan tercemarnya biota yang hidup di perairan yang sudah tercemar Arsen (As). Biota yang tercemar diantaranya adlah ikan dan kerang.Semua industri yang melibatkan senyawa arsen dalam proses operasional industrinya menjadi sumber pencemaran arsen khususnya untuk industri pertambangan non logam yaitu emas. Aliran limbah dari industri pertambangan emas ini akan mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Disamping itu, Arsen (As) ini digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan pupuk. Jika para petani menggunakan pupuk ini, senyawa Arsen (As) pada tanah akan menumpuk. Hal ini akan merembes kedalam tanah dan pencemari air tanah di lingkungan sekitar. Melihat kenyataan ini, air tanah, air sungai yang sudah tercemar akan bermuara ke laut. Laut ini sebagai tempat pembuangan limbah baik dari rumah tangga dan industri.Menurut Herman (2006), Arsen dalam alam, berasal penambangan cebakan logam yang mengandung Arsen dan pembuangan tailing dengan keterlibatan atmosfir akan mempercepat mobilisasi unsur Arsen tersebut dan selanjutnya memasuki sistem air permukaan atau merembes ke dalam akifer-akifer air tanah setempat. Hal ini akan mengakibatkan air tanah akan tercemar dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika di konsumsi, apabila mengandung >100 ppb dalam air minum.Berdasarkan kasus dalam penelitian Kusumawarni et al (2014), positifnya kandungan arsen pada pesisir wilayah makasar. Hasil yang didapatkan konsentrasi As tertinggi pada kelurahan Panambungan hal ini disebabkan karena wilayah ini rentan terhadap terhadap pencemaran yang berasal dari limbah domestik, pertanian, rumah sakit dan industri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan ikan rentan terhadap pemaparan di sekitar lingkungan habitatnya. bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut. Hal ini juga serupa dengan kasus berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih (2014), kadar arsen tertinggi pada ikan air laut, hal ini dikarenakan kadar polutan pada air laut di daerah Jakarta utara sangat tinggi. Dewasa ini, kita ketahui kawasan Jakarta utara merupakan kawasan perindustrian.

2.3 Efek dan Gejala Keracunan ArsenGejala dari pemaparan arsenik istilah lainnya disebut gejala arsenikosis dapat mencakup lesi, pengerasan kulit, bintik-bintik gelap padatangan dan kaki, kaki bengkak dan mati rasa pada tangan dan kaki ( Kusumawarni et al., 2014) Arsen merupakan logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. Elemen arsen di alam dalam jumlah yang sangat terbatas. Arsen sejak lama sering digunakan untuk racun tikus. Keracunan arsen berdasarkan waktu dan dosisnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :a) Keracunan Akut Keracunan akut biasanya terjadi apabila dosis arsen dalam tubuh sekitar 130-300 mg sehingga gejala keracunannya akan muncul dengan cepat. Keracunan akut yang ditimbulkan diantaranya gejala muntaber disertai darah, kemudian dampak selanjutnya yang terpapar arsen ini langsung mengalami koma. Apabila dibiarkan dan tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kematian.Gejala keracunan arsen secara akut yang lainnya pada saluran pencernaaan menimbulkan rasa panas di saluran tenggorokan, sukar menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri yang sangat pada perut. Pada system kardiorespirasi akan muncul gejala nafas berbau bawang putih, kulit kebiruan (sianosis), rasa sukar bernafas, serta turunnya tekanan darah (hipotensi) akibat dari peningkatan kebocoran pembuluh darah. Gejala keracunan arsen pada sistem saraf yaitu mulai dari penurunan kesadaran, koma, dan sampai kejang. Adanya kerusakan ginjal secara akut, dehidrasi akibat muntah dan diare, serta hemolisis darah akan dapat menimbulkan shock yang fatal. Jika tidak mendapat pertolongan yang sesuai maka kondisi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak.b) Keracunan KronisKeracunan kronis ini terjadi apabila jumlah toksikan arsen dalam tubuh masih dalam dosis yang kecil dan lamanya paparan cukup lama sekitar minimal 2 sampai 8 minggu. Sedangkan secara kronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia, kolk, mual, diare atau kontipasi, iceterus, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit. Disamping itu, dapat menimbulkan irirtasi, alergi, dan cacat bawaan. Gejala kronis lainnya yang ditimbulkan adalah iritasi pada usus, kerusakan syaraf dan sel.Menurut Herman (2006), senyawa arsen ini mempunyai sifat yang sangat beracun dengan dampak merusak lingkungan. akibat merugikan dari bagi kesehatan manusia adalah apabila terkandung >100 ppb dalam air minum, dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Ditambahkan Kusumawarni et al., (2014) kasus keracunan As di Indonesia sendiri terjadi pada warga sekitar teluk buyat, yang mana sudah tercemar dari limbah perusahaan tambang emas PT. Newmont Minahasa Raya. Bermunculan banyak penyakit misterius yang dialami oleh hampir seluruh warga, seperti gatal-gatal, sakit kepala yang berulang-ulang, perut sering mual, muntah, pembengkakan di beberapa bagian tubuh dan beberapa ibu sering mendadak pingsan.Efek toksik Arsen pada tubuh manusia terhadap dapat berakibat buruk terhadap mata, kulit, darah dan liver. Efek Arsen terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata. Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpegmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (karsinogenik). Pada darah menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang. Pada liver mempunyai efek signifikan pada pajanan yang cukup lama, berupa meningkatnya aktivitas enzim pada liver, penyakit kuning dan sirosis hati.Pada ginjal akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ischemia dan kerusakan jaringan). Pada saluran pernapasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis, bronchitis dan dapat pula menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, As dapat mengganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah). Pada sistem reproduksi, efek Arsen terhadap reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan. Pada sistem immunologi terjadi penurunan daya tahan tubuh akibatnya peka terhadap bahan karsinogen dan infeksi virus. Pada gastrointestinal, As akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut (Sudarmadji et al., 2006).2.4 Jalur Pemaparan Paparan jangka pendek, Jika terhirup, bahan ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Apabila kontak dengan kulit, dapat menyebabkan iritasi. Kontak dengan mata, dapat menyebabkan iritasi. Jika tertelan, dapat menyebabkan efek terhadap saluran pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem saraf pusat, dan ginjal. Efek yang terjadi meliputi gastroenteritis berat, kehilangan cairan tubuh dan elektrolit, gangguan jantung, syok, kejang dan gangguan ginjal. Paparan yang panjang atau berulang apabila kontak dengan kulit dapat menimbulkan dermatitis. Bahan ini dapat memiliki efek terhadap membrane mukosa, kulit, sistem saraf perifer/tepi, hati, dan sumsum tulang, dapat menimbulkan hiperpigmentasi, hiperkeratosis,perforasi septum nasal, neuropati, gangguan hati, dan anemia.Untuk mengetahui efek atau lama pemaparan yang ditimbulkan dari ikan dan kerang-kerangan yang mengandung As berdasrkan kasus diatas. Hal ini dalam penelitian yang dilakukan adalah dengan mengukur dari laju asupan, laju asupan ini merupakan banyaknya ikan dan kerang yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam. Untuk selanjutnya diteliti berapa lamanya frekuensi pajanan, yaitu waktu pemaparan ikan dan kerang yang mengandung As yang diterima oleh responden dalam satu tahun. Frekuensi pajanan akan mempengaruhi intake dalam tubuh dan laju asupan seseorang terhadap agen risiko. Selanjutnya adalah mengetahui Durasi pajunan, lamanya waktu responden mengonsumsi ikan dan kerang yang mengandung As dalam satuan tahun. Pada umumnya, makin tinggi kadar suatu logam dan makin lama pajanan, efek toksik suatu logam akan lebih besar.Efek yang mempengaruhi resiko dari pemaparan As dengan mengkonsumsi ikan dan kerang yang mengandung arsen dipengaruhi oleh laju asupan, durasi pajanan, dan frekuensi pajanan. Selain itu, dipengaruhi oleh ukuran berat badan, hal ini menunjukkan jumlah nutrien dalam tubuh manusia. 2.5 Proses Metabolisme Arsen dalam TubuhBerbagai sumber bahan pangan, yang terkontaminasi logam berat seperti hasil laut yaitu ikan, kerang-kerangan dan rumput laut. Logam berat pada bahan pangan tersebut dapat memasuki tubuh dan mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh melalui beberapa cara. Mekanisme pertama adalah berikatan dengan gugus sulfhidril, sehingga fungsi enzim pada jaringan tubuh akan terganggu kerjanya. Mekanisme yang kedua adalah berikatan dengan enzim pada siklus Krebs, sehingga proses oksidasi fosforilasi tidak terjadi. Mekanisme yang ketiga adalah dengan efek langsung pada jaringan yang terkena yang menyebabkan kematian (nekrosis) pada lambung dan saluran pencernaan, kerusakan pembuluh darah, perubahan degenerasi pada hati dan ginjal. Tubuh dapat menyerap logam berat melalui permukaan kulit dan mukosa, saluran pencernaan dan saluran nafas. Akumulasi pada jaringan tubuh dapatmenimbulkan keracunan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan apabila melebihi batas toleransi (Charlena, 2004).Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmic arsen melakukan kerjanya melalui feel toksik ganda, yaitu :1. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara mengikat gugus sulfhidril (SH) pada hidrolipoat sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energy, terutama pada piruvate dan succinate oxidative pathway, sehingga menimbulkan efek patologis yang reversible. Disamping itu, sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh. 2. Senyawa arsen mempunyai tempat predikleksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di daerah splanknik dan menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi dan peningkatan permeabilitas yang patologis. Efek local arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta thrombosis sehingga menyebabkan nekrosisi dan iskemia jaringan. 3. Di dalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru serta saluran cerna. Arsen akan mengikat gugus sulfhidril dalam protein jaringan. Di dalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor. Dalam sistem ekskresi, sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Setiap kali ada paparan, maka akan menambah depot arsen didalam kulit, kuku dan rambut. Dan bentuk fisik senyawa arsen yang masuk kedalam tubuh mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa arsen berupa larutan akan lebih cepat terserap dibandingkan dengan bentuk padat kasar. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorbsi, serta kecepatam dan jumlah eliminasi, baik terjadi secara alamiah ataupun buatan. 2.6 Penangan dan Pencegahan 2.6.1 Penanganan Penanganan yang terbaik dari efek cemaran logam Arsen (As) adalah apabila telah mengalami gejala yang sudah dipaparkan diatas, seperti muntah-muntah, pusing yang keseringan. Hal ini harus segera ditangani medis. Pertolongan pertama yang harus dilakukan menurut BPOM (2010) ketika langsung terpapar oleh Arsen (As), yaitu : TerhirupBila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulitSegera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mataSegera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. TertelanSegera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.2.6.2 PencegahanPencegahan yang ditawarkan berdasarkan kasus diatas ditemukannya kandungan logam Arsen (As) pada ikan dan kerang. Menghimbau pada pabrik-pabrik untuk tidak membuang limbahnya sembarangan. Sebelum dibuang, limbah harus melalui beberapa proses filtrasi agar limbah akhir yang dibuang tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah , limbah yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai dengan baku mutu lingkungan, baik itu baku mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air. Apabila pihak perusahaan melanggar, harus diberi hukuman yang setimpal. Dianjurkan pada masyarakat agar tidak membuang sisa (limbah) dari rumah tangga tidak sembarangan dalam pembuangannya, khususnya pada air sungai yang akan bermuara di laut.Upaya berikutnya yaitu dengan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan cara promotif, preventif, pengobatan dan pemulihan. Namun dirasa perlu dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif. Mengajak masyarakat agar lebih peduli akan kesehatan, pandai-pandai memilih makanan yang akan dikonsumsi, memakan makanan yang bergizi dan kaya akan nutrisi. Kesadaran gizi pada tingkat keluarga perlu ditunjang dengan pemahaman tentang masalah sanitasi sehingga cara pengolahan ikan dan kerang di tingkat rumah tangga bisa lebih aman dan memenuhi syarat kesehatan. Pada tingkat keluarga, usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari bahaya logam berat dapat dilakukan antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki resiko mengandung logam berat, dalam pencucian ikan harus lebih bersih dan seksama, misalnya dengan menggunakan air yang mengalir atau menggunakan sanitizer. Untuk kerang sebelum dimasak harap di rendam air terlebih dahulu, agar kotoran yang mengandung logam berat akan mengendap dibawah.Pencegahan akumulasi logam berat dapat juga dilakukan dengan banyak mengkonsumsi serat. Dengan mengkonsumsi sayuran, bawang, buah-buahan dan kacang-kacangan yang memiliki kandungan serat yang tinggi dapat memperlancar metabolisme pencernaan dan dapat mencegah terjadinya kanker usus, karena serat sayuran dapat menyerap kolesterol dalam asam empedu. Kandungan serat yang terdapat, seperti pektin, lignin, dan beberapa hemiselulosa dari polisakarida lain yang larut dalam air, vit amin C, serta bioflavonid dapat menetralkan timbal dan mengurangi penyerapan logam berat melalui sistem pencernaan kita.Di tingkat nelayan, upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran pada komoditi perikanan harus dilakukan dengan penanganan yang baik pada ikan dan kerang setelah ditangkap. Kemudian, pengangkutan harus dilakukan dalam wadah tertutup selama dalam pengangkutan dan pendistribusian dari nelayan ke pasar atau konsumen. Keadaan ikan masih segar sampai ke tangan konsumen. Bentuk pencegahan lain, yang lebih besar adalahseharusnya pemerintah melakukan upaya penggantian bahan bakar bensin bertimbal dengan bensin tanpa timbal. Pencegahan yang paling modern, yaitu dengan mengurangi bahan logam berat yang mencemari air dan tanah. Arsenat (As(V)) dan arsenit (As(III)) dapat dihilangkan dengan besi zerovalent yang ada pada larutan berisi air. Yang berikutnya dengan Teknik Fitoremedias dianggap sebagai salah satu cara memperbaiki atau menghilangkan logam berat di alam. Fitoremediasi sendiri merupakan proses bioremediasi yang menggunakan berbagai tanaman untuk menghilangkan, memindahkan, dan atau menghancurkan kontaminan dalam tanah dan air bawah tanah. Spesies yang digunakan seperti dengan Alnus firma, Amaranthus retroflexus, Polygonum aviculare, Gundelia tournefortii, Noaea mucronata, dan Scariola orientalis ( Istarani dan ellina, 2014)

3. PENUTUPAN3.1 Kesimpulan Arsen merupakan logam anorganik berwarna abu-abu, dengan kelarutan dalam air sangat rendah. Arsenik (As) merupakan unsur yang melimpah secara alami dengan nomor atom 33, berat atom 74,92 g/mol, memiliki 2 bentuk padatan, yaitu kuning kehitaman dan abu-abu, termasuk dalam golongan semi-logam, dan mudah patah. Kandungan Arsen di alam sangatlah rendah seperti pada tanah, air, dan udara. Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm. Senyawa arsen dalam proses operasional industrinya menjadi sumber pencemaran arsen khususnya untuk industri pertambangan non logam yaitu emas dan industry lainnya. Paparan jangka pendek, Jika terhirup, bahan ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Apabila kontak dengan kulit, dapat menyebabkan iritasi. Kontak dengan mata, dapat menyebabkan iritasi. Jika tertelan, dapat menyebabkan efek terhadap saluran pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem saraf pusat, dan ginjal. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh. Penanganan dan pencegahan yang dilakukan secara konsisten dan kontinu.

3.2 SaranDisarankan agar pemerintah ikut andil dalam menyelesaikan solusi pencemaran logam berat. Dengan lebih menegaskan terhadap pabrik yang membuang limbah harus sesuai dengan peraturan yang ada, penanggulangan dengan mengganti bahan bakar menjadi non timbal.

DAFTAR PUSTAKADarmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI Press. Herman, D. Z., 2006. Tinjauan terhadap tailing mengandung unsus pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa pengolahan Bijih Logam. Jurnal geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006 : 31-36.Istarani, F dan Ellina S.P., 2014. Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3 No. 1 ISSN : 2337-3539.Kusumawarni, M., A. Daud dan E. Ibrahim. 2014.Analisis Resiko Arsen (As) dalam Ikan Kembung dan Kerang Darah di Wilayah Pesisir Makasar. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.Mulyaningsih, Th.R., 2014. Monitoring Logam Berat dalam Ikan Laut dan Air Tawar dan Evaluasi Nutrisi dari Konsumsi Ikan. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra Vol. 17 No. 1, januari 2014 : 9-5. Sentra Informasi Keracunan Nasional Pusat Informasi Obat dan Makanan. 2010. Arsenik. Badan POM RISudarmadji, J.Mukono dan Corie I.P. 2006. Toksikologo Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Januari 2006 : 129-142.Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran Alternatif Pencegahan Cemarannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Buletin teknologi pascapanen pertanian Vol. 3 2007.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPangan merupakan kebutuhan esensial untuk berbagai kegiatan tubuh manusia. Sebagai konsekuensinya, pangan tersebut harus terjamin bebas dari berbagai cemaran biologis, kimiawi, fisik dan bahan berbahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan. Adanya berbagai cemaran berbahaya pada pangan dapat mengakibatkan timbulnya foodborne disease, yaitu penyakit pada manusia yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar. Cemaran biologis pada pangan dapat berupa bakteri, virus, parasit, jamur atau cendawan. Diantara cemaran biologis yang sangat patogenik dan dapat mengakibatkan wabah pada manusia yaitu bakteri patogenik, seperti Escherichia coli yang akan memberikan diare yang disertai dengan darah, mual, muntah, deman, dingin, sakit kepala dan sakit otot.Pada Februari hingga Maret 2008 terjadi kejadian luar biasa muntah berak (diare) di Kabupaten Karangasem Bali. Tercatat sekitar 600 orang mengalami muntaber dan 5 orang meninggal dunia. Ini merupakan kejadian KLB muntaber pertama kali di Bali serta belum diketahui patogen penyebab diare tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sunjaya et al., (2010), penyebab dari kejadian diare di kabupaten karangasem bali E. coli yang memproduksi SLT1 (shiga like toxintipe 1, non O157:H7) teridentifikasi sebagai penyebab diare di Karangasem. Ikan pindang diduga menjadi mata rantai dalam transmisi E. coli patogen tersebut.Pengertian diare adalah bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), pengertian diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

E. colimerupakan bakteri berbentuk batang, Gram-negative, dan termasuk dalam familiEnterobacteriaceae. E.colimerupakan penghuni normal di dalam usus semua jenis hewan, termasuk manusia. Apabila digunakan metode pembiakan secara aerob, makaE. coli merupakan spesies dominan yang ditemukan di dalam kotoran. UmumnyaE. coliberperan positif di dalam tubuh dengan cara menekan pertumbuhan spesies-spesies bakteri yang berbahaya dan membentuk vitamin dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagian kecil strainE. colidapat menyebabkan penyakit pada manusia melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Diantaranya adalah strain-strain penyebab penyakit pada saluran pencernaan/EPEC.1.2 Rumusan Masalah Bagaimana cara pemindahan sebaran E.coli yang mengakibatkan penyakit diare? Cara pengendalian penyakit diare yang berasal dari makanan dan air yang terkontaminasi E.coli? Bagaimana epidemiologi dari penyakir diare? Bagaimana sifat patogenesitas dari E.coli? Bagaimana diagnosa lab penyakit diare karena E.coli? Bagaimana biologi mikroorganisme pathogen E.coli? Bagaimana respons resistensi E.coli pada inangnya?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui cara pemindahan sebaran E.coli yang menyebabkan penyakit diare. Untuk mengetahui cara pengendalian penyakit diare yang berasal dari makanan dan air yang terkontaminasi E.coli. Untuk mengetahui sejarah epidemiologi penyakit diare. Untuk mengetahui sifat patogenesitas dari E.coli. Untuk mengetahui diagnosis laboratorium penyakit diare. Untuk mengetahui biologi mikroorganisme pathogen dari E.coli. Untuk mengetahui respon resistensi E.coli terhadap inangnya

2. PEMBAHASAN

2.1 Cara Pemindahan SebaranEscherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia colidipindah sebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau minuman. Habitat utama Escherichia coliadalah dalam saluran pencernaan manusia tepatnya di saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah hangat. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20 400 C, optimum pada 37. Total bakteri ini sekitar 0,1% dari total bakteri dalam saluran usus dewasa.Mikroba patogen diketahui memasuki inang melalui organ-organ tubuh antara lain : Saluran pernapasan, melalui hidungdan mulut yang dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis. Saluran pencernaan melalui mulut yang dapat menyebabkan penyakit tifus, para tifus, disesntri, dll. Kulit dan selaput lendir. Adanya luka meskipun kecil dapat memungkinkan mikroba seperti staphylicoccus yang menyebabkan bisul. Saluran urogenital DarahPenularan pada bakteri E.coli adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

2.2 Cara Pengendalian PencegahanPencegahan yang dilakukan, bahan pangan yang sebelum di masak harus di cuci terlebih dahulu sampai bersih dan menggunakan sanitizer. Kemudian dalam pemasakan harus dengan suhu diatas 600 C, bahan pangan harus dimasak sampai matang. Karena BakteriEscherichia colimerupakan bakteri dengan sifat hidup fakultatif aerob dimana suhu optimal untuk tumbuh adalah 370C. Apabila bakteri ini dipanaskan pada suhu 600C selama 30 menit maka bakteri ini akan mati.Enterobacteria (termasukE. coli) peka terhadap panas dan dapat dibunuh dengan pemanasan yang merata (di atas 70C). Sumber utama infeksi bakteri ini adalah makanan mentah, makanan yang kurang matang dan kontaminasi silang, yaitu apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi (misalnya alas pemotong). Karena itu, pemasakan dengan benar dan penanganan makanan secara higienis dapat mencegah infeksi enterobacteria.Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :1) Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah 3 Tidak, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.2) Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.3) Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.4) Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.5) Menggunakan jamban yang sehat.6) Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

PengobatanDiare yang diakibatkan E. coli dapat diobati menggunakan sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan aminoglikosida.Aminoglikosida kurang baik diserap oleh gastrointestinal, dan mempunyai efek beracun pada ginjal. Jenis antibiotik yang paling sering digunakan adalah ampisilin.Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya :1) Tanpa dehidrasi, dengan terapi APada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah, seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A. Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah :a) Memberikan anak lebih banyak cairanb) Memberikan makanan terus-menerusc) Membawa ke petugas kesehatan bila anakk tidak membaik dalam tiga hari2) Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi BDiare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan.3) Dehidrasi berat, dengan terapi CDiare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat).4) Teruskan pemberian makanPemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.5) Antibiotik bila perluSebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

2.3 Epidemiologi Sekitar 5 juta anak di seluruh dunia meninggal karna diare akut. Di Indonesia pada tahun 70 80an , frevakunsi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun dari angka frevalensi tersebut, 70- 80% menyerang anak di bawah usia 5 tahun (balita). Golongan usia ini mengalami 2-3episode diare per tahun di perkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250ribu tiap tahunnya.Angka CFR diare menurun dari tahu ke tahun, pada tahun 1975 CFR sebesar 40-50%, tahun 1980an CFR sebesar 24%. Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT), pada tahun 1986 CFR sebesar 15%, tahu 1990 CFR sebasar 12%, dan di harapkan pada tahun 1999 akan menurun menjadi 9%. Di Indonesia , laparan yanag masuk ke departemen kesehatan menunjukan bahwa setiap anak mengalami serangang diare 1,6-2kali setahun. Angka kesakitan akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun.Epidemiologi penyakit diare (ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit menular pada manusia serta beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut) di negara Indonesia sendiri terjadi sekitar 301 per 1.000 penduduk. Dengan demikian diare masih menjadi penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu bagi bayi dan balita. Penyebaran kuman diare biasanya disebarkan melalui fecal oral yakni melalui minuman dan makanan yang tercemar kotoran atau kontak langsung dengan kotoran penderita diare. Penggunaan botol susu yang tidak steril juga dapat memicu penyebaran kuman diare pada anak-anak. Selain itu penggunaan air yang sudah tercemar, apalagi dengan penyimpanan yang tidak benar akan dapat memicu berkembangnya kuman-kuman tersebut.Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun, dari angka prevalensi tersebut 70-80 % menyerang anak dibawah usia lima tahun (balita) Golongan umur ini mengalami 2-3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita.

2.4 Sifat PatogenesitasSifat pathogenesis yang ditimbulkan E.coli diantaranya adalah :a) Infeksi sistem saluran kencingEscherichia colimerupakan penyebab paling banyak dari infeksi sistem saluran kencing dan jumlah untuk infeksi saluran kencing pertama kurang lebih 90% pada wanita muda. Pada infeksi sistem saluran kencing dapat terjadi bakterimia dengan tanda klinis adanya sepsis. b) Penyakit diareBerdasarkan mekanisme dalam menimbulkan penyakit, serologi dan epidemiologi, bakteriEscherichia colidibedakan menjadi 5 tipe (Jawetz, 2005) : Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)Merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPECmelekat pada mukosa usus kecil. Terjadi kehilangan microvili (effacement), pembentukan filamentous actin atau struktur seperti cangkir dan biasanya EPECmasuk ke dalam mukosa. Dan strain E.coli dari tipe ini tidak memproduksi racun dan sifat patogennya tidak jelas. Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC)Merupakan penyebab umum diare pada musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Strain E.coli dari tipe ini dapat memproduksi racun, stable dan atau label toxin. Stable toxinyaitu racun yang tahan panas sedangkanLabile Toxinyaitu racun yang tidak tahan panas. Racun-racun ini dapat menimbulkan diare seperti pada cholera. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)Enteroinvasive Escherichia colimenyebabkan penyakit yang mirip denganshigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di negara berkembang. Identifikasi bakteri ini dapat dilakukan dengan Sereny test yaitu dengan meneteskan suspensi pekat bakteri ini pada mata marmot. Enterohaemorraghic Escherichia coli (EHEC)Bakteri ini memproduksi verotoksin (sitotoksik pada sel vero). Enterohaemorraghic Escherichia coli (EHEC) banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis (sebuah bentuk diare parah) dan dengan sindromauremic hemolytic (sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut), microangiophati hemolytic anemia dan thrombocytopenia.

Enteroagregative Escherichia coli (EAEC)Bakteri ini menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam jangka waktu lebih dari 14 hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini menyebabkan penyakit makanan di negara industri. Bakteri ini digolongkan berdasar pada bentuk dan perlekatan pada sel manusia. PatogenesisEAECmenyebabkan diare yang tidak begitu dipahami dengan baik. Meskipun demikianEAECdinyatakan bahwa dapat melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mukus dan terjadinya diare. c) Sepsis Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis.d) MeningitisE.coli dan Streprokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. E.coli ini merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonantalCemaran E. coli O157:H7 yang menghasilkan verotoksin atau Shiga Like Toksin (SLT) yang sangat berbahaya. Sapi merupakan reservoar E.coli O157:H7, bakteri ini banyak mencemari daging sapi dan lingkungannya. Infeksi E. coli O157:H7 pada manusia mengakibatkan penyakit haemorrhagic colitis (HC) dan haemolytic uremic syndrome (HUS) pada anak-anak dan usia lanjut.Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya dapat menghancurkan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati. Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan orang tua.E. colidapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan dengan tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar mandi. 2.5 Diagnosa Lab Pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:1) Fesesa) Makroskopis dan Mikroskopisb) Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.c) Biakan dan uji resisten.2) Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.3) Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.4) Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.EPEC dibedakan dariE. colipatogen lain yang diisolasi dari kotoran pasien dengan cara analisa serologis dan analisa biakan sel. Walaupun berguna, analisa serotip kurang spesifik untuk EPEC. EPEC menyebabkan diare berair atau berdarah. Diare berair umumnya disebabkan oleh perlekatan bakteri dan perubahan integritas usus secara fisik. Diare berdarah disebabkan oleh perlekatan bakteri dan proses perusakan jaringan yang akut, mungkin disebabkan oleh racun yang mirip dengan racunShigella dysenteriae,yang disebut juga verotoxin. Dalam kebanyakan strain-strain ini, racun yang mirip dengan racun Shigella tersebut lebih berkaitan dengan keberadaan sel daripada ekskresi dari sel. Dosis infektif -- EPEC sangat mudah menginfeksi bayi dan dosis infektifnya diduga sangat rendah. Dalam beberapa kasus penyakit pada orang dewasa, dosis infektifnya diduga mirip dengan penghuni usus besar (colonizer) yang lain (total dosis lebih dari 10 6 ).2.6 Biologi Mikroorganisme PatogenEscherichia coli tidak dapat memproduksi H2S, tetapi dapat membentuk gas dari glukosa, menghasilkan tes positif terhadap indol, dan memfermentasikan laktosa. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada suhu antara 80 C- 460 C, dengan suhu optimum dibawah temperature 370 C. Bakteri ini berada dibawah temperature minimum atau sedikit diatas temperature maksimum tidak segera mati, melainkan berada dalam keadaan dormancy, disamping itu Escherichia coli dapat tumbuh pada ph optimum berkisar 7,2-7,6.Ada dua macam enterotoksin yang diisolasi dari Eschrichia coli yaitu: Termolabil Toksin (LT) Seperti toksin kolera, toksin LT bekerja merangsang enzim adenil siklase yang terdapat didalam sel epitel mukosa usus halus menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut danterjadinya peningkatan permeabilitas sel epitel usus, sehingga terjadi akumulasi cairan dalam usus dan berakhir dengan diare.Toksin LT seperti juga toksin kolera bersifat cytopathis terhadapsel tumor adrenal dan sel ovarium Chinese hamster serta meningkatkan permeabilitas kapiler pada test rabit skin. Kekuatan toksin LT adalah 100x lebih rendah dbandingkan toksin kolera dalam menimbulkan diare. Termostabil Toksin (ST) Toksin ST adalah asam amino dengan berat molekul 1970dalton, mempunyai satu atau lebih ikatan disulfda yang pentinguntuk mengatur stabilitas pH 7 dan suhu 37o C.Bakteri Escherichia coli, memiliki cirri-ciri sebagai berikut : Berbentuk batang Bakteri gram negative Tidak memiliki spora Memiliki pili Anaerobik fakultatif Suhu optimum 370C Flagella peritrikus

2.7 Respons Resistensi pada InangPemakaian bahan antimikroba untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang kurang tepat pada hewan dan manusia, serta sebagai imbuhan pakan pada hewan akan memicu terjadinya resistensi antimikroba pada bakteri komensal atau bakteri patogenik. Pemakaian antimikroba yang terus-menerus dan tidak terkontrol akan mengakibatkan meningkatnya strain bakteri yang resisten terhadap antimikroba. Ketika di alam, strain bakteri yang resisten dapat lebih bertahan hidup dalam ekosistemnya, sedangkan strain bakteri yang sensitif akan tereliminasi dan mati. E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah).Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya yaitu:1) Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi Air mata, air liur, urin, asam lambung serta lisosim dalam air mata.2) Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.3) Innate immunity.4) Imunitas spesifik yang didapat. Sifat resistensi bakteri terhadap antimikroba ternyata dikode oleh adanya gen resistensi antimikroba yang terdapat dalam plasmid maupun kromosom bakteri. Gen resistensi antimikroba yang dibawa oleh plasmid lebih mudah berpindah/ditransfer antar bakteri yang sama maupun berbeda spesiesnya dibandingkan dengan gen resistensi yang dibawa oleh kromosom bakteri Transfer gen resistensi antimikroba bakteri dapat pula terjadi dari produk perikanan ke manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri pembawa gen resistensi.Dampak lain yang tidak diharapkan dari peningkatan strain bakteri yang resisten terhadap antimikroba, dikhawatirkan dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan dan perpanjangan pemakaian antimikroba pada manusia. Beberapa peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner telah melaporkan pula bahwa pada tahun 2010 ditemukan bakteri E. coli yang berasal dari ayam yang resisten terhadap oksitetrasiklin, tetrasiklin, treptomisin, sulfametoksasol dan enrofloksasin. Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis dan imunologis inang dan virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap infeksi bakteri adalah mekanisme nonspesifik dan spesifik (antibodi). Mekanisme nonspesifik dilakukan oleh sel-sel neutrofil dan makrofag. Perkembangan imunitas spesifik seperti respons antibodi memerlukan waktu beberapa minggu. bakteri flora normal kulit dan permukaan mukosa juga memberi perlindungan terhadap kolonisasi bakteri patogen. Pada individu sehat, bakteri flora normal yang menembus ke tubuh dapat dimusnahkan oleh mekanisme humoral dan seluler inang

3. PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan E. colimerupakan bakteri berbentuk batang, Gram-negative, dan termasuk dalam familiEnterobacteriaceae. E.colimerupakan penghuni normal di dalam usus semua jenis hewan, termasuk manusia. Escherichia colidipindah sebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau minuman. Penyakit diare yang disebabkan E. coli dapat diobati menggunakan sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan aminoglikosida. Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih. Diagnosa Laboratorium yang di lakukan yaitu E. colipatogen lain yang diisolasi dari kotoran pasien dengan cara analisa serologis dan analisa biakan sel. Enterotoksin yang diisolasi dari Eschrichia coli yaitu: Termolabil Toksin (LT) dan Termostabil Toksin (ST) Toksin ST. Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis dan imunologis inang dan virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap infeksi bakteri adalah mekanisme nonspesifik dan spesifik (antibodi).

3.2 Saran Disarankan agar pada masyarakat dalam mengolah bahan pangan harus lebih hati-hati, sebelum dimasak harus di cuci terlebih dahulu dan tingkat kematangan masakan harus matang. Agar bakteri pathogen pada bahan pangan mati. Disamping itu, harus menerapkan kesanitasian dan hygiene.DAFTAR PUSTAKAJawetz E., Melnick,J.L ., & Adelberg, E.A.2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Jakarta : SalembaMedika.Munair, Z. 2001. Respons Imun Terhadap Infekis Bakteri. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4 Maret 2001: 193-197.Kusuma, S.A.F. 2010. Eschericia coli . Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran BandungKusumaningsih, A., 2012. Faktor Pemicu Kasus Foodborne Diseases Asal Ternak. Balai Besar Penelitian Veteriner. Wartazoa Vol. 222 No. 3 Tahun 2012.Sartika, R.A., Yvone M.I., dan Trini.S., 2005. Analisis Mikrobiologi Escherichia coli O157 : H7 pada Hasil Olahan Hewan Sapi dalam Proses Produknya. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Makara Kesehatan Vol.9 No.1 Juni 2005: 23-29. Sujaya, I. N., N.P. desy Aryantini, N.W. Nursini, S.G. Purnama, N.M.U. Dwijayanti, I.G. Artawa dan I.M. Sutarga. 2010. Idenfifikasi Penyebab Diare di Kabupaten Karangasem, Bali. Jurnal Kesehatan Masyarakat NAsional Vol.4 No.4.