Post on 29-Jan-2016
description
STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI PERAIRAN
PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN SAMPANG
JAWA TIMUR
ARTIKEL PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
MAHMUD
NIM. 105080600111040
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
ARTIKRL PRAKTEK KERJA LAPANG
STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI PERAIRAN
PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN SAMPANG
JAWA TIMUR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
MAHMUD
NIM. 105080600111040
Mengetahui,
Ketua Jurusan PSPK
Dr. Ir. Daduk Setyo Hadi, MP
NIP. 196306081987031003
Tanggal :
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Oktiyas Muzaky Luthfi, ST, M.Sc)
NIP. 19791030 200801 1 007
Tanggal :
STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI PERAIRAN
PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN SAMPANG
JAWA TIMUR
STUDY JUVENILE CORAL REEF ATTACHED TO ARTIFICIAL FAD (Fish Agregation
Device) IN THE WATERS OF THE ISLAND MANDANGIN, SUBDISTRICT SAMPANG,
DISTRICT SAMPANG, EAST JAVA
Mahmud, Oktiyas Muzaki Luthfi
Ilmu kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Keleuatan
ABSTRAK
Kondisi terumbu karang di perairan pulau mandangin cenderung mengalami kerusakan karena masyarakat setempat kurang memahami dengan kegunaan atau manfaat dari terumbu karang tersebut. Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah : Untuk mengetahui juvenil karang yang menempel pada substrat atau rumpon buatan berbahan batok kelapa dan mengetahui efektivitas pertumbuhan juvenil karang pada media batok kelapa dengan dibandingakan pada media atau substrat yang berbahan beton. Metode yang digunakan adalah melihat secara langsung atau visual terhadap bioreeftek yang di tanam di perairan pulau mandangin. Dan dilakukan pengamatan kondisi bioreeftek maupun juvenile karang yang menempel pada media berbahan batok kelapa saat pengambilan data berlangsung. Hasil yang didapatkan bahwa pada ketiga stasiun tidak mengalami kerusakan sama sekali. Pada stasiun 1 dan 2 tidak terdapat adanya rekruitmen anakan karang. Sedangkan pada stasiun 3 terdapat 2 rekruitmen anakan karang dengan genus yang sama yaitu Pocillopora sp. Namun dengan ukuran yang berbeda.
Kata Kunci : Juvenil Karang, Rumpon Buatan, Substrat, Pulau Mandangin
Abstract
The condition of coral reefs in the waters of the island Mandangin prone to damage because less of understanding of the local community with the purpose or benefit of the coral reefs. The purpose of this Field Work Practice (PKL) is: To know the juvenile coral attached to the substrate or artificial FAD (Fish Agregation Device) made from coconut shells and determine the effectiveness of juvenile coral growth on media with the coconut shell is compared to the medium or substrate made of concrete. The method used is directly or visual look of the bioreeftek being planted in the waters of the island Mandangin. And conducted observations bioreeftek and conditions attached to the juvenile coral made from coconut shell media currently ongoing data collection. he results showed that the three stations suffered no damage at all. At station 1 and 2 there has been no recruitment of juvenile corals. While on station 3 there are two coral recruitment of adolescents with same genus, namely Pocillopora sp. But with different sizes.
Keywords: Juvenile Coral, Artificial FADs, Substrates, Mandangin Island
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang merupakan
ekosistem yang paling produktif di lautan. Hal
ini menjadikan terumbu karang memiliki potensi
keragaman jenis biota yang tinggi dan bernilai
ekonomis penting. Adapun potensi terumbu
karang juga berperan penting dalam berbagai hal
seperti tempat sumber kehidupan keragaman
biota laut dan mampu memberikan jasa
lingkungan karena keindahan yang dimilikinya
dan sekaligus sebagai sumberdaya industri
ekowisata kelautan. Namun potensi sumberdaya
terumbu karang di Indonesia semakin menurun
dan terancam rusak, hal ini karena diakibatkan
oleh terjadinya ekploitasi karang (Indarjo, et al,
2004).
Penelitian pola rekrutmen dengan
menggunakan berbagai substrat buatan sebagai
media penempelan juvenile karang menunjukkan
adanya pengaruh jenis substrat terhadap
penempelan juvenil karang (Harriot dan Fisk,
1987). Juvenil karang merupakan anakan karang
atau koloni yang tumbuh dengan sendirinya
dengan kondisi perairan maupun lingkungan
disekitar terumbu karang. Salah satu upaya
untuk memperoleh hasil maksimum dalam
penempelan planula karang, digunakan substrat
kolektor berupa Blok Beton dan Batu Andesit
yang dianggap memenuhi syarat sebagai substrat
kolektor yang baik yaitu, terbuat dari campuran
semen dan pasir sehingga tahan lama, memiliki
permukaan yang kasar, memiliki sisi vertikal,
diagonal dan horizontal (Munasik, 2012).
Pulau ini memiliki keanekaragaman terumbu
karang yang baik, tetapi masih belum ada yang
melakukan monitoring tentang juvenil karang.
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih
lanjut lagi tentang monitoring juvenil karang
agar juvenil karang di pulau ini tetap terjaga
kelestariannya.
1.2 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan
di Perairan Desa Pulau Mandangin, Kecamatan
Sampang, Kabupaten Sampang – Jawa Timur
dan dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai 18
Mei 2015. Penelitian ini dilakukan pada 3 stasiun
yang berbeda dan lokasinya terletak di sebelah
tenggara Pulau Mandangin, Kecamatan
Sampang Madura.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Penentuan Stasiun Penelitian
Praktek kerja lapang ini akan dilaksanakan
pada minggu ke-2 bulan Mei 2014 selama satu
minggu (3 hari). Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) pada saat penelitian dilakukan
dengan melihat secara visual dan pengukuran
langsung juvenil karang yang tumbuh atau
menempel pada substrat.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)ini
dilakukan di kawasa terumbuh karang perairan
sebelah tenggara Desa Pulau Mandangin,
Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
Adapun gambar lokasi pelaksanaan Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagaimana
terlihat pada gambar 1.
2
Gambar 1 Peta Lokasi Perairan Desa Pulau Mandangin
Pelaksanaan Praktek kerja lapang (PKL) ini dilakukan dengan menempatkan reeftek pada 3 stasiun
berbeda.Adapun koordinat setiap stasiun sebagaimana terlihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Penempatan Stasiun Bioreeftek
No Koordinat
Kedalaman Lintang Bujur
1 7°18'59.38"S 113°13'42.90"E 11 m 2 7°18'57.05"S 113°13'45.75"E 12 m 3 7°18'54.78"S 113°13'48.35"E 13 m
2.2 Teknik Pengambilan Data
2.2.1 Kondisi Bioreeftek dan Perhitungan
Jumlah Blok
Pengumpulan data kondisi bioreeftek
dilakukan dengan pengamatan visual secara
langsung (in-situ) selama masa penelitian
berlangsung. Pengamatan kondisi bioreeftek ini
meliputi kondisi (Keberadaan, perubahan,
pengukuran, dan dokemtasi) pada setiap tusuk
bioreeftek yang diletakan pada setiap stasiun
pengamatan (Tabel 1). Pelaksanaan pengamatan
bioreeftek dilakukan dengan frekuansi 7 kali
pengulangan selama 3 hari yang dilakukan pada
setiap harinya.
Perhitungan jumlah Blok dalam setiap
stasiun dilakukan pada setiap kali pengamatan,
sehingga dalam periode penelitian di dapatkan 7
(Tujuh) kali perhitungan blok. Perhitungan Blok
yang dimaksudkan adalah persentase dari
pembagian jumlah tusuk bioreeftek yang di
dapati dalam pengamatan kondisi bioreeftek
dengan jumlah tusuk awal yaitu 10 (sepuluh).
Perhitungan ini dilakukan pada setiap stasiun
pengamatan yang ada.Adapun ilustrasi gambar
bioreeftek sebagaimana terlihat pada gambar 2
di bawah ini.
3
Gambar 2 Illustrasi Bioreeftek yang ditanam pada perairan mandangin
2.2.2 Perhitungan juvenil karang
Perhitungan juvenil pada pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan
dengan melakukan perhitungan juvenil yang
tumbuh pada setiap tusuk bioreeftek. Dalam
satu tusuk bioreeftek terdapat 4 (empat) media
pertumbutuhan namun dalam perhitungan
juvenil ini 4 media pertumbuhan dalam satu
tusuk bioreeftek tersebut dihitung 1 (satu).
Pengamatan untuk mendapatkan data
perhitungan juvenil dilakukan dengan
menghitung jenis juvenil dan jumlah populasi
karang yang tumbuh dalam setiap tusuk
bioreeftek serta mengukur panjang juvenil untuk
mengevaluasi terumbu karang tersebut yang
tumbuh pada media termasuk dalam juvenil atau
tidak.
2.2.3 Identifikasi Karang
Pengumpulan data jenis karang dilakukan
dengan memadukan hasil dokumentasi bawah
air yang di dapat pada pengamatan kondisi
bioreeftek. Semua karang yang masuk dalam
kategori juvenil dicatat dan dilakukan identifikasi
dengan memperhatikan bentuk (life form)
pertumbuhan koloni karang dan bentuk tentakel
yang menempel pada setiap media tusuk
bioreeftek. Pengklasifikasian terumbuh karang
dilakukan pada “Klasifikasi Genus” karena
untuk mendapatkan tingkat klasifikasi setelahnya
akan kesulitan mengingat ukuran terumbuh
karang yang menempel (juvenile) masih cukup
kecil.
2.3 Analisa Data
2.3.1 Kondisi Bioreeftek
Analisa data kondisi Bioreeftek dilakukan secara
diskriptive dengan memperhatikan keberadaan
dan perubahan yang terjadi pada setiap tusuk
bioreeftek yang ada pada setiap bloknya.
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data
kondisi bioreeftek didapatkan hasil kondisi
bioreeftek dengan persamaan berikut.
𝑃𝐵 = 𝑇1
𝑇0𝑥 100% Rumus 1
Dimana
PB : Persentase Kondisi Bioreeftek
T1 : Jumlah Tusuk Bioreeftek
T0 : Jumlah Awal Tusuk Bioreeftek
2.3.2 Jumlah Pertumbuhan Juvenil Karang
Perhitungan jumlah juvenil dilakukan
dengan memperhatikan ukuran pertumbuhan
4
yang ada pada setiap tusuk bioreeftek. Sebelum
melakukan perhitungan juvenil perlu diketahui
jenis terumbu karang tersebut untuk
mengindentifikasi pertumbuhannya, sehingga
perhitungan juvenil dilakukan pada setiap jenis
juvenil yang ada pada setiap tusuk bioreeftek.
Data pengukuruan jumlah dan pertumbuhan
dimasukan kedalam lembar data penelitian yang
terbagi atas setiap stasiunnya.
Berdasarkan data yang terhimpun kemudian
dilakukan perhitungan persentase keberadaan
jenis juvenil yang ditemukan pada saat
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL).
Pehitungan ini dilakukan pada setiap tusuk
bioreeftek yang ada dengan persamaan berikut.
𝑃𝐽𝐽 = 𝐽
𝑇𝐽 𝑥 100% Rumus 2
Dimana :
PJJ : Persentase Jenis Juvenil X
J : Juvenil
TJ : Total seluruh Juvenil
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Kondisi Bioreeftek
Pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) ini
menganalisis kondisi media bioreeftek yang
terletak pada 3 stasiun berbeda. Dimana setiap
staisun terdiri dari 9 tusuk bioreeftek. Dan setiap
tusuk bioreeftek tersusun dari 4 media yang
terbuat dari batok kelapa yang diisi dengan
campuran semen dan pasir. Ditinjau dari kondisi
bioreeftek pada saat penelitian berlangsung
terdapat keadaan yang masih utuh dari
keseluruhan stasiun.
Kondisi fisik terumbu buatan dapat dilihat
dari persentase keutuhan bentuk dan
strukturnya. Mulai dari penempatan pertama
(Tahun 2012) sampai saat ini kondisi bioreeftek
baik bentuk maupun stukturnya tidak mengalami
kerusakan. Hal ini dikarenakan perairan sekitar
pulau mandangin memiliki tingkat ancaman yang
kecil terhadap potensi merusak bioreeftek. Hal
ini dapat dilihat dari kecepatan arus dan
gelombang. Adapun gambar kondisi bioreeftek
pada setiap staiun pengamtan dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 3 Gambaran kondisi umum bioreeftek diseluruh stasiun pengamatan
Beradasarkan gambar diatas dapat
diketahui jika pada stasiun 1 mengalami
perubahan dengan ditumbuhi oleh senia sp.
Biota ini merupakan salah satu biota yang
banyak ditemui di perairan Pulau Mandangin.
Senia sp merupakan salah satu dari jenis algae air
laut. Dalam perkembangannya, alga dan
terumbu karang saling berkompetisi dalam
pertumbuhan. Keduanya saling mencari subtrat
terbaik untuk hidup dan berkembang. Hal ini
5
dapat menyebabkan tingkat peluang hidup
terumbuh karang akan semakin kecil dalam
keberlangsunganya. Sedangkan pada stasiun 2
dan 3 terlihat pada gambar diatas jika kondisi
baik bentuk maupun stuktur tetap sama dan
keduanya juga terlihat ditumbuhi oleh beberapa
jenis alga namun dalam intesitas yang kecil.
Tabel 2 Pengamatan kondisi bioreeftek
Stasiun No.
Bioreeftek (Tusuk)
Kondisi Jumlah juvenil karang yang menempel
Keterangan Utuh Rusak Lainnya
1
1 - - - Alga
2 - - - Alga
3 - - - Alga
4 - - - Alga
5 - - - Alga
6 - - - Alga
7 - - - Alga
8 - - - Alga
9 - - - Alga
2
1 - - - Alga
2 - - - Alga
3 - - - Alga
4 - - - Alga
5 - - - Alga
6 - - - Alga
7 - - - Alga
8 - - - Alga
9 - - - Alga
3
1 - - 1 (4 cm) Pocillopora. Sp.
2 - - 1 (2 cm) Pocillopora. Sp.
3 - - - Alga
4 - - - Alga
5 - - - Alga
6 - - - Alga
7 - - - Alga
8 - - - Alga
9 - - - Alga
Gambar 4 Juvenil yang tumbuh pada stasiun 3
6
3.2 Jenis-Jenis Anakan Karang (Juvenil)
Yang Menempel Pada Substrat
Komposisi Jenis-jenis anakan karang yang
tumbuh dan berkembang yang ditemukan pada
bioreeftek pada saat pelaksanaan praktek kerja
lapang (pkl) di perairan Pulau Mandangin
Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang
Madura adalah jenis-jenis dalam genus
Acropora. Pada stasiun 1 yang terletak pada
koordinat 7°18'59.38" S dan113°13'42.90" E dan
pada stasiun 2 yang terletak pada koordinat
7°18'57.05"S dan 113°13'45.75"E tidak
ditemukan adanya rekuitmen anakan karang
(Juvenil Karang). Hal ini dikarenakan bioreeftek
pada kedua stasiun tersebut terlalu banyak
ditumbuhi oleh alga. Sedangkan pada stasiun 3
yang berada pada koordinat 7°18'54.78"S dan
113°13'48.35"E juga ditemukan rekruitmen
anakan karang dalam genus pocillopora sp.
Adapun data jenis-jenis anakan karang (juvenil)
yang ditemukan pada saat pelaksanaan Praktek
Kerja Lapang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3 Jenis-jenis anakan karang (juvenil) pada masing-masing stasiun
No Jenis juvenil Stasiun pengamatan
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1. Pocilloporasp. - -
3.3 Kelimpahan dan Ukuran Rekruitmen
Kelimpahan rekruitmen juvenil yang
ditemukan pada saat pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang yang dilaksanakan di perairan Pulau
Mandangin Kecamatan Sampang Kabupaten
Sampang Madura ini diperoleh sebanyak 2
individu yang terdiri dari 1 genus yaitu
Pocilloporasp dengan ukuran yang berbeda.
Adapun data kelimpahan rekruitmen dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5 Kelimpahan rekruitmen anakan karang pada bioreeftek
Praktek Kerja Lapang dapat dilihat pada
gambar diatas terlihat jika hanya pada stasiun 3
yang terdapat rekuitmen anakan karang pada
bioreeftek yang ditempatkan di perairan lokasi
penelitian. Anakan karang atau juvenil yang
ditemukan pada stasiun 3 tersebut terdapat 2
buah rekuitmen dengan ukuran yang berbeda
yang diantara 2 cm dan 4 cm dengan genus yang
sama, hal ini dapat lebih mudah dipahami pada
tabel berikut:
Tabel 4 Ukuran rekuitmen anakan karang (Juvenil Karang) dilokasi penelitian
No. Lokasi Penelitian Genus Rekuitmen Ukuran
1. Stasiun 1 - - - 2. Stasiun 2 - - -
3. Stasiun 3 pocilloporasp. 2 2 cm 4 cm
00.51
1.52
2.5
1 2 3
rekr
uit
men
Stasiun Pengamatan
Kelimpahan Rekruitmen Juvenil
7
3.4 Efektivitas Media Bioreeftek Terhadap
Pertumbuhan Juvenil
Hasil data yang diambil pada media rumpon
buatan yang berbahan dasar batok kelapa yang
terletak di perairan Desa Pulau Mandangin.
Menunjukkan bahwa media ini kurang efektif
dalam pertumbuhan juvenil karang
dibandingkan dengan media lainnya, seperti
media yang berbahan beton. Hal ini dikarenakan
media bahan batok kelapa ini baru pertama kali
dipakai sebagai media pertumbuhan koloni
karang dan juga kurang perawatan pada media
subtrat ini. Media ini sebelumnya tidak pernah
digunakan sebagai media pertumbuhan juvenile
karang atau koloni karang. Sedangkan media
yang berbahan beton yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya, menunjukkan
sangat efektif sebagai media pertumbuhan
juvenile karang.
3.5 Permasalahan dan Alternatif
Permasalahan yang merupakan pokok utama
dalam proses rehabilitasi terumbu karang
dengan metode bioreeftek yang dilaksanakan
diperairan lokasi penelitian adalah persaingan
rekuitmen antara terumbu karang dengan teritip.
Hal ini menyebabkan laju keberhasilan
rehabilitasi terumbu karang dengan metode
bioreeftek menjadi lebih kecil. Laju rekuitmen
pada media bioreeftek dilokasi penelitian secara
umum dipenuhi oleh teritip. Selain itu dengan
adanya Senia sp. Mengakibatkan laju rekuitmen
anakan karang (juvenil) menjadi lebih kecil .Hal
ini disebabkan peluang penempelan anakan
karang terhadap media bioreeftek. Hal ini dapat
dilihat pada gambar berikut :
Tabel 5 Rekuitmen teritip dan senia sp. pada media bioreeftek
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasli dari praktik kerja lapang yang telah
dilakukan di perairan Desa Pulau Madangin
diperoleh kesimpulan :
1. Juvenil karang yang menempel pada substra
atau rumpon buatan yang ditanam di
perairan Desa Pulau Mandngin adalah dalam
genus Pocilloporasp. Juvenil tersebut dapat
ditemukan pada stasiun 3. Sedangkan pada
stasiun 1 dan 2 tidak dapat dtemukan
rekriutmen karang yang menempel pada
media. Hal ini dikarenakan bioreeftek pada
kedua stasiun tersebut terlalu banyak
ditumbuhi oleh alga.
2. Efektivitas pertumbuhan juvenil karang pada
media batok kelapa menunjukkan bahwa
media ini kurang efektif untuk pertumbuhan
juvenil karang. Hal ini dikarenakan media
batok kepala ini baru pertama kali digunaka
sebagai media pertumbuhan juvenile karang
atau koloni karang. Sedangkan media yang
berbahan beton sering digunakan sebagai
pertumbuhan koloni karang dan bahan
8
tersebut menunjuk efektivitas yang bagus
dengan menunjukkan kelimpahan koloni
yang mampu tumbuh pada media tersebut.
4.2 Saran
Perlu adanya perawatan lebih lanjut pada
media rumpon buatan batok kelapa harus
berkala, untuk lebih mudah ditumbuhi oleh
koloni-koloni karang dan dapat tumbuh dengan
sempurna agar sesuai dengan tujuan penanaman
dengan tema Rehabilitasi Terumbu Karang
dengan Teknik Bioreeftek menuju Sampang
Bahari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing Ilmu Kelautan Oktiyas
Muzaky Luthfi, S.T, M.Sc yang telah
memberikan waktunya untuk membimbing
dalam penyusunan dan penyempurnaan
penulisan laporan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtir Imam, Muhammad Abrar, & Agus Budiyanto.2012. Rekruitmen Karang Scleractinia di Perairan Pulau Lembata.coral, recruitment, Lembata, composition, abundance. Vol.17 (1) 1-7.
BMKG. 2013. Pasang – Surut Pulau Mandangin dan Sekitarnya. Informasi Meteorologi Maritim BMKG. Surabaya.
Harriot, V. J. and D. A. Fisk. 1987. A comparison of settlement plate types for experiment on the recruitment of scleractinian corals. Mar Ecol Prog Ser 37: 201- 208.
Indarjo Agus, Wisnu Wijatmoko, & Munasik.2004. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Panjang Jepara.Universitas Diponegoro Semarang, Semarang. Vol. 9 (4) : 217 – 224.
KKP. 2012. Marine Care. http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/news/373/Marine-Care--Beramai---ramai-Tanam-Bioreeftek-di-Pulau-
Mandangin/ (Diakses pada tanggal 20 April 2014).
Munasik. 2008. Kondisi terumbu buatan berbahan betonpada beberapa perairan di Indonesia. Prosiding Musyawarah Nasional Terumbu Karang II, Jakarta.
Munasik, Hendro Kisworo, & Diah Permata Wijayati.2012. Studi Penempelan Juvenil Karang Pocillopora Damicornis Pada Jenis Substrat Kolektor Dan Zona Terumbu Yang Berbeda Di Pulau Panjang, Kabupaten Jepara.Semarang. Journal Of Marine Research. Volume 1.Nomor 1.129-136 hlm.
Palupi Ratna Dyah, Ricoh Managor Siringoringo, & Tri Aryono Hadi . 2012. Status Rekruitmen Karang Scleractiniadi Perairan Kendari Sulawesi Tenggara. Kendari.Vol. 17 (3) 170-175.
Wijayanti Diah Permata, Eko Puji Hartono, & Munasik.2012. Pengaruh Perbedaan Jenis Substrat dan Kedalaman TerhadapJumlah Juvenil Karang yang Menempel di Perairan PulauSambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jepara. Semarang. Journal Of Marine Research. Volume 1.Nomor 2.51-57 hlm.
WRI. 2002. Reefs at Risk in Sotheast Asia. World Resources Institute. Washington. 40pp