DESKRIPSI DAN POLA PENEMPATAN RUMPON YANG … · umum dan alat tangkap, titik lokasi penempatan...

14
58 Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538 DESKRIPSI DAN POLA PENEMPATAN RUMPON YANG DIGUNAKAN NELAYAN PURSE SEINE DI PERAIRAN TELUK BONE Nurwahidin dan Tri Setianto Dosen Program Studi Perikanan Tangkap, Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone (email , : [email protected], [email protected]) Abstrak Dewasa ini Purse seine di Kabupaten Bone banyak berorientasi pada pemanfaatan rumpon untuk mengangkat jumlah hasil tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola penempatan rumpon di perairan Teluk Bone dan meninjau kesesuaiannya dengan regulasi pemerintah tentang rumpon. Metode penelitian adalah survei berupa pengumpulan data dimensi umum dan alat tangkap, titik lokasi penempatan rumpon di perairan serta spesifikasi rumpon. Data tambahan berupa peta lokasi penelitian,hasil wawancara dengan pemilik rumpon dan statistic perikanan Kabupaten Bone. Analisis data berupa studi telaah peraturan tentang rumpon dan implementasinya di lapangan. Data diolah dalam program Excel dan ArGis 10.1 yang divisualisasikan dalam bentuk gambar untuk dilakukan studi konten peraturan yang terkait rumpon dan studi literatur lainnya. Hasil penelitian menunjukkan peta sebaran 107 titik lokasi rumpon di Perairan teluk Bone. Secara umum, pola penempatan rumpon tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tentang rumpon. Oleh karena itu diperlukan upaya penertiban dan sosialisasi yang komprehensif tentang tata letak rumpon yang diperbolehkan untuk keberlanjutan sumberdaya perikanan dan mencegah friksi sosial. Kata kunci :Penempatan, Purse seine , Rumpon, Teluk Bone PENDAHULUAN Purse seine adalah salah satu alat tangkap yang banyak digunakan untuk menangkap jenis-jenis pelagis kecil di Kabupaten Bone. Ada 183 unit Purse seine yang beroperasi di kabupaten Bone sampai dengan tahun 2015.Total produksi tangkapan Purse seine sebesar 15,1 ton pada tahun 2015 (Dislutkan Kabupaten Bone, 2016) Fishing base Purse seine sebagian besar tersebar di Kecamatan Tanete Riattang Timur. Purse seine di Kabupaten Bone umumnya menangkap di perairan Teluk Bone, perairan bagian Selatan Sulawesi Tenggara dan perairan bagian utara Nusa Tenggara Timur. Dewasa ini Purse seine di Kabupaten Bone banyak memanfaatkan alat bantu rumpon atau Fish Agregating Devices(FADs) untuk memaksimalkan upaya penangkapan. Pemanfaatan rumpon sebagai salah satu alat bantu pengumpul ikan sudah dikenal oleh nelayan di Kabupaten Bone sejak akhir 80-an sampai era 90-an. Perkembangannya semakin pesat di media Tahun 2000-an seiring dengan semakin meningkatnya permintaan berbagai jenis ikan pelagis kecil serta sulitnya mencari daerah penangkapan ikan (DPI)

Transcript of DESKRIPSI DAN POLA PENEMPATAN RUMPON YANG … · umum dan alat tangkap, titik lokasi penempatan...

58

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

DESKRIPSI DAN POLA PENEMPATAN RUMPON YANG DIGUNAKAN

NELAYAN PURSE SEINE DI PERAIRAN TELUK BONE

Nurwahidin dan Tri Setianto

Dosen Program Studi Perikanan Tangkap,

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

(email,: [email protected], [email protected])

Abstrak

Dewasa ini Purse seine di Kabupaten Bone banyak berorientasi pada pemanfaatan rumpon untuk

mengangkat jumlah hasil tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola

penempatan rumpon di perairan Teluk Bone dan meninjau kesesuaiannya dengan regulasi

pemerintah tentang rumpon. Metode penelitian adalah survei berupa pengumpulan data dimensi

umum dan alat tangkap, titik lokasi penempatan rumpon di perairan serta spesifikasi rumpon. Data

tambahan berupa peta lokasi penelitian,hasil wawancara dengan pemilik rumpon dan statistic

perikanan Kabupaten Bone. Analisis data berupa studi telaah peraturan tentang rumpon dan

implementasinya di lapangan. Data diolah dalam program Excel dan ArGis 10.1 yang

divisualisasikan dalam bentuk gambar untuk dilakukan studi konten peraturan yang terkait rumpon

dan studi literatur lainnya. Hasil penelitian menunjukkan peta sebaran 107 titik lokasi rumpon di

Perairan teluk Bone. Secara umum, pola penempatan rumpon tidak sesuai dengan peraturan

pemerintah tentang rumpon. Oleh karena itu diperlukan upaya penertiban dan sosialisasi yang

komprehensif tentang tata letak rumpon yang diperbolehkan untuk keberlanjutan sumberdaya

perikanan dan mencegah friksi sosial.

Kata kunci :Penempatan, Purse seine , Rumpon, Teluk Bone

PENDAHULUAN

Purse seine adalah salah satu alat tangkap yang banyak digunakan untuk menangkap

jenis-jenis pelagis kecil di Kabupaten Bone. Ada 183 unit Purse seine yang beroperasi di

kabupaten Bone sampai dengan tahun 2015.Total produksi tangkapan Purse seine sebesar

15,1 ton pada tahun 2015 (Dislutkan Kabupaten Bone, 2016)Fishing base Purse seine

sebagian besar tersebar di Kecamatan Tanete Riattang Timur. Purse seine di Kabupaten

Bone umumnya menangkap di perairan Teluk Bone, perairan bagian Selatan Sulawesi

Tenggara dan perairan bagian utara Nusa Tenggara Timur. Dewasa ini Purse seine di

Kabupaten Bone banyak memanfaatkan alat bantu rumpon atau Fish Agregating

Devices(FADs) untuk memaksimalkan upaya penangkapan.

Pemanfaatan rumpon sebagai salah satu alat bantu pengumpul ikan sudah dikenal

oleh nelayan di Kabupaten Bone sejak akhir 80-an sampai era 90-an. Perkembangannya

semakin pesat di media Tahun 2000-an seiring dengan semakin meningkatnya permintaan

berbagai jenis ikan pelagis kecil serta sulitnya mencari daerah penangkapan ikan (DPI)

59

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

yang baik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan keberhasilan rumpon dalam

mengangkat jumlah hasil tangkapan. Salah satu diantaranya adalah penelitianNaamin &

Chong yang diacu oleh Tadjuddah (2009), bahwa pada awal penggunaan rumpon laut

dalam di Sorong antara tahun 1985 sampai dengan tahun 1986, ternyata dapat

meningkatkan hasil tangkapan total sebesar 105% dan hasil tangkapan per satuan upaya

sebesar 142%. Hal ini meningkatkan pendapatan pemilik rumpon sebesar 367%,

mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk kapal sebesar 64,3% serta mengurangi

pemakaian umpan hidup sebesar 50%.

Upaya pemanfaatan rumpon oleh nelayan Purse seine di Kabupaten Bone sangat

besar. Dalam hal ini selalu ada upaya penambahan rumpon yang tak terbatas untuk

memenuhi tujuan operasional Purse seine . Penambahan tersebut tampak pada padatnya

titik penempatan rumpon di perairan Teluk Bone bahkan makin meluas ke perairan bagian

selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dan perairan bagian utara Nusa Tenggara Timur. Hasil

survei awal menunjukkan satu unit armada Purse seine paling tidak memiliki 15 sampai

dengan 20 unit rumpon. Namun penambahan jumlah rumpon di perairan tersebut ternyata

tidak selamanya berbanding lurus dengan penambahan jumlah hasil tangkapan. Fakta awal

di lapangan menunjukkan bahwa hampir sebahagian besar nelayan Purse seine di

Kabupaten Bone yang beroperasi di Teluk Bone mengeluhkan jumlah hasil tangkapan yang

tidak bertambah dan malah cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Inkonsistensi jumlah hasil tangkapan di rumpon dibahas dalam penelitian

Kurniawan et al (2013). Dalam penelitian tersebut telah dideskripsikan bahwa rumpon

pada pemanfaatannya di perairan Tuban Jawa Timur berhasil meningkatkan jumlah hasil

tangkapan payang sebesar 24 % di bulan Januari s/d April 2012 namun disisi lain juga

menurunkan jumlah hasil tangkapan per upaya sebesar 100 % di bulan Mei s/d Juli 2012,

kebalikan dari kondisi yang ada di bulan yang sama di tahun sebelumnya (2011) sebelum

rumpon digunakan oleh nelayan.Dan menurut Kleiber dan Hampton (1994) bahwa dengan

bertambahnya FADs bisa jadi justru tidak menambah keefektifan FADs itu sendiri, dalam

hal ini kontradiktif dengan pemahaman nelayan Purse seine di kabupaten Bone selama

ini. Bahkan di beberapa tempat dilaporkan berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan

ekologis, friksi sosial antar nelayan pengguna dan antara nelayan pengguna dengan pihak

lain.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, pada dasarnya telah ada Konsesi Tata laksana

perikanan yang bertanggung jawab (CCRF) yang di rumuskan FAO dan belum sepenuhnya

diratifikasi Indonesia, dan regulasi pemerintah dalam bentuk SK Mentan No.

60

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

51/Kpts/IK.250/1/1997 tentang Rumpon, Kepmen KP.No. Kep. 30/MEN/2004 tentang

Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon yang kemudian disempurnakan lagi dalam

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26/Permen-KP/2014 tentang Rumpon, yang

mengatur pola pemanfaatan rumpon. Namun dengan adanya fakta lapangan di atas,maka

kuat dugaan Konsesi dan regulasi tersebut belum terimplementasi dengan baik di lapangan.

Oleh karena itu penelitian ini mencoba membahas pola penempatan rumpon di perairan

Teluk Bone ditinjau dari kesesuaiannya dengan konsesi internasional dan regulasi

pemerintah tentang rumpon.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April s/d Juli 2017 di Perairan Teluk Bone

dengan fishing base di sentra perikanan Purse seine terbesar di Kabupaten Bone yakni di

Kecamatan Tenete Riattang Timur, tepatnya di Kelurahan Panyula, Kelurahan Lonrae dan

Kelurahan Bajoe dan fishing ground pada titik rumpon yang tersebar di perairan Teluk

Bone. Baik kapal Purse seine sebagai sarana penelitian maupun rumpon sebagai tempat

penelitian dipilih secara acak dengan mengikuti perjalanan operasi penangkapan ikan kapal

Purse seine tersebut pada rumpon di perairan Teluk Bone.

Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan teknik sampling acak. Dipilih

sampling sebesar 10 % untuk mewakili jumlah upaya penangkapandenganPurse seine

diKabupaten Bonepada rumpon-rumpondi perairan Teluk Bone. Untuk hal tersebut diambil

data dari19 unit armada kapal Purse seine yang menggunakan rumpon mewakili populasi

kapal Purse seine di Kabupaten yang sebesar 183 unit (Dislutkan, 2016).Untuk bisa meng-

cover seluruh proses pengambilan data digunakan tenaga surveyor dari kalangan nelayan

Purse seine . Data yang dikumpulkan meliputi data dimensi umum kapal dan alat tangkap,

titik-titik koordinat rumpon serta spesifikasi dan dimensi umum rumpon yang digunakan.

Data tambahan yang dikumpulkan berupa hasil wawancara dengan nelayan Purse seine

dan pemilik rumpon,peta Teluk Bone dalam bentuk peta laut Indonesia (hard copy)

maupun digital (Indonesia basemap) dan data statistikperikanan menyangkutupaya

penangkapan oleh Purse seine di Kabupaten Bone.

61

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

Data dimensi kapal dan alat tangkap yang telah dikumpulkan, diinput dalam program

excel untuk menentukan kisaran dimensional kapal dan alat tangkap yang digunakan.

Sedangkan data titik-titik koordinat rumpon dimana operasi penangkapan dilaksanakan,

diinput ke dalam program excel untuk kemudian dimodifikasi formatnya guna proses

penginputan ke dalam program ArGis 10.1 untuk bisa dihasilkan peta tematik berupa peta-

peta titik-titik lokasi sebaran rumpon yang digunakan oleh nelayan Purse seine di

Kabupaten Bone pada perairan Teluk Bone. Adapun spesifikasi, kisaran dimensi,jarak

antar rumpon dan jarak rumpon dari garis pantai terdekat diinput ke program excel. Untuk

mengukur jarak antar rumpon dan jaraknya dari garis pantai terdekat denganmenggunakan

program ArGis 10.1 dan memvalidasi jaraknya di atas peta peta laut Indonesia.

Analisis Data

Peta-peta tematik titik-titik sebaran rumpon, yang dihasilkan, dianalisis secara

deskriptif dengan meninjau kesesuaiannya dengan Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Kepmen KP.No. Kep. 30/MEN/2004 tentang pemasangan dan pemanfaatan

rumpon, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26/Permen-KP/2014 tentang

rumpon dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Jalur Penangkapan Nomor

42/Permen-KP./2014 serta konsesi tata laksana perikanan yang bertanggung jawab

(CCRF). Demikian pula datadimensi kapal dan alat tangkap, spesifikasi rumpon dan

dimensi rumpon secara umum di analisis dengan regulasi dan konsesi tersebut.Pada kedua

jenis data hasil analisis tersebut selanjutnya dilakukan studi literatur dalam

pembahasannya.

HASIL

Deskripsi Purse seine

Purse seine yang digunakan bertipe Amerika atau badan jaring berbentuk

persegi empat panjang dan trapesium tanpa segmentasi atau perbedaan ukuran mesh

size (keseluruhan 1 inchi)dan memiliki dimensi dengan panjang berkisar 250– 300

m dan dalam jaring berkisar 29 – 58 m. Model jaring bertipe Amerika dengan

ukuran sedang banyak ditemui di Kabupaten Bone dan di beberapa wilayah

Indonesia pada umumnya, karena murah untuk pengadaannya dan mudah dalam

perakitannya.

Kapal yang digunakan memiliki dimensi dengan panjang (LOA) berkisar 18–

62

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

3 s/d.10,5 m

B

+ 1 m

Atraktor

Pemberat

1

3

2

4

22 m, lebar (BOA) berkisar 3,5 - 4,5 m dan tinggi lambung kapal (depth/d) berkisar

1,5– 2 m. Mesin-mesin yang digunakan terutama untuk penggerak (propulsi) dan

kelistrikan bertipe motor tempel (multipurpose engine) atau yang sudah bertipe

motor inboard (marineengine) dengan sistem pendinginan terbuka dari berbagai

merk buatan luar negeri.

Deskripsi Rumpon

Konstruksi rumpon laut dalam ini terdiri atas pelampung, tali atraktor, atraktor, tali

pemberat dan pemberat (Gambar 1).Pelampung dirakit dari jalinan bambu yang di bagian

tengahnya diberi gabus. Tali atraktor berbahan dasar tali alami yang dipesan khusus dari

Polman atau tali Polyethilene (PE) dengan diameter berkisar 20 - 30 mm . Pada tali atraktor

diikat pelepah daun kelapa (Cocos nucifera) sebagai atraktornya dengan selang1m

sebanyak 3 sampai 10 buah, tergantung dari panjang tali atraktor yang digunakan.

Keterangan : 1. pelampung, 2. tali atraktor 3. tali pemberat dan

4. pemberat

Gambar 1. Konstruksi rumpon yang digunakan oleh nelayan Purse seine di Kabupaten

Bone

Tali pemberat berbahan dasar serat alami yang dipesan khusus dari Kabupaten

Polewali Mandar (Polman). Panjang tali pemberat tergantung pada kedalaman perairan

dimana rumpon dipasang (Gambar 3). Pemberat diambil dari batu gunung atau batu kapur

yang sumbernya banyak terdapat di Kabupaten Bone. Yang menarik dari pemberatnya

63

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

adalah pemanfaatan ban bekas sepeda motor yang dirangkai sedemikian rupa untuk

mengikat dan mengunci batu pemberat (Gambar 2).

Gambar 2. Tali pemberat dan pemberat rumpon

Jarak tempuh ke rumpon-rumpon tersebut berkisar 2 mil laut sampai dengan 60 mil

laut. Wilayah pemasangan rumpon-rumpon tersebut terbagi ke dalam wilayah Sulawesi

Selatan antara lain ; Perairan Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba

dan Kabupaten Selayar. Di bagian yang lain yang lain masuk ke dalam wilayah Sulawesi

Tenggara antara lain ; Perairan Kabupaten Kolaka Utara, Kota Kolaka, Kabupaten

Bombana dan Pulau Kabaena.

Gambar 3. Ilustrasi kedalaman perairan, jarak dari garis pantai dan panjang atraktor

rumpon dalam kolom perairan Teluk Bone

64

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

Pemanfaatan Rumpon

Rumpon dipasang pada daerah yang menurut nelayan, potensial mendatangkan

jumlah hasil tangkapan yang banyak.Pemilihan lokasi pemasangan rumpon didasarkan

pada pengalaman dan pemahaman pada kawasan-kawasan mana saja yang memiliki

potensi sumberdaya perikanan yang baik.

Pada sebuah unit rumpon yang telah dipasang, dibutuhkan waktu sekira 1 (satu)

bulan, untuk dapat digunakan.Pada masa pemanfaatan, sebanyak 1 sampai 2 kali dalam

sebulan sebuah rumpon didatangi atau dilingkari dan sekali dalam tiga bulan diperbaiki dan

diganti komponennya.

Sampai saat ini belum ada kajian resmi dari instansi daerah terkait tentang spesifikasi

dan pemasangan rumpon.Hal ini dikarenakan masih parsialnya pola pengelolaan rumpon

oleh instansi terkait. Ditambah lagi zona pemasangan rumpon berada pada perairan terbuka

dan lintas wilayah administratif antar daerah, sehingga memang perlu ada inisiasi lintas

wilayah pula untuk mengatur pemanfaatannya.

Posisi dan SebaranRumpon di Perairan Teluk Bone

Berdasarkan hasil plotting (penentuan posisi) di atas peta, ada sebanyak 107 titik-

titik lokasi rumpon yang terpetakan selama penelitian (Gambar4). Rumpon-rumpon

tersebut tersebar diperairan antara Kabupaten Bone dengan Kabupaten Kolaka dan

Kabupaten Sinjai dengan Kabupaten Bombana.

Gambar 4. Sebaran titik-titik lokasi rumpon di Perairan Teluk Bone

65

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

- algae fixed to the drifting object

- small fish - juvenile fish

- invertebrates, mollucs, crustacean (fixed & mobile)

Small pelagic :

Carangidae, Balisttidae, Serranidae

etc.

Various predators :

- tunas : yellowfin, bigeye, skipjack, auxis etc.

- mahi – mahi - broadbills (marlin, sailfish) - trigger fish - shark, rays

Posisi rumpon dalam peta ini sepertinya menunjukkan pola penempatan rumpon

yang sporadis.Ada kecenderungan upaya penambahan yang tidak terbatas dari nelayan, dan

nyata pada pemanfaatan ruang-ruangnya yang tidak optimal. Menurut nelayan, padatnya

rumpon pada suatu areal bisa menjadi indikasi melimpahnya sumberdaya ikan pada areal

tersebut.

PEMBAHASAN

Rumpon atau FADs (Fish Aggregating Devices) merupakan salah satu teknologi

yang berfungsi untuk mengumpulkan atau mengkonsentrasikan ikan pada suatu kawasan

perairan sehingga mengefisienkan (Telaumbanua dkk., 2004; Permen-KP RI No. 26 Tahun

2014). Rumpon yang digunakan oleh nelayan Purse seine dalam penelitian ini menyerupai

rumpon yang digunakan oleh nelayan Mandar.Perbedaannya hanya terletak pada bagian

atraktor rumpon, dimana rumpon di Kabupaten Bone menggunakan daun kelapa (Cocos

nucifera) sebagai atraktor karena melimpah jumlahnya, sedangkan di Kabupaten Mandar

menggunakan daun Lontar. Rumpon digunakan oleh nelayan Purse seine ini merupakan

rumpon yang masuk ke dalam kategori rumpon laut dalam karena rata-rata dipasang pada

perairan di atas 200 meter (Permen-KP Nomor 26 Tahun 2014).

Gambar 5. Ilustrasi stratifikasi kehidupan yang berasosiasi dengan objek atau benda

yang mengapung di laut (sumber : Prado, tanpa tahun)

66

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

Banyak laporan dan riset yang menggambarkan efektifnya penggunaan rumpon atau

FADs diantaranya Girard et al. (2003) yang menemukan bahwa tuna berasosiasi dengan

FADs< 2 Km. Selanjutnya rumpon di Perairan Halmahera pada pertengahan tahun 80-an

telah menambah upaya penangkapan sebesar 41 % mengurangi konsumsi bahan bakar

kapal penangkapan sebesar 40 % (Monintja dan Mathews, 1993). Ilustrasi yang disajikan

pula oleh Prado (tanpa tahun) yang diacu Nurwahidin (2016), mengenai stratifikasi

kehidupan yang melingkupi objek atau benda yang mengapung di laut (Gambar 5),

memberikan pemahaman kepada kita tentang cara kerja rumpon dan asosiasinya dengan

kehidupan biota laut disekitarnya.

Pada masa pemanfaatan rumpon ada sebuah fakta yang kadang bertolak belakang

dengan harapan nelayan terkait produktivitas Purse seine di rumpon.Dalam hal ini adalah

tingkat produktivitas Purse seine di rumpon yang tidak kosisten sepanjang tahun atau

malah cenderung menurun dari tahun ke tahun. Untuk masalah konsistensi tersebut, salah

satu penelitian di perairan Tuban Jawa Timur menerangkan keberhasilan rumpon dalam

meningkatkan jumlah hasil tangkapan payang per upaya sebesar 24 % di bulan Januari s/d

April 2012 namun disisi lain juga menurunkan jumlah hasil tangkapan per upaya sebesar

100 % di bulan Mei s/d Juli 2012. Kondisi ini adalah kebalikan dari bulan yang sama pada

tahun 2011 sebelum rumpon digunakan oleh nelayan (Kurniawan et al., 2013).

Jumlah rumpon yang digunakan nelayan Purse seine dari Kabupaten Bone sangat

banyak. Tercatat ada + 759 unit yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Bone. Lokasi

penempatan rumpon milik nelayan Kabupaten Bone tersebar di beberapa perairan antara

lain di Teluk Bone, perairan selatan Sulawesi Tenggara (Dislutkan Kabupaten Bone, 2016).

Jumlah rumpon yang dipasang untuk setiap armada Purse seine berkisar 15 sampai

dengan 20 unit rumpon.Jadi sudah bisa diperkirakan berapa jumlah rumpon yang dipasang

diperairan Teluk Bone oleh nelayan jika 1 armada Purse seine saja paling tidak memasang

15 unit rumpon. Menurut laporan WWF Indonesia, ada kecenderungan masyarakat tidak

melaporkan seluruh rumpon yang telah mereka pasang karena ; (1) ketakutan akan

bocornya informasi daerah penangkapannya ke pihak lain (motif ekonomi) dan (2)

kurangnya sosialisasi aparat tentang pemasangan rumpon menurut peraturan dan

perundang-undangan (Tamanyira, 2012)

Ada ketidaksesuaian antara pola penempatan rumpon dengan regulasi pemerintah

dan konsesi internasional tentang rumpon. Bentuk ketidaksesuaian antara pola penempatan

rumpon dengan peraturan menteri antara lain pada; (1) jarak antar rumpon yang kurang

dari 10 mil laut sebagaimana yang ditunjukkan pada proses pengukuran jarak antar rumpon

67

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

di atas peta, (2) terdapat titik lokasi rumpon yang berada kurang dari 4 mil laut dari garis

pantai terdekat (Gambar 6), (3) lokasi rumpon yang berada pada alur pelayaran

komersial(Gambar 7) dan (4) rumpon yang tidak dilengkapi dengan identitas dan perangkat

reflektor (Gambar 8).Gambar 6. Titik lokasi 55 yang terindikasi berjarak < 4 mill dari garis

pantai terdekat

Gambar 7. Titik- titik lokasi rumpon (titik merah) yang terindikasi berpotensi

mengganggu alur pelayaran komersial

Hasil penentuan jarak di atas peta menunjukkan bahwa semua titik lokasi rumpon

memiliki jarak yang mengantarai kurang dari 10 mil laut. Berdasarkan Peraturan Menteri

68

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

Kelautan dan Perikanan pada Permen-KP No. 26 Tahun 2014 tentang Rumpon, Pasal 12

Ayat 1d menerangkan bahwa jarak antara rumpon yang satu dengan rumpon yang lain

tidak boleh kurang dari 10 mil laut. Selain itu, pada ayat 1e diterangkan pula bahwa

rumpon tidak boleh dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar

(zig-zag) yang mengancam kelestarian jenis ikan pelagis.

Pasal 12 ayat 1c dijelaskan bahwa rumpon yang dipasang tidak mengganggu alur

pelayaran, namun kenyataannya sekira 27 titik lokasi rumpon berpotensi mengganggu alur

pelayaran komersial antara Pelabuhan Bajoe ke Pelabuhan Kolaka, demikian sebaliknya.

Area di sekitar garis alur pelayaran (Gambar 7) hendaknya dibiarkan dikosongkan untuk

memberi ruang bagi kapal-kapal Ferry komerial yang akan melintas. Kompensasi lebar

alur didasarkan pada kebutuhan manuver kapal-kapal Ferry kaitannya dengan dinamika

fisika atau cuaca di Perairan Teluk Bone.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan pada Permen-KP No. 42

Tahun 2014 tentang Jalur Penangkapan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat

Bantu Penangkapan Ikan dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, Pasal 22 Ayat 1a

menerangkan bahwa Purse seine sebagaimana yang dimaksudkan pasal 7 ayat 3 Permen-

KP No. 2 Tahun 2011, Purse seine yang berukuran mesh size > 1 inchi dan tali ris < 400

m menggunakan alat bantu penangkapan ikan (ABPI) rumpon dan lampu dengan total daya

< 8000 watt, menggunakan kapal motor berukuran > 10 s/d 30 GT, dioperasikan pada jalur

penangkapan II dan III di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia

(WPPNRI) 571, 572, 573, 711, 712, 713, 715, 716, 717 dan 718 dimana termasuk

diantaranya wilayah perairan Teluk Bone yang merujuk ke WPPNRI 713. Permen-KP No.

26 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat 1a menerangkan pula bahwa pemasangan rumpon harus

sesuai dengan daerah penangkapan sebagaimana yang tercantum dalam Surat Izin

Penangkapan Ikan (SIPI). Merujuk pada kasus rumpon Nomor 55 (Gambar 17), jelas

bahwa rumpon tersebut tidak sesuai kedua pasal tersebut karena dimanfaatkan oleh Purse

seine yang dimensinya masuk dalam kategori atau berkenaan dengan pasal-pasal tersebut.

Pada sebahagian besar konstruksi rumpon di lapangan,terdapat pula ketidaksesuaian

dengan regulasi, yakni menyangkut identitas dan perangkat reflektor. Padahal dalam

Permen-KP No. 26 Tahun 2014 Pasal 17 jelas mengatur tentang kewajiban pemilik rumpon

untuk memasang reflektor dan identitas rumpon. Reflektor yang berupa plat besi berguna

untuk memantulkan gelombang elekromagnetik dari radar dan peralatan navigasi yang

sejenis pada kapal modern. Hal ini untuk mempermudah identifikasi keberadaan rumpon

terutama pada malam hari guna kelancaran proses pelayaran.

69

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

Konsesi Tata laksana Perikanan yang bertanggung jawab (CCRF) memuat pula

ketentuan menyangkut perangkat pengumpulan ikan (FADs). Pada Pasal 9.3 dan

Anneks III pada pedoman teknis untuk perikanan bertanggung jawab aspek operasi

penangkapan ikan mencakup beberapa peraturan, antara lain:

1. Teknologi pengumpulan ikan sebaiknya dikembangkan lebih jauh untuk memperbaiki

kinerja alat-alat pengumpul ikan yang dijangkar dan terapung.

2. Sistem manajemen alat pengumpul ikan sebaiknya mengemukakan tanggung jawab

otoritas yang berwenang dan pengguna untuk standar desain yang minimum, operasi

dan pemeliharaan alat pengumpul ikan tersebut.

3. Otoritas yang berwenang juga sebaiknya menetapkan suatu sistem persetujuan untuk

penempatan alat pengumpul ikan dan memelihara dokumen pemilik. Dokumen harus

berisikan sebagai suatu persyaratan minimum :

a. tanda yang ditetapkan otoritas yang berwenang untuk identifikasi kepemilikan;

b. nama dan alamat pemilik;

c. tipe alat pengumpul ikan, dan

d. lokasi dan posisi geografis yang dialokasikan.

4. Otoritas yang berwenang sebaiknya memastikan bahwa otorisasi menangkap ikan di

sekitar alat pengumpul ikan berisikan rincian metoda penangkapan yang digunakan

dan juga persyaratan untuk pelaporan hasil tangkapan.

5. Alat pengumpul ikan, apakah dijangkar atau terapung, sebaiknya mempunyai alat-alat

untuk mengidentifikasi posisi alat pengumpul ikan pada siang dan malam hari.

Otoritas yang berwenang juga sebaiknya menetapkan suatu sistem untuk pelaporan

alat pengumpul ikan yang hilang dan penemuan kembali alat pengumpul ikan yang

dianggap membahayakan navigasi (FAO (1995) yang diacu Suwarsih, 2012)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

ketidaksesuaian antara pola penempatan dan konstruksi rumpon yang digunakan oleh

nelayan Purse seine di Kabupaten Bone dengan regulasi pemerintah dan ketentuan konsesi

tata laksana perikanan yang bertanggung jawab (CCRF) terkait dengan pemanfaatan

rumpon. Oleh karena itu diperlukan upaya dari pihak yang berwenang untuk melakukan

penertiban dan sosialisasi secara komprehensif guna mencegah friksi social dan

keberlanjutan potensi sumberdaya perikanan di perairan Teluk Bone

70

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

DAFTAR PUSTAKA

Bach P.et al.1998. Experimental research and fish aggregating devices (FADs) in French

Polynesia. SPC Fish Aggregating Device Information (FAD) Bulletin #3

Capelloet al. 2012. The Heterogeneous Spatial And Temporal Patterns Of Behavior Of

Small Pelagic Fish In An Array Of Fish Aggregating Devices (FADs). Journal of

Experimental Marine Biology and Ecology, Elsevier.430–431 ; 56–62

Dempster T. 2004. Biology Of Fish Associated With Moored Fish Aggregation Devices

(FADs): Implications For The Development Of A FAD Fishery In New South Wales,

Australia. Elsevier, Fisheries Research Vol. 68 : 189–201

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone. (2016). Laporan Statistik Tahun 2016

Fridman.1988.PerhitunganDalamMerancangAlatTangkapIkan. Balai

PengembanganPenangkapanIkan, Semarang. Terjemahan dari Calculation for

Fishing Gear Design. 304 Hal.

Girard.et al. 2002. FAD : Fish Aggregating Device or Fish Attracting Device? A New

Analysis of Yellowfin Tuna Movements Around Floating Objects. Elsevier, Animal

Behaviour, 2004, Vol. 67 ; 319 – 326

Josse E., Dagorn L. dan Bertrand A. 2000. Typology and Behaviour Of Tuna Aggregations

Around Fish Aggregating Devices From Acoustic Surveys in French Polynesia.

Aquatic Living Resource. Vol. 13 : 183−192

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 30/MEN/2004 tentang Pemasangan

dan Pemanfaatan Rumpon

Kleiber P. dan Hampton J. 1994. Modeling Effects of FADS and Islands on Movement of

Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) : Estimating Parameters from Tagging Data.

Can. J. Fish. Aquat. Sci., Vol. 51 : 2442-2453

Kurniawandkk.2013.Pengaruh Pemasangan Rumpon pada Musim Barat Terhadap Hasil

Tangkapan Alat Tangkap Payang Di Perairan Tuban Jawa Timur. PSPK Student

Journal, Universitas Brawijaya. Vol. I NO. 1 PP 16 – 20

Monintja D. R. dan Mathews C. P. 1993. The Skipjack Fishery in Eastern Indonesia:

Distinguishing The Effects Of Increasing Effort And Deploying Rumpon FADs On

The Stock. Effect of FADs On Fisheries Resources. Faculty of Fisheries, Bogor

Agricultural Institut, Bogor and Marine Science and Fisheries Centre, PO BOX 467,

Post Code 113, Muscat, Sultanate of Oman

Nurwahidin. 2016. Analisis Tingkat Produktivitas Purse seine pada Rumpon Di Perairan

Teluk Bone. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42/Permen-KP./2014 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 02/Men./2011 tentang

Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu

Penangkapan Ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. Per. 02/ Men - KP. /2011 tentang

Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu

Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 26/Permen – KP. /2014 tentang

Rumpon

SudirmandanMallawa, A. 2004.TeknikPenangkapanIkan.RinekaCipta, Makassar

Suwarsih.2012.RumponSebagai DaerahPenangkapanIkan.ejournal.unirow.ac.id (online).

(diaksespadatanggal 14 Januari 2017)

Tajuddah, M. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan dengan Light Fishing dan

Rumpon. (on line) (www.blogspot.com diakses pada Tanggal, 11 September 2017)

71

Jurnal Agrominansia, 3 (1) Juni 2018 ISSN 2527 - 4538

Tajuddah M., Amri K dan Komala R. 2009. Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap

Menurut Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO. (on line)

(www.blogspot.co.id, diakses pada tanggal, 15 Oktober 2017)

Tamanyira M. M. 2012. Rumpon : Berkah atau Musibah. (on line)

(www.blogspot.com/marinebuddies, diakses pada Tanggal, 23 Juni 2017)

Telaumbanua S. J., Suardi, M.L. dan Bukhari. 2004. Studi Pemanfaatan Teknologi

Rumpon dalam Pengoperasian Purse seine di Perairan Sumatera Barat. Jurnal

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3

Zainuddin M. dkk. 2013. Pemetaan Zona Potensi Penangkapan Ikan Cakalang Periode

April-Juni Di Teluk Bone DenganTeknologi Remote Sensing. Jurnal Penelitian

Perikanan Indonesia. Vol.19 No. 3