Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

23
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km² wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km² wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien. Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah tergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon (FAD). Secara alami tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan (Fishing ground) berdasarkan pengalaman nelayan, yang catchable area diantaranya ditandai oleh :Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ; Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air ; Banyak buih di permukaan air ; dan Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-

Transcript of Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

Page 1: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km² wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km² wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien.

Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah tergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon (FAD).

Secara alami tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan (Fishing ground) berdasarkan pengalaman nelayan, yang catchable area diantaranya ditandai oleh :Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ; Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air ; Banyak buih di permukaan air ; dan Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut di perairan atau bersama dengan ikan yang berukuran besar seperti paus. Dengan adanya rumpon disuatu perairan maka daerah penangkapan ikan dapat dibentuk, sehingga nelayan dan unit kapal penangkap ikan tidak tergantung lagi dengan  tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan yang bergantung pada kondisi lingkungan alami perairan. Oleh karena itu dengan penggunaan rumpon (FAD) dapat dikatakan sebagai pembentuk daerah penangkapan ikan buatan (Artificial fishing ground)

Rumpon yang sudah digunakan masyarakat Peudada- Bireuen sekarang ini hampir sama dengan dengan rumpon di daerah perairan lainnnya. Dimana komponen dan kontruksi rumpon terdiri dari:

1. PelampungSebagai alat pengapung yang dibuat dari besi plat yang dibentuk seperti tabung.

Page 2: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

2. AtraktorMerupakan pemikat yang bertujuan untuk memikat ikan disekeliling rumpon yang terbuat dari daun nyiur atau daun kelapa.

3. Tali-temaliGuna sebagai pengikat pelampung dan pemberat bahannya terbuat dari polyethylene kemudian ditambahkan kawat baja untuk mengikat atraktor supaya cepat tenggelam dan tidak mengapung

4. PemberatMerupakan bahan untuk menenggelamkan rumpon dan rumpon tidak berpindah tempat yang dibuat dari semen yang dicor.

1.2 Batasan Masalah

Optimasi rumpon perairan dalam pada kontruksi atraktor dengan menambahkan kombinasi tali rafia dan daun kelapa.

1.3 Rumusan Masalah

Rumpon yang ada diperairan Peudada- Bireuen menggunakan daun nyiur atau daun kelapa sebagai alat pemikat ikan/atraktor dimana periode daya tahan dari daun nyiur atau kelapa tidak lama karena pembusukan sehingga diharapkan dengan menggunakan kombinasi tali rafia dan daun kelapa terdapat suatu solusi untuk memperpanjang umur rumpon serta dapat meningkatkan nilai fungsi dari atraktor sendiri.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini yaitu:

Memaksimalkan efektifitas waktu terhadap daya tahan rumpon.

Meningkatkan daya pemikat ikan (atraktor)

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:

Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang rumpon perairan dangkal.

Page 3: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

Bagi Profesi

Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi dunia perikanan.

Bagi masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat tentang kontruksi rumpon, pengaruh dari bahan yang digunakan, dan daya tahan yang dihasilkan.

1.6 Definisi Operasional

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Penggunaan Rumpon, dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi penangkapan ikan sehingga untuk meningkatkan jumlah pengumpulan ikan disekitar rumpon perlu adanya suatu atraktor yang memiliki daya pemikat yang lebih tinggi.

Optimasi merupakan aktivitas untuk memperoleh hasil yang terbaik dari pilihan yang tersedia. Optimasi Penggunaan Kombinasi Rumpon Dengan

Material Daun Kelapa Dan Tali Rafia di Perairan Bireuen-Aceh dapat

didefinisikan sebagai proses untuk memaksimalkan umur penggunaan rumpon dengan menentukan material dari beberapa pilihan dengan hasil maksimal yang akan diterapkan di Perairan Bireuen-Aceh.

Page 4: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumpon

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat

bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut

dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar

berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap.

 Definisi rumpon menurut SK Mentan  No. 51/Kpts/IK.250/1/97  adalah  alat

bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut.

Selanjutnya dalam SK Mentan No. 51/Kpts/IK.250/1/97  tentang

Pemasangan  dan  Pemanfaatan  rumpon menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis

rumpon,yaitu:

1. Rumpon Perairan Dasar

adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada

dasar perairan laut

2. Rumpon Perairan Dangkal

adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan

padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter.

3. Rumpon Perairan Dalam

adalah alat bantu  penangkapan  ikan yang  dipasang dan  ditempatkan   pada perairan  laut   dengan  kedalaman  di atas 200 meter.

2.2 Konstruksi dan Teknis Pemasangan Rumpon

Secara garis besar rumpon menurut Preston (1982) adalah tersusun dan tiga

bagian utama yang terdiri dan attraktor, mooring line dan pemberat. Konstruksi

rumpon, terdiri dan komponen-komponen yang sama bila dilihat berdasarkan

fungsinya seperti pelampung, alat pengumpul ikan, tali-temali dan pemberat.

tetapi untuk rumpon-rumpon yang dipergunakan oleh nelayan diberbagai lokasi di

Indonesia mempunyai perbedaan bila dilihat dan material masing-masing

komponen konstruksi rumpon tersebut.

Page 5: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987) mengemukakan bahwa persyaratan

umum komponen komponen dan konstruksi rumpon adalah sebagai berikut:

1. Pelampung,

Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang

mengapung diatas air 1/3 bagian)

Konstruksi cukup kuat

Tahan terhadap gelombang dan air

Mudah dikenali dari jarak jauh

Bahan pembuatnya mudah didapat;

2. Atraktor atau pemikat,

Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan

Tahan lama

Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah

Melindungi ikan-ikan kecil

Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama dan murah;

3. Tali-temali,

Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk

Harganya relatif murah  mempunyai daya apung yang cukup untuk

mencegah  gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus

Tidak bersimpul (less knot);

4. Pemberat,

Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh

Massa jenisnya besar, permukaannva tidak licin dan dapat mencengkeram.

2.3 Tingkah laku ikan disekitar rumpon

Asikin (1985) mengemukakan bahwa keberadaan ikan di sekitar rumpon karena berbagai sebab, antara lain:

Page 6: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

1. Rumpon sebagai tempat bersembunyi di bawah bayang-bayang daun

rumpon bagi beberapa jenis ikan tertentu;

2. Rumpon sebagai tempat berpijah bagi beberapajenis ikan tertentu;

3. Rumpon itu sebagai tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan yang

mempunyai sifat fototaksis negatif;

Samples dan Sproul (1985) mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di sekitar rumpon disebabkan karena:

1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan

tertentu;

2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan

tertentu;

3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan

tertentu;

4. Rumpon sebagai tempat berlindung (shelter) dan predator bagi ikan-ikan

tertentu;

5. Rumpon sebagai tempat sebagai  titik acuan navigasi  (meeting point)  bagi

ikan-ikan tertentu yang beruaya.

Adanya ikan di sekitar rumpon berkaitan pula dengan pola rantai makanan

dimana rumpon menciptakan suatu arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya

bakteri dan mikroalga ketika rumpon mulai dipasang. Selanjutnya mahluk renik

dan hewan-hewan kecil akan menarik ikan-ikan yang berukuran lebih besar yang

memangsa ikan-ikan berukuran kecil (Subani, 1972). Berdasarkan hasil analisa isi

perut dari ikan-ikan yang berada di sekitar rumpon didapatkan bahwa ikan-ikan

kecil yang berkumpul di sekitar rumpon tidak memakan daun-daun rumpon tetapi

memakan jenis-jenis plankton yang berada di sekitar rumpon (Djatikusumo,

1977).

2.4 Penggunaan Tali Rafia

Atraktor pada rumpon yang dulunya hanya menggunakan daun kelapa/ daun

nyiur ditambakan material menggunakan tali rafia sebagai kombinasinya. Dimana

tali rafia juga telah banyak digunakan sebagai alat bantu penangkapan seperti

Page 7: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

umpan buatan yang terbuat dari tali rafia. Kelebihan yang sudah banyak dirasakan

yaitu warna yang ditimbulkan tali rafia bila terkena cahaya serta gerakan yang

diakibatkan oleh arus yang dapat meningkatkan daya pemikat ikan.

Menurut Sumardi (2008), tali rafia dipasang secara acak dengan

mengkombinasikan daun kelapa. Hal ini dapat meminimalisir pemakaian daun

kelapa yang hanya bertahan sekitar 2 (minggu) sedangkan tali rafia mampu

bertahan sekitar 1 (bulan).

Rumpon perairan dalam. Menurut Baru et al. (1992), menjelaskan bahwa

metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam hampir sama,

perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi daerah pemasangan serta bahan

yang digunakan. Rumpon laut dangkal menggunakan bahan dari alam seperti

bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada rumpon laut dalam

sebagian besa bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari

buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.

Page 8: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

Rumpon menggunakan material daun kelapa

Page 9: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

2.5 Jenis Ikan Disekitar Rumpon

Jenis-jenis Ikan yang Sering Berasosiasi dengan Rumpon (Monintia, 1993)

1. Cakatang - Skipjack- (Katsowonus pelamis)

2. Tongkol - Frigate Tuna- (Auxis thazard )

3. Tongkol Pisang-Frigate Tuna- Euthynnus affinis

4. Tenggiri- King Mackeret- Scomberomorus sp

5. Madidihang -Yellow Fin Tuna- Thunnus albacares

6. Tembang -Frigate Sardin - Sardinella firnbriato

7. Japuh Rainbow -Sardin -Dussumeria hosselti

Rumpon menggunakan kombinasi material daun kelapa dan tali rafia

Page 10: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

2.6 Letak Geografis Daerah Bireuen

Secara geografis (Pemda Bireuen), Kabupaten Bireuen terletak pada posisi

40 54’ menit,– 50 21’ menit Lintang Utara (LU) dan 960 20” – 970 21” Bujur

Timur (BT) dengan luas wilayahnya 1901,21 Km 2 atau (190.121 Ha) dan berada

pada ketinggian 0 sampai 800 M Dari Permukaan Laut (DPL).

Batas-batas Administratif Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara Berbatas Dengan Selat Malaka

Sebelah Selatan Berbatas Dengan Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah

Sebelah Barat Berbatas Dengan Kabupaten Pidie Jaya

Sebelah Timur Berbatas Dengan Kabupaten Aceh Utara

Page 11: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

Secara lebih rinci, gambar di samping menggambarkan peta sebaran perikanan yang terdapat di masing-masing lokasi. Udang lobster banyak dijumpai di Aceh Timur, Aceh Jaya dan Aceh Selatan. Sedangkan Pelagis Kecil, selain terdapat dikawasan Pulau Banyak, juga terdapat di wilayah perairan Aceh Besar, Bireuen dan Aceh Barat. Sedangkan ikan-ikan jenis Demersal banyak terdapat diwilayah Aceh Barat, Pidie dan AcehUtara.

Page 12: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

Hipotesis

H1 = Penggunaan kombinasi tali rafia dan daun kelapa sebagai atraktor pada

rumpon mempunyai ketahanan lebih dari 2 (dua) minggu.

H0 = Penggunaan kombinasi tali rafia dan daun kelapa sebagai atraktor pada

rumpon mempunyai ketahan kurang dari 2(dua) minggu.

Page 13: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Metode penelitian dan pencarian data dilakukan dengan metode sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Dengan cara mencari teori ilmiah dalam bentuk buku, majalah pendukung dan

lain sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan.

2. Metode Kualitatif

Mengambil sebuah kesimpulan berdasarkan resume yang didapat dari

literatur- literatur dan artikel yang menjadi sumber pustaka.

3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Gambar Kerangka Kerja Penelitian

3.3 Variabel penelitian

Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)

Variabel independent adalah faktor yang diduga berhubungan variabel

dependen (Nursalam & Pariani, 2001), Variabel dependent adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas (Nursalam & Pariani, 2001).

Penyusunan proposal

Pengkajian data

Pengumpulan data

Penyusunan laporan akhir

Page 14: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

3.1.1 Klasifikasi Variabel

Berdasarkan pada kerangka konseptual, variabel didalam penelitian dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Penggunaan rumpon dari material daun kelapa sebagai variabel bebas

(independent variable) pertama (X1).

2. Penggunaan atraktor dari kombinasi material daun kelapa dan tali rafia

sebagai variabel bebas (independent variable) ke dua (X2).

3. Ketahanan rumpon sebagai variabel terikat (dependent variable) (Y).

3.1.2 Operasional Variabel

Devinisi Operasional Variabel adalah mendefinisikan variable secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena (Alimul Hidayat, 2007).

a. Rumpon dari material daun kelapa

Atraktor rumpon yang terbuat dari material daun kelapa telah banyak

digunakan oleh nelayan sebagai alat bantu penangkapan guna mengumpulkan

gerombolan ikan, sehingga waktu yang digunakan pada saat mencari gerombolan

ikan relatif pendek. Material atraktor dari daun kelapa dapat bertahan dari

pembusukan sekitar 2 (dua) minggu.

b. Rumpon dari material kombinasi daun kelapa dan tali rafia

Atraktor rumpon yang menggunakan bahan material dari kombinasi daun

kelapa dan tali rafia seperti yang digunakan oleh nelayan Sibolga sebagai alat

bantu penangkapan dalam pengumpulan ikan diduga bisa bertahan sekitar 1 (satu)

bulan.

Page 15: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

3.4 Cara Kerja

Meliputi pengumpulan data dan pengkajian data.

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data sekunder (hasil penelitian orang lain, buku, berita, artikel) dari semua sumber.

2) Pengkajian data

Setelah data terkumpul dilakukan pengkajian data sekunder yang diperoleh untuk menyeleksi data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.

3) Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan januari 2010 sampai februari 2010. Tempat pelaksanaan penelitian studi pustaka di Kampus Politeknik Negeri Jember.

JADWAL PELAKSANAAN

NO KEGIATANBULANJANUARI FEBRUARI1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan alat dan bahan  2 Pengumpulan data    3 Pengkajian data  4 Pembuatan laporan      

PERKIRAAN BIAYA

No Uraian Jumlah Satuan Satuan (Rp) Nilai (Rp)

1 Studi Literatur - - 400.000 400.000,-2 Pembuatan Laporan - - 250.000 250.000,-JUMLAH 650.000,-

Page 16: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

4. PENUTUP

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat

bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut

dalam. Komponen-komponen dan kontruksi rumpon pada umumnya terdiri-dari

pelampung, pemikat, tali-temali, dan pemberat dimana pada bagian pemikat

(atraktor) menggunakan kombinasi tali rafia dan daun kelapa diharapkan dapat

meningkatkan fungsi atraktor sebagai alat pemikat ikan serta lebih tahan lama.

Page 17: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

DAFTAR PUSTAKA

Barus dan Gafa, 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi

melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Departemen Pertanian. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perikanan, Jakarta 7 hal.

Djatikusumo, E.w. 1977. Biologis Ikan Ekonomi Penting. Akademi Usaha

Perikanan, Jakarta.

Monintia.1993. Jenis- Jenis Alat Tangkap Rumpon. http:// hobiikan. blogspot.

com/ 2009/ 02/ jenis- jenis- alat- tangkap- rumpon. html# comment- form [11

Jan 2010]

Nursalam dan Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

Jakarta: Sagung Seto.

Subani. 1972. Alat dan Cara penangkapan Ikan di Indonesia Jilid 6. Lembaga

Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.

Sudirman, 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi

Ramah Lingkungan Dalam Proses Penangkapan pada bagan Rambo (Tidak

dipublikasikan.Disertasi) Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Suhana, 2008. Konflik nelayan dan kelestarian sumberdaya ikan. Ocean Iuplog.

http://ocean.iuplog.com/rumponisasi/konflik-nelayan-dan-kelestarian-

sumberdaya-ikan/index.html [17 Des 2009].

Sumardi Zainal, 2009. Teknik Pengoperasian Purse Seine Menggunakan Rumpon

Laut Dalam Di Samudera Hindia Bagian Barat Sumatera (Tidak

dipublikasikan. Lap. Praktek) Program Diploma 4 PPPPTK Cianjur joint

program Politeknik Negeri Jember. Cianjur

Tajuddahmuslim.2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan Dengan Light

Fishing Dan Rumpon.http:// tadjuddahmuslim. wordpress. Com /2009/ 01/

Page 18: Optimasi Rumpon Menggunakan Tali Rafia Di Perairan Peudada- Bireuen

28/ model- pengelolaan- kabupaten- kepulauan- wakatobi- provinsi-

sulawesi- tenggara- berbasis- kluster- dan- karakteristik- tipologi/ [15

Desember 2009]