Post on 03-Jan-2016
STROKE INFARK
DEFINISI
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri
Perdossi,1999).
Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other
Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist
akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah
fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).
Sedangkan definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah
manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh
(global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada
gangguan vascular ( Lamsudin, 1998).
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan hal – hal yang harus kita
perhatikan dalam mendiagnosis suatu penyakit stroke ialah :
1. Adanya defisit neurologis yang sifatnya fokal atau global
2. Onset yang mendadak
3. Semata – mata akibat terganggunya peredaran darah di otak karena
ischemic atau perdarahan
4. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
Hal di atas sangat penting diperhatikan karena banyak sekali penyakit yang
berhubungan dengan otak yang menimbulkan gejala yang serupa dengan stroke
(stroke like syndrome).
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan
bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin,
2008:234).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi
karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa
terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke
otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-
arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne,
2002: 2131)
Stroke disebabkan terjadinya gangguan aliran darah menuju otak.
Biasanya berupa sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Berdasarkan
penyebab stroke, maka secara patologis stroke bisa dibagi menjadi stroke
perdarahan dan stroke infark. Di mana, stroke infark adalah kematian sebagian
jaringan otak yang disebabkan oleh hambatan aliran darah menuju jaringan otak
oleh emboli atau trombus. Stroke infark memiliki faktor risiko berdasarkan
frekuensi penyebab infark, seperti hipertensi (52 persen), penyakit jantung (38
persen), perokok (27 persen), dan diabetes mellitus (14 persen).
Umumnya, stroke infark terjadi pada saat bangun tidur atau sedang
istirahat. Sedangkan stroke perdarahan terjadi secara mendadak karena pecahnya
pembuluh darah otak. Stroke perdarahan ini terjadi pada waktu peningkatan emosi
atau aktivitas fisik. Biasanya terjadi pada usia 50-75 tahun, serta bagi mereka
yang riwayat penyakit hipertensinya tidak terkontrol.
Berat ringannya stroke sangat tergantung dari jumlah risiko yang
menyertai penyebab stroke. Faktor-faktor risiko stroke ini dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang
dapat diubah. Yang termasuk faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah umur,
jenis kelamin, ras/etnik dan turunan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah
adalah hipertensi, penyakit jantung diabetes mellitus, hiperkholesterolemia,
oksidan (radikal bebas), penyempitan arteri karotis, rendahnya aktivitas fisik,
merokok, peminum alkohol dan orang yang sebelumnya pernah menderita stroke.
Terdapat dua penyebab stroke infark, masing-masing memerlukan
penanganan yang berbeda pula. Penyebab stroke infark adalah trombus. Trombus
yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut emboli.
Sementara emboli berasal dari thrombus yang terlepas dari dinding pembuluh
darah. Gumpalan emboli ini akan berkelana menyusuri pembuluh darah. Dan
ketika emboli ini memasuki pembuluh darah yang sempit di kepala, maka dia
akan menyumbat pembuluh darah tersebut dan menghentikan pasukan oksigen
dan nutrisi ke bagian otak tersebut.
Prognosis stroke infark ini jauh lebih baik daripada stroke hemorrhagic
bila mendapatkan penanganan yang segera. Masalah timbul ketika keluarga
kurang mengkhawatirkan gejala yang sepertinya timbul perlahan-lahan ini.
Penanganan stroke infark dan stroke hemorrhagic memang sangat berbeda. Pada
stroke hemorrhagic tujuan kita adalah menghentikan perdarahan dan
mempertahankan perfusi otak. Sementara dalam stroke infark tujuan kita adalah
mempertahankan fungsi otak yang bisa diselamatkan dan mengencerkan atau
menghilangkan sumbatannya. Meskipun demikian, penanganan pertama stroke
bagi masyarakat awam tetaplah sama antara stroke hemorrhagic dan stroke infark.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penanganan stroke ini diawali dengan
mengenali gejala stroke.
Faktor resiko terjadinya stroke :
Ada beberapa faktor resiko CVA infark (Muttaqin, 2008: 236):
1. Hipertensi.
2. Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung: Penyakit arteri
koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama
(khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif.
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit
6. Diabetes Melitus
7. Merokok
Tanda dan Gejala :
Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu:
1. Lobus Frontal
a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan
distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung,
memberi alasan atau berpikir abstrak.
b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara),
disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
c. Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres,
ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan,
menarik diri, isolasi, depresi.
2. Lobus Parietal
a. Dominan :
1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong
sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi
superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon
terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).
2) Defisit bahasa/komunikasi
- Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara
yang dapat dipahami)
- Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
- Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
- Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
- Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).
b. Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi
diri/lingkungan) antara lain:
- Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas
yang mengalami paralise)
- Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
- Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan
tepat)
- Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)
- Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
- Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
- Disorientasi kanan kiri
3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan,
diplobia(penglihatan ganda), buta.
4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh
Radar, lampung. 2011. Kenali Stroke Infark!. Available online at
http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/metropolis/31998-
kenali-stroke-infark
Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi. 1999.
Konsensus nasional pengelola stroke di indonesia 1-9. Jakarta.
WHO. 1989. Recommendation on Stroke Prevention, diagnosis and
therapy in Stroke. Stroke; 20:1407-31.
Lamsudin R. 1998. Stroke profile in Yogyakarta : morbidity, mortality,
and risk factors of stroke. In : Lamsudin R., Wibowo S., Nuradyo D.,
Sutami S. (eds). Recent Management of Stroke. BKM 1998; Suppl XIV
53-69.
Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan holistic
Edisi VI volume II. EGC:Jakarta
Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. salemba medika: Jakarta
Smeltzer, Suzanne.(1996). Keperawatan Medikal Bedah.(2002) alih
bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC