STROKE INFARK.docx

9
STROKE INFARK DEFINISI Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi,1999). Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989). Sedangkan definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vascular ( Lamsudin, 1998).

Transcript of STROKE INFARK.docx

Page 1: STROKE INFARK.docx

STROKE INFARK

DEFINISI

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang

jelas selain vaskuler (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri

Perdossi,1999).

Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other

Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist

akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara

mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam

beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah

fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).

Sedangkan definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah

manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh

(global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau

berakir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada

gangguan vascular ( Lamsudin, 1998).

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan hal – hal yang harus kita

perhatikan dalam mendiagnosis suatu penyakit stroke ialah :

1. Adanya defisit neurologis yang sifatnya fokal atau global

2. Onset yang mendadak

3. Semata – mata akibat terganggunya peredaran darah di otak karena

ischemic atau perdarahan

4. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian

Hal di atas sangat penting diperhatikan karena banyak sekali penyakit yang

berhubungan dengan otak yang menimbulkan gejala yang serupa dengan stroke

(stroke like syndrome).

Page 2: STROKE INFARK.docx

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang

timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah

otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa

kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan

bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin,

2008:234).   

CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif

cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi

karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa

terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke

otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-

arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne,

2002: 2131)

Stroke disebabkan terjadinya gangguan aliran darah menuju otak.

Biasanya berupa sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Berdasarkan

penyebab stroke, maka secara patologis stroke bisa dibagi menjadi stroke

perdarahan dan stroke infark. Di mana, stroke infark adalah kematian sebagian

jaringan otak yang disebabkan oleh hambatan aliran darah menuju jaringan otak

oleh emboli atau trombus. Stroke infark memiliki faktor risiko berdasarkan

frekuensi penyebab infark, seperti hipertensi (52 persen), penyakit jantung (38

persen), perokok (27 persen), dan diabetes mellitus (14 persen).

Umumnya, stroke infark terjadi pada saat bangun tidur atau sedang

istirahat. Sedangkan stroke perdarahan terjadi secara mendadak karena pecahnya

pembuluh darah otak. Stroke perdarahan ini terjadi pada waktu peningkatan emosi

atau aktivitas fisik. Biasanya terjadi pada usia 50-75 tahun, serta bagi mereka

yang riwayat penyakit hipertensinya tidak terkontrol.

Berat ringannya stroke sangat tergantung dari jumlah risiko yang

menyertai penyebab stroke. Faktor-faktor risiko stroke ini dikelompokkan dalam

Page 3: STROKE INFARK.docx

dua kelompok yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang

dapat diubah. Yang termasuk faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah umur,

jenis kelamin, ras/etnik dan turunan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah

adalah hipertensi, penyakit jantung diabetes mellitus, hiperkholesterolemia,

oksidan (radikal bebas), penyempitan arteri karotis, rendahnya aktivitas fisik,

merokok, peminum alkohol dan orang yang sebelumnya pernah menderita stroke.

Terdapat dua penyebab stroke infark, masing-masing memerlukan

penanganan yang berbeda pula. Penyebab stroke infark adalah trombus. Trombus

yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut emboli.

Sementara emboli berasal dari thrombus yang terlepas dari dinding pembuluh

darah. Gumpalan emboli ini akan berkelana menyusuri pembuluh darah. Dan

ketika emboli ini memasuki pembuluh darah yang sempit di kepala, maka dia

akan menyumbat pembuluh darah tersebut dan menghentikan pasukan oksigen

dan nutrisi ke bagian otak tersebut.

Prognosis stroke infark ini jauh lebih baik daripada stroke hemorrhagic

bila mendapatkan penanganan yang segera. Masalah timbul ketika keluarga

kurang mengkhawatirkan gejala yang sepertinya timbul perlahan-lahan ini.

Penanganan stroke infark dan stroke hemorrhagic memang sangat berbeda. Pada

stroke hemorrhagic tujuan kita adalah menghentikan perdarahan dan

mempertahankan perfusi otak. Sementara dalam stroke infark tujuan kita adalah

mempertahankan fungsi otak yang bisa diselamatkan dan mengencerkan atau

menghilangkan sumbatannya. Meskipun demikian, penanganan pertama stroke

bagi masyarakat awam tetaplah sama antara stroke hemorrhagic dan stroke infark.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penanganan stroke ini diawali dengan

mengenali gejala stroke.

Faktor resiko terjadinya stroke :

Ada beberapa faktor resiko CVA infark (Muttaqin, 2008: 236):

1.      Hipertensi.

Page 4: STROKE INFARK.docx

2.      Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung: Penyakit arteri

koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama

(khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif.

3.      Kolesterol tinggi

4.      Obesitas

5.      Peningkatan hematokrit

6.      Diabetes Melitus

7.      Merokok

Tanda dan Gejala :

Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu:

1.    Lobus Frontal

a.    Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan

distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung,

memberi alasan atau berpikir abstrak.

b.    Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara),

disfagia (kerusakan otot-otot menelan).

c.    Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,

kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres,

ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan,

menarik diri, isolasi, depresi.

2.    Lobus Parietal

a.    Dominan :

1)   Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong

sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi

superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon

terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).

2)   Defisit bahasa/komunikasi

-       Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara

yang dapat dipahami)

-       Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)

Page 5: STROKE INFARK.docx

-       Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)

-       Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)

-       Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).

b.    Non Dominan

Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi

diri/lingkungan) antara lain:

-       Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas

yang mengalami paralise)

-       Disorientasi (waktu, tempat dan orang)

-       Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan

tepat)

-       Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)

-       Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan

-       Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat

-       Disorientasi kanan kiri

3.    Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan,

diplobia(penglihatan ganda), buta.

4.    Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh

Radar, lampung. 2011. Kenali Stroke Infark!. Available online at

http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/metropolis/31998-

kenali-stroke-infark

Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi. 1999.

Konsensus nasional pengelola stroke di indonesia 1-9. Jakarta.

WHO. 1989. Recommendation on Stroke Prevention, diagnosis and

therapy in Stroke. Stroke; 20:1407-31.

Lamsudin R. 1998. Stroke profile in Yogyakarta : morbidity, mortality,

and risk factors of stroke. In : Lamsudin R., Wibowo S., Nuradyo D.,

Page 6: STROKE INFARK.docx

Sutami S. (eds). Recent Management of Stroke. BKM 1998; Suppl XIV

53-69.

Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan holistic

Edisi VI volume II. EGC:Jakarta

Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persyarafan. salemba medika: Jakarta

Smeltzer, Suzanne.(1996). Keperawatan Medikal Bedah.(2002) alih

bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC