Post on 10-Jul-2016
PENDAHULUAN
Buku Standar Asuhan Keperawatan pasien ini dirancang sebagai model untuk panduan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman efektif dan berkualitas.
Buku ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
I. Definisi dan Patofisiologi : menggambarkan secara singkat mengenai penyakit dan
perjalannya.
II. Pengkajian terhadap :
Tanda dan gejala secara subjektif dan objektif dari pasien.
Data Laboratorium : Mengidentifikasi kondisi secara tepat melalui tes laboratorium.
Data tes diagnostik : Mengidentifikasi kondisi atau prosedur potensial yang berhubungan
dengan komplikasi.
III. Penatalaksanaan Medik
Teriri dari tindakan-tindakan medik utama.
IV Diagnosa keperawatan, hasil yang diharapkan dan rencana tindakan : Pre- tindakan dan post
tindakan.
V. Implikasi Keperawatan.
Terdiri dari :
- Pemeriksaan laboratorium yang meliputi diagnosa keperawatan dan implikasi
keperawatan.
- Tes diagnosa meliputi diagnosa keperawatan dan implikasi keperawatan.
- Obat-obatan meliputi : Pemakaian umum, cara kerja, kontra indikasi, pencegahan atau
perhatian dan implikasi keperawatan serta jenis obat yang terkait.
- Penyuluhan meliputi : Pengetahuan tentang kondisi, diet, obat, aktivitas perawatan diri.
Standar Asuhan Keperawatan pasien ini dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan
kesinambungan konsistensi dan mutu pelayanan.
KANKER PAYUDARA
A. Definisi
Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara.
B. Anatomi Fisiologi
Secara garis besar,anatomi fisiologi payudara tersusun atas tiga bagian utama yaitu:
1. korpus / badan payudara/ korpus mammae :
Bagian payudara yang tampak membusung dan besar , secara anatomi ,korpus terdiri atas:
Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.beberapa lobulus berkumpul
membentuk lobus. Dalam satu payudara wanita terdapat antara 15-20 lobus.
2. Areola:
Bagian yang lebih berpigmen / warna lebih gelap disekeliling puting.
Fungsi kelenjar ini untuk mengeluarkan cairan yang melemaskan dan melindungi
areola sewaktu menyusui.
3. puting/ papilla.
Bagian yang terdapat ditengah-tengah areola . puting susu memiliki ujung-ujung saraf perasa
yang sensitif dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan.
Pada perempuan dewasa rata-rata berat payudara kurang lebih sekitar 200 gram ,pada
saat hamil , berat ini akan bertambah hingga tiga kali lipat,bahkan saat menyusui
pertambahan beratnya bisa mencapai 4 kali lipat dari normalnya.
Struktur anatomi payudara:
Payudara tersusun atas jaringan lemak dengan berbagai kelenjar yang bertanggung
jawab terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah bersalin. Wanita memiliki
sepasang payudara meskipun sepasang namun keduanya tidak selalu mempunyai ukuran
dan bentuk yang sama.payudara mulai terbentuk lengkap satu atu dua tahun setelah
menstruasi pertama kali.saat hamil payudara akan bertambah besar dan akan mengalami
pengecilan / atropi, pada saat setelah masa menopause
C. Penyebab / Etiologi :
1. Riwayat keluarga:
Beberapa ahli berpendapat bahwa kanker payudara ditularkan secara keturunan.
2. obesitas:
Kegemukan meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pasca menapause sebesar
30 % ini disebabkan karena kelebihan lemak tubuh yang dapat meningkatkan kadar hormon
ekstrogen dan insulin yang menjadi penyebab umum terjadi kanker
3. Umur:
Wanita berusia 50-69 berada dalam kategori yang paling beresiko terutama bagi mereka
yang mengalami menapause terlambat.
4. persalinan:
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa aktifitas menyusui bayi menggunakan asi dapat
mengurangi resiko kanker payudara pada wanita.
5. Gaya hidup:
Olahraga secara berlebihan dapat juga membuat tubuh menjadi asam sehingga meningkatkan
resiko tumor payudara,merokok dan mengkonsumsi alkohol juga adalah faktor-faktor yang
memicu resiko kanker payudara.
6. HRT / Hormon Therapi:
Wanita yang menggunakan hormon pengganti memiliki resiko sebanyak 66% kanker
bpayudaratapi resikonya bersipat sementara , jika therapi dihentikan.
7. Alat kontrasepsi
Kontrasepsi pil meningkatkan resiko sebanyak seperempat kali lipat tapi karena pengguna
oral kebanyakan wanita muda maka resiko menjadi rendah.
8. Alkohol:
Mengkonsumsi alkohol dapat meninf=gkatkan resiko kanker payudara sebanyak 12%.
D. Patofisiologi :
Kanker payudara sering terjadi pada wanita diatas umur 40-50 tahun. Merupakan
penyakit yang mempunyai banyak faktor terkait dan tergantung pada tempat, lokasi, jaringan
terserang.
Penyebab tidak dapat ditemukan dengan pasti, ada 3 faktor yang dapat mendukung yaitu
hormon, virus, dan genetik.
Kanker payudara dapat menjalar langsung pada struktur tubuh terdekat atau berjarak oleh
emboli sel kanker yang dibawa melalui kelenjar getah bening atau pembuluh darah.
Kelenjar getah bening diaxilla supra claviculla atau mediastinal merupakan tempat
penyebaran pertama sedangkan struktur tubuh lain adalah : Paru, hati, tulang belakang, tulang
pelvis.
Diagnosa dini sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan dan disgnosa penyakit ini
tergantung dari luasnya daerah yang diserang.
Faktor Resiko Kanker Payudara :
a. Resiko tinggi
- Usia lanjut.
- Anak pertama lahir sesudah berumur 30 tahun.
- Ikatan keluarga dekat (ibu, kakak, bibi dari ibu) menderita kanker payudara.
- Riwayat tumor payudara.
- Diagnosa sebelumnya kanker payudara.
b. Resiko Sedang
- Menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun).
- Menopause lambat (sesudah 50 tahun).
- Penggunaan hormon pada gejala menopouse.
- Terkena radiasi berlebihan dibawah umur 35 tahun.
- Mempunyai riwayat kanker uterus, ovarium atau calon
c. Kemungkinan resiko
- Penggunaan reserpin prolacitin dalam waktu lama.
- Kegemukan, konsumsi lemak berlebihan.
- Stress psikologik kronis.
Kanker payudara merupakan massa atau benjolan tunggal, sering terdapat didaerah
kuadran atas bagian luar. Benjolan itu tidak sakit, keras, bentuknya tidak beraturan dan
dapat digerakkan
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Gejala klinisnya insidensius, umumnya lesi dan tidak ada nyeri tekan, terikat, dan keras
dengan perbatasan tak teratur, mayoritas terjadi pada kuadran luar atas, lebih sering pada
payudara kiri.
2. Nyeri biasanya terjadi pada tahap akhir, sebagian wanita tidak menunjukkan gejala-
gejala dan tidak mempunyai benjolan yang dapat terapa namun hasil mammogram abnormal
3. Dimpling atau peau d’orange yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi
limfatik lapisan dermal.
4. Asimetris dan peninggian payudara yang terkena, retraksi puting susu, payudara sedikit
terikat pada dinding dada, ulserasi, dan metastasis (Smeltzer, 2000)
F. Prognosis:
Terdapat beberapa faktor yang menentukan baik buruknya prognosis pada kanker payudara
antara lain;
Stadium kanker
Status nodus
Gambaran histologi yang makin buruk, maka prognosis juga semakin buruk.
Status menopause dan reseeptor hormonal.
G. Pemeriksaan Diagnostik:
1. Data pemeriksaan diagnostik :
- Foto badan
- Mammography.
- Scanning (axila tomography)
2. Potensial komplikasi
- Injeksi
- Metastase
- Perdarahan
3. Data laboratorium
Darah : Hemoglobin, Hemotokrit, Leukosit.
Carcineom bryonic Antigen (CEA).
Human Chorionic Gonodotropin (HCG
H. . Penatalaksanaan Medik
A. Radiotherapy
B. Kemoterapi
C. Biopsi atau operasi
D. Obat-obatan :
- Anti neoplastik
- Anti emetik
- Antaside
- Cairan infus.
Laboratorium tes:
- Leokosit
- Trombosit
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Kurang pegetahuan berhubungan dengan kurang informasi cara pencegahan dan deteksi dini
kanker payudara.
A. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif :
Ada benjolan dipayudara, tidak sakit, letaknya dikuadran atas bagian luar.
Ada pembengkakan dan eritema dipayudara.
Puting susu berubah, kadang keluar cairan.
Merasa tegang tidak berdaya terhadap sakitnya.
Mengeluh mual tidak ada nafsu makan.
Mengungkapkan kekhawatiran tentang adanya penyakitnya.
b. Data Objektif
Benjolan dipayudara tidak sakit dan letaknya dikuadran atas bagian luar.
Puting susu retraksi, kadang keluar cairan.
Edema, eritema, bentuk payudara berubah.
Adenopaty diaxilla
Pada metastase : Nyeri tulang, pleura effusi.
Kelihatan cemas, tegang, cepat marah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pegetahuan berhubungan dengan kurang informasi cara pencegahan dan deteksi
dini kanker payudara.
Hasil yang diharapkan :
Menyampaikan rasa takut dan faktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara.
Mendemonstrasikan cara memeriksa payudara.
Intervensi :
Kaji kesiapan untuk belajar.
Kaji tingkat kecemasan, observasi prilaku.
Kaji kekhawatiran tentang penyakit kanker payudara.
Beritahu pasien cara mendeteksi tanda dan gejala kanker payudara.
Beritahu frekuensi pemeriksaan baik sendiri maupun mamography.
Observasi ukuran, perbedaan kulit, puting, bentuk , dan lain-lain.
Palpasi payudara dengan cara tepat.
2. Potensial perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak memadai.
Hasil yang diharapkan :
Dapat menghabiskan makanan yang disajikan.
Berat badan pasien tidak turun.
Intervensi :
Kaji nafsu makan pasien dan porsi yang dihabiskan.
Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering (4-6 kali).
Hidang dalam bentuk yang menarik.
Beri makanan yang disukai.
Temani saat makan, libatkan keluarga.
Anjurkan dan ajarkan menarik nafas saat mual.
Beri lingkungan nyaman.
3. Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan meningkat kerapuhan kulit.
Hasil yang diharapkan :
Tidak dapat kemerahan atau iritasi.
Kulit kering
Intervensi :
Kaji kulit sekitar payudara dari tanda merah atau iritasi.
Menjaga kulit bersih dan kering.
Monitor tanda-tanda infeksi.
Menggunakan BH yang tidak menekan.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATN
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Carcino Embryonic Antigen serum atau plasma (CEA).
Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan keganasan dari hasil tes.
Potensial tidak efektifnya mekanisme penyesuaian berhubungan dengan hasil
pemeriksaan atau pengobatan.
Ketidakmampuan menyesuaikan berhubungan dengan tidak menerima perubahan
status kesehatan.
Impilkasi Keperawatan :
Menjelaskan bahwa pemeriksaan ini sering digunakan untuk manajement
pengobatan kanker tetapi peningkatan CEA tidak selalu menunjukkan adanya
kanker.
Didukung oleh pasien dan keluarga dalam menunggu hasil laboratorium.
Pemberian heparin 2 hari sebelum tes dan tuliskan pada sormuur laboratorium
tanggal dan waktu pemberian dengan tepat.
1. Human Choripaic Gonodoctropin (HCG)
Kecemasan berhubungan dengan hasil pemeriksaan.
Implikasi Keperawatan :
Tanyakan pasien bilamana menstruasi berakhir.
Dengarkan penjelasan pasien.
Beritahu pasien bahwa pemeriksaan ini akan menunjang ketepatan diagnosa.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto dada atau thorax.
2. Mammography
Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan kanker dari hasil pemeriksaan.
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kompresi mamae.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan benjolan.
Implikasi Keperawatan :
- Yakinkan bahwa pasien tidak sedang hamil.
- Beri tahu pasien untuk tidak menggunakan minyak, bedak atau deodoran pada
mamea atau dibawah ketiak pada waktu pemeriksaan.
- Tanyakan pasien untuk mengantisipasi benjolan yang ada.
- Beri tahu pasien untuk tidak cemas bila foto tambahan diperlukan.
- Dukung pasien dan biarkan pasien mengungkapkan kecemasan dan ketakutannya.
- Anjurkan pasien untuk memeriksakan sendiri setiap bulan, demonstrasikan
caranya.
3. Nuclear scans (Tulang, Hati)
- Kecemasan berhubungan dengan penggunaan radioaktif isotop.
- Potensial perlukan berhubungan dengan Penggunaan radio nuklir.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan alat yang digunakan (gambar alat).
Implikasi Keperawatan :
- .Jelaskan pada pasien maksud dan tujuan prosedur.
- Dapatkan riwayat singkat tentang tindakan radio isotop yang demam dilakukan,
alergi, kehamilan, menyusui dan obat.
- Jelaskan dosis radiasi yang diberikan.
- Beritahu obat radioaktif yang diberikan tidak akan mempengaruhi keluarga, tamu
dan akan dikeluarkan lagi dari tubuh 6-24 jam.
- Jelaskan bahwa alat akan bergerak keseluruh bagian tubuh yang diperlukan dan
tidak akan merasa apa-apa.
- Beri tahu bahwa tindakan ini memerlukan waktu 30 – 60 menit tergantung
luasnya.
- Beri tahu pasien untuk melepaskan semua perhiasan atau barang dari mual.
- Pasien harus datang tepat waktu dan menjalankan instruksi yang diminta.
- Informasikan dokter bila pasien mengalami perubahan, beri dukungan dan
anjurkan untuk bertanya.
- Tuliskan obat-obatan yang dilarang mengandung iodine.
A. Radiotherapy.
I.Pengkajian
a. Data Subjektif
Menanyakan tujuan dari terapi dan akibatnya.
Mengeluh sukar tidur.
b. Data Objektif
Kulit daerah radiasi : erietema, pruritis, edema, kulit kering, hiperpigmentasi,
aritrophy dan nyeri.
Mual
Muntah
Anorexsia
Berat badan menurun.
Cepat lelah.
Meningkatkan kepekaan terhadap infeksi.
c. Data laboratorium
Darah lengkap
Thrombosit
Elektrolit.
d. Potensial komplikasi
Infeksi
Anemia
II. Penatalaksanaan Medik.
Antiemetik
IV atau intervena terapi
Antibiotik
Diagnosa Keperawatan, hasil yang diharapkan atau evaluasi dan rencana
tindakan.
a. Pra – Radioterapi
1. Kecemasan yang berhubungan dengan tindakan pengobatan radio therapy
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan cemas dengan pengobatan yang akan dialami.
- Mengerti maksud dari prosedur yang harus dilakukan.
Intervena
- Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan prosedur dan manfaat
pengobatan pada pasien.
- Dorong untuk mendiskusikan rasa cemas, ketidakjelasan dan persepsi yang
salah tentang pengobatan.
- Jelaskan daerah yang akan diradiasi.
- Jelaskan prosedur dan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
- Prosedur tidak menyakitkan tetapi pasien harus menjaga posisi sesuai
dengan therapy minimal 10 menit atau lebih.
b. Post – radioterapi.
1. Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akibat tindakan radiasi.
Hasil yang diharapkan
Mencegah atau mengurangi masalah kulit yang mungkin timbul
Intervensi
- Jelaskan pentingnya menghindari dari orang yang terkena infeksi.
- Diskusikan tanda dan gejala infeksi : Demam, merah, nyeri iritasi.
- Jelaskan pentingnya menjaga diet nutrisi dan masukan cairan 3 liter / hari.
- Jangan segera makan setelah pengobatan.
- Jelaskan pada pasien tentang efek pengobatan.
- Jelaskan penting kebersihan.
- Jelaskan tanda dan gejala mual, muntah, sakit kepala, merah, gatal, nyeri
daerah terapi.
- Jelaskan nama obat, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping.
Implikasi Keperawatan
a. Obat-obatan.
1. Anti – emetik.
Pemakaian umum :
Digunakan untuk mual dan muntah yang disebabkan operasi, anestesi, terapi,
antineoplastic (phenothiazine, berquinanide dan metociopromide) Scopolamin
dan ondon setron digunakan untuk antineoplastic.
Cara Kerja :
- Phenothiazine, berquinanide berperan dalam cheno resiptor untuk mual
dan muntah.
- Scopolamin dan mechizine berperan antiemetik untuk mabuk.
- Metociopromide untuk mual atau muntah dengan mempengaruhi
pengosongan lambung.
- Dronobinal menurun mual dan muntah.
Kontra Indikasi
- Kepekaan yang hebat sebelumnya.
Pencegahan atau Perhatian
- Penggunaan phenothiazine sebaiknya tidak dianjurkan pada anak yang
sakit karena virus.
- Hati-hati memilih obat pada bumil.
Intraksi
Penekanan susunan saraf pusat yang terus menerus dapat diberikan dengan
obat. Penekanan susunan saraf pusat antidefresi, antihistamin, analgetic
narcotic. Phenothiazine dapat menimbulkan hipotensi bila digunakan bersama
dengan antihipotensi, nitrat atau alkohol.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
- Kaji mual, muntah, bising usus dan sakit daerah perut sebelum dan sesudah
pemberian obat.
- Monitor status hidrosi.
- Bila muntah terus menerus pasang infus sebagai tambahan antimetic.
Potensial Diagnosa Keperawatan :
- Potensial kekurangan volume cairan.
- Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
- Potensial perlukaan.
Implementasi :
Penggunaan obat-obatan tertentu, percatatan waktu efektif yang
mempengaruhi respon muntah.
Penyuluhan pasien atau keluarga :
- Anjurkan pasien atau keluarga agar pasien minum sedikit-sedikit, makan
porsi kecil, kebersihan mulut, menjaga lingkungan.
- Obat dapat menimbulkan agensik, maka anjurkan pasien untuk meminta
bantuan bila akan ambulasi.
- Anjurkan alih baring perlahan-lahan untuk mencegah perasaan tidak
nyaman akibat orthostatic hipotensi.
Evaluasi :
- Menurunnya mual dan muntah.
Obat antimetik meliputi :
- Anticholinergic : Scopolomme
- Antihistamin : Mechizine
- Pherethiazine : Chopromazine
: Perheriezine
: Pranethozine
: Thiethylperozine
- Miscuclloneons : Berzquinaide
: Drannbinol
: Metoclopramide
: Ondorsetron
: Trimethoberzamide
Penyuluhan
I. Perawat kulit post radiasi payudara
- Cuci daerah terapi radiasi dengan sabun yang lembut dan air kemudian keringkan.
- Jaga agar kulit bersih dan kering.
- Jangan memoleskan krem, lation atau minyak-minyakan pada daerah tersebut
kecuali dianjurkan atau diminta oleh petugas radioterapi.
- Jangan memakai pakaian yang dapat menimbulkan iritasi.
- Pakai BH yang halus jangan banyak jahitannya.
- Jangan menghilangkan tanda yang di buat oleh petugas.
- Bila kulit menjadi merah, gatal atau mengelupas laporkan pada petugas.
- Daerah luka jangan terkena panas atau dingin ( Kantung panas atau kompres es).
Kemoterapi
Merupakan pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan yang akan
mempengaruhi siklus sel. Pengobatan ini dimanfaat bila ada : penyebaran penyakit atau
bila ada resiko tinggi untuk ulang kembali, penyakit dapat disembuhkan, ada harapan
untuk memperpanjang hidup atau penderitaan dapat diringankan. Sering digunakan
sebagai tindak lanjut atau profilatik sesudah operasi atau sesudah terapi radiasi.
I. Pengkajian
Respon fisik terhadap kondisi tertentu.
Kemampuan dan hasrat untuk belajar.
Hambatan untuk belajar, kelelahan, penyangkalan.
Pengetahuan tentang rencana pengobatan, diagnosa penyakit, harapan akan hasil
persepsi pasien tentang perannya.
Sikap terhadap pengobatan terapeutik.
Respon psikososial berdasarkan mekanisme penyesuaian pasien, sistem dukungan
pengalaman dengan kemoterapi yang lalu dan jernih informasi yang diberikan
berkaitan dengan proses penyakit.
Pengkajian dasar sebelum mulai kemoterapi dan berlanjut priode pengobatan.
Potensial Komplikasi :
Efek samping dan tingkat keracunan khusus untuk tiap pengobatan.
Masalah umujm antara alin :
Penekanan pada produksi sumsum tulang.
Manifestasi perkulitan.
Disfungsi alat pencernaan, pernafasan, ginjal, jantung dan lain-lain.
Ketidak seimbangan elektrolit
II. Penatalaksanaan Medik
1. Obat-obatan :
- Anti neoplastik
- Anti emetik
- Antaside
- Cairan infus.
2. Laboratorium tes.
- Leokosit
- Trombosit
III. Diagnosa Keperawatan, hasil yang diharapkan atau evaluasi dan rencana
tindakan.
a. Pra- kemoterapi
1. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan tindakan pengobatan
kemoterapi.
Hasil yang diharapkan
Menyatakan rasa takut mulai dapat diatasi sedikit demi sedikit.
Intervensi :
Kaji persoalan terdahulu dengan pengobatan yang diberikan, pemahaman
akan kemoterapi.
Menghilangkan tahayul dengan fakta informasi.
Membantu pasien dan orang lain untuk mengenali dan klasifikasi rasa
takut dengan mengembangkan strategi mekanisme penyesuaian yang dapat
dibantu.
Mendampingi pasien agar dapat menggunakan ketrampilan penyesuaian
dirinya.
b. Post Kemoterapi
1. Perubahan nutrisi, kurang dibutuhkan berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekurat karena mual, muntah, anoreksia dan stomatis.
Hasil yang diharapkan :
Masukkan kalori meningkat, mampu menghabiskan makanan yang
disediakan.
Berat badan meninggi.
Intervensi :
Kaji status nutrisi dan perkembangannya.
Ukur berat badan dan tinggi badan, bandingkan dengan berat badan ideal.
Kaji nilai laboratorium untuk albumin, hitung jenis leukosit.
Evaluasi adanya kelelahan, depresi, kecemasan dan nyeri.
Jelaskan tanda dan gejala yang dapat mengurangi masukkan nutrisi, mual,
muntah sakit tenggorokan, sukar menelan, perut terasa penuh.
Jaga kebersihan kulit.
Hindari makanan yang panas dan berbumbu.
Barang keluarga untuk menyaipkan makanan yang disukai.
Jaga masukan cairan 2500 cc perhari.
Diet TKTP, timbang berat badan perminggu.
Jelaskan cara mengatasi perubahan selera.
Evaluasi status hidrasi dan turgor kulit.
Monitor keseimbangan cairan.
Jelaskan cara mencegah konstipasi.
Kaji tanda dan gejala mual, muntah, frekuensi dan penyebabnya.
Perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum tidur.
Kontrol rasa terbakar pada mulut, perubahan terhadap makanan yang
ditoleransi.
Ajarkan tanda-tanda yang membutuhkan tindak lanjut.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek tindakan kemoterapi.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi luka, iritasi pada kulit.
Perbaikan integritas kulit.
Intervensi :
Kaji kondisi kulit terhadap : warna, suhu, kelenturan, gatal-gatal, turgor.
Periksa kulit didaerah lipatan : ketiak, perineum.
Tentukan status cairan dan nutrisi.
Ajarkan perawatan kulit.
Hindari sinar matahari langsung terhadap kulit.
Ajarkan pada pasien tanda dan gejala perubahan kulit.
Bila kulit menjadi kering, gunakan cairan pelembab.
Gunakan pakaian yang terbuat dari katun.
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan efek tindakan kemoterapi.
Hasil yang diharapkan :
Keseimbangan cairan tetap terjaga, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi :
Kaji masukan dan keluaran cairan.
Observasi turgor kulit, selaput lendir mulut.
Kaji berat badan dan vital secara teratur.
Evaluasi nilai tes diagnostik.
Dorong pasien untuk minum 2500 cc / hari.
Pemberian IV bila diperlukan.
Identifikasi dan perhatikan efek samping yang mempengaruhi masukan
cairan.
Kaji faktor-faktor yang dapat menimbulkan kehilangan cairan.
4. Potensial gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fisik dan fungsi
akibat kemoterapi.
Hasil yang diharapkan :
Pasien menyadari adanya perubahan dalam harga dirinya.
Menunjukan usaha mengadakan perbaikan dengan konsep dirinya.
Intervensi :
Kaji faktor pencetus dari proses penyakit, pengobatan atau pengetahuan
pasien.
Evaluasi bagaimana diagnosa dan pengobatan mempengaruhi gaya hidup
pasien.
Evaluasi sistem dukungan yang ada.
Tentukan strategi penyesuaian pasien atau keluarga.
Beri kesempatan diskusi tentang keadaan diri secara fisik dan peran fungsi
serta ketergantungan atau kemandirian.
Kaji kebutuhan akan konsultasi pada profesional.
5. Ketidak mampuan merawat diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Hasil yang diharapkan :
Mampu beradaptasi dan secara bertahap kembali mendiri.
Intervensi :
Tentukan tingkat ketergantungan pasien.
Kaji kesediaan keluarga dalam membantu pasien.
Dukung pasien.
Biarkan pasien melakukan hal yang dapat dilakukan tanpa bantuan.
Puji pasien atas perkembangan yang telah dicapai.
Bantu pasien dalam merencanakan asuhan jangka panjang atau untuk
perawatan dirumah.
Ajarkan keluarga untuk perawatan dirumah.
6. Kurang pengetahuan tentang kemotherapy.
Hasil yang diharapkan :
Memahami tentang proses penyakit pengobatan dan efek samping dari
terapi dan tindakan untuk mengatasinya.
Intervensi :
Kaji kemampuan dan hasiat untuk belajar.
Kaji pengetahuan dan tingkat pemahaman tentang penyakitnya.
Kaji harapan dari hasil pengobatan ini.
Jelaskan cara kerja obat dan efek pengobatan tersebut, baik sebelum
maupun sesudah pengobatan.
Jelaskan cara pemberian, frekuensi dan lamanya pengobatan ini.
Berikan bahan bacaan tentang pengobatan ini.
Jelaskan efek sampingan pengobatan : mual atau muntah.
Libatkan keluarga dalam perencanaan.
IV. Implikasi Keperawatan
1. Obat-obatan
Anti neoplastik
Pemakaian umum :
Digunakan untuk pengobatan berbagai tumor ganas.
Lympoma dan leuremia serta gangguan acetoimun seperti erithiritis biasanya
digunakan kombinasi untuk mengurangi keracunan dan meningkatkan
respon. Pengobatan ini sering dikombinasi dengan pengobatan lain, operasi,
radiasi. Besarnya dosis tergantung pada berat ringannya penyakit,
penggunaan pengobatan lain dan kondisi pasien.
Cara Kerja :
Umumnya mempengaruhi DNA dan kegiatan tidak terbatas pada sel
neoplastik saja.
Kontra Indikasi :
Depresi, hipersensitivitas dari sumsum tulang.
Kehamilan dan laktasi.
Pencegahan :
Allupurinol menurunkan metabolisme dari mercaptopurine, racun dan
nephiotonix lain atau dosis tinggi aspirin atau obat anti peradangan depresi
sumsum tulang menimbulkan ketagihan.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
Kaji tanda dan gejala : demam, menggigil, sakit kerongkongan, tanda-
tanda infeksi, beri tahu dokter bila terjadi.
Monitor jumlah sel darah selama terapi, kaji perdarahan yang dapat terjadi
(perdarahan gigi, petechea dan lain-lain).
Bila terjadi throbosinopene hindari penyuntikan ion dan penekatan vena
selama 10 menit.
Monitor intake dan output, selera makan, intake nutrisi, konfirmasi dengan
dokter untuk pemberian obat anti metik.
Sesuaikan diet yang ditoleransi untuk menjaga keseimbangan cairan,
elektrik dan status nutrisi.
Bila terjadi anemia, monitor peningkatan rasa lelah, dispea, hipertensi
arthostustui.
Monitor tanda gejala gout (uric acid meninggi, sakit sendi dan edema).
Dukung pasien untuk minum paling sedikit 2 liter / hari. Allopurinol
diberikan untuk menurunkan uric acid, alkalinisasi untuk dapat diberikan
untuk meninggikan pengeluaran uric acid.
Potensial Diagnosa Keperawatan :
Infeksi
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan.
Kurang pengetahuan tentang obat-obatan.
Implementasi
Cairan suntikan disiapkan khusus, gunakan sarung tangan, asier waktu
melakukan prosedur.
Penyuluhan pasien atau keluarga :
Beri tahu pasien untuk menghindari infeksi orang diketahui terinfeksi.
Memberi tahu pasien bila terjadi ada tanda atau gejala yang timbul.
Beri tahu pasien bila terjadi perdarahan yang tidak biasa, kemungkinan
disebabkan tromboctopeni.
Obat ini dapat menyebabkan supresi gonadal, pasien tetap menggunakan
konsepsi dan beri tahu pasien untuk beri tahu dokter segera bila ia hamil.
Diskusikan dengan pasien kemungkinan rambut rontok, eksplorasi cara
penyesuaian yang digunakan pasien.
Beri tahu pasien untuk memeriksa mukosa mulut dari eritema dan ulserasi,
bila terjadi ulserasi anjurkan pasien menggunakan sikat gigi lembut,
berkumur setelah makan dan minum, beri tahu dokter bila sakit
mengganggu waktu makan.
Beri tahu pasien untuk tidak mendapatkan vaksinasi tanpa nasehat dokter.
Anjurkan pasien untuk menindak lanjuti pengobatan dan melakukan
laboratorium tes rutin.
Evaluasi :
Efektivitas pengobatan dapat dilihat melalui penurunan ukuran dan
penyebaran tumor serta peningkatan hemoglobin dari anemia.
Obat-obatan anti neoplastik :
1. Alkylating :
- Busulfan
- Carboplastin
- Clhorambucil
- Ciplatin
- Cyclophosphanide
- Meeh lorethamine
- Procerbazine
2. Anti metabolik :
- Cytarabine
- Fluorouracil
- Mercaptopurine
- Merhotrexate.
2. Laboratorium:
Thrombositopenia
Diagnosis Keperawatan :
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perdarahan yang sulit
dihentikan.
Implikasi Keperawatan :
- Periksa trombosit terutama jika ada perdarahan, penggunaan obat-obatan
kemoterapi.
- Observasi tanda dan gejala perdarahan : peteksia, hemotemesis, perdarahan
rektal dan laporkan pada dokter.
- Anjurkan pasien menghindari perlukaan.
- Monitor trombosit sesuai program medic
* Leukopenia
Diagnosis Keperawatan :
- Potensial infeksi berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
- Potensial perlukaan berhubungan dengan infeksi akut dan nekrose
jaringan.
Implikasi Keperawatan :
Ajarkan pasien untuk mengontrol efek samping dari obat-obatan paten
yang dapat menyebabkan penurunan leukosit darah, agranukosis.
Anjurkan pasien leukopeni untuk menghindari dari orang dengan macam-
macam kondisi penyakit menular.
Monitor tanda vital, tanda dan gejala peradangan atau infeksi.
Informasikan pada dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (demam,
nadi meningkat, irama nafas meninggi dan leocosit meninggi).
B. Mastrectomi
I. Defenisi
Mastroctomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat payudara dan dilakukan
untuk pengobatan kanker payudara.
Macam tindakan :
- Standar radical mastectomi.
- Extanded radical mastectomi.
- Total (simple) mastectomi.
- Neophylactic mastectomi.
II. Pengkajian
Post operasi
a. Data Subjektif
- Mengeluh rasa sakit didaerah operasi
- Lengan sakit digerakan.
- Menyarankan bahwa tubuhnya tidak sempurna, penampilan tidak menarik.
- Butanya apakah akan mempengaruhi keharmonisan keluarga.
- Luka operasi terasa tebal.
b. Data Objektif
- Luka operasi
- Lengan yang terpengaruhi tidak dapat digerakkan dengan bebas.
- Tampak sedih, diam dan murung.
III.Penatalaksanaan Medik
a. Operasi
b. Obat-obatan antibiotika, sedativa.
c. Mobilisasi sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
IV. Diagnosa Keperawatan, hasil yang diharapkan dan rencana tindakan
a. Pre-operasi
1. Kecemasan berhubungan dengan takut sakit sesudah operasi, perubahan peran
dan gaya hidup.
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan kecemasan berkurang.
- Menyatakan pemahaman tentang rasa sakit sesudah operasi, pengaruh
operasi.
Intervensi :
- Kaji tanda dan gejala ketakutan, kecemasan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan dan klarifikasi prosedur
operasi.
- Jelaskan semua prosedur diagnostik tes dan laboratorium.
- Berikan lingkungan yang tenang.
- Bantu pasien untuk mengindentifikasikan stressor khusus dan cara
penanganan.
- Sertakan keluarga dalam dukungan pada pasien.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan persiapan tindakan operasi dan
sesudah operasi :
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam tindakan pernafasan operasi.
- Mendemonstrasikan cara-cara yang perlu dilakukan sesudah operasi.
Intervensi :
- Kaji stressor yang ada pada pasien.
- Kaji sumber dukungan yang dapat digunakan.
- Dorong pasien untuk bertanya, mengungkapkan apa yang diperlukan dan
menyampaikan rasa cemas.
- Jelaskan pada pasien pentingnya mengungkapkan emosi dan tekanan yang
dialami.
- Ciptakan hubungan terapeutik.
- Dengarkan keluhan pasien.
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien beradaptasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan tentang penyakitnya.
b. Post Operasi
1. Nyeri Berhubungan dengan adanya luka operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Rasa nyeri hilang bertahap.
- Tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
- Kaji dan catat integritas nyeri.
- Jelaskan Penggunaan drain atau akut bantu.
- Ajarkan dan anjurkan untuk menarik nafas panjang dan batuk yang benar.
- Beri obat analgetik sesuai pesanan dokter.
- Kaji efek dari analgetik pada pasien tersebut.
- Kaji efek dari analgetik tersebut.
- Observasi dan catat tanda vital tiap 4 jam kalau perlu extra.
- Observasi dan catat tanda perdarahan bila perlu hubungi dokter.
- Dampingi saat pasien merasa kesakitan atau nyeri.
- Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien.
- Beri lingkungan yang nyaman dan aman.
2. Gangguan mobilisasi fisik atau keterbatasan rentang gerak lengan
berhubungan dengan efek dari operasi yang dilakukan.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien disini mungkin berpartisipasi dalam latihan tangan.
- Pasien dapat beraktivitas kembali normal.
Rencana Tindakan :
- Jelaskan penyebab keterbatasan aktivitas.
- Jelaskan pentingnya, aktivitas bagi tubuh dan latihan.
- Ajarkan (demonstrsikan) pasien untuk latihan awal.
- Gerakan tangan : flexi dan extansi jari pronasi dan supinasi lengan.
- Sesudah operasi : berikan bola tangan dari karet untuk digenggam pada
tangan yang sakit.
- Latih untuk menggosok gigi dan menyisir rambut sendiri.
- Beri dukungan saat pasien melakukan latihan.
- Kaji kembali sejauh mana kemampuan pasien dalam berlatih.
- Libatkan keluarga.
3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan efek dari tindakan mastectomi.
Hasil yang diharapkan :
- Dapat menerima perubahan penampilan dirinya.
- Merencanakan untuk memilih pakaian yang tepat.
- Mengungkapkan akan menggunakan protese.
Intervensi :
- Kaji perubahan emosi pasien sesudah operasi.
- Dengarkan keluhan pasien.
- Beri penjelasan apa yang dapat dilakukan pasien untuk tetap
berpenampilan baik.
- Anjurkan penggunaan pakaian yang tepat.
- Kaji dukungan keluarga dan libatkan keluarga.
- Dukungan suami sangat diperlukan.
- Libatkan petugas pastoral jika diperlukan.
4. Kesedihan yang diantisipasi berhubungan dengawn efek dari tindakan
mastectomi.
Hasil yang diharapkan :
- Dapat menerima perubahan penampilan dirinya.
- Merencanakan untuk memilih pakaian yang tepat.
- Mengungkapkan akan menggunakan protese.
Intervensi :
- Kaji perubahan emosi pasien sesudah operasi.
- Dengarkan keluhan pasien.
- Beri penjelasan apa yang dapat dilakukan pasien untuk tetap
berpenampilan baik.
- Anjurkan penggunaan pakaian yang tepat.
- Kaji dukungan keluarga dan libatkan keluarga.
- Dukungan suami sangat diperlukan.
- Libatkan petugas pastoral jika diperlukan.
5. Kesedihan yang diantisipasi berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh.
Hasil yang diharapkan :
- Mengungkapkan bahwa kesedihan sudah dapat diatasi.
- Mampu mengintegrasikan perubahan tubuh dalam gambaran yang positif.
- Berani untuk melihat luka operasi dan mengungkapkan perasaannya.
Intervensi :
- Dampingi pasien dalam beradaptasi dengan perubahan fisiknya.
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasikan kemampuan individu dan dukung
untuk melakukan dari posisi positif.
- Kaji kebutuhan akan bantuan dari orang yang berwenang.
- Diskusikan dengan dokter yang merawatnya.
- Bantu pasien dengan memberikan alternatif tindakan untuk menghadapi
masalah.
6. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Luka kering tanpa adanya tanda-tanda kemerahan, kelur cairan.
- Cairan keluar dari drain.
Intervensi :
- Beri posisi pasien semi fowler agar drain mengalir dengan lancar.
- Observasi tanda dan gejala infeksi pada luka operasi.
- Menjaga luka balutan agar tetap bersih bebas dari kontaminasi.
- Catat cairan yang keluar dari drain.
- Observasikan tanda-tanda vital.
- Rawat luka dengan streril.
- Tidak boleh mengukur tensi pada lengan dekat daerah tropis.
7. Kurang pengatahuan berhubungan dengan program rehabilitasi sesudah
operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Memahami manfaat latihan dan mau melaksanakan.
- Mendemonstrasikan rehabilitasi yang dilakukan.
Intervensi :
- Kaji pengetahuan pasien tentang tindakan atau latihan sesudah operasi.
- Jelaskan tujuan dan manfaat latihan teratur.
- Ajarkan latihan bertahap :
Memanjat dinding
Mengayun tangan.
Menarik satu siku direntangkan lebar.
Kaji kemampuan pasien melakukan latihan.
Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
Ajarkan cara merawat luka.
Anjurkan untuk berkonsultasi pada pusat. Rehabilitasi ortopedi atau
agen yang menyediakan alat bantu atau protese.
V. Implikasi Keperawatan
a. Obat-obatan
1. Anti biotik
Penggunaan umum :
Untuk pengobatan dan pencegahan berbagai infeksi oleh bakteri ( lihat
kembali broser pada masing-masing obat).
Cara Kerja :
Anti infeksi membunuh atau mengahambat pertumbuhan (bakteri ostotik)
bakteri patogen yang rentan, tidak menghambat aktivitas virus dan jamur. Anti
infeksi dibagi dalam katagori yang tergantung pada susunan kimia yang sama
dan spektrum antimikrobial.
Kontra Indikasi :
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap antibiotik.
Perhatian :
Perlu dilakukan modifikasi dosis untuk pasien yang menderita insufisiensi
ginjal dan hepar. Perlu hati-hati bila digunakan pada wanita hamil dan
menyusui. Penggunaan “Broad spectrum” anti infeksi dalam waktu lama dapat
menyebabkan jamur menjadi ganas atau resisten.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
- Kaji tanda dan gejala infeksi sebelum dan selama terapi.
- Menentukan hipersensitivitas pada pasien yang mendapat penicillin.
- Periksa biakan dan sensitivitas dari bahan (darah, urine, feces, sekret
tubuh, sputum dan lain-lain) sebelum mulai terapi dengan pengobatan
sesuai program medik.
Potensial Diagnosa Keperawatan :
- Potensial infeksi.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan aturan atau cara pengobatan.
- Ketidak taatan menjalankan pengobatan.
Implementasi :
Hampir semua anti infeksi harus diberikan dalam interval waktu yang
sama dalam 24 jam, untuk mempertahankan kadar dosis terapeutik obat
obat tersebut dalam serum.
Penyuluhan pasien atau keluarga :
- Ingatkan pasien untuk meneruskan minum obat, dalam interval waktu
yang sama selama 24 jam sampai habis walaupun sudah merasa lebih
baik.
- Menganjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda super infeksi (rasa
tebal pada lidah, gatal pada vagina atau keluar cairan dan feses berbau
khas) kepada dokter.
- Anjurkan pasien untuk berobat ke dokter bila mengalami peningkatan
suhu tubuh dan diare, khususnya bila feses mengandung pus, darah
atau lendir. Jelaskan kepada pasien bahwa tidak boleh mengobati diare
sendiri tanpa sepengetahuan dokter.
2. Analgetik.
Analgetik narkotik
Analgetik non-narkotik atau non-steroid
Analgetik narkotik
Pemakaian umum :
Untuk nyeri atau sakit yang tidak teratasi dengan obat non- narkotik.
Cara Kerja :
Narkotika mempengaruhi susunan saraf yang mengakibatkan perubahan
persepsi dan respon nyeri.
Kontra Indikasi :
- Riwayat allergi.
Pencegahan :
- Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan abdomen, trauma
kepala, penyakit hati atau mempunyai riwayat kecanduan.
- Gunakan dosis kecil pada lansia atau penyakit pernafasan.
- Penggunaan yang menyebabkan toleransi dan membutuhkan dosis
yang lebih besar untuk mengurangi sakit.
Implikasi Keperawatan
Pengkajian :
- Kaji jenis, lokasi dan integritas nyeri sebelum pemberian obat.
- Kaji tensi, nadi pernafasan sebelum dan selama pemberian.
- Penggunaan yang lama menyebabkan ketagihan.
- Penggunaan dosis yang tinggi sering diperlukan untuk
membebaskan nyeri pada terapi lama.
- Kaji fungsi defifasi secara teratur.
- Tingkatkan pemasukan cairan, pemakaian laksansia untuk
mengurangi efek konstipasi.
- Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan, kaji retensi urine yang
dapat terjadi.
- Pantau dengan ketat bila dosis perlu diulang.
- Bila terjadi dosis berlebihan, pantau pasien secara ketat.
Potensial Diagnosa Keperawatan :
- Perubahan rasa nyaman : nyeri.
- Perubahan perpepsi sensorik : penglihatan dan pendengaran (efek
obat).
- Potensial terjadi perlukaan (efek potensial).
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan program pengobatan.
Implementasi :
- Jelaskan nilai terapeutik dari obat yang ditentukan (akan
mempertinggi efek analgetik).
- Pemberian secara teratur lebih efektif dari pemberian sewaktu-
waktu dan lebih efektif diberikan bila sakit belum menjadi hebat.
- Pemberian bersama dengan non-narkotik dapat mempengaruhi
ketagihan analgesik, diijinkan untuk dosis rendah.
- Obat harus dihentikan secara bertahap setelah penggunaan dalam
waktu lama.
Penyuluhan pasien atau keluarga :
- Beri tahu pasien bagaimana dan kapan minta obat pengurang sakit.
- Obat dapat menyebabkan ngantuk, pusing, maka beri tahu untuk
minta bantuan bila ambulasi.
- Sarankan pasien untuk mengubah dosis perlahan-lahan untuk
meminimalkan hipotensi ortostatik.
- Beri tahu pasien untuk menghindari penggunaan alkohol atau obat
lain yang berlawanan dengan pengobatan ini.
- Anjurkan pasien untuk alih baring, batuk dan nafas dalam setiap 2
jam untuk mencegah atelektasis.
Evaluasi :
Menurunkan rasa nyeri tanpa ada perubahan pada tingkat kesadaran,
status pernafasan atau tekanan darah.
Jenis Obat yang termasuk dalam golongan ini :
Codein
Fentanyl
Hydromorphone
Meperidine
Morphine
Oxydone
Propoxyphene
Dan lain-lain
Analgetik non narkotik atau non steroid
Pemakaian umum :
Obat kelompok ini digunakan untuk mengontrol nyeri ringan, sedang,
demam dan berbagai kondisi peradangan seperti : rematoid, artritis,
osteoarthritis.
Acetaminophen mempunyai kekuatan analgetik dan anti piretik tetapi
tidak efektif sebagai anti peradangan, phenozopyridine digunakan
sebagai analgesik saluran kemih saja.
Cara Kerja :
Kelompok besar dari non-narkotik analgetik adalah anti peradangan non-
steroid.
Mekanisme dari analgetik untuk menghalangi sintesa prostagladin
disusun saraf pusat dan vasodilator.
Kontra Indikasi :
- Peka terhadap aspirin merupakan kontra indikasi untuk golongan
ini.
- Hanya golongan acetaminophen yang aman untuk sekali-kali
dipakai pada kehamilan atau menyusui.
Pencegahan :
Pengunaan obat ini harus hati-hati pada pasien dengan riwayat gangguan
perdarahan atauperdarahan gastro intestinal, penyakit hati, ginjal atau
jantung yang berat.
Keamanan untuk wanita hamil tidak ditentukan.
Interaksi :
Golongan ini memperpanjang waktu perdarahan dan potensial
mempengaruhi antikoagulan, thrombolitik. Penggunaan obat yang kronis
dengan aspirin dapat menyebabkan meningkatnya efek sampingan pada
saluran pencernaan dan menurunkan efektifitas.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
- Pasien dengan asma, alergi aspirin dan polip hidung mempunyai
resiko untuk menjadi peka terhadap reaksi obat tersebut.
- Pantau adanya rinitis, asma dan urtikaria.
- Osteoortritis : Kaji sakit dan rentang gerak sebelum dan sesudah
pemberian 1 – 2 jam.
- Nyeri atau sakit : Kaji lokasi, lamanya, intensitas sebelum dan
sesudah 1 jam pemberian.
Potensial Diagnosa Keperawatan :
Perubahan rasa nyaman : nyeri
Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan.
Implementasi :
Pemberian bersama antara analgetik dan narkotik dapat mempunyai
efek ketagihan bila perlu dosis rendah dapat diberikan.
Agar pengaruhnya cepat berikan 30 menit sebelum atau 2 jam
sesudah makan.
Dapat diminum bersama susu, makanan atau antasid untuk
mengurangi iritasi.
Penyuluhan pasien atau keluarga :
Anjurkan untuk minum obat dengan segelas air dan tetap pada posisi
tegak 15 – 30 menit sesudah pemberian.
Beri tahu pasien untuk minum obat sesuai pesanan, bila lupa segera
minum, tetapi bila sudah dekat waktu dengan pemberian yang kedua
jangan diminum, jangan minum dengan dosis ganda.
Dapat menyebabkan rasa ngantuk, pusing dan beri tahu pasien untuk
tidak melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan sampai
reaksi obat hilang.
Peringatkan pasien untuk tidak menggunakan secara bersamaan
antara alkohol, aspirin, acetaminophen atau obat lain tanpa konsultasi
dokter.
Beri tahu dokter bila merasa gatal, kemerahan, kedinginan, demam,
penglihatan terganggu, tinitus (gajala ketidak seimbangan ), edema,
bab hitam, diare atau sakit kepala.
Evaluasi :
- Menurunkan rasa nyeri.
- Meningkatkan mobilitas sendi
VI. Penyuluhan
1. Latihan lengan post mastectomi
a. Memanjat dinding
- Berdiri menghadap dinding dengan gerak sedikit mungkin.
- Tekuk siku dan tempatkan telapak tangan didinding setinggi bahu.
- Gerakkan kedua tangan bergantian secara terkontrol dan sejauh
mungkin sampai daerah inti terasa tertarik.
- Gerakkan kedua tangan kembali ketempat semula.
- Tujuan untuk latihan ekstensi dengan siku lurus.
2. Mengayun lengan
- Bungkukkan badan dari pinggang kedua lengan rileks dan tergantung
bebas.
- Ayun kedua lengan bersama dari kiri kekanan (gerakkan dari kedua
bahu).
- Ayun kedua lengan bersamaan dalam bentuk putaran.
- Berdiri perlahan-lahan.
3. Menarik tali :
- Kaitkan tali pada tempat yang lebih tinggi.
- Pegang kedua ujungnya dan gerakkan tali dengan bebas dengan
mengangkat l;engan yang sakit sampai inti terasa tertarik.
4. Memutar tali
- Ikatkan salah satu ujung tali dipengangan pintu.
- Ujung tali dipegang oleh lengan yang sakit.
- Menjauh dari pintu sampai lengan tertarik.
- Sejajar dengan pintu putar tali selebar mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Degin, J.H. and Vallerand, A.H. (1993). Nurse’s Med Deck Philladelphia Fa. Davis Company.
Donges, M.E, and Noorhouse, M. F. L. (1990). Nurse Pocket Guide : Nursing Diagnosis With
Interventions, philladelphia : F.A. Davis Company.
Kee, J.L.F (1990) hand Book OF Laboratory and Diagnostic tests. With Nursing Implications.
Appleton E-Lange Connecticut : Norwork.
Luckman, J. and K.C. Sorensen (1987) Medical Surgical Nursing philladelphia : W.B. Saunders
Company.
Tucker, SM, Cannobio, M.M. (1992). Patient care Standards Nursing Proces, Diagnosis , and
outcome. ST Louis : Mosby Year Book.
Ulrich, S.P, Canale, W.S and Wendell, S.A (1986) Nursing care Planning Gides, A. Nursing
Diagnosis Approach philadelphia : W.B. Sounders Company.
Swearingen, P.L. (1986) Manual Of nursing Therapevtics Addison Wensley Publishing
Company.