Post on 04-Jan-2016
description
HAKIKAT MEDIA DAN MEDIA PEMBELAJARAN, FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA
PEMBELAJARAN
Proses belajar dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi
yang berlangsung dalam suatu sistem belajar dan pembelajaran. Sebagaimana proses komunikasi
tidak dapat berlangsung tanpa adanya media, maka media pembelajaran menempati posisi vital
dan sangat penting sebagai salah satu komponen dari sistem belajar dan pembelajaran. Jika
komunikasi tidak dapat berlangsung tanpa adanya media, maka demikian pula yang terjadi pada
proses belajar dan pembelajaran. Sebagai bagian dari sistem komunikasi, proses belajar dan
pembelajaran juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal tanpa adanya media pembelajaran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan komponen integral
yang tak terpisahkan dari sistem belajar dan pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang
fikiran, perasaan, dan kemauan dalam komunikasi antara pendidik dengan peserta didik
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dan pembelajaran.
A. FUNGSI DAN PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang disebut juga media instruksional merupakan bagian integral dari
pembelajaran sehingga proses belajar dan pembelajaran menjadi lebih bermutu dengan
memanfaatkannya. Adapun fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi murid. Misalnya siswa
berasal dari golongan mampu memiliki pengalaman sehari-harinya berbeda dengan golongan
kurang mampu. Perbedaan ini dapat di tanggulangi dengan mempertontonkan film, gambar,
tv dan sebagainya.
b. Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang kelas. Misalnya benda yang di
ajarkan terlalu besar atau berat bila di bawa ke ruang kelas untuk diamati secara langsung,
maka dapat di tanggulangi dengan film, gambar slide film strip dan sebagainya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan karena jarak.
d. Media pembelajaran dapat mengatasi masalah keterbatasan waktu.
2. Peranan Media Pembelajaran
a. Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru
sampaikan.
b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para
siswa.
c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
B. MANFAAT MEDIA DALAM PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi serta proses belajar dan
pembelajaran
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
http://juonorp.blogspot.com/2013/05/media-pembelajaran.html
SEJARAH MEDIA PEMBELAJARAN
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh
pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan
adanya buku. Tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang
menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis
Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Penulisan
buku itu dilandasi oleh suatu konsep dashjhgar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran
manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para pendidik mulai
menyadari perlunya sarana belajar yang dapat meberikan rangsangan dan pengalaman belajar
secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama indera pandang – dengar. Pada
mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam
kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat
bantu visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan
untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan
daya ingat siswa dalam belajar. Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai
dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-
usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan.
Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling
konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama
”Kerucut Penglaman” (Cone of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat
terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam
pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada
siswa. Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia pendidikan, alat audio
visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai
penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama
dalam pembelajaran, belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para ahli
mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu teori
Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah
laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai
hasil teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed
Instruction (pembelajaran terprogram). Pada tahun 1965-70, pendekatan sistem (system
approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah
diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dalam
proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan
telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari
kegiatan belajar mengajar.
Sumber://Artikel lengkap dapat dibaca di
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengertian-fungsi-dan-peranan-media-
pembelajaran /
http://belajarkreatif.com/2011/06/30/perkembangab-media-pembelajaran/
JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN
Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yakni
media audio, media visual, media audio visual.
1. Media Audio
Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu
memanipulasi kemampuan suara semata. Karakteristik media audio : Ciri utama dari media
ini adalah pesan yang disalurkan melalui media audio dituangkan dalam lambing auditif, baik
verbal maupun nonverbal.
2. Media Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Karakteristik media visual :
a. Gambar
Gambar secara garis besar dapat dibagi pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo.
b. Grafik
Grafik adalah gambar yang sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran
data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti.
c. Diagram
Diagram sering juga digunakan untuk menerangkan letak bagian-bagian sebuah alat atau
mesin serta hubungan satu bagian dengan bagian yang lain.
d. Bagan
Bagan hampir sama dengan diagram. Bedanya, bagan lebih menekankan kepada suatu
perkembangan atau suatu proses atau susunan suatu organisasi. Bagan ada kalanya disertai
simbol atau gambar, maka hal ini sifatnya piktorial. Ada juga bagan yang ditambah dengan
keterangan singkat.
e. Peta
Peta adalah gambar permukaan bumi atau sebagian daripadanya. Sebenarnya peta bisa
disebut juga sebagai bagan.
3. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan.
Karakteristik media audio visual: Media yang melibatkan gambar dan suara.
http://rusmantokkpi.wordpress.com/2013/10/11/jenis-jenis-media-pembelajaran-dan-
karakteristiknya/
PEMILHAN MEDIA PEMBELAJARAN, DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN
KRITERIA PEMILIHAN, MODEL/PROSEDUR PEMILIHAN
A. Dasar pertimbangan dalam pemilihan media
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain:
Bermaksud mendemontrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media.
Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa
menggunakan proyektor transparasi.
Ingin member gambaran atau penjelasan yang lebih konkret merasa bahwa media dapat
berbuat lebih dari yang bias dilakukannya,misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar
siswa.
1. Alasan Teoritis Pemilihan Media
Media meerupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran selain tujuan, materi,
metode dan evaluasi, maka sudah seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan media.
2. Alasan Praktis Pemilihan Media
Bebrapa penyebab orang memilih media, antara lain dijelaskan oleh Arif Sadiman (1996:84)
sebagai berikut :
a. Demonstration
Dalam hal ini media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan sebuah konsep,
alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dan lain-lain.
b. Familiarity
Pengguna media pembelajaran memiliki alas an pribadi mengapa ia menggunakan media,
yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media
tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bias dan untuk mempelajarinya
membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya sehingga secara terus menerus ia menggunakan
media yang sama.
c. Clarity
Yaitu untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih
konkrit.
d. Active learning
Siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental maufun emosional.
B. Kriteria Dalam Pemilihan Media
1. Kriteria umum pemilihan media
1) Kesesuaian dengan tujuan (intructional goals)
2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran (intructional content)
3) Kesesuaian dengan karakteristik pembalajaran atau siswa
4) Kesesuaian dengan teori
5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia.
2. Kriteria khusus pemilihan media
a. Access : Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media.
b. Cost : Biaya juga harus dipertimbangkan.
c. Technology : Misalnya kita ingin menggunakan media audiovisual dikelas, yang perlu kitas
pertimbangkan : apakah ada listrik, valtase listrik cukup, dan sesuai.
d. Interactivity : Media yang baik adalah media yang dapat memunculkan komunikasi dua arah
atau interaktivitas.
e. Organization : Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi.
f. Novelty : Kebaruan dari media yang dipilih harus menjadi pertimbangan . media yang baru
biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.
C. Prosedur Pemilihan Media
Prosedur Pemilihan Model ASSURE:
ASSURE mengandung makna dari masing-masing huruf, yaitu: Analisis Learning
Characteristics, State Objectives, State Objective, Select Modify or Design, Utiliti materialas dan
Evaluate.
1. Analisis Learner Characteristics, Tahap pertama adalah melakukan analisis terhadap
karakteristik siswa.
2. State objective, langkah selanjutnya menentukan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
diharapkan tercapai.
3. Select, Modify or Design materials, selanjutnya adalah kegiatan memilih media,
memodifikasi media yang sudah ada atau merancang sesuai kebutuhan.
4. Utilitize Materialas, setelah media tersebut dipilih mana yang sesuai dengan karakteristik
siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran lalu langkah selanjutnya digunakan dalam
pembelajaran.
5. Require Learning respose, diamati bagaimana respon siswa terhadap penggunaan media
tersebut.
6. Evaluate, Tahap akhir dalam pemilihan media model ASSURE adalah melakukan evaluasi.
Referensi:
http://yudistiareza.wordpress.com/2011/06/01/teknik-pemilihan-media/
http://chintyairmanora10.blogspot.com/2012/10/teknik-pemilihan-media.html
Pengembangan dan Perancangan Media Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah
besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu,
dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media. Arief Sadiman,
dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program
media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
2) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
4) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
5) Menulis naskah media
6) Mengadakan tes dan revisi
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki
siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan
latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis
karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah
dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya.
Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang
dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula
dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera
mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
2. Merumuskan tujuan instruksional (Instuctional objective) dengan operasional dan khas.
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang
harus diingat, yaitu:
a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu
benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh
setelah proses belajar dilakukan.
b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu
menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:
Kata Kerja Operasional Kata Kerja tidak Operasional
Mengidentifikasikan
Menyebutkan
Menunjukkan
Memilih
Menjelaskan
Menguraikan
Merumuskan
Menyimpulkan
Mendemostrasikan
Membuat
Menghitung
Menunjukkan
Menemukan
Mengerti
Memahami
Menghargai
Menyukai
Mempercayai
Dan lain-lain
Kata Kerja Operasional Kata Kerja tidak Operasional
Membedaka, dll
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita
akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari
masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A = Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan
sasaran pembelajaran
B = Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau
yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau
dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau
keterampilannya
D = Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang
diharapkan dapat dicapai
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya Tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun
adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar
tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah
mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal
yang konkrit kepada yang abstrak.
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah
program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa
dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji
coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa
nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya.
Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang
digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka
dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang
media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
5. Menulis Naskah Media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan
yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti
yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media,
maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah
program media.
6. Mengadakan Tes atau Uji Coba dan Revisi
Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian
media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program
media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau
sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program
semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui
kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang
sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah
kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari
tes.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi
yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan
tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada
beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka
dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap
kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga
para penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Prosedur tes/uji coba ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab yang menjelaskan tentang
evaluasi media.
http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkah-langkah-pengembangan-media.html