Transcript of RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA MILITER S …
PERIODE 2017-2019
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MILITER S-400 TURKI-RUSIA PERIODE 2017-2019
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di
Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang
lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juli 2020
MILITER S-400 TURKI-RUSIA PERIODE 2017-2019
Oleh Syifa Fatimah Azzahra
111311300064
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juli 2020. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos.) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Penguji I, Penguji II,
Juli 2020 Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
FISIP UIN Jakarta, M. Adian Firnas, S.IP., M.Si.
iv
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama :
Syifa Fatimah Azzahra NIM : 1113113000064 Program Studi : Hubungan
Internasional Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI –
RUSIA PERIODE 2017-2019 dan telah memenuhi persyaratan untuk
diuji.
Jakarta, 06 Juli 2020
M. Adian Firnas, S.IP., M.Si. Febri Dirgantara H, SE.,MM.
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis tentang alasan dibalik keluarnya respon
Amerika Serikat atas kerja sama militer pengadaan sistem pertahanan
udara S-400 yang dilakukan oleh Turki – Rusia pada tahun 2017.
Respon ini keluar karena adanya kepentingan pertahanan dan
kepentingan politik Amerika Serikat khususnya di kawasan Timur
Tengah. Dalam menganalisa alasan dibalik keluarnya respon Amerika
Serikat, skripsi ini menggunakan konsep Rational Actor Model (RAM)
milik Alex Mintz dan konsep kepentingan nasional milik Martin
Griffith. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka sebagai
sumber data.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui studi pustaka sebagai sumber utama. Data
yang bersumber dari jurnal, report, official website pemerintahan,
maupun berita online kemudian dikolaborasi dengan menggunakan teori
di atas sehingga ditemukanlah adanya kepentingan nasional yang
mendasari Amerika Serikat mengeluarkan respon penghapusan Turki
dari program kerja sama F-35 dan penjatuhan sanksi ekonomi yang
hingga kini masih belum juga diterapkan.
Kata kunci: Amerika Serikat, Turki, Rusia, Rational Actor Model,
kepentingan nasional, F-35, S-400.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa
ta’ala
karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad
salallahu ’alaihi wa sallam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa
adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada support system yang paling utama
yaitu Papa dan
Mama, karena apalah diri ini tanpa kalian berdua. Terima kasih atas
dukungan dan
kasih sayang yang kalian berikan tanpa henti dan tanpa lelah kepada
penulis.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada kakak-kakak dan adik
penulis,
Kak Annisa, Mas Idris, Mas Reza, Kak Cindar, Kak Zulfa, Mas Fahmi,
dan Rifa.
Terima kasih untuk selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam
pengerjaan
skripsi ini. I owe you guys much, I love you.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada bapak Dosen Pembimbing,
Pak
Febri Dirgantara Hasibuan SE., MM yang dengan sangat sabar
membimbing penulis
hingga akhirnya skripsi ini selesai.
Terima kasih kepada Pak Irfan Hutagalung L.L.M, selaku dosen
pembimbing
seminar proposal yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat
berharga.
Kepada seluruh jejeran dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta,
terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa
perkuliahan.
vii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dhony, manusia
tersabar yang
tidak pernah lelah memberikan nasihat, saran, bantuan, dan juga
dukungan. Terima
kasih untuk selalu meluangkan waktunya demi membantu penulis, baik
dalam bentuk
material maupun non-material hingga akhirnya penelitian ini
selesai. Thanks for
keeping me sane.
Kepada sahabat-sahabat CHP yang selalu memberikan warna di dalam
hari-hari
penulis, memberikan semangat, saran, dan bantuannya. Terima kasih
Zida, Yusi,
Fenindya, Revy, Sakiinah, dan Rosalina. Terima kasih banyak! Terima
kasih juga
kepada teman-teman singa, Lani dan Fajar yang selalu mendukung
tanpa pernah
menanyakan kapan skripsi ini selesai.
Terima kasih juga kepada teman-teman geng magang Bota Penang,
Zida,
Auzan, Vita, Dara, Felita karena telah berbagi pengalaman luar
biasa selama satu
bulan tinggal di Penang. Terima kasih juga kepada teman-teman KKN
DAUN, Roro,
Tika, Syifa, Yaya, Agi, Ridho, Beben, Reza, dan Joy atas suka duka
hidup bersama
selama satu bulan di rumah orang lain. You guys brought so many
wonderful
memories.
Terima kasih khususnya kepada Mas Fahmi, Auzan dan Bimo, atas
kesabaran
membimbing penulis dan mengkritik segala kekurangan hingga penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Kepada teman-teman seperjuangan dalam
mengejar S.Sos
di detik-detik terakhir, Yusi, Kartika, Bimo, Affan, Iqbal, Oji,
Arip. Terima kasih
banyak telah berjuang bersama!
Kepada jejeran mahasiswa-mahasiswi HI UIN 2013, semuanya yang tidak
bisa
penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak karena telah
memberikan memori
indah selama kuliah. Catatan Ojan, HI Visit, Makrab, dan
lain-lain.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini akan mendapatkan
balasan
dari Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran terkait
skripsi ini akan sangat
membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Jakarta, 10 Juli 2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
..............................................................
iv
D. Tinjauan Pustaka
...................................................................................................
8
E. Kerangka Pemikiran
..............................................................................................
11
2. Kepentingan Nasional
.......................................................................................
13
F. Metode Penilitian
..................................................................................................
14
G. Sistematika Penulisan
............................................................................................
15
KUDETA 2016
......................................................................................................
18
A. Sejarah Singkat Terbentuknya Hubungan Aliansi Amerika
Serikat-Turki ........... 18
B. Kerja sama Militer Amerika Serikat – Turki Sebelum Kudeta 2016
.................... 22
C. Konflik Dalam Hubungan Bilateral Amerika Serikat – Turki Sebelum
Kudeta
2016
.......................................................................................................................
27
BAB III KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA 2017
.......................... 34
A. Peningkatan Hubungan Bilateral Turki – Rusia Pasca Kudeta 2016
.................... 34
B. Kerja sama Militer S-400 Turki – Rusia
...............................................................
41
C. Dampak Kerja sama Militer S-400 Turki-Rusia Terhadap Amerika
Serikat ........ 49
BAB IV ANALISIS RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA
MILITER S-400 TURKI – RUSIA TAHUN 2017
............................................... 51
A. Penghapusan Turki dari Program Kerja Sama F-35
.............................................. 51
1. Identifikasi
Masalah..........................................................................................
60
5. Penerapan
Keputusan........................................................................................
65
1. Penutupan Pangkalan Militer Bersama Incirlik di Turki.
................................. 71
2. Penurunan Nilai Perdagangan Kedua
Negara................................................... 74
3. Meningkatnya Kedekatan Hubungan Bilateral Turki – Rusia
.......................... 77
BAB V PENUTUP
.....................................................................................................
80
Gambar I.A.1 Tabel daftar peringkat negara pengimpor terbesar 2018
.................... 3
Gambar II.A.1 Peta Turki dan Negara-negara di Sekitarnya
..................................... 21
Gambar II.B.1 Pesawat Tempur F-35A
.....................................................................
25
Gambar II.C.1 Peta Penyebaran Suku Kurdi di Timur Tengah
................................. 28
Gambar III.A.1 Peta Operation Euphrates Shield di Suriah
...................................... 38
Gambar III.B.1 Jenis rudal yang digunakan oleh sistem S-400
................................. 44
Gambar III.B.2 Skema Cara Kerja Sistem Pertahanan Rudal S-400
......................... 47
Gambar IV.B.1 Pangkalan Militer Incirlik
................................................................
72
Gambar IV.B.2.1 Perdagangan Senjata Internasional Tahun 1979-2018
.................. 74
Gambar IV.B.2.3 Tabel Perdagangan Barang AS-Turki
........................................... 76
xii
CAATSA Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act
CTOL Conventional Takeoff and Landing
DECA Defense and Economy Cooperation Agreement
IS/ISIS Islamic State/Islamic State of Iraq and Syria
JSF Joint Strike Fighter
NPR National Public Radio
OES Operation Euphrates Shield
PKK Kurdistan Workers Party
RAM Rational Actor Model
SDF Syrian Democratic Force
TELs Transporter Erector Launchers
1
A. Pernyataan Masalah
Amerika Serikat dan Turki telah menjadi aliansi militer selama
lebih dari
setengah abad. Aliansi keduanya pertama kali terbentuk pada masa
awal Perang
Dingin yang didorong oleh munculnya ancaman dari ekspansi Uni
Soviet. Hubungan
keduanya kemudian menjadi semakin kuat ketika Turki resmi masuk ke
dalam
keanggotaan North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 1952.
Selama masa
Perang Dingin, Turki berperan dalam membentengi wilayah-wilayah
penting bagi
Amerika Serikat dan NATO, yaitu wilayah Mediterania dan Timur
Tengah dari
ekspansi Uni Soviet.1
Pada 1991 ketika Perang Dingin berakhir dan Uni Soviet runtuh,
aliansi militer
antara Amerika Serikat dengan Turki tidak serta merta ikut
berakhir, melainkan
semakin kuat. Namun, hubungan keduanya tidak lagi terjalin
berdasarkan pada
ancaman ekspansi Uni Soviet, tetapi melihat Turki sebagai wilayah
strategis untuk
kepentingan Amerika Serikat. Turki berperan sebagai jembatan
penghubung bagi
Barat ke dunia Muslim dan juga sebagai kekuatan penstabil di
wilayah Timur Tengah
1 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S.-Turkish Relations
in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010), halaman 3
2
dan Kaukasus atau Asia Tengah, yang merupakan wilayah kepentingan
Amerika
Serikat.2
untuk menandatangani perjanjian Defense and Economic Cooperation
Agreement
(DECA) pada 29 Maret 1980. Perjanjian ini bertujuan untuk
membantu
perekonomian Turki yang lemah saat itu dan memperkuat kemampuan
industri
pertahanan Turki. Sebagai gantinya, Amerika Serikat diberikan
kebebasan untuk
dapat mengakses ke pangkalan udara, instalasi intelijen, stasiun
navigasi jarak jauh,
elemen sistem komunikasi pertahanan, dan fasilitas pendukung milik
Turki lainnya.3
Turki juga terikat dalam program militer milik Amerika Serikat yang
bernama
Joint Strike Fighter (JSF) sejak 1999.4 JSF adalah sebuah program
pengadaan senjata
yang dibawahi oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang
bertujuan untuk
menciptakan senjata canggih untuk angkatan laut, angkatan udara,
dan angkatan
darat.5 Program ini memiliki banyak tingkatan untuk mitranya.
Sebelum resmi
bergabung dengan program, Turki dikenakan biaya USD 5 juta hanya
untuk
mendapatkan informasi mengenai keseluruhan program. Turki kemudian
naik level
dengan membayar senilai USD 1 miliar untuk mengikuti fase System
Development
2 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S.-Turkish Relations
in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010), halaman 1 3 The
Defense and Economic Cooperation Agreement – U.S. Interests and
Turkish Needs, GAO
(1982) tersedia di laman https://www.gao.gov/assets/140/137457.pdf,
halaman 1 4 Serhat Guvenc, Lerna K. Yanik, Turkey’s Involvement in
the F-35 Program: One step forward,
two steps backward?, International Journal (2014) 5 Jeremiah
Gertler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program, Congressional
Research Service
(2018), halaman 1
and Demonstration (SDD) pada Maret 2002. Fase ini memperbolehkan
Turki
memiliki “upgrade” senjata rancangan JSF, seperti salah satunya jet
tempur F-35.6
Dengan adanya perjanjian dan program ini membuat Turki bergantung
pada
Amerika Serikat dalam hal pemasokan senjata. Pada periode
1991-2017, Turki berada
di urutan kelima sebagai negara importir senjata terbesar di dunia.
Walaupun Turki
juga mendapat suplai dari beberapa negara anggota NATO lainnya,
namun pada
2014-2018 Amerika Serikat menjadi negara pengekspor senjata
terbesar ke Turki,
menyumbangkan 60% dari total impor senjata Turki.7
Gambar I.A.1 Tabel daftar peringkat negara pengimpor terbesar
2018
Sumber: SIPRI8
6 Serhat Guvenc, Lerna K. Yanik, Turkey’s Involvement in the F-35
Program: One step forward,
two steps backward?, International Journal (2014), halaman 119-121
7 Turkey: Which counties export arms to Turkey?, BBC, diunggah pada
23 Oktober 2019, diakses
pada 17 Desember 2019, tersedia di laman
https://www.bbc.com/news/50125405 8 Pieter D. Wezeman, Aude
Fleurant, Alexandra Kuimova, Nan Tian and Siemon T. Wezeman
,Trends in International Arms Transfers 2018, SIPRI (2019), halaman
6
Aliansi ini diharapkan dapat menjaga kestabilan dan keamanan negara
Turki,
karena jika dilihat dari sisi geografis Turki berada di wilayah
yang dekat dengan
negara-negara berpotensi konflik seperti Suriah, Irak, dan Yunani.
Turki juga berada
dalam jangkauan rudal Iran dan Irak. Aliansi militer dengan Amerika
Serikat
dianggap sebagai “asuransi” penting bagi Turki, walaupun pada
kenyataannya
kehadiran Amerika Serikat di wilayah berkonflik tersebut juga
merupakan hal yang
meresahkan.9
Namun dalam beberapa tahun terakhir, hubungan bilateral Amerika
Serikat dan
Turki menghadapi banyak ketegangan. Ketegangan ini dipicu oleh rasa
tidak percaya
Turki terhadap Amerika Serikat dalam beberapa hal, diantaranya
yaitu dukungan
Amerika Serikat kepada kelompok militer etnis Kurdi dan kudeta
militer yang terjadi
di Turki 2016 lalu. Kudeta militer ini pada akhirnya mendorong
Turki untuk bekerja
sama di bidang militer dengan Rusia.
Pada Juli 2016 lalu, sebuah kelompok militer melakukan kudeta
untuk
menggulingkan Presiden Erdogan. Kudeta militer ini menewaskan
sekitar 249 orang
dan berakhir gagal karena sebagian besar militer melindungi
pemerintah. Namun hal
ini tidak membuat Presiden Erdogan tinggal diam. Mayoritas
pemerintah Turki
menganggap aksi kudeta ini ada kaitannya dengan Fethullah Gulen,
seorang aktivis
Turki yang memiliki cukup pengaruh dan pada akhirnya mengasingkan
diri di
Amerika Serikat sejak 1999. Turki akhirnya meminta Amerika Serikat
untuk
9 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S-Turkish Relations
in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010) halaman 4
5
dengan alasan Turki tidak memiliki bukti kuat untuk menuduh
Gulen.10
Respon Amerika Serikat semakin memperdalam rasa tidak percaya
Turki
terhadap aliansi militernya tersebut, dan hal ini kemudian
mendorong Turki untuk
mendekati Rusia. Pada pada 12 September 2017, Turki dan Rusia
menandatangani
perjanjian kerja sama pengadaan senjata yang berupa sistem
pertahanan udara S-400
senilai USD 2,5 miliar.11 Dalam perjanjian tersebut, Rusia sepakat
untuk
mengirimkan senjata rudal S-400 nya ke Turki secara bertahap
terbagi menjadi dua
batch. Batch pertama yaitu pada Juli 2019, dan batch kedua pada
September 2019.12
S-400 (dikenal dengan nama SA-21 Growler oleh NATO) merupakan
sistem
pertahanan udara yang memiliki kemampuan jangkauan maksimum sejauh
400
kilometer (250 mil) dan dapat mencapai ketinggian hingga 27
kilometer. Dengan
kemampuan jangkauan yang luas ini, S-400 dapat menghancurkan jet
tempur, rudal
balistik, dan juga drone. Senjata ini dibuat oleh perusahaan
senjata milik negara yaitu
Almaz-Antey, yang telah menjadi sasaran sanksi Uni Eropa dan
Amerika Serikat atas
tindakan Rusia di Ukraina.13
10 Steven A. Cook, Neither Friend nor Foe: The Future of
U.S.-Turkey Relation, Council on
Foreign Relations, No. 82 (2018) halaman 6 11 Turkey, Russia sign
deal on supply of S-400 missiles, Reuters, diunggah pada 29
Desember 2017,
diakses pada 13 Desember 2019, tersedia di laman
https://www.reuters.com/article/us-russia-turkey-
missiles/turkey-russia-sign-deal-on-supply-of-s-400-missiles-idUSKBN1EN0T5
12 Russia completes second phase of S-400 missiles delivery to
Turkey, Xinhua, diunggah pada 15 September 2019, diakses pada 16
Desember 2019, tersedia di laman
http://www.xinhuanet.com/english/2019-09/15/c_138393739.htm
13 S-400 missile system: What is it and why doesTurket want it?,
DW, diunggah pada 12 Juli 2019, diakses pada 17 Desember 2019,
tersedia di laman https://www.dw.com/en/s-400-missile-system-
what-is-it-and-why-does-turkey-want-it/a-49571650
mengantisipasi terjadinya kudeta militer di masa mendatang. Belajar
dari pengalaman
Turki pada kudeta 2016 lalu, seorang pilot pemberontak mengendarai
pesawat F-16
buatan Amerika Serikat dan membom Parlemen Turki sebanyak 11 kali,
namun Turki
tidak memiliki pertahanan apapun terhadap senjata Amerika tersebut.
Keputusan
Presiden Erdogan dalam membeli sistem pertahanan udara milik Rusia
diharapkan
mampu untuk membendung terjadinya hal yang sama kedepannya.14
Keputusan Turki untuk melakukan perjanjian kerja sama militer
dengan Rusia
mendapat respon negatif dari Amerika Serikat. Ketua Komite Militer
NATO,
Jenderal Petr Pavel mengatakan Turki harus siap menghadapi apapun
konsekuensi
yang diberikan atas tindakan yang dilakukan.15 Namun menanggapi
peringatan
maupun ancaman dari sekutu Barat, Presiden Erdogan mengatakan akan
tetap
melanjutkan perjanjian tersebut, mengingat NATO tidak melakukan
apapun untuk
menghalangi Yunani dari membeli sistem pertahanan udara S-300
–senjata keluaran
lebih dahulu dibandingkan S-400– dari Rusia di tahun
sebelumnya.16
14 S-400 and More: Why Does Turkey Want Russian Military Technology
so Badly?, National
Interest, diunggah pada 14 Juli 2019, diakses pada 16 Januari 2020,
tersedia di laman
https://nationalinterest.org/blog/buzz/s-400-and-more-why-does-turkey-want-russian-military-
technology-so-badly-66732
15 NATO official : Turkey faces ‘consequences’ if purchase of S-400
completed, Defense News, diunggah pada 25 Oktober 2017, tersedia di
laman
https://www.defensenews.com/land/2017/10/25/nato-official-turkey-faces-consequences-if-purchase-
of-s-400-completed/, diakses pada 1 April 2020
16 S-400 agreements with Russia ‘a done deal,’ Erdogan says, Daily
Sabah, diunggah pada 26 Juli 2017, diakses pada 30 April 2020,
tersedia di laman
https://www.dailysabah.com/politics/2017/07/26/s-400-agreement-with-russia-a-done-deal-erdogan-
says
penelitian ini dianggap menarik adalah karena Turki dan Amerika
Serikat merupakan
aliansi sejak 1952.17 Namun aliansi keduanya retak setelah terdapat
banyaknya
perbedaan dalam perspektif politik dan pengambilan kebijakan,
membuat Turki
kehilangan rasa kepercayaan dan menjadikan Rusia sebagai mitra
terbarunya. Di
sinilah kemudian muncul pertanyaan “Mengapa Amerika Serikat perlu
merespon
kerja sama S-400 antara Turki – Rusia di tahun 2017?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi berjudul Respon Amerika
Serikat
Terhadap Kerja sama Militer Turki – Rusia Pada 2017 adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui respon Amerika Serikat terhadap kerja sama militer
S-400 Turki
– Rusia pada tahun 2017
3. Mengaplikasikan teori dan konsep dalam studi Hubungan
Internasional yang
relevan dan dapat digunakan sebagai alat analisa terhadap isu yang
diangkat
Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membawa
manfaat, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan bagi
mahasiswa Hubungan Internasional khususnya mahasiswa Universitas
Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
17 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S.-Turkish
Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010) halaman 4
8
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau sumber bacaan
bagi
penelitian berikutnya dengan topik yang sama, yaitu respon Amerika
Serikat
terhadap kerja sama aliansinya dengan negara lain
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana yang telah dijabarkan pada penyataan masalah, bahwa
skripsi
yang berjudul Respon Amerika Serikat Terhadap Kerja sama Militer
S-400 Turki-
Rusia 2017 ini bertujuan untuk menganalisis tindakan Amerika
Serikat dalam
merespon kerja sama militer yang dilakukan Turki dan Rusia. Oleh
karena itu,
penulis merujuk ke beberapa jurnal dan artikel yang berkaitan
dengan topik penelitian
penulis, untuk kemudian dijadikan pelengkap dan pembanding
penelitian ini.
Tulisan pertama yang penulis gunakan sebagai rujukan penelitian ini
adalah
jurnal yang berjudul “Analysing a Tumultuous Relationship: Turkey
and the US in
the Middle East”18 yang ditulis oleh Lennore G. Martin. Jurnal ini
membahas tentang
perdebatan dan ketegangan yang terjadi dalam hubungan bilateral
Amerika Serikat –
Turki akhir-akhir ini, yang utamanya dipicu oleh perbedaan
kebijakan luar negeri
kedua negara terhadap Timur Tengah. Negara-negara Timur Tengah yang
dimaksud
adalah Suriah, Iran, Israel, Mesir, Arab Saudi, dan juga
negara-negara anggota Gulf
Cooperation Council (GCC). Selain itu, pemicu keretakan lainnya
datang dari
beberapa hal yang tidak berhubungan langsung dengan kebijakan luar
negeri Timur
Tengah mereka, seperti kerja sama militer S-400 Turki – Rusia,
penolakan Amerika
18 Lennore G. Martin, Analysing a Tumultuous Relationship: Turkey
and the US in the Middle East,
Vol. 13 No. 2, Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies
(2019) halaman 262-277
9
Serikat mengekstradisi Fethullah Gulen ke Turki, penjatuhan tekanan
ekonomi
(sanksi dan kenaikan bea cukai) ke Turki oleh Amerika Serikat, dan
meningkatnya
anti-Amerika di Turki.
Dalam tulisannya, Lennore G. Martin memaparkan topik yang dibahas
secara
deskriptif, mendalam, dan terstruktur. Jurnal ini menggunakan
teknik pengumpulan
data yang berupa library research dengan menggunakan data sekunder
seperti jurnal,
buku, artikel dan juga berita yang relevan dengan penelitiannya.
Guna menganalisa
sikap kedua negara terhadap Timur Tengah ini, Lennore G. Martin
menggunakan dua
teori yaitu Realisme dan Konstruktivisme. Teori realisme digunakan
untuk menjawab
perubahan sistem yang terjadi di kawasan Timur Tengah, dan
mempertanyakan sikap
balancing yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Turki.
Kemudian
konstruktivisme digunakan untuk menjelaskan isu-isu identitas yang
besar yang
terjadi di kawasan.
Pada akhir penelitiannya, Lennore G. Martin menyimpulkan bahwa
ketegangan
dan keretakan hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dan
Turki hanya
berdampak pada menghambatnya pengembangan stabilitas di kawasan
Timur
Tengah. Yang membedakan jurnal ini dengan penelitian penulis
adalah, penulis tidak
memfokuskan hanya ke faktor-faktor pemicu keretakan hubungan
Amerika Serikat –
Turki. Jurnal ini merupakan salah satu referensi yang penting
karena penulis
mendapatkan gambaran mengenai konflik-konflik yang selama beberapa
tahun
terakhir terjadi dan mengakibatkan keretakan hubungan
bilateral.
10
Tulisan kedua yaitu sebuah jurnal yang ditulis oleh Evren Balta
berjudul “From
Geopolitical Competition to Strategic Partnership: Turkey and
Russia after The
Cold War”.19 Jurnal ini membahas tentang dinamika hubungan Turki
dan Rusia sejak
berakhirnya Perang Dingin. Hubungan bilateral ini antara lain
politik dan ekonomi,
seperti kerja sama militer dan energi. Selain itu, aspek
sosial-budaya juga dibahas
bersamaan dengan kepentingan geopolitik kedua negara, yang
merupakan salah satu
kepentingan utama dari terbentuknya hubungan bilateral antara Turki
dengan Rusia.
Evren Balta juga membagi hubungan bilateral Turki – Rusia ke dalam
dua periode,
yang pertama yaitu periode 1990-an atau disebut juga sebagai
periode restrukturisasi
dan kompetisi, dan periode kedua pada 2000-an atau disebut sebagai
periode
stablisisasi dan kerja sama
Evren Balta menggunakan Neorealisme guna menjawab pergejolakan
konflik
dan kerja sama yang terjadi sepanjang hubungan bilateral Turki –
Rusia terjalin.
Menurutnya, hubungan antar negara (dalam hal ini adalah Turki dan
Rusia)
merupakan hasil dari distribusi kekuasaan dalam sistem
internasional yang ada,
sementara dinamika konflik dan kerja sama kedua negara adalah hasil
dari persaingan
ekonomi dan keamanan antara blok Transatlantik dan Eurasia.
Jurnal ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif, dengan
library
research sebagai teknik pengumpulan datanya. Pada akhir
penelitiannya, Evren Balta
menyimpulkan bahwa walaupun hubungan ekonomi dan keamanan kedua
negara
19 Evren Balta, From Geopolitical Competition to Strategic
Partnership: Turkey and Russia after
The Cold War, Vol. 16, No. 63, Journal of International Relations
(2019), halaman 69-86
11
dibilang cukup kuat, namun hubungan keduanya sangat bergantung pada
keputusan
yang dipersonalisasi. Keduanya juga merupakan pesaing karena adanya
kepentingan
nasional masing-masing. Karena adanya hubungan kerja sama yang erat
tanpa diikuti
dengan ikatan kelembagaan, hubungan Turki – Rusia kedepannya
diperkirakan akan
mengalami banyak kerja sama yang diikuti dengan konflik.
Jurnal ini menjadi rujukan yang membantu penelitian penulis untuk
mengetahui
bagaimana sejarah hubungan konflik dan kerja sama Turki – Rusia
sejak berakhirnya
Perang Dingin, dan juga untuk mengetahui kepentingan apa yang
hendak dicapai
Turki dalam melakukan berbagai kerja sama dengan Rusia. hal ini
bermanfaat untuk
sebagai data pendukung bagi penelitian penulis.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pertanyaan penelitian mengenai Respon Amerika Serikat
terhadap
Kerja sama Militer S-400 Turki – Rusia 2017, maka penulis akan
menggunakan
Rational Actor Model dan juga konsep Kepentingan Nasional.
1. Rational Actor Model
Menurut Graham T. Allison terdapat tiga model analisa untuk dapat
memahami
pengambilan kebijakan luar negeri dari suatu negara, antara lain:
Rational Actor
Model (RAM), Governmental/Bureaucratic Politic Model (BPM),
dan
Organizational Politic Model (OPM). Dalam Ilmu Hubungan
Internasional,
mekanisme pengambilan kebijakan luar negeri ini memiliki tujuan
untuk
12
di dalam hal-hal yang terkait dengan permasalahan
internasional.20
RAM menurut Graham T. Allison bahwa model ini hanya memiliki
pemeritah
sebagai aktor rasional pengambilan keputusan.21 Konsep ini
menjelaskan bahwa
setiap aktor atau pemerintah membuat pilihan rasional yang
bertujuan untuk
menghitung tingkat kepuasan demi tercapainya sasaran dan objek,
dalam hal ini
adalah kepentingan nasionalnya. Rational Actor Model (RAM) dalam
Alex Mintz
juga mengidentifikasikan alternatif-alternatif beserta konsekuensi
yang akan
dihadapi, hal ini dilakukan untuk dapat memaksimalkan kebijakan
yang diambil.22
Berdasarkan konsep RAM yang dijelaskan oleh Mintz dan DeRouen,
terdapat
langkah-langkah yang dilakukan sebuah aktor dalam pengambilan
kebijakan luar
negeri, yaitu:
3. Identifikasi alternatif untuk mencapai kepentingan
nasional
4. Menganalisa konsekuensi dari alternatif yang dimiliki
5. Memilih satu alternatif yang paling baik
6. Penerapan keputusan
20 John J. Mearsheimer, The False Promise of International
Institutions”, JSTOR (1994), Vo. 19,
No. 3, halaman 10 21 Jonathan Bender & Thomas Hammond,
Rethinking Allison’s Model”, The American Political
Science Review (1992), Vol. 86, No. 2, halaman 301-322 22 Alex
Mintz & Karl Derouen, Understanding Foreign Policy Making:
Decision Making,
Cambridge University Press, 2010, halaman 58
13
Tujuan akhir dari RAM itu sendiri adalah untuk dapat menetapkan
pilihan yang
terbaik dari kepentingan suatu negara berdasarkan alternatif yang
ada. Dalam kasus
ini, respon Amerika Serikat terhadap kerja sama militer S-400 Turki
– Rusia dapat
dijelaskan melalui kacamata RAM milik Alex Mintz, dengan
mempertimbangkan
konsekuensi apa dari kebijakan yang dikeluarkan/respon Amerika
Serikat.
2. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional merupakan hal yang sangat vital dalam sebuah
negara.
Biasanya, kepentingan nasional sebuah negara dikaitkan dengan
aspek-aspek seperti
kekuasaan, keamanan, atau kesejahteraan.23 Menurut Hans J.
Morgenthau, aspek-
aspek tersebut merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh
suatu negara,
dan menjaganya dari bahaya atau gangguan negara lainnya. Morgenthau
juga melihat
adanya dimensi dalam kepentingan nasional. Dimensi yang dimaksud
antara lain
kepentingan vital dan kepentingan sekunder. Kepentingan vital
adalah merupakan
kepentingan nasional yang sangat penting, biasanya berkaitan dengan
kedaulatan dan
juga keamanan negaranya. Untuk mempertahankan kepentingan ini,
biasanya
berperang merupakan satu-satunya jalan keluar. Sedangkan
kepentingan sekunder
adalah kepentingan nasional yang tidak berkaitan dengan keamananan
ataupun
kedaulatan negara.24
nasional yang bersifat general. Selain kepentingan general, ada
pula kepentingan
23 Budiono Kusumohamidjoyo, Hubungan Internasional : Kerangka Studi
Analisis, Bina Cipta 1987 24 Michael G. Roskin, National Interests:
From Abtraction to Strategy. Strategic Studies Institute
(1994)
14
nasional yang bersifat spesifik, yaitu kepentingan khusus yang
dimiliki suatu negara
dalam aspek tertentu seperti politik, ekonomi, atau sosial
budaya.
Selanjutnya, menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan,
bahwa
kepentingan nasional adalah merupakan sesuatu yang dihasilkan dari
perhitungan
telah dilakukan oleh para pembuat kebijakan, yang kemudian akan
diiplementasikan
menjadi kebijakan luar negeri dari suatu negara.25
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan konsep kepentingan
nasional
milik Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan untuk dapat
menganalisis respon
Amerika Serikat terhadap kerja sama militer S-400 Turki – Rusia,
karena penelitian
ini menduga bahwa alasan dari respon yang dikeluarkan oleh Amerika
Serikat adalah
merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dan dipertahankan.
F. Metode Penilitian
Dalam melakukan penelitian mengenai respon Amerika Serikat terhadap
kerja
sama militer S-400 Turki – Rusia pada tahun 2017, penulis
menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi
pustaka. Menurut
Moleong, metode penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk dapat
memahami suatu
fenomena dalam konteks sosial secara alamian dengan menggunakan
interaksi
melalui peneliti dengan fenomena yang diteliti.26 Dalam penelitian
ini, penulis
mencoba untuk menjelaskan secara mendalam mengenai pola hubungan
antara
25 Martin Griffith & Terry O’ Callaghan, International
Relations: The Key Concepts, Routledge
(2002), halaman 203 26 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif (1995), Remaja Rosdakarya, Bandung,
halaman 5
variable yang dipengaruhi (respon Amerika Serikat) dengan variable
yang
mempengaruhi (kerja sama militer S-400 Turki – Rusia), serta
interaksi sebab dan
akibat antarvariabel guna menjawab pertanyaan penelitian yang
berbentuk deskriptif.
Adapun penulis menggunakan teknik pengambilan data menggunakan
data
sekunder atau dokumen-dokumen resmi seperti sanction bill dari
negara terkait untuk
dijadikan sebagai sumber data hukum beserta studi pustaka dari
buku-buku, jurnal-
jurnal ilmiah, dan surat kabar online, serta sumber lain yang
relevan untuk
mendukung penelitian. Setelah semua data terkumpul, penulis
akan
mengklasifikasikannya sesuai dengan pembaghasan pada penelitian
untuk dapat
menjawab pertanyaan penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas atas penelitian ini,
keseluruhan isi
penulisan ini dibagi menjadi 5 bab, yakni Bab I, Bab II, Bab III,
Bab IV, dan Bab V.
Dari bab-bab tersebut diuraikan kembali menjadi beberapa sub-bab
yang diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori yang digunakan, metode
penelitian, dan
sistematika penulisan.
–TURKI SEBELUM KUDETA 2016
16
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai dinamika hubungan kerja sama
yang
terjalin antara Amerika Serikat dengan Turki. Pada sub bab awal,
akan dijelaskan
secara singkat bagaimana hubungan bilateral ini terbentuk, dan
alasan apa yang
mendorong keduanya membentuk hubungan aliansi. Pada sub bab kedua,
akan
dijelaskan mengenai kerja sama bilateral pasca Perang Dingin hingga
sebelum
terjadinya kudeta 2016. Dan pada sub bab terakhir, akan dijelaskan
mengenai konflik-
konflik yang terjadi diantara keduanya yang kemudian menyebabkan
ketegangan
hubungan bilateral.
Bab ini akan menjelaskan tentang kerja sama militer pengadaan
sistem
pertahanan udara S-400 oleh Turki dan Rusia. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan
inti, pada sub bab awal akan menjelaskan sedikit tentang bagaimana
hubungan
keduanya dapat kembali menguat setelah adanya insiden kudeta 2016
di Turki. Pada
sub bab selanjutnya, akan dijelaskan mengenai kerja sama militer
S-400, dan pada
sub bab terakhir dipaparkan sedikit mengenai apa dampak dari
meningkatnya
hubungan bilateral Turki – Rusia terhadap Amerika Serikat.
BAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA
MILITER S-400 TURKI – RUSIA
Bab ini akan menjelaskan mengenai apa saja sikap yang diambil oleh
Amerika
Serikat sebagai respon atas kerja sama militer S-400 Turki – Rusia
yang dilakukan
pada 2017. Pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai analisis
penulis terkait respon
17
yang diambil seperti faktor apa yang mendorong Amerika Serikat pada
akhirnya
mengeluarkan respon tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penelitian yang telah ditulis,
jawaban dari
pertanyaan penelitian yang telah diajukan, dan juga saran dari
pembahasan yang telah
dipaparkan.
18
SEBELUM KUDETA 2016
Bab ini menjelaskan garis besar kerja sama militer yang dilakukan
oleh
Amerika Serikat dengan Turki sebelum insiden kudeta 2016 di Turki
terjadi. Pada
sub bab pertama menjelaskan secara singkat mengenai bagaimana
hubungan bilateral
keduanya terbentuk beserta alasan utama Amerika Serikat menjadikan
Turki sebagai
salah satu aliansi pentingnya di kawasan Timur Tengah. Kemudian
pada sub bab
selanjutnya menjelaskan tentang kerja sama militer yang dijalani
oleh kedua negara
sebelum terjadinya insiden kudeta Turki 2016. Dengan ini, tujuan
dari penulisan bab
ini adalah untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai
bagaimana
hubungan aliansi kedua negara terbentuk dan apa saja kerja sama
militer yang dijalani
kedua negara sebelum terjadinya insiden kudeta 2016 di Turki.
A. Sejarah Singkat Terbentuknya Hubungan Aliansi Amerika
Serikat-
Turki
Hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan Turki telah
terbentuk sejak
sebelum Perang Dingin. Hingga Perang Dingin berakhir, alasan utama
terbentuknya
hubungan aliansi keduanya adalah adanya ancaman yang ditimbulkan
oleh Uni
Soviet. Kepentingan Amerika Serikat terhadap kawasan Timur Tengah
dan posisi
strategis Turki menjadikan Turki sebagai salah satu aliansi penting
di kawasan.
19
Sejak Terusan Suez dibuka pada 1869, Timur Tengah menjadi kawasan
yang
diperebutkan oleh negara-negara besar seperti Inggris, Perancis,
dan Rusia karena
letaknya yang strategis –berada di antara benua Asia dan Eropa–.
Tidak hanya
memiliki lokasi yang strategis, Timur Tengah juga merupakan kawasan
dengan
cadangan minyak yang berlimpah, menjadikan kawasan ini menarik
perhatian dunia
hingga sekarang, termasuk salah satunya Amerika Serikat.27
Keinginan negara-negara besar atas kekuasaan di kawasan Timur
Tengah ini
menjadi salah satu faktor pendorong Amerika Serikat dan Turki dapat
bekerja sama
dan kemudian menjadi aliansi. Pada masa Perang Dingin, kebijakan
luar negeri
Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh kepentingannya terhadap
kawasan Timur
Tengah. Terdapat tiga hal penting yang menjadi highlight dalam
kepentingan luar
negeri Amerika Serikat terhadap Timur Tengah pada masa itu, yaitu
membendung
ekspansi Uni Soviet, melindungi dan mengamankan akses minyak ke
Timur Tengah,
dan mendirikan negara Israel bagi orang-orang Yahudi.28
Untuk dapat mencapai kepentingannya tersebut, Amerika Serikat
menjalin
hubungan bilateral dengan beberapa negara Timur Tengah, salah
satunya Turki. Turki
merupakan mitra kerja sama Amerika Serikat sejak awal Perang
Dingin, tepatnya
ketika Turki merasa terancam oleh “ekspansi” dari Uni Soviet. Pada
masa itu, Uni
Soviet menginginkan wilayah-wilayah krusial Turki seperti Selat
Turki, Kars, dan
27 Karol R. Sorby, Great Powers and the Middle East After World War
II (1945-1995), Asian and
African Studies (2001), Vol. 10 No. 1, halaman 56-57 28 David S. R,
American Foreign Policy towards the Middle East: A Necessary
Change?, Vol. 12
No. 4, Israel Affairs (2006), halaman 616
20
Adahan yang kemudian hal ini membuat Turki merasa tertekan dan
terancam. Rasa
terancam ini mendorong Turki untuk mencari bantuan dari negara yang
dapat
mengimbangi kekuatan Uni Soviet, yaitu Amerika Serikat. Hubungan
bilateral ini
dapat dikatakan sebagai simbiosis mutualisme bagi keduanya.29
Turki menyediakan wilayah yang sangat strategis bagi Amerika
Serikat untuk
mencapai kepentinggannya. Dilihat secara geografis, Turki memiliki
wilayah yang
unik dengan sebagian wilayahnya terletak di Asia dan sebagian
lainnya di Eropa.
Turki terletak di persimpangan Balkan (berbatasan dengan Yunani dan
Bulgaria),
Kaukasus (berbatasan dengan Georgia dan Armenia), Timur Tengah
(berbatasan
dengan Suriah, Irak, dan Iran), dan juga berbatasan dengan Laut
Hitam di sebelah
utara dan Laut Mediterania di sebelah barat daya.30
Posisi strategis Turki inilah yang menjadi salah satu alasan kuat
bagi Amerika
Serikat untuk dipertimbangkan sebagai mitra kerja sama. Menurut
Amerika Serikat,
Turki dapat berperan sebagai “penjaga” kawasan dan negara-negara
yang berbatasan
dengannya dari ekspansi Uni Soviet. Sebaliknya, Amerika Serikat
memberikan
bantuan secara ekonomi dan militer terhadap Turki. Dikeluarkannya
Doktrin Truman
pada 1947 merupakan bentuk bantuan Amerika Serikat terhadap Turki,
dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan berperang tentara, angkatan udara, dan
angkatan
laut milik Turki. Selain itu, Amerika Serikat juga akan membangun
jalan strategis
29 Ayse Omur Atmaca, The Geopolitical Origins of Turkish-American
Relations: Revisiting the
Cold War Years, Dergi Park (2014), Vol. 3 No. 1, halaman 20-21 30
Malcolm Edward Yapp, John C. Dewdney, Turkey, diunggah pada 2
Februari 2020, diakses pada
6 Februari 2020, tersedia di laman
https://www.britannica.com/place/Turkey
memodernisasi militer, meningkatkan efektifitas perang, dan juga
mengembangkan
infrastruktur di segi transportasi dan komunikasi Turki.31
Gambar II.A.1 Peta Turki dan Negara-negara di Sekitarnya
Sumber: Council on Foreign Relations32
Di bawah Doktrin Truman, Amerika Serikat kemudian membangun
sebuah
pangkalan udara di Turki guna mempermudah operasi militer Amerika
Serikat di
Timur Tengah. Pangkalan udara ini berlokasi di wilayah tenggara
Turki, sekitar 60
31 Melvyn P. Leffler, Strategy, Diplomacy, and the Cold War: The
United States, Turkey, and
NATO, JSTOR (1985), Vol. 71 No. 4, halaman 817 32 Madeleine K.
Albright dan Stephen J. Hadley, U.S. – Turkey Relations: A New
Partnership,
Council on Foreign Relations (2012), halaman xv
22
km dari laut Mediterania.33 Pada 1980 Turki dan Amerika Serikat
menandatangani
DECA yang secara resmi mengizinkan adanya akses Amerika Serikat ke
pangkalan
militer tersebut.34
Hingga 2015, pangkalan udara Incirlik telah membantu banyak operasi
militer
Amerika Serikat di Timur Tengah seperti pada Perang Teluk dan pada
Perang
Suriah.35
B. Kerja sama Militer Amerika Serikat – Turki Sebelum Kudeta
2016
Setelah Uni Soviet runtuh dan Perang Dingin berakhir, hubungan
kedua negara
tidak serta merta ikut berakhir. Keduanya tetap memiliki hubungan
bilateral yang
kuat dan Turki tetap menjadi aliansi Amerika Serikat yang memiliki
peran penting di
kawasan. Hal ini diperjelas oleh Presiden Bush pada kunjungannya ke
Turki tahun
1991 yang mengatakan bahwa Turki merupakan salah satu aliansi
penting bagi
Amerika Serikat khususnya di wilayah Timur Tengah. Turki tidak lagi
berperan
sebagai penghalau ancaman Uni Soviet, melainkan sebagai role model
bagi negara-
negara bekas Turki-Soviet yang baru saja merdeka sekaligus sebagai
rute transit
perdagangan energi menuju pasar internasional yang
strategis.36
33 Incirlik Air Base: Shared Military Asset and Political
Bargaining Clip, Turkish Heritage
Organization (2017), halaman 1 34 Carol Migdalovitz, Turkey:
Selected Foreign Policy Issues and U.S. Views, Congressional
Research Service (2010), halaman 49 35 Incirlik Air Base: Shared
Military Asset and Political Bargaining Clip, Turkish
Heritage
Organization (2017), halaman 3 36 Bulent Aliriza, Bulent Aras, U.S.
– Turkish Relations: A Review at the Beginning of the Third
Decade of the Post-Cold War Era, Center for Strategic International
Studies (2012) halaman 6
23
Posisi Turki sebagai salah satu aliansi penting di Timur Tengah
dibuktikan
dengan adanya kerja sama strategis antara Turki – Israel pada
1998-1999, yaitu
diadakannya latihan bersama angkatan laut yang juga diikuti oleh
Amerika Serikat
sebagai respon dari perjanjian kerja sama militer yang dilakukan
oleh musuh (Iran,
Irak, Mesir, Suriah, Libanon dan Liga Arab) pada setahun
sebelumnya.37
Kerja sama lainnya yang juga dianggap sangat penting bagi kedua
negara
adalah kerja sama program F-35. Program F-35 merupakan versi
upgrade dari
program yang telah dijalani oleh kedua negara, yaitu program F-16.
Upgrade ini
sebenarnya dilakukan pada 1990-an, namun hingga kini, F-35 masih
merupakan
program yang penting bagi Turki dan juga Amerika Serikat. Program
F-35 atau yang
bisa disebut juga sebagai Joint Strike Fighter Program (JSF
program), merupakan
program pengadaan pesawat jet tempur generasi ke-5 setelah F-16.
Proyek JSF lebih
besar dari proyek F-16, dan disebut juga sebagai salah satu proyek
terbesar yang
sekarang dibawahi oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Program ini
bertujuan untuk membuat pesawat tempur untuk Angkatan Udara, Korps
Marinir, dan
Angkatan Laut. Ketiga versi pesawat tempur ini berjenis stealth,
atau dirancang agar
dapat membawa senjata utama secara internal “tanpa terdeteksi” oleh
radar.38
Stealth atau “tanpa terdeteksi oleh radar” yang dimaksud bukan
berarti pesawar
ini memiliki kemampuan tembus pandang. Namun, pesawat memiliki
kemampuan
37 Thomas Diez, The European Union and the Cyprus Conflict: Modern
Conflict, Postmodern
Union, Manchester University Press (2002), halaman 66, tersedia di
laman
https://books.google.co.id/books?id=A4QTUWBEC2kC&sitesec=buy&hl=id&source=gbs_vpt_read
38 Jeremiah Getler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program,
Congressional Research Service (2018), halaman 1
pesawat. Bagi Amerika Serikat, kemampuan stealth ini sangat cocok
digunakan
dalam perang modern saat ini. Pesawat dengan kemampuan stealth juga
dianggap
cocok digunakan di area-area yang sulit ditembus karena penjagaan
yang ketat oleh
musuh.39
stealth dengan kemampuan untuk melakukan serangan secara bersamaan,
dibarengi
dengan pengambilan data yang canggih dan rangkaian komunikasi yang
kuat.
Pesawat F-35 dapat memberikan data yang komprehensif kepada pilot
termasuk juga
posisi musuh dan informasi lokasi. Pesawat ini juga dapat membantu
pilot
mengetahui mana yang merupakan musuh, dan mana yang bukan.40
Selain desain dan kemampuan pesawart yang sangat canggih,
pilot-pilot juga
dilengkapi dengan simulator agar dapat memiliki pengalaman
realistis dari berbagai
kemampuan pesawat. Sebanyak 250 pilot telah dilatih di wilayah yang
berbeda-beda
di Amerika Serikat dengan sedikitnya 40.000 jam terbang sejak 2007.
Angkatan
Udara, Korps Marinir dan Angkatan Laut Amerika Serikat bersama
dengan delapan
mitra internasional yang terlibat dalam program ini tengah
mempersiapkan operasi F-
35.41
39 Stealth Capabilities: Virtually Undetectable, F-35, diakses pada
20 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.f35.com/about/capabilities/stealth 40 The F-35 How It
Works, Washington Post, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di
laman
https://www.washingtonpost.com/sf/brand-connect/the-f-35-how-it-works/
41 The F-35 How It Works, Washington Post, diakses pada 20 Mei
2020, tersedia di laman
Korps Marinir dan Angkatan Laut. Karenanya, tiap sektor memiliki
varian F-35
masing-masing disesuaikan dengan kemampuannya. Untuk pesawat
Angkatan Udara
diberi nama F-35A dan memiliki versi conventional takeoff and
landing (CTOL),
yang mana dirancang untuk digunakan di landasan udara konvensional
Amerika
Serikat. Dibandingkan dengan F-16, pesawat tempur F-35A memiliki
kemampuan
stealth lebih besar.42 F-35A juga merupakan varian jet tempur yang
diekspor oleh
Amerika Serikat ke mayoritas negara-negara konsumen termasuk salah
satunya
Turki.43
Sumber: Lockheed Martin44
42 Jeremiah Getler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program,
Congressional Research Service
(2018), halaman 2-3 43 F-35 Variatns: Three Variants,Common
Capabilites, F-35, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di
laman https://www.f35.com/about/variants 44 About the Lightning II,
Lockheed Martin, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.lockheedmartin.com/en-us/products/f-35/f-35-about.html#a_ctol
26
Turki mulai resmi bergabung ke dalam program JSF pada 1999, dan
terus
menunjukkan keaktifannya. Selain Turki, program ini juga diikuti
oleh negara-negara
sekutu Amerika Serikat lainnya seperti Australia, Kanada, Denmark,
Italia, Belanda,
dan Norwegia.45 Kedelapan negara ini berpartisipasi dalam program
JSF dibawah
sebuah Nota Kesepahaman untuk produksi, pengembangan, dan mengikuti
fase-fase
dalam program ini.46
Turki merupakan salah satu mitra paling aktif dalam mengikuti
koalisi
pimpinan Amerika Serikat di dalam program JSF ini. Hingga 2003 dari
14 operasi
koalisi PBB dan 26 operasi non-PBB yang telah diteliti, Turki
berpartisipasi di 23
operasi koalisi, berada di peringkat ketiga setelah Inggris (dengan
total 29 operasi
koalisi) dan Perancis (28 operasi koalisi). Dengan aktifnya Turki,
Amerika Serikat
melihat Turki sebagai anggota NATO sekaligus mitra kerja sama yang
dapat
diandalkan.47
Turki salah satu dari sembilan negara lain yang mengikuti program
kerja sama
JSF ini yang turut mengembangkan dan memproduksi pesawat. Program
F-16
memberikan banyak pengalaman di bidang industri, militer, dan
politik bagi Turki.
Kegigihan Turki dalam mengikuti program ini adalah merupakan salah
satu cara
untuk dapat mencapai tujuannya menjadi negara yang mandiri dalam
bidang
45 Serhat Guvenc & Lerna K. Yanik, Turkey’s involvement in the
F-35 program, International
Journal (2012), halaman 120 46 Jeremiah Getler, F-35 Joint Strike
Fighter (JSF) Program, Congressional Research Service
(2018), halaman 14-16 47 Serhat Guvenc & Lerna K. Yanik,
Turkey’s involvement in the F-35 program, International
Journal (2012), halaman 120
27
pertahanan. Tidak hanya itu, kerja sama ini juga merupakan sebuah
wadah yang
sangat baik untuk dapat meningkatkan hubungan bilateral dengan
Amerika Serikat.48
Selain kerja sama F-35, salah satu kerja sama yang dianggap cukup
penting
dalam hubungan bilateral Amerika Serikat – Turki adalah kerja sama
dalam
menanggapi isu-isu di Timur Tengah, salah satunya Suriah. Baik
Amerika Serikat
maupun Turki telah terlibat di dalam konflik Suriah sejak pertama
kali konflik
tersebut muncul pada 2011. Kepentingan Amerika Serikat dalam
konflik ini antara
lain melawan terorisme dan menghentikan penyebaran senjata nuklir,
mengamankan
arus perdagangan bebas dan menjaga keamanan kawasan Timur Tengah,
dan yang
terakhir adalah menjaga keamanan Israel.49
C. Konflik Dalam Hubungan Bilateral Amerika Serikat – Turki
Sebelum
Kudeta 2016
Sejak Perang Dingin berakhir dan fokus kepentingan kedua negara
berubah dari
ancaman Uni Soviet menjadi kawasan Timur Tengah, keduanya
menghadapi banyak
perbedaan kebijakan yang menyebabkan ketegangan hingga keretakan
hubungan
bilateral. Permasalahan-permasalahan ini muncul salah satunya
dipicu oleh isu Kurdi,
yang memang telah menjadi isu sensitif bagi Turki sejak lama.
Kurdi merupakan sebuah suku yang tersebar di berbagai negara di
Timur
Tengah, antara lain Turki, Irak, Iran, Suriah. Turki merupakan
salah satu negara
48 Serhat Guvenc & Lerna K. Yanik, Turkey’s involvement in the
F-35 program, International Journal (2012), halaman 124-127
49 Ambs. Morton I. Abramowitz & Eric S. Edelman, U.S. – Turkish
Cooperation Toward A Post- Assad Syria (2013), Bipartisan Policy
Center, halaman 19, tersedia di laman
https://bipartisanpolicy.org/wp-content/uploads/2019/03/BPC-US-Turkey-Syria.pdf
dengan jumlah penduduk Kurdi terbanyak di Timur Tengah, dengan
jumlah hingga 2
juta jiwa. Sejak 1923, masyarakat Kurdi-Turki menginginkan otonomi
namun selalu
berakhir dengan penolakan. Pada akhir 1970-an, terjadi beberapa
peristiwa “radikal”
yang mengubah Timur Tengah yang juga mempengaruhi gerakan nasional
Kurdi di
beberapa negara. Salah satu peristiwa radikal yang juga menjadi
awal mula
munculnya gesekan antara Turki dengan Kurdi adalah kudeta miiliter
di Turki yang
terjadi pada 12 September 1980. Dan pasca kudeta militer 1980 ini,
gerilya Kurdi
semakin bergerak luas di negara-negara di Timur Tengah.50
Gambar II.C.1 Peta Penyebaran Suku Kurdi di Timur Tengah
Sumber: U.S-Turkish Relations51
50 Mirella Galletti, The Kurdish Issue in Turkey, The International
Spectator: Italian Journal of
International Affairs (1999), Vol 34 No 1, halaman 123-124 51
Christie Lawrence, U.S. – Turkish Relations: Re-situatingthe
“Kurdish Question”, Sanford
School of Public Plicy, Duke University [Thesis] 2016, halaman
7
29
Setelah Perang Dingin berakhir, konflik bilateral yang disebabkan
oleh Kurdi
pertama kali muncul yaitu ketika terjadi Perang Teluk pada 1991
yang
mengakibatkan meningkatnya pemberontakan suku Kurdi di wilayah Irak
utara,
wilayah yang berbatasan dengan Turki.52 Kemudian, disusul oleh
meningkatnya
konflik Kurdi pasca Amerika Serikat menginvasi Irak pada 2003. Baik
Perang Teluk
maupun invasi Irak, membawa dampak buruk bagi keamanan Turki.
Keinginan Kurdi
untuk melakukan otonomi menyisakan kenangan pahit bagi Turki pasca
kudeta
militer yang terjadi pada 1980. Hingga kini, keinginan Kurdi di
Timur Tengah tetap
sama. Dan dua peristiwa di atas mendorong pemberontak Kurdi untuk
melakukan
serangan militer di wilayah perbatasan Irak – Turki.53
Hubungan bilateral keduanya kembali memburuk ketika perang saudara
di
Suriah muncul pada 2011. Fokus kepentingan Amerika Serikat terhadap
Suriah tetap
sama sejak dulu, yaitu mendorong hubungan damai antara
negara-negara Arab di
Timur Tengah dengan Israel, dan juga akses senjata nuklir yang ada
di Suriah. Dalam
hal ini, Amerika Serikat mendukung rezim Assad dan melawan semua
intervensi
militer di Suriah. Sayangnya, misi Amerika Serikat untuk melawan
kelompok-
kelompok teroris baik dalam peristiwa Irak maupun Suriah ini tidak
sejalan dengan
kekhawatiran Turki terhadap pemberontakan Kurdi dan kelompoknya
yaitu PKK.54
52 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S-Turkish Relations
in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND (2010), halaman 7-8 53 F. Stephen
Larrabee, Troubled Partnership: U.S-Turkish Relations in an Era of
Global
Geopolitical Change, RAND (2010), halaman 7-8 54 Peerzada Tufail
Ahmad, U.S.-Turkish Relationship and Syrian Crisis, Turkish Journal
of
International Relations (2015), Vol. 14, No. 4, halaman 15
30
Pada tahun 2012, pemerintah Suriah menarik pasukannya dari beberapa
wilayah
di sepanjang perbatasan Turki. Langkah ini memungkinkan Partai Uni
Demokrasi
(PYD), sebuah kelompok nasionalis Kurdi di Suriah, untuk dapat
mengambil kendali
militer atas beberapa daerah seperti Kobani, dan Jazira. Karenanya,
Turki
menganggap PYD menentang kepentingan Turki di Suriah dan juga
mengancam
keamanan nasionalnya. Namun, Turki masih belum melakukan aksi
militer apapun
menanggapi kecurigaannya terhadap aliansi Amerika Serikat –
Kurdi.55
Hingga puncaknya pada 2014 ketika muncul Islamic State (IS) yang
berusaha
untuk mendirikan kekhalifahan di Suriah pada akhirnya telah
mengambil kendali di
sebagian besar wilayah Suriah. Kemunculan IS merupakan ancaman baru
bagi
Amerika Serikat dan Turki, sekaligus menandai munculnya perbedaan
kebijakan
yang lebih jelas dalam perang saudara di Suriah. Pada KTT NATO
Wales yang
dilakukan pada September 2014 untuk membentuk koalisi anti-IS,
Turki dimasukkan
sebagai salah satu negara inti yang bergabung dengan koalisi.
Namun, Turki tidak
menyetujui hal tersebut dengan menandatangani perjanjian. Selain
itu, Turki juga
tidak memberikan akses ke pangkalan udaranya untuk digunakan oleh
pasukan
koalisi, seperti yang telah diminta oleh sekutu Baratnya.56
Namun bagi Turki, ada yang lebih berbahaya daripada IS itu sendiri,
yaitu
kebijakan Amerika Serikat di Suriah dalam melawan IS. Amerika
Serikat semakin
55 Aaron Stein & Michelle Foley, The YPG-PKK connection,
Atlantic Council, diunggah pada 26
Januari 2016, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.atlanticcouncil.org/blogs/menasource/the-ypg-pkk-connection/
56 Peerzada Tufail Ahmad, U.S.-Turkish Relationship and Syrian
Crisis, Turkish Journal of International Relations (2015), Vol. 14,
No. 4, halaman 16
(YPG) dan juga Irak (PKK). Amerika Serikat beserta sekutu-sekutu
Eropa
memfasilitasi YPG dengan senjata canggih dan juga pelatihan
militer. PKK juga
membantu YPG dengan mengirimkan sejumlah tentara untuk melawan
IS.57
Hubungan yang semakin dekat ini tentu menimbulkan rasa khawatir
yang sangat
besar bagi Turki, mengingat Turki memiliki kecurigaan tentang
adanya hubungan
dekat antara YPG dengan Kurdi Turki (PKK) – sebuah kelompok yang
diduga
menjadi dalang di balik kudeta Turki 1980–.58
Kemudian pada 2016, hubungan bilateral keduanya semakin memburuk
pasca
terjadinya peristiwa upaya kudeta di Turki. Pada Juli 2016, sebuah
faksi pemberontak
di dalam angkatan bersenjata Turki berusaha melakukan kudeta.
Pasukan dan tank
memblokir jembatan Bosphorus dan juga gedung-gedung pemerintah
termasuk
gedung Parlemen dan Istana Kepresidenan. Kemudian para pemberontak
mulai
dibombardir, dan sebuah helikopter turut menembaki orang-orang yang
berada di luar
gedung. Radio televise Turki yang bernama Turkish Radio Television
kemudian
dikepung, dan seorang pembawa berita dipaksa oleh pemberontak untuk
membacakan
pernyataan yang telah dinarasikan. Dalam waktu kurang dari 24 jam,
pasukan militer
57 The Time of Kurds, Council Foreign Relations, diakses pada 22
Mei 2020, tersedia di laman
https://www.cfr.org/interactives/time-kurds#!/time-kurds 58 How
America’s relationship with Turkey fell apart, Vox, diunggah pada
17 Mei 2016, diakses
pada 20 mei 2020, tersedia di laman
https://www.vox.com/world/2019/4/11/18292070/usa-turkey-
trump-erdogan-s400
kudeta tersebut berhasil digagalkan.59
sekutu Barat seperti Eropa dan Amerika Serikat bukannya memberikan
ucapan
selamat, melainkan mengkritik pelestarian demokrasi Presiden
Erdogan di Turki.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, justru
memperingatkan
Turki untuk menahan aksi militernya yang dapat melemahkan aksi
Amerika Serikat
melawan IS di Suriah.60
Upaya kudeta ini membawa Turki pada tuduhannya atas Fethullah Gulen
–
seorang aktivis Turki yang tinggal di Pennsylvannia sejak 1990
karena pernah
dianggap mengancam keamanan–. Dan dengan adanya respon Amerika
Serikat yang
terkesan tidak mendukung pemerintah Turki, Presiden Erdogan
menganggap Amerika
Serikat ikut terlibat dalam aksi upaya kudeta ini. 61 Dugaan ini
semakin diperkuat
dengan adanya penolakan Amerika Serikat terhadap permintaan Turki
untuk
mengekstradisi Gulen.
berarti Amerika Serikat dapat menolak permintaan ekstradisi jika
bukti kejahatan
59 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the
Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle
Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
60 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the
Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle
Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
61 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the
Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle
Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
33
membuktikan adanya relasi antara Gulen dengan upaya kudeta. Namun
sayangnya,
Turki tidak dapat memenuhi permintaan Amerika Serikat di
pengadilan.62
Kedekatan Amerika Serikat dengan Kurdi sejak berakhirnya Perang
Dingin,
perbedaan kepentingan di dalam perang saudara Suriah, dan upaya
kudeta di Turki
menambah ketegangan dalam hubungan bilateral. Terlebih lagi,
hubungan Turki
dengan Rusia semakin erat seiring dengan memanasnya hubungan Turki
dengan
Amerika Serikat. Dukungan dan kerja sama militer keduanya semakin
meningkat
pasca terjadinya upaya kudeta ini, meninggalkan banyak pertanyaan
mengenai aliansi
strategis yang selama ini terjalin antara Amerika Serikat dan
Turki.
62 Gonul Tol, The Turkish-U.S. Relationship Current Tensions and
Future Prospects, Friedrich
Ebert Stiftung (2018), halaman 2
34
KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA 2017
Dalam bab ini akan memberikan penjelasan mengenai kerja sama
militer yang
dilakukan oleh Turki dan Rusia pada 2017, tepatnya kerja sama
pengadaan sistem
pertahanan udara S-400. Pada bagian awal pembahasan bab ini
membahas tentang
hubungan bilateral kedua negara yang berkembang pesat pasca insiden
kudeta Turki
2016, khususnya dalam bidang militer. Pada bagian selanjutnya akan
dijelaskan lebih
spesifik mengenai kerja sama senjata militer S-400, dan pada bagian
akhir akan
dijelaskan mengenai dampak dari dilakukannya perjanjian kerja sama
militer S-400
terhadap Amerika Serikat.
A. Peningkatan Hubungan Bilateral Turki – Rusia Pasca Kudeta
2016
Hubungan bilateral yang terjalin antara Turki dengan Rusia
mengalami
peningkatan yang cukup drastis pasca terjadinya kudeta di Turki
pada Juli 2016 lalu.
Upaya kudeta ini terjadi pada 15 Juli 2016, sekitar satu bulan
setelah Turki dan Rusia
secara resmi menormalisasi hubungan bilateral.63 Menanggapi kudeta
yang terjadi,
Kementerian Luar Negeri Rusia pada tanggal 16 Juli 2016
mengeluarkan pernyataan
agar rakyat dan pemerintah Turki dapat menyelesaikan masalah tanpa
kekerasan dan
63 Hasan Selim Ozertem, Turkey and Russia : A Fragile Friendship,
Vol. 15 No. 4, Turkish Policy
Quarterly (2017), halaman 127-130
dengan Presiden Erdogan.64
Di sisi lain, Amerika Serikat yang merupakan aliansi militer Turki
sejak lama
justru enggan memberikan ucapan selamat ketika pemerintah Turki
berhasil
menghentikan upaya kudeta tersebut.65 Selain itu Pemerintah Amerika
Serikat pun
menolak permintaan Turki untuk mengekstradisi Fetullah Gulen
–seorang aktivis
Turki yang telah lama mengasingkan diri di Amerika Serikat dan
dianggap sebagai
dalang dari kudeta yang terjadi– dengan alasan Pemerintah Turki
tidak memiliki bukti
yang cukup kuat untuk menunjukkan tuduhannya tersebut.66 Hal ini
membuat
pemerintah Turki beranggapan bahwa Amerika Serikat terlibat dalam
kudeta yang
terjadi. Hubungan Turki dengan Amerika Serikat semakin menurun
pasca kudeta di
Turki, sedangkan di sisi lain hubungan bilateral Turki dengan Rusia
semakin
menguat.67
Pada 9 Agustus 2016 Presiden Erdogan dan Presiden Putin
melakukan
pertemuan di St. Petersburg. Pertemuan ini menandai berakhirnya
permusuhan kedua
negara pasca insiden penembakan jet tempur Rusia 2015 lalu, dan
juga merupakan
pertemuan pertama pasca kudeta Turki berakhir. Dalam pertemuan ini,
Presiden
64 Jeffrey Mankoff, A Friend in Need? Russia and Turkey after the
Coup, Center For Strategic
International Studies (2016), tersedia di laman
https://www.csis.org/analysis/friend-need-russia-and-
turkey-after-coup, diakses pada 1 Maret 2020
65 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the
Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle
Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
66 Gonul Tol, The Turkish-U.S. Relationship Current Tensions and
Future Prospects, Friedrich Ebert Stiftung (2018), halaman
2-3
67 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the
Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle
Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
bahwa hubungan bilateral keduanya akan segera pulih.68
Pada bulan-bulan berikutnya setelah pertemuan di St. Petersburg
dilakukan,
hubungan bilateral keduanya mulai membaik. Perjanjian bebas visa
antara kedua
negara yang sempat ditangguhkan akhirnya kembali diberlakukan,
tidak ada lagi
pembatasan jumlah perusahaan Turki yang beroperasi di Rusia, tidak
ada lagi
larangan dalam mempekerjakan pekerja Turki di Rusia, dan embargo
terhadap
beberapa produk Turki pun mulai dihentikan. Dari semua aspek yang
mulai membaik
ini, terdapat satu kerja sama yang dianggap paling penting yaitu
kerja sama di bidang
keamanan. Kerja sama tersebut antara lain adalah Operation
Euphrates Shield (OES),
Astana Talks dan gencatan senjata, dan perjanjian jual beli sistem
pertahanan udara S-
400.69
Pada 24 Agustus 2016 Turki mengirim pesawat tempur, tank, dan
pasukan
khusus dibantu oleh Tentara Suriah Merdeka (FSA) ke wilayah utara
Suriah. Operasi
militer yang disebut dengan OES ini dilakukan untuk menjaga
keamanan Suriah dan
wilayah perbatasannya dengan Turki dari serangan terroris Islamic
State (IS) atau
ISIS dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) beserta afiliasinya seperti
Unit Perlindungan
Rakyat (YPG)/Partai Serikat Demokrat Suriah (PYD Suriah).70
68 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the
Failed Coup: A Friend in Need
of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No.
1, halaman 43 69 Evren Balta, From Geopolitical Competition to
Strategic Partnership: Turkey and Russia after
The Cold War, Uluslaransi Iliskiler (2019), Vol. 16 No. 63, halaman
80 70 Operation Euphrates Shield Progress and scope, Aljazeera,
diunggah pada 3 Februari 2017,
diakses pada 30 April 2020 tersedia di laman
37
OES dianggap sebagai intervensi darat yang dilakukan Turki di
Suriah pertama
kali sejak krisis Suriah dimulai. Juru bicara Presiden Turki,
Ibrahim Kalyn
mengatakan bahwa satu-satunya tujuan dari operasi militer ini hanya
untuk
memerangi kelompok teroris di beberapa tempat di wilayah utara
Suriah. Beberapa
daerah yang menjadi fokus utama operasi militer ini adalah
Jarablus, Dabiq, Al-Bab,
dan Al-Rai.71
Operasi militer ini secara resmi diumumkan oleh Presiden Erdogan
berakhir
pada 29 Maret 2017, tanpa dijelaskan apakah Turki menarik pasukan
militernya dari
Suriah atau tidak. Sebelum operasi militer berakhir, pada awal
Maret 2017, pasukan
Turki dan Pasukan Demokratis Suriah (SDF) yang didominasi oleh
Kurdi hampir
bentrok di Manbij –sebuah kota yang memang menjadi tujuan operasi
militer ini
untuk dilindungi dari pengaruh Kurdi lebih jauh lagi–. Kemudian,
Rusia masuk ke
dalam kerusuhan dan berperan sebagai perantara kesepakatan antara
Turki, Kurdi dan
Suriah.72
Sumber: TRT World73
Selain menghadang teroris melalui operasi militernya, Turki juga
menyalurkan
banyak bantuan di berbagai bidang ke Suriah, seperti pendidikan,
kesehatan, dan lain-
lain. Bantuan ini sekaligus sebagai momen bagi Turki untuk
memperkenalkan
“Turki” kepada Suriah, seperti misalnya memperkenalkan bahasa Turki
di berbagai
sekolah dasar, mendirikan lembaga-lembaga yang berbasis Turki , dan
lainnya. Turki
juga merenovasi bangunan administrasi dan layanan sosial termasuk
sekolah di
daerah sekitar tempat berlangsungnya OES. Bantuan-bantuan ini
termasuk salah satu
73 Mapping the targets of Turkey ‘s new military operation in
northern Syria, diunggah pada 14
Desember 2018, diakses pada 30 April 2020, tersedia di laman
https://www.trtworld.com/middle-
east/mapping-the-targets-of-turkey-s-new-military-operation-in-northern-syria-22487
kedua belah pihak.74
Kazakhstan, sebagai tempat pertemuannya. Pertemuan sekaligus
merangkap sebagai
wadah negosiasi yang disediakan untuk pemerintah Suriah dan
kelompok
pemberontak ini dilakukan pada Januari 2017 dengan Turki, Rusia dan
Iran sebagai
penjamin dan Delegasi PBB sebagai pengamat.75 Kelompok pemberontak
yang
datang menghadiri pertemuan tersebut antara lain Faylaq al-Sham,
Ahrar al-Sham,
Jaysh al-Islam, Thuwwar Ahl al-Sham, Jaysh al-Mujahidin, Jaysh
Idlib dan al-Jabhah
al-Shamiyah. Sedangkan IS beserta afiliasinya, dan juga kelompok
yang berkaitan
dengan Kurdi tidak termasuk ke dalam daftar peserta
pertemuan.76
Pertemuan Astana terbentuk atas rasa tidak puas Rusia terhadap
proses PBB
dalam menanggapi konflik Suriah, tepatnya pasca adanya pertemuan
PBB di Jenewa
pada Maret 2016. Berbeda dengan Pertemuan Jenewa yang dihadiri oleh
“para ahli”
dalam konflik ini, Pertemuan Astana justru dihadiri oleh “para
aktor” yang ikut
bermain dalam konflik ini seperti Rusia, Turki dan Iran. Dalam
pertemuan ini, salah
satu hasil yang paling signifikan adalah terbentuknya empat zona
eskalasi yaitu
74 Jan van Leuwen dan Erwin van Veen, Turkey in northwestern Syria:
Rebuilding empire at the margins, Clingendael (2019), halaman
5-6
75 Syria: What you need to know about the Astana talks, CNN,
diunggah pada 22 Januari 2017, diakses pada 1 Mei 2020, tersedia di
laman https://edition.cnn.com/2017/01/22/middleeast/explaining-
astana-talks/index.html
76 Syria conflict: Ceasefire agreed, backed by Russia and Turkey,
BBC, diunggah pada 29 Desember 2016, diakses pada 29 April 2020,
tersedia di laman https://www.bbc.com/news/world-
middle-east-38460127
Yordania. Munculnya empat zona eskalasi ini bertujuan untuk
mengakhiri bentrokan
yang terjadi di daerah tersebut, dengan melarang kelompok militer
yang terlibat
dalam proses Pertemuan Astana untuk melakukan operasi
militer.77
Baik OES maupun Pertemuan Astana merupakan sebuah pencapaian bagi
Turki
dan Rusia, karena sejak awal konflik Suriah dimulai, kedua negara
berada di pihak
yang berlawanan. Rusia mendukung penuh rezim Assad, sedangkan Turki
berada di
pihak pemberontak. Walaupun OES dan Pertemuan Astana dianggap
mampu
mendekatkan kembali Turki dan Rusia, namun tetap peristiwa kudeta
Turki
merupakan momen “peletakan batu pertama” dalam peningkatan hubungan
bilateral
keduanya. Dengan menjadi salah satu pemimpin pertama yang
mengunjungi Presiden
Erdogan pasca insiden kudeta yang terjadi dan tanpa syarat apapun
mendukung
tindakan pemerintah Turki, Presiden Putin secara langsung
memperoleh kepercayaan
Presiden Erdogan.78
Kerja sama lain yang menjadi salah satu kerja sama terpenting yang
dihasilkan
pasca normalisasi hubungan bilateral adalah kerja sama pengadaan
sistem pertahanan
udara S-400. Kerja sama ini dianggap penting karena Turki dianggap
sangat “berani”
mengingat Turki merupakan anggota NATO sejak lama ditambah dengan
adanya
77 Magnus Lungdren, Mediation in Syria, 2016-19: A tale of two
processes, dalam Mediation in the
Arab World, Stockholm University (2019), halaman 9-10 78 Bezen
Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed
Coup: A Friend in Need
of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No.
1, halaman 45
41
larangan pembelian senjata ke Rusia oleh anggota-anggota NATO.
Kerja sama ini
juga menyebabkan retaknya hubungan Turki dengan Amerika Serikat,
walaupun
ketegangan hubungan keduanya telah lama ada dan disebabkan oleh
banyak faktor,
namun keputusan Turki membeli S-400 milik Rusia menambah
ke-keruhan
hubungannya dengan Amerika Serikat. 79
B. Kerja sama Militer S-400 Turki – Rusia
Setelah melalui proses negosiasi selama kurang lebih tiga tahun,
Turki dan
Rusia akhirnya sepakat melakukan perjanjian kerja sama militer
pengadaan sistem
pertahanan udara S-400 atau yang disebut oleh NATO sebagai SA-21
Growler.
Perjanjian ini secara resmi ditandatangani pada 12 September 2017
dan
menghabiskan sekitar USD 2,5 miliar. Perjanjian pengadaan sistem
pertahanan udara
ini meliputi dua resimen S-400. Setiap resimen memiliki dua
batalion, dengan
masing-masing batalion memiliki dua baterai yang dilengkapi dengan
empat
Transporter Erector Launders (TELs) pada tiap baterainya.
Pengiriman pertama
senjata ini dilakukan pada 2019 dan berlanjut hingga 2020.80
S-400 merupakan sebuah senjata pertahanan udara berjenis
Surface-to-Air
Missile (SAM) yang dirancang untuk ditembakkan dari darat ke udara
guna
menghalau ancaman dari musuh seperti pesawat tempur, pesawat
komando, pesawat
pengintai, rudal balistik, dan serangan udara canggih lainnya.
Sistem pertahanan ini
79 Evren Balta, From Geopolitical Competition to Strategic
Partnership: Turkey and Russia after
The Cold War, Uluslaransi Iliskiler (2019), Vol. 16 No. 63, halaman
80 80 Benjamin Rhode, Turkey, the S-400 and the F-35, Strategic
Comments (2019), Vol. 25 No. 6
42
mampu mengidentifikasi target pada jarak hingga 400 km dan mencegat
target
dengan kecepatan hingga 4,8 km/detik.81
Senjata ini diproduksi dan dikembangkan oleh sebuah perusahaan
Rusia
bernama Almaz-Antey, dan memiliki beberapa keunggulan jika
dibandingkan dengan
sistem Patriot milik Amerika Serikat. Selain harga S-400 yang
relatif murah
dibandingkan dengan Patriot, kemampuan menghalau target yang
dimiliki S-400 juga
berada di atas sistem Patriot. Beberapa perbedaan diantara keduanya
antara lain; S-
400 mampu melacak 160 target lawan dalam waktu bersamaan sedangkan
Patriot
hanya mampu sampai 125 target; S-400 mampu menembak target yang
bergerak
hingga kecepatan 17 km/jam, sedangkan Patriot hanya mampu menembak
lawan di
jarak 8 km/jam; S-400 dapat menghancurkan lawan di jarak terjauh
400 km,
sedangkan Patriot hanya mampu menghancurkan pesawat dengan jarak
180 km dan
rudal di jarak 100 km; S-400 mampu menyerang target yang terbang
setinggi hanya
10 meter diatas tanah atau 30 km sekalipun, sedangkan target
terendah Patriot adalah
50 meter dengan jarak tertinggi 25 km.82
S-400 dinilai lebih fleksibel dengan adanya kemampuan untuk
meluncurkan
beberapa jenis rudal dalam waktu bersamaan, diantaranya rudal jarak
pendek, rudal
jarak menengah, hingga rudal jarak jauh. Jenis-jenis rudal yang
dimaksud adalah
rudal jarak jauh 40N6E (menetapkan target pada jarak 600 km dan
menghancurkan
81 Turkey;s S-400 decision in 10 questions, diunggah pada 9 Maret
2019, diakses pada 3 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.aa.com.tr/en/turkey/turkey-s-s-400-decision-in-10-questions/1413237
82 Battle of the Air Defense Systems: S-400 Vs Patriot and THAAD,
Defense World, diunggah pada 16 Agustus 2018, diakses pada 7 Mei
2020, tersedia di laman
https://www.defenseworld.net/feature/20/Battle_of_the_Air_Defense_Systems__S_400_Vs_Patriot_an
d_THAAD#.XrzraBozbIU
43
target pada jarak 400 km), rudal jarak menengah 48N6 (250 km),
9M96E2 (120 km),
dan rudal jarak pendek 9m96E (40 km).83 Versi ekspor S-400 memiliki
radar akuisisi
opsional yang dirancang untuk dapat menghancurkan pesawat
pengintai, rudal
jelajah, rudal taktis, rudal balistik jarak menengah, dan semua
ancaman udara
lainnya.84 Kepala Riset Kemampuan dan Strategi Australia Air Power,
Dr. Karlo
Copp,85 mengatakan bahwa S-400 juga memiliki radar akuisisi
opsional yang
dirancang untuk dapat menghancurkan pesawat stealth seperti F-22
dan F-35 milik
Amerika Serikat. Selain itu, S-400 juga dirancang untuk dapat
melawan sistem
standoff seperti pos komando udara dan pesawat sejenis Boeing E-3
Sentry –jenis
Pesawat Peringatan Dini dan Kontrol (AWACS) dan pengintai yang
digunakan oleh
Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO nya–.86
83 Why Russia’s S-400 Anti-Air System Is Deadlier Than You Think,
National Interest, diunggah
pada 9 November 2019, tersedia di laman
https://nationalinterest.org/blog/buzz/why-russias-s-400-
anti-air-system-deadlier-you-think-94541, diakses pada 5 Mei
2020
84 Almaz-Antey 40R6 / S-400 Triumf; Self Propelled Air Defence
System / SA-21, Air Power Australia, diunggah pada 27 Januari 2014,
diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.ausairpower.net/APA-S-400-Triumf.html#mozTocId880228
85 Air Power Australia, diunggah pada 27 Januari, diakses pada 5
Juli 2020, tersedia di laman
https://www.ausairpower.net/editor.html
86 Why Russia’s S-400 Anti-Air System Is Deadlier Than You Think,
National Interest, diunggah pada 9 November 2019, tersedia di laman
https://nationalinterest.org/blog/buzz/why-russias-s-400-
anti-air-system-deadlier-you-think-94541, diakses pada 5 Mei
2020
Sumber: Global Security87
9M96E dan 9M96E2 yang termasuk ke dalam kelompok rudal
jangkauan
pendek hingga menengah (9M96), memiliki kemampuan untuk dapat
menyerang dan
menghancurkan pesawat dan senjata yang diluncurkan melalui udara
dengan jarak
lebih dari 120 km. Rudal jenis ini dirancang untuk menyerang
pesawat taktis dan
rudal balistik. Perbedaan yang ada pada kedua rudal ini adalah
rudal model 9M96E2
dilengkapi dengan alat penggerak/pengendali yang lebih besar dan
lebih kuat. Dengan
adanya perbedaan ini, rudal 9M96E dan 9M96E2 memiliki jarak
jangkauan yang
berbeda, yaitu 9M96E dapat membidik target sejauh 40 km dengan
ketinggian 5
meter hingga 20 km, dan 9M96E2 dapat membidik target sejauh 120 km
dengan
ketinggian 30 km.88
Rudal jarak menengah berikutnya adalah 48N6, memiliki kecepatan
tinggi
besar dengan jarak jauh 200-250 km. 48N6 merupakan versi yang
sedikit
87 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5
Mei 2020, tersedia di laman
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
88 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5
Mei 2020, tersedia di laman
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
menyerang rudal balistik dengan kecepatan maksimum Mach 8, lebih
unggul
dibandingkan dengan sistem Patriot (PAC-2) milik Amerika Serikat
yang dapat
membidik target dengan maksimum kecepatan Mach 6.89
Jenis rudal selanjutnya adalah 40N6E yang dirancang untuk
mendeteksi
sekaligus menghancurkan target yang berada di udara hingga 400 km
(dua kali lipat
kemampuan jarak Patriot milik Amerika Serikat). Rudal ini dapat
menghancurkan
pos komando udara dan juga rudal jelajah dan rudal balistik
hipersonik. Rudal ini
juga memiliki kemampuan untuk mencegat target dengan kecepatan
hingga 4,8
km/detik. Pada masa awal percobaan, rudal ini dinamakan 40N6 dengan
klaim yang
sama yaitu menghancurkan target di jarak 400 km namun tidak
berhasil selama masa
percobaan. Rusia kemudian memperbarui dan memberi nama 40N6E dan
dikatakan
berhasil di uji coba terakhirnya pada 2018 lalu. rudal ini memiliki
kemampuan untuk
menetapkan target di jarak 600 km dan menghancurkan target di jarak
400 km. 90
Sistem pertahanan rudal S-400 terdiri dari beberapa komponen,
antara lain
radar, kendaraan komando, dan peluncur. Radar yang digunakan dalam
sistem S-400
ini ada dua yaitu long-range surveillance/radar jarak jauh dan
radar engagement.91
Radar jarak jauh (91N6E/Big Bird acquisition and battle management
radar)
89 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5
Mei 2020, tersedia di laman
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
90 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5
Mei 2020, tersedia di laman
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
91 S-400 Triumf Triumph SA-21 Growler 5P85TE2, Army Recognition,
diunggah pada 5 Mei 2020, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di
laman
https://www.armyrecognition.com/russia_russian_missile_system_vehicle_uk/s-400_triumf_sa-
21_growler_missile_russia_air_defense_system.html
Kemudian radar engagement (92N6E / Grave Stone) merupakan sebuah
radar yang
memiliki kemampuan melacak 100 target dan berfungsi untuk
memprioritaskan
target, menghitung perkiraan jarak peluncuran rudal, meluncurkan
dan menangkap
rudal, juga memastikan dan memandu rudal agar tepat mengenai
target.93
Kendaraan komando (55K6E/Mobile Command Post on Ural-532301)
digunakan untuk mengontrol dan memonitor radar jarak jauh, melacak
ancaman di
udara dan mengkoordinasikan semua baterai. Dan yang terakhir adalah
kendaraan
peluncur yang berkapasitas membawa empat container rudal dalam satu
peluncur
(5P85TE2/5P85SE2), yang mana tiap container dapat menampung satu
rudal 48N6E
atau empat rudal 9M96.94
Cara kerja S-400 adalah ketika objek/target mulai muncul ke wilayah
pelacakan
radar, maka radar akan melacak target tersebut dan mengirimkan
informasi mengenai
target ke kendaraan komando, dan menilai target yang potensial
untuk diserang.
Kemudian kendaraan komando akan menerima informasi tersebut dan
target akan
92 64N6/91N6E – TOMBSTONE/Big Bird, Global Security, diakses pada 5
Mei 2020, tersedia di
laman
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/tombstone.htm
93 Almaz-Antey 40R6 / S-400 Triumf; Self Propelled Air Defence
System / SA-21, Air Power
Australia, diunggah pada 27 Januari 2014, diakses pada 5 Mei 2020,
tersedia di laman
https://www.ausairpower.net/APA-S-400-Triumf.html#mozTocId880228
94 S-400 Triumf Triumph SA-21 Growler 5P85TE2, Army Recognition,
diunggah pada 1 Mei 2020, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di
laman
https://www.armyrecognition.com/russia_russian_missile_system_vehicle_uk/s-400_triumf_sa-
21_growler_missile_russia_air_defense_system.html
meluncurkan rudal ke target. Setelahnya, data dan perintah
peluncuran tersebut akan
diterima oleh kendaraan peluncur dan rudal pada akhirnya
diluncurkan ke target.
Untuk memastikan rudal supaya tepat mengenai target, radar
engagement akan
memandu rudal selama proses peluncuran.95
Gambar III.B.2 Skema Cara Kerja Sistem Pertahanan Rudal S-400
Sumber: BBC96
Walaupun secara tertulis senjata S-400 ini dinilai memiliki
kemampuan sangat
tinggi, namun terdapat beberapa kelemahan yang menyebabkan beberapa
pihak masih
meragukan keefektifan senjata ini. Seperti misalnya senjata S-400
sendiri akan
95 Where does Turkey’s S-400 missile deal with Rusia leave the US?,
BBC, diunggah pada 12 Juli
2019, diakses pada 10 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.bbc.com/news/world-europe- 48962886
96 Where does Turkey’s S-400 missile deal with Rusia leave the US?,
BBC, diunggah pada 12 Juli 2019, diakses pada 10 Mei 2020, tersedia
di laman https://www.bbc.com/news/world-europe- 48962886
modern lainnya untuk dapat bekerja secara maksimal. Selain itu
walaupun S-400
disebut dapat melawan sistem standoff, namun banyak juga yang
beranggapan bahwa
sistem pertahanan rudal ini masih rentan terhadap serangan rudal
standoff seperti
rudal jelajah, bom luncur (glide bomb), dan rudal balistik jarak
pendek. Tidak hanya
itu, medan yang tidak rata seperti pegunungan akan membuat S-400
sulit mendeteksi
datangnya rudal jelajah terbang rendah, membuatnya rentan terkena
serangan.97
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, mengatakan bahwa Turki
juga
mengirimkan personilnya ke Rusia untuk secara khusus dilatih
bagaimana
mengoperasikan pesawat S-400. Hal ini sekaligus menjadi harapan
bagi Turki untuk
dapat melindungi rakyat dan negaranya.98 Dilihat dari kerja sama
bilateral yang
terjalin dalam beberapa tahun terakhir, dapat dikatakan kedua
negara mengalami
penguatan hubungan yang cukup signifikan. Hal ini secara tidak
langsung
menimbulkan rasa ketergantungan jangka panjang, terutama bagi Turki
khususnya
dalam kerja sama pengadaan sistem pertahanan S-400 ini.99
97 Why the S-400 Missile is Highly Effective – If Used Correctly,
Stratfor, diunggah pada 12 Juli
2019, diakses pada 1 Mei 2020, tersedia di laman
https://worldview.stratfor.com/article/why-s-400-
s400-missile-long-range-turkey-russia-syria-effective
98 Defense Minister: Turkish military personnel in Russia for S-400
training, Daily Sabah, diunggah pada 23 Mei 2019, diakses pada 30
Juni 2020, tersedia di laman
https://www.dailysabah.com/defense/2019/05/23/defense-minister-turkish-military-personnel-in-
russia-for-s-400-training
99 Galip Dalay, After the S-400 purchase: Where Are Turkish –
Russian Relations Heading?, SWP Berlin, diunggah pada 3 September
2019, diakses pada 30 Juni 2020, tersedia di laman
Serikat
Peningkatan hubungan bilateral antara Turki dengan Rusia yang
terjadi secara
“drastis” telah menimbulkan ketegangan hingga keretakan bagi
hubungan Turki
dengan Amerika Serikat. Kebijakan-kebijakan Turki pada beberapa
tahun terakhir
seperti kebijakan di Timur Tengah terutama dalam menangani konflik
Suriah,
kebijakan mengenai Kurdi, ditambah lagi dengan kebijakan pembelian
S-400 milik
Rusia, membuat hubungan Turki dengan Amerika Serikat semakin
memburuk.
Amerika Serikat telah memberi peringatan kepada Turki sejak
Turki
mengumumkan kesepakatan pembelian S-400 dengan Rusia pada September
2017.
Peringatan ini berubah menjadi ancaman karena Turki tidak juga
membatalkan
kesepakatannya dengan Rusia, hingga Turki menerima pengiriman batch
kedua
baterai S-400 pada September 2019.100 Kekhawatiran Amerika Serikat
terhadap
pembelian S-400 ini adalah karena Turki menggunakan pesawat F-16
sebagai bahan
percobaan dari penggunaan S-400.101
https://www.swp-berlin.org/en/publication/after-the-s-400-purchase-where-are-turkish-russian-
relations-heading/
100 Trump Should Not Fall for Erdogan’s S-400 Gambit, War On The
Rocks, diunggah pada 5 Mei 2020, diakses pada 18 Mei 2020, tersedia
di laman https://warontherocks.com/2020/05/trump-should-
not-fall-for-erdogans-s-400-gambit/
101 Turkey to test Russian S-400 systems despite U.S pressure:
media, Reuters, diunggah pada 25 November 2019, diakses pada 18 Mei
2020, tersedia di laman https://www.reuters.com/article/us-
turkey-security-usa/turkey-to-test-russian-s-400-systems-despite-u-s-pressure-media-
idUSKBN1XZ0U1
tidak ada respon negatif dari Barat menanggapi keputusan Yunani
tersebut.102 Selain
itu, hal lain yang membuat Presiden Erdogan mempertahankan sistem
S-400 adalah
bahwa Ia merasa keputusannya merupakan cara paling baik untuk
melindungi
keamanan negaranya dari jet F-16 milik Turki sendiri, yang pernah
digunakan
sebagai alat operasi kudeta 2016 lalu.103
102 S-400 agreements with Russia ‘a done deal,’ Erdogan says, Daily
Sabah, diunggah pada 26 Juli
2017, diakses pada 30 April 2020, tersedia di laman
https://www.dailysabah.com/politics/2017/07/26/s-400-agreement-with-russia-a-done-deal-erdogan-
says
103 Trump Should Not Fall for Erdogan’s S-400 Gambit, War On The
Rocks, diunggah pada 5 Mei 2020, diakses pada 18 Mei 2020, tersedia
di laman https://warontherocks.com/2020/05/trump-should-
not-fall-for-erdogans-s-400-gambit/
KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA TAHUN 2017
Bab ini akan membahas mengenai alasan di balik keluarnya respon
Amerika
Serikat terhadap kerja sama pengadaan sistem pertahanan udara S-400
antara Turki
dan Rusia pada tahun 2017. Alasan tersebut antara lain karena
adanya kepentingan
pertahanan yang berupa kepentingan intelegensi, dan adanya
kepentingan politik
yang berupa hegemoni khususnya di kawasan Timur Tengah. Alasan ini
masing-
masing mendorong Amerika Serikat mengeluarkan respon yaitu
menghapuskan Turki
dari kerja sama F-35 dan penundaan penjatuhan sanksi ekonomi
terhadap Turki.
A. Penghapusan Turki dari Program Kerja Sama F-35
Penghapusan Turki dari program kerja sama F-35 merupakan salah satu
bentuk
respon Amerika Serikat atas kerja sama militer S-400 yang dilakukan
oleh Turki dan
Rusia. Respon ini keluar atas dasar adanya kepentingan pertahanan
yang ingin
dilindungi oleh Amerika Serikat yang berupa kepentingan int