RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA MILITER S …

111
RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI-RUSIA PERIODE 2017-2019 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Syifa Fatimah Azzahra 1113113000064 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA MILITER S …

PERIODE 2017-2019
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MILITER S-400 TURKI-RUSIA PERIODE 2017-2019
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juli 2020
MILITER S-400 TURKI-RUSIA PERIODE 2017-2019
Oleh Syifa Fatimah Azzahra
111311300064
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Penguji I, Penguji II,
Juli 2020 Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
FISIP UIN Jakarta, M. Adian Firnas, S.IP., M.Si.
iv
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama : Syifa Fatimah Azzahra NIM : 1113113000064 Program Studi : Hubungan Internasional Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA PERIODE 2017-2019 dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 06 Juli 2020
M. Adian Firnas, S.IP., M.Si. Febri Dirgantara H, SE.,MM.
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis tentang alasan dibalik keluarnya respon Amerika Serikat atas kerja sama militer pengadaan sistem pertahanan udara S-400 yang dilakukan oleh Turki – Rusia pada tahun 2017. Respon ini keluar karena adanya kepentingan pertahanan dan kepentingan politik Amerika Serikat khususnya di kawasan Timur Tengah. Dalam menganalisa alasan dibalik keluarnya respon Amerika Serikat, skripsi ini menggunakan konsep Rational Actor Model (RAM) milik Alex Mintz dan konsep kepentingan nasional milik Martin Griffith. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka sebagai sumber data.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka sebagai sumber utama. Data yang bersumber dari jurnal, report, official website pemerintahan, maupun berita online kemudian dikolaborasi dengan menggunakan teori di atas sehingga ditemukanlah adanya kepentingan nasional yang mendasari Amerika Serikat mengeluarkan respon penghapusan Turki dari program kerja sama F-35 dan penjatuhan sanksi ekonomi yang hingga kini masih belum juga diterapkan.
Kata kunci: Amerika Serikat, Turki, Rusia, Rational Actor Model, kepentingan nasional, F-35, S-400.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala
karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
salallahu ’alaihi wa sallam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada support system yang paling utama yaitu Papa dan
Mama, karena apalah diri ini tanpa kalian berdua. Terima kasih atas dukungan dan
kasih sayang yang kalian berikan tanpa henti dan tanpa lelah kepada penulis.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada kakak-kakak dan adik penulis,
Kak Annisa, Mas Idris, Mas Reza, Kak Cindar, Kak Zulfa, Mas Fahmi, dan Rifa.
Terima kasih untuk selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam pengerjaan
skripsi ini. I owe you guys much, I love you.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada bapak Dosen Pembimbing, Pak
Febri Dirgantara Hasibuan SE., MM yang dengan sangat sabar membimbing penulis
hingga akhirnya skripsi ini selesai.
Terima kasih kepada Pak Irfan Hutagalung L.L.M, selaku dosen pembimbing
seminar proposal yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat berharga.
Kepada seluruh jejeran dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
vii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dhony, manusia tersabar yang
tidak pernah lelah memberikan nasihat, saran, bantuan, dan juga dukungan. Terima
kasih untuk selalu meluangkan waktunya demi membantu penulis, baik dalam bentuk
material maupun non-material hingga akhirnya penelitian ini selesai. Thanks for
keeping me sane.
Kepada sahabat-sahabat CHP yang selalu memberikan warna di dalam hari-hari
penulis, memberikan semangat, saran, dan bantuannya. Terima kasih Zida, Yusi,
Fenindya, Revy, Sakiinah, dan Rosalina. Terima kasih banyak! Terima kasih juga
kepada teman-teman singa, Lani dan Fajar yang selalu mendukung tanpa pernah
menanyakan kapan skripsi ini selesai.
Terima kasih juga kepada teman-teman geng magang Bota Penang, Zida,
Auzan, Vita, Dara, Felita karena telah berbagi pengalaman luar biasa selama satu
bulan tinggal di Penang. Terima kasih juga kepada teman-teman KKN DAUN, Roro,
Tika, Syifa, Yaya, Agi, Ridho, Beben, Reza, dan Joy atas suka duka hidup bersama
selama satu bulan di rumah orang lain. You guys brought so many wonderful
memories.
Terima kasih khususnya kepada Mas Fahmi, Auzan dan Bimo, atas kesabaran
membimbing penulis dan mengkritik segala kekurangan hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Kepada teman-teman seperjuangan dalam mengejar S.Sos
di detik-detik terakhir, Yusi, Kartika, Bimo, Affan, Iqbal, Oji, Arip. Terima kasih
banyak telah berjuang bersama!
Kepada jejeran mahasiswa-mahasiswi HI UIN 2013, semuanya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak karena telah memberikan memori
indah selama kuliah. Catatan Ojan, HI Visit, Makrab, dan lain-lain.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini akan mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran terkait skripsi ini akan sangat
membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Jakarta, 10 Juli 2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................................................. iv
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 8
E. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 11
2. Kepentingan Nasional ....................................................................................... 13
F. Metode Penilitian .................................................................................................. 14
G. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 15
KUDETA 2016 ...................................................................................................... 18
A. Sejarah Singkat Terbentuknya Hubungan Aliansi Amerika Serikat-Turki ........... 18
B. Kerja sama Militer Amerika Serikat – Turki Sebelum Kudeta 2016 .................... 22
C. Konflik Dalam Hubungan Bilateral Amerika Serikat – Turki Sebelum Kudeta
2016 ....................................................................................................................... 27
BAB III KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA 2017 .......................... 34
A. Peningkatan Hubungan Bilateral Turki – Rusia Pasca Kudeta 2016 .................... 34
B. Kerja sama Militer S-400 Turki – Rusia ............................................................... 41
C. Dampak Kerja sama Militer S-400 Turki-Rusia Terhadap Amerika Serikat ........ 49
BAB IV ANALISIS RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA
MILITER S-400 TURKI – RUSIA TAHUN 2017 ............................................... 51
A. Penghapusan Turki dari Program Kerja Sama F-35 .............................................. 51
1. Identifikasi Masalah.......................................................................................... 60
5. Penerapan Keputusan........................................................................................ 65
1. Penutupan Pangkalan Militer Bersama Incirlik di Turki. ................................. 71
2. Penurunan Nilai Perdagangan Kedua Negara................................................... 74
3. Meningkatnya Kedekatan Hubungan Bilateral Turki – Rusia .......................... 77
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 80
Gambar I.A.1 Tabel daftar peringkat negara pengimpor terbesar 2018 .................... 3
Gambar II.A.1 Peta Turki dan Negara-negara di Sekitarnya ..................................... 21
Gambar II.B.1 Pesawat Tempur F-35A ..................................................................... 25
Gambar II.C.1 Peta Penyebaran Suku Kurdi di Timur Tengah ................................. 28
Gambar III.A.1 Peta Operation Euphrates Shield di Suriah ...................................... 38
Gambar III.B.1 Jenis rudal yang digunakan oleh sistem S-400 ................................. 44
Gambar III.B.2 Skema Cara Kerja Sistem Pertahanan Rudal S-400 ......................... 47
Gambar IV.B.1 Pangkalan Militer Incirlik ................................................................ 72
Gambar IV.B.2.1 Perdagangan Senjata Internasional Tahun 1979-2018 .................. 74
Gambar IV.B.2.3 Tabel Perdagangan Barang AS-Turki ........................................... 76
xii
CAATSA Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act
CTOL Conventional Takeoff and Landing
DECA Defense and Economy Cooperation Agreement
IS/ISIS Islamic State/Islamic State of Iraq and Syria
JSF Joint Strike Fighter
NPR National Public Radio
OES Operation Euphrates Shield
PKK Kurdistan Workers Party
RAM Rational Actor Model
SDF Syrian Democratic Force
TELs Transporter Erector Launchers
1
A. Pernyataan Masalah
Amerika Serikat dan Turki telah menjadi aliansi militer selama lebih dari
setengah abad. Aliansi keduanya pertama kali terbentuk pada masa awal Perang
Dingin yang didorong oleh munculnya ancaman dari ekspansi Uni Soviet. Hubungan
keduanya kemudian menjadi semakin kuat ketika Turki resmi masuk ke dalam
keanggotaan North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 1952. Selama masa
Perang Dingin, Turki berperan dalam membentengi wilayah-wilayah penting bagi
Amerika Serikat dan NATO, yaitu wilayah Mediterania dan Timur Tengah dari
ekspansi Uni Soviet.1
Pada 1991 ketika Perang Dingin berakhir dan Uni Soviet runtuh, aliansi militer
antara Amerika Serikat dengan Turki tidak serta merta ikut berakhir, melainkan
semakin kuat. Namun, hubungan keduanya tidak lagi terjalin berdasarkan pada
ancaman ekspansi Uni Soviet, tetapi melihat Turki sebagai wilayah strategis untuk
kepentingan Amerika Serikat. Turki berperan sebagai jembatan penghubung bagi
Barat ke dunia Muslim dan juga sebagai kekuatan penstabil di wilayah Timur Tengah
1 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S.-Turkish Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010), halaman 3
2
dan Kaukasus atau Asia Tengah, yang merupakan wilayah kepentingan Amerika
Serikat.2
untuk menandatangani perjanjian Defense and Economic Cooperation Agreement
(DECA) pada 29 Maret 1980. Perjanjian ini bertujuan untuk membantu
perekonomian Turki yang lemah saat itu dan memperkuat kemampuan industri
pertahanan Turki. Sebagai gantinya, Amerika Serikat diberikan kebebasan untuk
dapat mengakses ke pangkalan udara, instalasi intelijen, stasiun navigasi jarak jauh,
elemen sistem komunikasi pertahanan, dan fasilitas pendukung milik Turki lainnya.3
Turki juga terikat dalam program militer milik Amerika Serikat yang bernama
Joint Strike Fighter (JSF) sejak 1999.4 JSF adalah sebuah program pengadaan senjata
yang dibawahi oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang bertujuan untuk
menciptakan senjata canggih untuk angkatan laut, angkatan udara, dan angkatan
darat.5 Program ini memiliki banyak tingkatan untuk mitranya. Sebelum resmi
bergabung dengan program, Turki dikenakan biaya USD 5 juta hanya untuk
mendapatkan informasi mengenai keseluruhan program. Turki kemudian naik level
dengan membayar senilai USD 1 miliar untuk mengikuti fase System Development
2 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S.-Turkish Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010), halaman 1 3 The Defense and Economic Cooperation Agreement – U.S. Interests and Turkish Needs, GAO
(1982) tersedia di laman https://www.gao.gov/assets/140/137457.pdf, halaman 1 4 Serhat Guvenc, Lerna K. Yanik, Turkey’s Involvement in the F-35 Program: One step forward,
two steps backward?, International Journal (2014) 5 Jeremiah Gertler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program, Congressional Research Service
(2018), halaman 1
and Demonstration (SDD) pada Maret 2002. Fase ini memperbolehkan Turki
memiliki “upgrade” senjata rancangan JSF, seperti salah satunya jet tempur F-35.6
Dengan adanya perjanjian dan program ini membuat Turki bergantung pada
Amerika Serikat dalam hal pemasokan senjata. Pada periode 1991-2017, Turki berada
di urutan kelima sebagai negara importir senjata terbesar di dunia. Walaupun Turki
juga mendapat suplai dari beberapa negara anggota NATO lainnya, namun pada
2014-2018 Amerika Serikat menjadi negara pengekspor senjata terbesar ke Turki,
menyumbangkan 60% dari total impor senjata Turki.7
Gambar I.A.1 Tabel daftar peringkat negara pengimpor terbesar 2018
Sumber: SIPRI8
6 Serhat Guvenc, Lerna K. Yanik, Turkey’s Involvement in the F-35 Program: One step forward,
two steps backward?, International Journal (2014), halaman 119-121 7 Turkey: Which counties export arms to Turkey?, BBC, diunggah pada 23 Oktober 2019, diakses
pada 17 Desember 2019, tersedia di laman https://www.bbc.com/news/50125405 8 Pieter D. Wezeman, Aude Fleurant, Alexandra Kuimova, Nan Tian and Siemon T. Wezeman
,Trends in International Arms Transfers 2018, SIPRI (2019), halaman 6
Aliansi ini diharapkan dapat menjaga kestabilan dan keamanan negara Turki,
karena jika dilihat dari sisi geografis Turki berada di wilayah yang dekat dengan
negara-negara berpotensi konflik seperti Suriah, Irak, dan Yunani. Turki juga berada
dalam jangkauan rudal Iran dan Irak. Aliansi militer dengan Amerika Serikat
dianggap sebagai “asuransi” penting bagi Turki, walaupun pada kenyataannya
kehadiran Amerika Serikat di wilayah berkonflik tersebut juga merupakan hal yang
meresahkan.9
Namun dalam beberapa tahun terakhir, hubungan bilateral Amerika Serikat dan
Turki menghadapi banyak ketegangan. Ketegangan ini dipicu oleh rasa tidak percaya
Turki terhadap Amerika Serikat dalam beberapa hal, diantaranya yaitu dukungan
Amerika Serikat kepada kelompok militer etnis Kurdi dan kudeta militer yang terjadi
di Turki 2016 lalu. Kudeta militer ini pada akhirnya mendorong Turki untuk bekerja
sama di bidang militer dengan Rusia.
Pada Juli 2016 lalu, sebuah kelompok militer melakukan kudeta untuk
menggulingkan Presiden Erdogan. Kudeta militer ini menewaskan sekitar 249 orang
dan berakhir gagal karena sebagian besar militer melindungi pemerintah. Namun hal
ini tidak membuat Presiden Erdogan tinggal diam. Mayoritas pemerintah Turki
menganggap aksi kudeta ini ada kaitannya dengan Fethullah Gulen, seorang aktivis
Turki yang memiliki cukup pengaruh dan pada akhirnya mengasingkan diri di
Amerika Serikat sejak 1999. Turki akhirnya meminta Amerika Serikat untuk
9 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S-Turkish Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010) halaman 4
5
dengan alasan Turki tidak memiliki bukti kuat untuk menuduh Gulen.10
Respon Amerika Serikat semakin memperdalam rasa tidak percaya Turki
terhadap aliansi militernya tersebut, dan hal ini kemudian mendorong Turki untuk
mendekati Rusia. Pada pada 12 September 2017, Turki dan Rusia menandatangani
perjanjian kerja sama pengadaan senjata yang berupa sistem pertahanan udara S-400
senilai USD 2,5 miliar.11 Dalam perjanjian tersebut, Rusia sepakat untuk
mengirimkan senjata rudal S-400 nya ke Turki secara bertahap terbagi menjadi dua
batch. Batch pertama yaitu pada Juli 2019, dan batch kedua pada September 2019.12
S-400 (dikenal dengan nama SA-21 Growler oleh NATO) merupakan sistem
pertahanan udara yang memiliki kemampuan jangkauan maksimum sejauh 400
kilometer (250 mil) dan dapat mencapai ketinggian hingga 27 kilometer. Dengan
kemampuan jangkauan yang luas ini, S-400 dapat menghancurkan jet tempur, rudal
balistik, dan juga drone. Senjata ini dibuat oleh perusahaan senjata milik negara yaitu
Almaz-Antey, yang telah menjadi sasaran sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat atas
tindakan Rusia di Ukraina.13
10 Steven A. Cook, Neither Friend nor Foe: The Future of U.S.-Turkey Relation, Council on
Foreign Relations, No. 82 (2018) halaman 6 11 Turkey, Russia sign deal on supply of S-400 missiles, Reuters, diunggah pada 29 Desember 2017,
diakses pada 13 Desember 2019, tersedia di laman https://www.reuters.com/article/us-russia-turkey- missiles/turkey-russia-sign-deal-on-supply-of-s-400-missiles-idUSKBN1EN0T5
12 Russia completes second phase of S-400 missiles delivery to Turkey, Xinhua, diunggah pada 15 September 2019, diakses pada 16 Desember 2019, tersedia di laman http://www.xinhuanet.com/english/2019-09/15/c_138393739.htm
13 S-400 missile system: What is it and why doesTurket want it?, DW, diunggah pada 12 Juli 2019, diakses pada 17 Desember 2019, tersedia di laman https://www.dw.com/en/s-400-missile-system- what-is-it-and-why-does-turkey-want-it/a-49571650
mengantisipasi terjadinya kudeta militer di masa mendatang. Belajar dari pengalaman
Turki pada kudeta 2016 lalu, seorang pilot pemberontak mengendarai pesawat F-16
buatan Amerika Serikat dan membom Parlemen Turki sebanyak 11 kali, namun Turki
tidak memiliki pertahanan apapun terhadap senjata Amerika tersebut. Keputusan
Presiden Erdogan dalam membeli sistem pertahanan udara milik Rusia diharapkan
mampu untuk membendung terjadinya hal yang sama kedepannya.14
Keputusan Turki untuk melakukan perjanjian kerja sama militer dengan Rusia
mendapat respon negatif dari Amerika Serikat. Ketua Komite Militer NATO,
Jenderal Petr Pavel mengatakan Turki harus siap menghadapi apapun konsekuensi
yang diberikan atas tindakan yang dilakukan.15 Namun menanggapi peringatan
maupun ancaman dari sekutu Barat, Presiden Erdogan mengatakan akan tetap
melanjutkan perjanjian tersebut, mengingat NATO tidak melakukan apapun untuk
menghalangi Yunani dari membeli sistem pertahanan udara S-300 –senjata keluaran
lebih dahulu dibandingkan S-400– dari Rusia di tahun sebelumnya.16
14 S-400 and More: Why Does Turkey Want Russian Military Technology so Badly?, National
Interest, diunggah pada 14 Juli 2019, diakses pada 16 Januari 2020, tersedia di laman https://nationalinterest.org/blog/buzz/s-400-and-more-why-does-turkey-want-russian-military- technology-so-badly-66732
15 NATO official : Turkey faces ‘consequences’ if purchase of S-400 completed, Defense News, diunggah pada 25 Oktober 2017, tersedia di laman https://www.defensenews.com/land/2017/10/25/nato-official-turkey-faces-consequences-if-purchase- of-s-400-completed/, diakses pada 1 April 2020
16 S-400 agreements with Russia ‘a done deal,’ Erdogan says, Daily Sabah, diunggah pada 26 Juli 2017, diakses pada 30 April 2020, tersedia di laman https://www.dailysabah.com/politics/2017/07/26/s-400-agreement-with-russia-a-done-deal-erdogan- says
penelitian ini dianggap menarik adalah karena Turki dan Amerika Serikat merupakan
aliansi sejak 1952.17 Namun aliansi keduanya retak setelah terdapat banyaknya
perbedaan dalam perspektif politik dan pengambilan kebijakan, membuat Turki
kehilangan rasa kepercayaan dan menjadikan Rusia sebagai mitra terbarunya. Di
sinilah kemudian muncul pertanyaan “Mengapa Amerika Serikat perlu merespon
kerja sama S-400 antara Turki – Rusia di tahun 2017?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi berjudul Respon Amerika Serikat
Terhadap Kerja sama Militer Turki – Rusia Pada 2017 adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui respon Amerika Serikat terhadap kerja sama militer S-400 Turki
– Rusia pada tahun 2017
3. Mengaplikasikan teori dan konsep dalam studi Hubungan Internasional yang
relevan dan dapat digunakan sebagai alat analisa terhadap isu yang diangkat
Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi
mahasiswa Hubungan Internasional khususnya mahasiswa Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
17 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S.-Turkish Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND Corporation (2010) halaman 4
8
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau sumber bacaan bagi
penelitian berikutnya dengan topik yang sama, yaitu respon Amerika Serikat
terhadap kerja sama aliansinya dengan negara lain
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana yang telah dijabarkan pada penyataan masalah, bahwa skripsi
yang berjudul Respon Amerika Serikat Terhadap Kerja sama Militer S-400 Turki-
Rusia 2017 ini bertujuan untuk menganalisis tindakan Amerika Serikat dalam
merespon kerja sama militer yang dilakukan Turki dan Rusia. Oleh karena itu,
penulis merujuk ke beberapa jurnal dan artikel yang berkaitan dengan topik penelitian
penulis, untuk kemudian dijadikan pelengkap dan pembanding penelitian ini.
Tulisan pertama yang penulis gunakan sebagai rujukan penelitian ini adalah
jurnal yang berjudul “Analysing a Tumultuous Relationship: Turkey and the US in
the Middle East”18 yang ditulis oleh Lennore G. Martin. Jurnal ini membahas tentang
perdebatan dan ketegangan yang terjadi dalam hubungan bilateral Amerika Serikat –
Turki akhir-akhir ini, yang utamanya dipicu oleh perbedaan kebijakan luar negeri
kedua negara terhadap Timur Tengah. Negara-negara Timur Tengah yang dimaksud
adalah Suriah, Iran, Israel, Mesir, Arab Saudi, dan juga negara-negara anggota Gulf
Cooperation Council (GCC). Selain itu, pemicu keretakan lainnya datang dari
beberapa hal yang tidak berhubungan langsung dengan kebijakan luar negeri Timur
Tengah mereka, seperti kerja sama militer S-400 Turki – Rusia, penolakan Amerika
18 Lennore G. Martin, Analysing a Tumultuous Relationship: Turkey and the US in the Middle East,
Vol. 13 No. 2, Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies (2019) halaman 262-277
9
Serikat mengekstradisi Fethullah Gulen ke Turki, penjatuhan tekanan ekonomi
(sanksi dan kenaikan bea cukai) ke Turki oleh Amerika Serikat, dan meningkatnya
anti-Amerika di Turki.
Dalam tulisannya, Lennore G. Martin memaparkan topik yang dibahas secara
deskriptif, mendalam, dan terstruktur. Jurnal ini menggunakan teknik pengumpulan
data yang berupa library research dengan menggunakan data sekunder seperti jurnal,
buku, artikel dan juga berita yang relevan dengan penelitiannya. Guna menganalisa
sikap kedua negara terhadap Timur Tengah ini, Lennore G. Martin menggunakan dua
teori yaitu Realisme dan Konstruktivisme. Teori realisme digunakan untuk menjawab
perubahan sistem yang terjadi di kawasan Timur Tengah, dan mempertanyakan sikap
balancing yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Turki. Kemudian
konstruktivisme digunakan untuk menjelaskan isu-isu identitas yang besar yang
terjadi di kawasan.
Pada akhir penelitiannya, Lennore G. Martin menyimpulkan bahwa ketegangan
dan keretakan hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Turki hanya
berdampak pada menghambatnya pengembangan stabilitas di kawasan Timur
Tengah. Yang membedakan jurnal ini dengan penelitian penulis adalah, penulis tidak
memfokuskan hanya ke faktor-faktor pemicu keretakan hubungan Amerika Serikat –
Turki. Jurnal ini merupakan salah satu referensi yang penting karena penulis
mendapatkan gambaran mengenai konflik-konflik yang selama beberapa tahun
terakhir terjadi dan mengakibatkan keretakan hubungan bilateral.
10
Tulisan kedua yaitu sebuah jurnal yang ditulis oleh Evren Balta berjudul “From
Geopolitical Competition to Strategic Partnership: Turkey and Russia after The
Cold War”.19 Jurnal ini membahas tentang dinamika hubungan Turki dan Rusia sejak
berakhirnya Perang Dingin. Hubungan bilateral ini antara lain politik dan ekonomi,
seperti kerja sama militer dan energi. Selain itu, aspek sosial-budaya juga dibahas
bersamaan dengan kepentingan geopolitik kedua negara, yang merupakan salah satu
kepentingan utama dari terbentuknya hubungan bilateral antara Turki dengan Rusia.
Evren Balta juga membagi hubungan bilateral Turki – Rusia ke dalam dua periode,
yang pertama yaitu periode 1990-an atau disebut juga sebagai periode restrukturisasi
dan kompetisi, dan periode kedua pada 2000-an atau disebut sebagai periode
stablisisasi dan kerja sama
Evren Balta menggunakan Neorealisme guna menjawab pergejolakan konflik
dan kerja sama yang terjadi sepanjang hubungan bilateral Turki – Rusia terjalin.
Menurutnya, hubungan antar negara (dalam hal ini adalah Turki dan Rusia)
merupakan hasil dari distribusi kekuasaan dalam sistem internasional yang ada,
sementara dinamika konflik dan kerja sama kedua negara adalah hasil dari persaingan
ekonomi dan keamanan antara blok Transatlantik dan Eurasia.
Jurnal ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif, dengan library
research sebagai teknik pengumpulan datanya. Pada akhir penelitiannya, Evren Balta
menyimpulkan bahwa walaupun hubungan ekonomi dan keamanan kedua negara
19 Evren Balta, From Geopolitical Competition to Strategic Partnership: Turkey and Russia after
The Cold War, Vol. 16, No. 63, Journal of International Relations (2019), halaman 69-86
11
dibilang cukup kuat, namun hubungan keduanya sangat bergantung pada keputusan
yang dipersonalisasi. Keduanya juga merupakan pesaing karena adanya kepentingan
nasional masing-masing. Karena adanya hubungan kerja sama yang erat tanpa diikuti
dengan ikatan kelembagaan, hubungan Turki – Rusia kedepannya diperkirakan akan
mengalami banyak kerja sama yang diikuti dengan konflik.
Jurnal ini menjadi rujukan yang membantu penelitian penulis untuk mengetahui
bagaimana sejarah hubungan konflik dan kerja sama Turki – Rusia sejak berakhirnya
Perang Dingin, dan juga untuk mengetahui kepentingan apa yang hendak dicapai
Turki dalam melakukan berbagai kerja sama dengan Rusia. hal ini bermanfaat untuk
sebagai data pendukung bagi penelitian penulis.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pertanyaan penelitian mengenai Respon Amerika Serikat terhadap
Kerja sama Militer S-400 Turki – Rusia 2017, maka penulis akan menggunakan
Rational Actor Model dan juga konsep Kepentingan Nasional.
1. Rational Actor Model
Menurut Graham T. Allison terdapat tiga model analisa untuk dapat memahami
pengambilan kebijakan luar negeri dari suatu negara, antara lain: Rational Actor
Model (RAM), Governmental/Bureaucratic Politic Model (BPM), dan
Organizational Politic Model (OPM). Dalam Ilmu Hubungan Internasional,
mekanisme pengambilan kebijakan luar negeri ini memiliki tujuan untuk
12
di dalam hal-hal yang terkait dengan permasalahan internasional.20
RAM menurut Graham T. Allison bahwa model ini hanya memiliki pemeritah
sebagai aktor rasional pengambilan keputusan.21 Konsep ini menjelaskan bahwa
setiap aktor atau pemerintah membuat pilihan rasional yang bertujuan untuk
menghitung tingkat kepuasan demi tercapainya sasaran dan objek, dalam hal ini
adalah kepentingan nasionalnya. Rational Actor Model (RAM) dalam Alex Mintz
juga mengidentifikasikan alternatif-alternatif beserta konsekuensi yang akan
dihadapi, hal ini dilakukan untuk dapat memaksimalkan kebijakan yang diambil.22
Berdasarkan konsep RAM yang dijelaskan oleh Mintz dan DeRouen, terdapat
langkah-langkah yang dilakukan sebuah aktor dalam pengambilan kebijakan luar
negeri, yaitu:
3. Identifikasi alternatif untuk mencapai kepentingan nasional
4. Menganalisa konsekuensi dari alternatif yang dimiliki
5. Memilih satu alternatif yang paling baik
6. Penerapan keputusan
20 John J. Mearsheimer, The False Promise of International Institutions”, JSTOR (1994), Vo. 19,
No. 3, halaman 10 21 Jonathan Bender & Thomas Hammond, Rethinking Allison’s Model”, The American Political
Science Review (1992), Vol. 86, No. 2, halaman 301-322 22 Alex Mintz & Karl Derouen, Understanding Foreign Policy Making: Decision Making,
Cambridge University Press, 2010, halaman 58
13
Tujuan akhir dari RAM itu sendiri adalah untuk dapat menetapkan pilihan yang
terbaik dari kepentingan suatu negara berdasarkan alternatif yang ada. Dalam kasus
ini, respon Amerika Serikat terhadap kerja sama militer S-400 Turki – Rusia dapat
dijelaskan melalui kacamata RAM milik Alex Mintz, dengan mempertimbangkan
konsekuensi apa dari kebijakan yang dikeluarkan/respon Amerika Serikat.
2. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional merupakan hal yang sangat vital dalam sebuah negara.
Biasanya, kepentingan nasional sebuah negara dikaitkan dengan aspek-aspek seperti
kekuasaan, keamanan, atau kesejahteraan.23 Menurut Hans J. Morgenthau, aspek-
aspek tersebut merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh suatu negara,
dan menjaganya dari bahaya atau gangguan negara lainnya. Morgenthau juga melihat
adanya dimensi dalam kepentingan nasional. Dimensi yang dimaksud antara lain
kepentingan vital dan kepentingan sekunder. Kepentingan vital adalah merupakan
kepentingan nasional yang sangat penting, biasanya berkaitan dengan kedaulatan dan
juga keamanan negaranya. Untuk mempertahankan kepentingan ini, biasanya
berperang merupakan satu-satunya jalan keluar. Sedangkan kepentingan sekunder
adalah kepentingan nasional yang tidak berkaitan dengan keamananan ataupun
kedaulatan negara.24
nasional yang bersifat general. Selain kepentingan general, ada pula kepentingan
23 Budiono Kusumohamidjoyo, Hubungan Internasional : Kerangka Studi Analisis, Bina Cipta 1987 24 Michael G. Roskin, National Interests: From Abtraction to Strategy. Strategic Studies Institute
(1994)
14
nasional yang bersifat spesifik, yaitu kepentingan khusus yang dimiliki suatu negara
dalam aspek tertentu seperti politik, ekonomi, atau sosial budaya.
Selanjutnya, menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan, bahwa
kepentingan nasional adalah merupakan sesuatu yang dihasilkan dari perhitungan
telah dilakukan oleh para pembuat kebijakan, yang kemudian akan diiplementasikan
menjadi kebijakan luar negeri dari suatu negara.25
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan konsep kepentingan nasional
milik Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan untuk dapat menganalisis respon
Amerika Serikat terhadap kerja sama militer S-400 Turki – Rusia, karena penelitian
ini menduga bahwa alasan dari respon yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat adalah
merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dan dipertahankan.
F. Metode Penilitian
Dalam melakukan penelitian mengenai respon Amerika Serikat terhadap kerja
sama militer S-400 Turki – Rusia pada tahun 2017, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Menurut
Moleong, metode penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk dapat memahami suatu
fenomena dalam konteks sosial secara alamian dengan menggunakan interaksi
melalui peneliti dengan fenomena yang diteliti.26 Dalam penelitian ini, penulis
mencoba untuk menjelaskan secara mendalam mengenai pola hubungan antara
25 Martin Griffith & Terry O’ Callaghan, International Relations: The Key Concepts, Routledge
(2002), halaman 203 26 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (1995), Remaja Rosdakarya, Bandung,
halaman 5
variable yang dipengaruhi (respon Amerika Serikat) dengan variable yang
mempengaruhi (kerja sama militer S-400 Turki – Rusia), serta interaksi sebab dan
akibat antarvariabel guna menjawab pertanyaan penelitian yang berbentuk deskriptif.
Adapun penulis menggunakan teknik pengambilan data menggunakan data
sekunder atau dokumen-dokumen resmi seperti sanction bill dari negara terkait untuk
dijadikan sebagai sumber data hukum beserta studi pustaka dari buku-buku, jurnal-
jurnal ilmiah, dan surat kabar online, serta sumber lain yang relevan untuk
mendukung penelitian. Setelah semua data terkumpul, penulis akan
mengklasifikasikannya sesuai dengan pembaghasan pada penelitian untuk dapat
menjawab pertanyaan penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas atas penelitian ini, keseluruhan isi
penulisan ini dibagi menjadi 5 bab, yakni Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V.
Dari bab-bab tersebut diuraikan kembali menjadi beberapa sub-bab yang diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori yang digunakan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
–TURKI SEBELUM KUDETA 2016
16
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai dinamika hubungan kerja sama yang
terjalin antara Amerika Serikat dengan Turki. Pada sub bab awal, akan dijelaskan
secara singkat bagaimana hubungan bilateral ini terbentuk, dan alasan apa yang
mendorong keduanya membentuk hubungan aliansi. Pada sub bab kedua, akan
dijelaskan mengenai kerja sama bilateral pasca Perang Dingin hingga sebelum
terjadinya kudeta 2016. Dan pada sub bab terakhir, akan dijelaskan mengenai konflik-
konflik yang terjadi diantara keduanya yang kemudian menyebabkan ketegangan
hubungan bilateral.
Bab ini akan menjelaskan tentang kerja sama militer pengadaan sistem
pertahanan udara S-400 oleh Turki dan Rusia. Sebelum masuk ke dalam pembahasan
inti, pada sub bab awal akan menjelaskan sedikit tentang bagaimana hubungan
keduanya dapat kembali menguat setelah adanya insiden kudeta 2016 di Turki. Pada
sub bab selanjutnya, akan dijelaskan mengenai kerja sama militer S-400, dan pada
sub bab terakhir dipaparkan sedikit mengenai apa dampak dari meningkatnya
hubungan bilateral Turki – Rusia terhadap Amerika Serikat.
BAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJA SAMA
MILITER S-400 TURKI – RUSIA
Bab ini akan menjelaskan mengenai apa saja sikap yang diambil oleh Amerika
Serikat sebagai respon atas kerja sama militer S-400 Turki – Rusia yang dilakukan
pada 2017. Pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai analisis penulis terkait respon
17
yang diambil seperti faktor apa yang mendorong Amerika Serikat pada akhirnya
mengeluarkan respon tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penelitian yang telah ditulis, jawaban dari
pertanyaan penelitian yang telah diajukan, dan juga saran dari pembahasan yang telah
dipaparkan.
18
SEBELUM KUDETA 2016
Bab ini menjelaskan garis besar kerja sama militer yang dilakukan oleh
Amerika Serikat dengan Turki sebelum insiden kudeta 2016 di Turki terjadi. Pada
sub bab pertama menjelaskan secara singkat mengenai bagaimana hubungan bilateral
keduanya terbentuk beserta alasan utama Amerika Serikat menjadikan Turki sebagai
salah satu aliansi pentingnya di kawasan Timur Tengah. Kemudian pada sub bab
selanjutnya menjelaskan tentang kerja sama militer yang dijalani oleh kedua negara
sebelum terjadinya insiden kudeta Turki 2016. Dengan ini, tujuan dari penulisan bab
ini adalah untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai bagaimana
hubungan aliansi kedua negara terbentuk dan apa saja kerja sama militer yang dijalani
kedua negara sebelum terjadinya insiden kudeta 2016 di Turki.
A. Sejarah Singkat Terbentuknya Hubungan Aliansi Amerika Serikat-
Turki
Hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan Turki telah terbentuk sejak
sebelum Perang Dingin. Hingga Perang Dingin berakhir, alasan utama terbentuknya
hubungan aliansi keduanya adalah adanya ancaman yang ditimbulkan oleh Uni
Soviet. Kepentingan Amerika Serikat terhadap kawasan Timur Tengah dan posisi
strategis Turki menjadikan Turki sebagai salah satu aliansi penting di kawasan.
19
Sejak Terusan Suez dibuka pada 1869, Timur Tengah menjadi kawasan yang
diperebutkan oleh negara-negara besar seperti Inggris, Perancis, dan Rusia karena
letaknya yang strategis –berada di antara benua Asia dan Eropa–. Tidak hanya
memiliki lokasi yang strategis, Timur Tengah juga merupakan kawasan dengan
cadangan minyak yang berlimpah, menjadikan kawasan ini menarik perhatian dunia
hingga sekarang, termasuk salah satunya Amerika Serikat.27
Keinginan negara-negara besar atas kekuasaan di kawasan Timur Tengah ini
menjadi salah satu faktor pendorong Amerika Serikat dan Turki dapat bekerja sama
dan kemudian menjadi aliansi. Pada masa Perang Dingin, kebijakan luar negeri
Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh kepentingannya terhadap kawasan Timur
Tengah. Terdapat tiga hal penting yang menjadi highlight dalam kepentingan luar
negeri Amerika Serikat terhadap Timur Tengah pada masa itu, yaitu membendung
ekspansi Uni Soviet, melindungi dan mengamankan akses minyak ke Timur Tengah,
dan mendirikan negara Israel bagi orang-orang Yahudi.28
Untuk dapat mencapai kepentingannya tersebut, Amerika Serikat menjalin
hubungan bilateral dengan beberapa negara Timur Tengah, salah satunya Turki. Turki
merupakan mitra kerja sama Amerika Serikat sejak awal Perang Dingin, tepatnya
ketika Turki merasa terancam oleh “ekspansi” dari Uni Soviet. Pada masa itu, Uni
Soviet menginginkan wilayah-wilayah krusial Turki seperti Selat Turki, Kars, dan
27 Karol R. Sorby, Great Powers and the Middle East After World War II (1945-1995), Asian and
African Studies (2001), Vol. 10 No. 1, halaman 56-57 28 David S. R, American Foreign Policy towards the Middle East: A Necessary Change?, Vol. 12
No. 4, Israel Affairs (2006), halaman 616
20
Adahan yang kemudian hal ini membuat Turki merasa tertekan dan terancam. Rasa
terancam ini mendorong Turki untuk mencari bantuan dari negara yang dapat
mengimbangi kekuatan Uni Soviet, yaitu Amerika Serikat. Hubungan bilateral ini
dapat dikatakan sebagai simbiosis mutualisme bagi keduanya.29
Turki menyediakan wilayah yang sangat strategis bagi Amerika Serikat untuk
mencapai kepentinggannya. Dilihat secara geografis, Turki memiliki wilayah yang
unik dengan sebagian wilayahnya terletak di Asia dan sebagian lainnya di Eropa.
Turki terletak di persimpangan Balkan (berbatasan dengan Yunani dan Bulgaria),
Kaukasus (berbatasan dengan Georgia dan Armenia), Timur Tengah (berbatasan
dengan Suriah, Irak, dan Iran), dan juga berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah
utara dan Laut Mediterania di sebelah barat daya.30
Posisi strategis Turki inilah yang menjadi salah satu alasan kuat bagi Amerika
Serikat untuk dipertimbangkan sebagai mitra kerja sama. Menurut Amerika Serikat,
Turki dapat berperan sebagai “penjaga” kawasan dan negara-negara yang berbatasan
dengannya dari ekspansi Uni Soviet. Sebaliknya, Amerika Serikat memberikan
bantuan secara ekonomi dan militer terhadap Turki. Dikeluarkannya Doktrin Truman
pada 1947 merupakan bentuk bantuan Amerika Serikat terhadap Turki, dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan berperang tentara, angkatan udara, dan angkatan
laut milik Turki. Selain itu, Amerika Serikat juga akan membangun jalan strategis
29 Ayse Omur Atmaca, The Geopolitical Origins of Turkish-American Relations: Revisiting the
Cold War Years, Dergi Park (2014), Vol. 3 No. 1, halaman 20-21 30 Malcolm Edward Yapp, John C. Dewdney, Turkey, diunggah pada 2 Februari 2020, diakses pada
6 Februari 2020, tersedia di laman https://www.britannica.com/place/Turkey
memodernisasi militer, meningkatkan efektifitas perang, dan juga mengembangkan
infrastruktur di segi transportasi dan komunikasi Turki.31
Gambar II.A.1 Peta Turki dan Negara-negara di Sekitarnya
Sumber: Council on Foreign Relations32
Di bawah Doktrin Truman, Amerika Serikat kemudian membangun sebuah
pangkalan udara di Turki guna mempermudah operasi militer Amerika Serikat di
Timur Tengah. Pangkalan udara ini berlokasi di wilayah tenggara Turki, sekitar 60
31 Melvyn P. Leffler, Strategy, Diplomacy, and the Cold War: The United States, Turkey, and
NATO, JSTOR (1985), Vol. 71 No. 4, halaman 817 32 Madeleine K. Albright dan Stephen J. Hadley, U.S. – Turkey Relations: A New Partnership,
Council on Foreign Relations (2012), halaman xv
22
km dari laut Mediterania.33 Pada 1980 Turki dan Amerika Serikat menandatangani
DECA yang secara resmi mengizinkan adanya akses Amerika Serikat ke pangkalan
militer tersebut.34
Hingga 2015, pangkalan udara Incirlik telah membantu banyak operasi militer
Amerika Serikat di Timur Tengah seperti pada Perang Teluk dan pada Perang
Suriah.35
B. Kerja sama Militer Amerika Serikat – Turki Sebelum Kudeta 2016
Setelah Uni Soviet runtuh dan Perang Dingin berakhir, hubungan kedua negara
tidak serta merta ikut berakhir. Keduanya tetap memiliki hubungan bilateral yang
kuat dan Turki tetap menjadi aliansi Amerika Serikat yang memiliki peran penting di
kawasan. Hal ini diperjelas oleh Presiden Bush pada kunjungannya ke Turki tahun
1991 yang mengatakan bahwa Turki merupakan salah satu aliansi penting bagi
Amerika Serikat khususnya di wilayah Timur Tengah. Turki tidak lagi berperan
sebagai penghalau ancaman Uni Soviet, melainkan sebagai role model bagi negara-
negara bekas Turki-Soviet yang baru saja merdeka sekaligus sebagai rute transit
perdagangan energi menuju pasar internasional yang strategis.36
33 Incirlik Air Base: Shared Military Asset and Political Bargaining Clip, Turkish Heritage
Organization (2017), halaman 1 34 Carol Migdalovitz, Turkey: Selected Foreign Policy Issues and U.S. Views, Congressional
Research Service (2010), halaman 49 35 Incirlik Air Base: Shared Military Asset and Political Bargaining Clip, Turkish Heritage
Organization (2017), halaman 3 36 Bulent Aliriza, Bulent Aras, U.S. – Turkish Relations: A Review at the Beginning of the Third
Decade of the Post-Cold War Era, Center for Strategic International Studies (2012) halaman 6
23
Posisi Turki sebagai salah satu aliansi penting di Timur Tengah dibuktikan
dengan adanya kerja sama strategis antara Turki – Israel pada 1998-1999, yaitu
diadakannya latihan bersama angkatan laut yang juga diikuti oleh Amerika Serikat
sebagai respon dari perjanjian kerja sama militer yang dilakukan oleh musuh (Iran,
Irak, Mesir, Suriah, Libanon dan Liga Arab) pada setahun sebelumnya.37
Kerja sama lainnya yang juga dianggap sangat penting bagi kedua negara
adalah kerja sama program F-35. Program F-35 merupakan versi upgrade dari
program yang telah dijalani oleh kedua negara, yaitu program F-16. Upgrade ini
sebenarnya dilakukan pada 1990-an, namun hingga kini, F-35 masih merupakan
program yang penting bagi Turki dan juga Amerika Serikat. Program F-35 atau yang
bisa disebut juga sebagai Joint Strike Fighter Program (JSF program), merupakan
program pengadaan pesawat jet tempur generasi ke-5 setelah F-16. Proyek JSF lebih
besar dari proyek F-16, dan disebut juga sebagai salah satu proyek terbesar yang
sekarang dibawahi oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Program ini
bertujuan untuk membuat pesawat tempur untuk Angkatan Udara, Korps Marinir, dan
Angkatan Laut. Ketiga versi pesawat tempur ini berjenis stealth, atau dirancang agar
dapat membawa senjata utama secara internal “tanpa terdeteksi” oleh radar.38
Stealth atau “tanpa terdeteksi oleh radar” yang dimaksud bukan berarti pesawar
ini memiliki kemampuan tembus pandang. Namun, pesawat memiliki kemampuan
37 Thomas Diez, The European Union and the Cyprus Conflict: Modern Conflict, Postmodern
Union, Manchester University Press (2002), halaman 66, tersedia di laman https://books.google.co.id/books?id=A4QTUWBEC2kC&sitesec=buy&hl=id&source=gbs_vpt_read
38 Jeremiah Getler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program, Congressional Research Service (2018), halaman 1
pesawat. Bagi Amerika Serikat, kemampuan stealth ini sangat cocok digunakan
dalam perang modern saat ini. Pesawat dengan kemampuan stealth juga dianggap
cocok digunakan di area-area yang sulit ditembus karena penjagaan yang ketat oleh
musuh.39
stealth dengan kemampuan untuk melakukan serangan secara bersamaan, dibarengi
dengan pengambilan data yang canggih dan rangkaian komunikasi yang kuat.
Pesawat F-35 dapat memberikan data yang komprehensif kepada pilot termasuk juga
posisi musuh dan informasi lokasi. Pesawat ini juga dapat membantu pilot
mengetahui mana yang merupakan musuh, dan mana yang bukan.40
Selain desain dan kemampuan pesawart yang sangat canggih, pilot-pilot juga
dilengkapi dengan simulator agar dapat memiliki pengalaman realistis dari berbagai
kemampuan pesawat. Sebanyak 250 pilot telah dilatih di wilayah yang berbeda-beda
di Amerika Serikat dengan sedikitnya 40.000 jam terbang sejak 2007. Angkatan
Udara, Korps Marinir dan Angkatan Laut Amerika Serikat bersama dengan delapan
mitra internasional yang terlibat dalam program ini tengah mempersiapkan operasi F-
35.41
39 Stealth Capabilities: Virtually Undetectable, F-35, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.f35.com/about/capabilities/stealth 40 The F-35 How It Works, Washington Post, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.washingtonpost.com/sf/brand-connect/the-f-35-how-it-works/ 41 The F-35 How It Works, Washington Post, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman
Korps Marinir dan Angkatan Laut. Karenanya, tiap sektor memiliki varian F-35
masing-masing disesuaikan dengan kemampuannya. Untuk pesawat Angkatan Udara
diberi nama F-35A dan memiliki versi conventional takeoff and landing (CTOL),
yang mana dirancang untuk digunakan di landasan udara konvensional Amerika
Serikat. Dibandingkan dengan F-16, pesawat tempur F-35A memiliki kemampuan
stealth lebih besar.42 F-35A juga merupakan varian jet tempur yang diekspor oleh
Amerika Serikat ke mayoritas negara-negara konsumen termasuk salah satunya
Turki.43
Sumber: Lockheed Martin44
42 Jeremiah Getler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program, Congressional Research Service
(2018), halaman 2-3 43 F-35 Variatns: Three Variants,Common Capabilites, F-35, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di
laman https://www.f35.com/about/variants 44 About the Lightning II, Lockheed Martin, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.lockheedmartin.com/en-us/products/f-35/f-35-about.html#a_ctol
26
Turki mulai resmi bergabung ke dalam program JSF pada 1999, dan terus
menunjukkan keaktifannya. Selain Turki, program ini juga diikuti oleh negara-negara
sekutu Amerika Serikat lainnya seperti Australia, Kanada, Denmark, Italia, Belanda,
dan Norwegia.45 Kedelapan negara ini berpartisipasi dalam program JSF dibawah
sebuah Nota Kesepahaman untuk produksi, pengembangan, dan mengikuti fase-fase
dalam program ini.46
Turki merupakan salah satu mitra paling aktif dalam mengikuti koalisi
pimpinan Amerika Serikat di dalam program JSF ini. Hingga 2003 dari 14 operasi
koalisi PBB dan 26 operasi non-PBB yang telah diteliti, Turki berpartisipasi di 23
operasi koalisi, berada di peringkat ketiga setelah Inggris (dengan total 29 operasi
koalisi) dan Perancis (28 operasi koalisi). Dengan aktifnya Turki, Amerika Serikat
melihat Turki sebagai anggota NATO sekaligus mitra kerja sama yang dapat
diandalkan.47
Turki salah satu dari sembilan negara lain yang mengikuti program kerja sama
JSF ini yang turut mengembangkan dan memproduksi pesawat. Program F-16
memberikan banyak pengalaman di bidang industri, militer, dan politik bagi Turki.
Kegigihan Turki dalam mengikuti program ini adalah merupakan salah satu cara
untuk dapat mencapai tujuannya menjadi negara yang mandiri dalam bidang
45 Serhat Guvenc & Lerna K. Yanik, Turkey’s involvement in the F-35 program, International
Journal (2012), halaman 120 46 Jeremiah Getler, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) Program, Congressional Research Service
(2018), halaman 14-16 47 Serhat Guvenc & Lerna K. Yanik, Turkey’s involvement in the F-35 program, International
Journal (2012), halaman 120
27
pertahanan. Tidak hanya itu, kerja sama ini juga merupakan sebuah wadah yang
sangat baik untuk dapat meningkatkan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat.48
Selain kerja sama F-35, salah satu kerja sama yang dianggap cukup penting
dalam hubungan bilateral Amerika Serikat – Turki adalah kerja sama dalam
menanggapi isu-isu di Timur Tengah, salah satunya Suriah. Baik Amerika Serikat
maupun Turki telah terlibat di dalam konflik Suriah sejak pertama kali konflik
tersebut muncul pada 2011. Kepentingan Amerika Serikat dalam konflik ini antara
lain melawan terorisme dan menghentikan penyebaran senjata nuklir, mengamankan
arus perdagangan bebas dan menjaga keamanan kawasan Timur Tengah, dan yang
terakhir adalah menjaga keamanan Israel.49
C. Konflik Dalam Hubungan Bilateral Amerika Serikat – Turki Sebelum
Kudeta 2016
Sejak Perang Dingin berakhir dan fokus kepentingan kedua negara berubah dari
ancaman Uni Soviet menjadi kawasan Timur Tengah, keduanya menghadapi banyak
perbedaan kebijakan yang menyebabkan ketegangan hingga keretakan hubungan
bilateral. Permasalahan-permasalahan ini muncul salah satunya dipicu oleh isu Kurdi,
yang memang telah menjadi isu sensitif bagi Turki sejak lama.
Kurdi merupakan sebuah suku yang tersebar di berbagai negara di Timur
Tengah, antara lain Turki, Irak, Iran, Suriah. Turki merupakan salah satu negara
48 Serhat Guvenc & Lerna K. Yanik, Turkey’s involvement in the F-35 program, International Journal (2012), halaman 124-127
49 Ambs. Morton I. Abramowitz & Eric S. Edelman, U.S. – Turkish Cooperation Toward A Post- Assad Syria (2013), Bipartisan Policy Center, halaman 19, tersedia di laman https://bipartisanpolicy.org/wp-content/uploads/2019/03/BPC-US-Turkey-Syria.pdf
dengan jumlah penduduk Kurdi terbanyak di Timur Tengah, dengan jumlah hingga 2
juta jiwa. Sejak 1923, masyarakat Kurdi-Turki menginginkan otonomi namun selalu
berakhir dengan penolakan. Pada akhir 1970-an, terjadi beberapa peristiwa “radikal”
yang mengubah Timur Tengah yang juga mempengaruhi gerakan nasional Kurdi di
beberapa negara. Salah satu peristiwa radikal yang juga menjadi awal mula
munculnya gesekan antara Turki dengan Kurdi adalah kudeta miiliter di Turki yang
terjadi pada 12 September 1980. Dan pasca kudeta militer 1980 ini, gerilya Kurdi
semakin bergerak luas di negara-negara di Timur Tengah.50
Gambar II.C.1 Peta Penyebaran Suku Kurdi di Timur Tengah
Sumber: U.S-Turkish Relations51
50 Mirella Galletti, The Kurdish Issue in Turkey, The International Spectator: Italian Journal of
International Affairs (1999), Vol 34 No 1, halaman 123-124 51 Christie Lawrence, U.S. – Turkish Relations: Re-situatingthe “Kurdish Question”, Sanford
School of Public Plicy, Duke University [Thesis] 2016, halaman 7
29
Setelah Perang Dingin berakhir, konflik bilateral yang disebabkan oleh Kurdi
pertama kali muncul yaitu ketika terjadi Perang Teluk pada 1991 yang
mengakibatkan meningkatnya pemberontakan suku Kurdi di wilayah Irak utara,
wilayah yang berbatasan dengan Turki.52 Kemudian, disusul oleh meningkatnya
konflik Kurdi pasca Amerika Serikat menginvasi Irak pada 2003. Baik Perang Teluk
maupun invasi Irak, membawa dampak buruk bagi keamanan Turki. Keinginan Kurdi
untuk melakukan otonomi menyisakan kenangan pahit bagi Turki pasca kudeta
militer yang terjadi pada 1980. Hingga kini, keinginan Kurdi di Timur Tengah tetap
sama. Dan dua peristiwa di atas mendorong pemberontak Kurdi untuk melakukan
serangan militer di wilayah perbatasan Irak – Turki.53
Hubungan bilateral keduanya kembali memburuk ketika perang saudara di
Suriah muncul pada 2011. Fokus kepentingan Amerika Serikat terhadap Suriah tetap
sama sejak dulu, yaitu mendorong hubungan damai antara negara-negara Arab di
Timur Tengah dengan Israel, dan juga akses senjata nuklir yang ada di Suriah. Dalam
hal ini, Amerika Serikat mendukung rezim Assad dan melawan semua intervensi
militer di Suriah. Sayangnya, misi Amerika Serikat untuk melawan kelompok-
kelompok teroris baik dalam peristiwa Irak maupun Suriah ini tidak sejalan dengan
kekhawatiran Turki terhadap pemberontakan Kurdi dan kelompoknya yaitu PKK.54
52 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S-Turkish Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND (2010), halaman 7-8 53 F. Stephen Larrabee, Troubled Partnership: U.S-Turkish Relations in an Era of Global
Geopolitical Change, RAND (2010), halaman 7-8 54 Peerzada Tufail Ahmad, U.S.-Turkish Relationship and Syrian Crisis, Turkish Journal of
International Relations (2015), Vol. 14, No. 4, halaman 15
30
Pada tahun 2012, pemerintah Suriah menarik pasukannya dari beberapa wilayah
di sepanjang perbatasan Turki. Langkah ini memungkinkan Partai Uni Demokrasi
(PYD), sebuah kelompok nasionalis Kurdi di Suriah, untuk dapat mengambil kendali
militer atas beberapa daerah seperti Kobani, dan Jazira. Karenanya, Turki
menganggap PYD menentang kepentingan Turki di Suriah dan juga mengancam
keamanan nasionalnya. Namun, Turki masih belum melakukan aksi militer apapun
menanggapi kecurigaannya terhadap aliansi Amerika Serikat – Kurdi.55
Hingga puncaknya pada 2014 ketika muncul Islamic State (IS) yang berusaha
untuk mendirikan kekhalifahan di Suriah pada akhirnya telah mengambil kendali di
sebagian besar wilayah Suriah. Kemunculan IS merupakan ancaman baru bagi
Amerika Serikat dan Turki, sekaligus menandai munculnya perbedaan kebijakan
yang lebih jelas dalam perang saudara di Suriah. Pada KTT NATO Wales yang
dilakukan pada September 2014 untuk membentuk koalisi anti-IS, Turki dimasukkan
sebagai salah satu negara inti yang bergabung dengan koalisi. Namun, Turki tidak
menyetujui hal tersebut dengan menandatangani perjanjian. Selain itu, Turki juga
tidak memberikan akses ke pangkalan udaranya untuk digunakan oleh pasukan
koalisi, seperti yang telah diminta oleh sekutu Baratnya.56
Namun bagi Turki, ada yang lebih berbahaya daripada IS itu sendiri, yaitu
kebijakan Amerika Serikat di Suriah dalam melawan IS. Amerika Serikat semakin
55 Aaron Stein & Michelle Foley, The YPG-PKK connection, Atlantic Council, diunggah pada 26
Januari 2016, diakses pada 20 Mei 2020, tersedia di laman https://www.atlanticcouncil.org/blogs/menasource/the-ypg-pkk-connection/
56 Peerzada Tufail Ahmad, U.S.-Turkish Relationship and Syrian Crisis, Turkish Journal of International Relations (2015), Vol. 14, No. 4, halaman 16
(YPG) dan juga Irak (PKK). Amerika Serikat beserta sekutu-sekutu Eropa
memfasilitasi YPG dengan senjata canggih dan juga pelatihan militer. PKK juga
membantu YPG dengan mengirimkan sejumlah tentara untuk melawan IS.57
Hubungan yang semakin dekat ini tentu menimbulkan rasa khawatir yang sangat
besar bagi Turki, mengingat Turki memiliki kecurigaan tentang adanya hubungan
dekat antara YPG dengan Kurdi Turki (PKK) – sebuah kelompok yang diduga
menjadi dalang di balik kudeta Turki 1980–.58
Kemudian pada 2016, hubungan bilateral keduanya semakin memburuk pasca
terjadinya peristiwa upaya kudeta di Turki. Pada Juli 2016, sebuah faksi pemberontak
di dalam angkatan bersenjata Turki berusaha melakukan kudeta. Pasukan dan tank
memblokir jembatan Bosphorus dan juga gedung-gedung pemerintah termasuk
gedung Parlemen dan Istana Kepresidenan. Kemudian para pemberontak mulai
dibombardir, dan sebuah helikopter turut menembaki orang-orang yang berada di luar
gedung. Radio televise Turki yang bernama Turkish Radio Television kemudian
dikepung, dan seorang pembawa berita dipaksa oleh pemberontak untuk membacakan
pernyataan yang telah dinarasikan. Dalam waktu kurang dari 24 jam, pasukan militer
57 The Time of Kurds, Council Foreign Relations, diakses pada 22 Mei 2020, tersedia di laman
https://www.cfr.org/interactives/time-kurds#!/time-kurds 58 How America’s relationship with Turkey fell apart, Vox, diunggah pada 17 Mei 2016, diakses
pada 20 mei 2020, tersedia di laman https://www.vox.com/world/2019/4/11/18292070/usa-turkey- trump-erdogan-s400
kudeta tersebut berhasil digagalkan.59
sekutu Barat seperti Eropa dan Amerika Serikat bukannya memberikan ucapan
selamat, melainkan mengkritik pelestarian demokrasi Presiden Erdogan di Turki.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, justru memperingatkan
Turki untuk menahan aksi militernya yang dapat melemahkan aksi Amerika Serikat
melawan IS di Suriah.60
Upaya kudeta ini membawa Turki pada tuduhannya atas Fethullah Gulen –
seorang aktivis Turki yang tinggal di Pennsylvannia sejak 1990 karena pernah
dianggap mengancam keamanan–. Dan dengan adanya respon Amerika Serikat yang
terkesan tidak mendukung pemerintah Turki, Presiden Erdogan menganggap Amerika
Serikat ikut terlibat dalam aksi upaya kudeta ini. 61 Dugaan ini semakin diperkuat
dengan adanya penolakan Amerika Serikat terhadap permintaan Turki untuk
mengekstradisi Gulen.
berarti Amerika Serikat dapat menolak permintaan ekstradisi jika bukti kejahatan
59 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
60 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
61 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
33
membuktikan adanya relasi antara Gulen dengan upaya kudeta. Namun sayangnya,
Turki tidak dapat memenuhi permintaan Amerika Serikat di pengadilan.62
Kedekatan Amerika Serikat dengan Kurdi sejak berakhirnya Perang Dingin,
perbedaan kepentingan di dalam perang saudara Suriah, dan upaya kudeta di Turki
menambah ketegangan dalam hubungan bilateral. Terlebih lagi, hubungan Turki
dengan Rusia semakin erat seiring dengan memanasnya hubungan Turki dengan
Amerika Serikat. Dukungan dan kerja sama militer keduanya semakin meningkat
pasca terjadinya upaya kudeta ini, meninggalkan banyak pertanyaan mengenai aliansi
strategis yang selama ini terjalin antara Amerika Serikat dan Turki.
62 Gonul Tol, The Turkish-U.S. Relationship Current Tensions and Future Prospects, Friedrich
Ebert Stiftung (2018), halaman 2
34
KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA 2017
Dalam bab ini akan memberikan penjelasan mengenai kerja sama militer yang
dilakukan oleh Turki dan Rusia pada 2017, tepatnya kerja sama pengadaan sistem
pertahanan udara S-400. Pada bagian awal pembahasan bab ini membahas tentang
hubungan bilateral kedua negara yang berkembang pesat pasca insiden kudeta Turki
2016, khususnya dalam bidang militer. Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan lebih
spesifik mengenai kerja sama senjata militer S-400, dan pada bagian akhir akan
dijelaskan mengenai dampak dari dilakukannya perjanjian kerja sama militer S-400
terhadap Amerika Serikat.
A. Peningkatan Hubungan Bilateral Turki – Rusia Pasca Kudeta 2016
Hubungan bilateral yang terjalin antara Turki dengan Rusia mengalami
peningkatan yang cukup drastis pasca terjadinya kudeta di Turki pada Juli 2016 lalu.
Upaya kudeta ini terjadi pada 15 Juli 2016, sekitar satu bulan setelah Turki dan Rusia
secara resmi menormalisasi hubungan bilateral.63 Menanggapi kudeta yang terjadi,
Kementerian Luar Negeri Rusia pada tanggal 16 Juli 2016 mengeluarkan pernyataan
agar rakyat dan pemerintah Turki dapat menyelesaikan masalah tanpa kekerasan dan
63 Hasan Selim Ozertem, Turkey and Russia : A Fragile Friendship, Vol. 15 No. 4, Turkish Policy
Quarterly (2017), halaman 127-130
dengan Presiden Erdogan.64
Di sisi lain, Amerika Serikat yang merupakan aliansi militer Turki sejak lama
justru enggan memberikan ucapan selamat ketika pemerintah Turki berhasil
menghentikan upaya kudeta tersebut.65 Selain itu Pemerintah Amerika Serikat pun
menolak permintaan Turki untuk mengekstradisi Fetullah Gulen –seorang aktivis
Turki yang telah lama mengasingkan diri di Amerika Serikat dan dianggap sebagai
dalang dari kudeta yang terjadi– dengan alasan Pemerintah Turki tidak memiliki bukti
yang cukup kuat untuk menunjukkan tuduhannya tersebut.66 Hal ini membuat
pemerintah Turki beranggapan bahwa Amerika Serikat terlibat dalam kudeta yang
terjadi. Hubungan Turki dengan Amerika Serikat semakin menurun pasca kudeta di
Turki, sedangkan di sisi lain hubungan bilateral Turki dengan Rusia semakin
menguat.67
Pada 9 Agustus 2016 Presiden Erdogan dan Presiden Putin melakukan
pertemuan di St. Petersburg. Pertemuan ini menandai berakhirnya permusuhan kedua
negara pasca insiden penembakan jet tempur Rusia 2015 lalu, dan juga merupakan
pertemuan pertama pasca kudeta Turki berakhir. Dalam pertemuan ini, Presiden
64 Jeffrey Mankoff, A Friend in Need? Russia and Turkey after the Coup, Center For Strategic
International Studies (2016), tersedia di laman https://www.csis.org/analysis/friend-need-russia-and- turkey-after-coup, diakses pada 1 Maret 2020
65 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
66 Gonul Tol, The Turkish-U.S. Relationship Current Tensions and Future Prospects, Friedrich Ebert Stiftung (2018), halaman 2-3
67 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43
bahwa hubungan bilateral keduanya akan segera pulih.68
Pada bulan-bulan berikutnya setelah pertemuan di St. Petersburg dilakukan,
hubungan bilateral keduanya mulai membaik. Perjanjian bebas visa antara kedua
negara yang sempat ditangguhkan akhirnya kembali diberlakukan, tidak ada lagi
pembatasan jumlah perusahaan Turki yang beroperasi di Rusia, tidak ada lagi
larangan dalam mempekerjakan pekerja Turki di Rusia, dan embargo terhadap
beberapa produk Turki pun mulai dihentikan. Dari semua aspek yang mulai membaik
ini, terdapat satu kerja sama yang dianggap paling penting yaitu kerja sama di bidang
keamanan. Kerja sama tersebut antara lain adalah Operation Euphrates Shield (OES),
Astana Talks dan gencatan senjata, dan perjanjian jual beli sistem pertahanan udara S-
400.69
Pada 24 Agustus 2016 Turki mengirim pesawat tempur, tank, dan pasukan
khusus dibantu oleh Tentara Suriah Merdeka (FSA) ke wilayah utara Suriah. Operasi
militer yang disebut dengan OES ini dilakukan untuk menjaga keamanan Suriah dan
wilayah perbatasannya dengan Turki dari serangan terroris Islamic State (IS) atau
ISIS dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) beserta afiliasinya seperti Unit Perlindungan
Rakyat (YPG)/Partai Serikat Demokrat Suriah (PYD Suriah).70
68 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need
of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 43 69 Evren Balta, From Geopolitical Competition to Strategic Partnership: Turkey and Russia after
The Cold War, Uluslaransi Iliskiler (2019), Vol. 16 No. 63, halaman 80 70 Operation Euphrates Shield Progress and scope, Aljazeera, diunggah pada 3 Februari 2017,
diakses pada 30 April 2020 tersedia di laman
37
OES dianggap sebagai intervensi darat yang dilakukan Turki di Suriah pertama
kali sejak krisis Suriah dimulai. Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalyn
mengatakan bahwa satu-satunya tujuan dari operasi militer ini hanya untuk
memerangi kelompok teroris di beberapa tempat di wilayah utara Suriah. Beberapa
daerah yang menjadi fokus utama operasi militer ini adalah Jarablus, Dabiq, Al-Bab,
dan Al-Rai.71
Operasi militer ini secara resmi diumumkan oleh Presiden Erdogan berakhir
pada 29 Maret 2017, tanpa dijelaskan apakah Turki menarik pasukan militernya dari
Suriah atau tidak. Sebelum operasi militer berakhir, pada awal Maret 2017, pasukan
Turki dan Pasukan Demokratis Suriah (SDF) yang didominasi oleh Kurdi hampir
bentrok di Manbij –sebuah kota yang memang menjadi tujuan operasi militer ini
untuk dilindungi dari pengaruh Kurdi lebih jauh lagi–. Kemudian, Rusia masuk ke
dalam kerusuhan dan berperan sebagai perantara kesepakatan antara Turki, Kurdi dan
Suriah.72
Sumber: TRT World73
Selain menghadang teroris melalui operasi militernya, Turki juga menyalurkan
banyak bantuan di berbagai bidang ke Suriah, seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain. Bantuan ini sekaligus sebagai momen bagi Turki untuk memperkenalkan
“Turki” kepada Suriah, seperti misalnya memperkenalkan bahasa Turki di berbagai
sekolah dasar, mendirikan lembaga-lembaga yang berbasis Turki , dan lainnya. Turki
juga merenovasi bangunan administrasi dan layanan sosial termasuk sekolah di
daerah sekitar tempat berlangsungnya OES. Bantuan-bantuan ini termasuk salah satu
73 Mapping the targets of Turkey ‘s new military operation in northern Syria, diunggah pada 14
Desember 2018, diakses pada 30 April 2020, tersedia di laman https://www.trtworld.com/middle- east/mapping-the-targets-of-turkey-s-new-military-operation-in-northern-syria-22487
kedua belah pihak.74
Kazakhstan, sebagai tempat pertemuannya. Pertemuan sekaligus merangkap sebagai
wadah negosiasi yang disediakan untuk pemerintah Suriah dan kelompok
pemberontak ini dilakukan pada Januari 2017 dengan Turki, Rusia dan Iran sebagai
penjamin dan Delegasi PBB sebagai pengamat.75 Kelompok pemberontak yang
datang menghadiri pertemuan tersebut antara lain Faylaq al-Sham, Ahrar al-Sham,
Jaysh al-Islam, Thuwwar Ahl al-Sham, Jaysh al-Mujahidin, Jaysh Idlib dan al-Jabhah
al-Shamiyah. Sedangkan IS beserta afiliasinya, dan juga kelompok yang berkaitan
dengan Kurdi tidak termasuk ke dalam daftar peserta pertemuan.76
Pertemuan Astana terbentuk atas rasa tidak puas Rusia terhadap proses PBB
dalam menanggapi konflik Suriah, tepatnya pasca adanya pertemuan PBB di Jenewa
pada Maret 2016. Berbeda dengan Pertemuan Jenewa yang dihadiri oleh “para ahli”
dalam konflik ini, Pertemuan Astana justru dihadiri oleh “para aktor” yang ikut
bermain dalam konflik ini seperti Rusia, Turki dan Iran. Dalam pertemuan ini, salah
satu hasil yang paling signifikan adalah terbentuknya empat zona eskalasi yaitu
74 Jan van Leuwen dan Erwin van Veen, Turkey in northwestern Syria: Rebuilding empire at the margins, Clingendael (2019), halaman 5-6
75 Syria: What you need to know about the Astana talks, CNN, diunggah pada 22 Januari 2017, diakses pada 1 Mei 2020, tersedia di laman https://edition.cnn.com/2017/01/22/middleeast/explaining- astana-talks/index.html
76 Syria conflict: Ceasefire agreed, backed by Russia and Turkey, BBC, diunggah pada 29 Desember 2016, diakses pada 29 April 2020, tersedia di laman https://www.bbc.com/news/world- middle-east-38460127
Yordania. Munculnya empat zona eskalasi ini bertujuan untuk mengakhiri bentrokan
yang terjadi di daerah tersebut, dengan melarang kelompok militer yang terlibat
dalam proses Pertemuan Astana untuk melakukan operasi militer.77
Baik OES maupun Pertemuan Astana merupakan sebuah pencapaian bagi Turki
dan Rusia, karena sejak awal konflik Suriah dimulai, kedua negara berada di pihak
yang berlawanan. Rusia mendukung penuh rezim Assad, sedangkan Turki berada di
pihak pemberontak. Walaupun OES dan Pertemuan Astana dianggap mampu
mendekatkan kembali Turki dan Rusia, namun tetap peristiwa kudeta Turki
merupakan momen “peletakan batu pertama” dalam peningkatan hubungan bilateral
keduanya. Dengan menjadi salah satu pemimpin pertama yang mengunjungi Presiden
Erdogan pasca insiden kudeta yang terjadi dan tanpa syarat apapun mendukung
tindakan pemerintah Turki, Presiden Putin secara langsung memperoleh kepercayaan
Presiden Erdogan.78
Kerja sama lain yang menjadi salah satu kerja sama terpenting yang dihasilkan
pasca normalisasi hubungan bilateral adalah kerja sama pengadaan sistem pertahanan
udara S-400. Kerja sama ini dianggap penting karena Turki dianggap sangat “berani”
mengingat Turki merupakan anggota NATO sejak lama ditambah dengan adanya
77 Magnus Lungdren, Mediation in Syria, 2016-19: A tale of two processes, dalam Mediation in the
Arab World, Stockholm University (2019), halaman 9-10 78 Bezen Balamir Coskun, Turkey’s Relations with Russia after the Failed Coup: A Friend in Need
of a Friend Indeed, New Middle Eastern Studies (2019), Vol. 9 No. 1, halaman 45
41
larangan pembelian senjata ke Rusia oleh anggota-anggota NATO. Kerja sama ini
juga menyebabkan retaknya hubungan Turki dengan Amerika Serikat, walaupun
ketegangan hubungan keduanya telah lama ada dan disebabkan oleh banyak faktor,
namun keputusan Turki membeli S-400 milik Rusia menambah ke-keruhan
hubungannya dengan Amerika Serikat. 79
B. Kerja sama Militer S-400 Turki – Rusia
Setelah melalui proses negosiasi selama kurang lebih tiga tahun, Turki dan
Rusia akhirnya sepakat melakukan perjanjian kerja sama militer pengadaan sistem
pertahanan udara S-400 atau yang disebut oleh NATO sebagai SA-21 Growler.
Perjanjian ini secara resmi ditandatangani pada 12 September 2017 dan
menghabiskan sekitar USD 2,5 miliar. Perjanjian pengadaan sistem pertahanan udara
ini meliputi dua resimen S-400. Setiap resimen memiliki dua batalion, dengan
masing-masing batalion memiliki dua baterai yang dilengkapi dengan empat
Transporter Erector Launders (TELs) pada tiap baterainya. Pengiriman pertama
senjata ini dilakukan pada 2019 dan berlanjut hingga 2020.80
S-400 merupakan sebuah senjata pertahanan udara berjenis Surface-to-Air
Missile (SAM) yang dirancang untuk ditembakkan dari darat ke udara guna
menghalau ancaman dari musuh seperti pesawat tempur, pesawat komando, pesawat
pengintai, rudal balistik, dan serangan udara canggih lainnya. Sistem pertahanan ini
79 Evren Balta, From Geopolitical Competition to Strategic Partnership: Turkey and Russia after
The Cold War, Uluslaransi Iliskiler (2019), Vol. 16 No. 63, halaman 80 80 Benjamin Rhode, Turkey, the S-400 and the F-35, Strategic Comments (2019), Vol. 25 No. 6
42
mampu mengidentifikasi target pada jarak hingga 400 km dan mencegat target
dengan kecepatan hingga 4,8 km/detik.81
Senjata ini diproduksi dan dikembangkan oleh sebuah perusahaan Rusia
bernama Almaz-Antey, dan memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan
sistem Patriot milik Amerika Serikat. Selain harga S-400 yang relatif murah
dibandingkan dengan Patriot, kemampuan menghalau target yang dimiliki S-400 juga
berada di atas sistem Patriot. Beberapa perbedaan diantara keduanya antara lain; S-
400 mampu melacak 160 target lawan dalam waktu bersamaan sedangkan Patriot
hanya mampu sampai 125 target; S-400 mampu menembak target yang bergerak
hingga kecepatan 17 km/jam, sedangkan Patriot hanya mampu menembak lawan di
jarak 8 km/jam; S-400 dapat menghancurkan lawan di jarak terjauh 400 km,
sedangkan Patriot hanya mampu menghancurkan pesawat dengan jarak 180 km dan
rudal di jarak 100 km; S-400 mampu menyerang target yang terbang setinggi hanya
10 meter diatas tanah atau 30 km sekalipun, sedangkan target terendah Patriot adalah
50 meter dengan jarak tertinggi 25 km.82
S-400 dinilai lebih fleksibel dengan adanya kemampuan untuk meluncurkan
beberapa jenis rudal dalam waktu bersamaan, diantaranya rudal jarak pendek, rudal
jarak menengah, hingga rudal jarak jauh. Jenis-jenis rudal yang dimaksud adalah
rudal jarak jauh 40N6E (menetapkan target pada jarak 600 km dan menghancurkan
81 Turkey;s S-400 decision in 10 questions, diunggah pada 9 Maret 2019, diakses pada 3 Mei 2020, tersedia di laman https://www.aa.com.tr/en/turkey/turkey-s-s-400-decision-in-10-questions/1413237
82 Battle of the Air Defense Systems: S-400 Vs Patriot and THAAD, Defense World, diunggah pada 16 Agustus 2018, diakses pada 7 Mei 2020, tersedia di laman https://www.defenseworld.net/feature/20/Battle_of_the_Air_Defense_Systems__S_400_Vs_Patriot_an d_THAAD#.XrzraBozbIU
43
target pada jarak 400 km), rudal jarak menengah 48N6 (250 km), 9M96E2 (120 km),
dan rudal jarak pendek 9m96E (40 km).83 Versi ekspor S-400 memiliki radar akuisisi
opsional yang dirancang untuk dapat menghancurkan pesawat pengintai, rudal
jelajah, rudal taktis, rudal balistik jarak menengah, dan semua ancaman udara
lainnya.84 Kepala Riset Kemampuan dan Strategi Australia Air Power, Dr. Karlo
Copp,85 mengatakan bahwa S-400 juga memiliki radar akuisisi opsional yang
dirancang untuk dapat menghancurkan pesawat stealth seperti F-22 dan F-35 milik
Amerika Serikat. Selain itu, S-400 juga dirancang untuk dapat melawan sistem
standoff seperti pos komando udara dan pesawat sejenis Boeing E-3 Sentry –jenis
Pesawat Peringatan Dini dan Kontrol (AWACS) dan pengintai yang digunakan oleh
Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO nya–.86
83 Why Russia’s S-400 Anti-Air System Is Deadlier Than You Think, National Interest, diunggah
pada 9 November 2019, tersedia di laman https://nationalinterest.org/blog/buzz/why-russias-s-400- anti-air-system-deadlier-you-think-94541, diakses pada 5 Mei 2020
84 Almaz-Antey 40R6 / S-400 Triumf; Self Propelled Air Defence System / SA-21, Air Power Australia, diunggah pada 27 Januari 2014, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.ausairpower.net/APA-S-400-Triumf.html#mozTocId880228
85 Air Power Australia, diunggah pada 27 Januari, diakses pada 5 Juli 2020, tersedia di laman https://www.ausairpower.net/editor.html
86 Why Russia’s S-400 Anti-Air System Is Deadlier Than You Think, National Interest, diunggah pada 9 November 2019, tersedia di laman https://nationalinterest.org/blog/buzz/why-russias-s-400- anti-air-system-deadlier-you-think-94541, diakses pada 5 Mei 2020
Sumber: Global Security87
9M96E dan 9M96E2 yang termasuk ke dalam kelompok rudal jangkauan
pendek hingga menengah (9M96), memiliki kemampuan untuk dapat menyerang dan
menghancurkan pesawat dan senjata yang diluncurkan melalui udara dengan jarak
lebih dari 120 km. Rudal jenis ini dirancang untuk menyerang pesawat taktis dan
rudal balistik. Perbedaan yang ada pada kedua rudal ini adalah rudal model 9M96E2
dilengkapi dengan alat penggerak/pengendali yang lebih besar dan lebih kuat. Dengan
adanya perbedaan ini, rudal 9M96E dan 9M96E2 memiliki jarak jangkauan yang
berbeda, yaitu 9M96E dapat membidik target sejauh 40 km dengan ketinggian 5
meter hingga 20 km, dan 9M96E2 dapat membidik target sejauh 120 km dengan
ketinggian 30 km.88
Rudal jarak menengah berikutnya adalah 48N6, memiliki kecepatan tinggi
besar dengan jarak jauh 200-250 km. 48N6 merupakan versi yang sedikit
87 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
88 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
menyerang rudal balistik dengan kecepatan maksimum Mach 8, lebih unggul
dibandingkan dengan sistem Patriot (PAC-2) milik Amerika Serikat yang dapat
membidik target dengan maksimum kecepatan Mach 6.89
Jenis rudal selanjutnya adalah 40N6E yang dirancang untuk mendeteksi
sekaligus menghancurkan target yang berada di udara hingga 400 km (dua kali lipat
kemampuan jarak Patriot milik Amerika Serikat). Rudal ini dapat menghancurkan
pos komando udara dan juga rudal jelajah dan rudal balistik hipersonik. Rudal ini
juga memiliki kemampuan untuk mencegat target dengan kecepatan hingga 4,8
km/detik. Pada masa awal percobaan, rudal ini dinamakan 40N6 dengan klaim yang
sama yaitu menghancurkan target di jarak 400 km namun tidak berhasil selama masa
percobaan. Rusia kemudian memperbarui dan memberi nama 40N6E dan dikatakan
berhasil di uji coba terakhirnya pada 2018 lalu. rudal ini memiliki kemampuan untuk
menetapkan target di jarak 600 km dan menghancurkan target di jarak 400 km. 90
Sistem pertahanan rudal S-400 terdiri dari beberapa komponen, antara lain
radar, kendaraan komando, dan peluncur. Radar yang digunakan dalam sistem S-400
ini ada dua yaitu long-range surveillance/radar jarak jauh dan radar engagement.91
Radar jarak jauh (91N6E/Big Bird acquisition and battle management radar)
89 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
90 S-400 SA-21 Triumf – Missiles, Global Security, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/s-400-missiles.htm
91 S-400 Triumf Triumph SA-21 Growler 5P85TE2, Army Recognition, diunggah pada 5 Mei 2020, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.armyrecognition.com/russia_russian_missile_system_vehicle_uk/s-400_triumf_sa- 21_growler_missile_russia_air_defense_system.html
Kemudian radar engagement (92N6E / Grave Stone) merupakan sebuah radar yang
memiliki kemampuan melacak 100 target dan berfungsi untuk memprioritaskan
target, menghitung perkiraan jarak peluncuran rudal, meluncurkan dan menangkap
rudal, juga memastikan dan memandu rudal agar tepat mengenai target.93
Kendaraan komando (55K6E/Mobile Command Post on Ural-532301)
digunakan untuk mengontrol dan memonitor radar jarak jauh, melacak ancaman di
udara dan mengkoordinasikan semua baterai. Dan yang terakhir adalah kendaraan
peluncur yang berkapasitas membawa empat container rudal dalam satu peluncur
(5P85TE2/5P85SE2), yang mana tiap container dapat menampung satu rudal 48N6E
atau empat rudal 9M96.94
Cara kerja S-400 adalah ketika objek/target mulai muncul ke wilayah pelacakan
radar, maka radar akan melacak target tersebut dan mengirimkan informasi mengenai
target ke kendaraan komando, dan menilai target yang potensial untuk diserang.
Kemudian kendaraan komando akan menerima informasi tersebut dan target akan
92 64N6/91N6E – TOMBSTONE/Big Bird, Global Security, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di
laman https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/tombstone.htm 93 Almaz-Antey 40R6 / S-400 Triumf; Self Propelled Air Defence System / SA-21, Air Power
Australia, diunggah pada 27 Januari 2014, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.ausairpower.net/APA-S-400-Triumf.html#mozTocId880228
94 S-400 Triumf Triumph SA-21 Growler 5P85TE2, Army Recognition, diunggah pada 1 Mei 2020, diakses pada 5 Mei 2020, tersedia di laman https://www.armyrecognition.com/russia_russian_missile_system_vehicle_uk/s-400_triumf_sa- 21_growler_missile_russia_air_defense_system.html
meluncurkan rudal ke target. Setelahnya, data dan perintah peluncuran tersebut akan
diterima oleh kendaraan peluncur dan rudal pada akhirnya diluncurkan ke target.
Untuk memastikan rudal supaya tepat mengenai target, radar engagement akan
memandu rudal selama proses peluncuran.95
Gambar III.B.2 Skema Cara Kerja Sistem Pertahanan Rudal S-400
Sumber: BBC96
Walaupun secara tertulis senjata S-400 ini dinilai memiliki kemampuan sangat
tinggi, namun terdapat beberapa kelemahan yang menyebabkan beberapa pihak masih
meragukan keefektifan senjata ini. Seperti misalnya senjata S-400 sendiri akan
95 Where does Turkey’s S-400 missile deal with Rusia leave the US?, BBC, diunggah pada 12 Juli
2019, diakses pada 10 Mei 2020, tersedia di laman https://www.bbc.com/news/world-europe- 48962886
96 Where does Turkey’s S-400 missile deal with Rusia leave the US?, BBC, diunggah pada 12 Juli 2019, diakses pada 10 Mei 2020, tersedia di laman https://www.bbc.com/news/world-europe- 48962886
modern lainnya untuk dapat bekerja secara maksimal. Selain itu walaupun S-400
disebut dapat melawan sistem standoff, namun banyak juga yang beranggapan bahwa
sistem pertahanan rudal ini masih rentan terhadap serangan rudal standoff seperti
rudal jelajah, bom luncur (glide bomb), dan rudal balistik jarak pendek. Tidak hanya
itu, medan yang tidak rata seperti pegunungan akan membuat S-400 sulit mendeteksi
datangnya rudal jelajah terbang rendah, membuatnya rentan terkena serangan.97
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, mengatakan bahwa Turki juga
mengirimkan personilnya ke Rusia untuk secara khusus dilatih bagaimana
mengoperasikan pesawat S-400. Hal ini sekaligus menjadi harapan bagi Turki untuk
dapat melindungi rakyat dan negaranya.98 Dilihat dari kerja sama bilateral yang
terjalin dalam beberapa tahun terakhir, dapat dikatakan kedua negara mengalami
penguatan hubungan yang cukup signifikan. Hal ini secara tidak langsung
menimbulkan rasa ketergantungan jangka panjang, terutama bagi Turki khususnya
dalam kerja sama pengadaan sistem pertahanan S-400 ini.99
97 Why the S-400 Missile is Highly Effective – If Used Correctly, Stratfor, diunggah pada 12 Juli
2019, diakses pada 1 Mei 2020, tersedia di laman https://worldview.stratfor.com/article/why-s-400- s400-missile-long-range-turkey-russia-syria-effective
98 Defense Minister: Turkish military personnel in Russia for S-400 training, Daily Sabah, diunggah pada 23 Mei 2019, diakses pada 30 Juni 2020, tersedia di laman https://www.dailysabah.com/defense/2019/05/23/defense-minister-turkish-military-personnel-in- russia-for-s-400-training
99 Galip Dalay, After the S-400 purchase: Where Are Turkish – Russian Relations Heading?, SWP Berlin, diunggah pada 3 September 2019, diakses pada 30 Juni 2020, tersedia di laman
Serikat
Peningkatan hubungan bilateral antara Turki dengan Rusia yang terjadi secara
“drastis” telah menimbulkan ketegangan hingga keretakan bagi hubungan Turki
dengan Amerika Serikat. Kebijakan-kebijakan Turki pada beberapa tahun terakhir
seperti kebijakan di Timur Tengah terutama dalam menangani konflik Suriah,
kebijakan mengenai Kurdi, ditambah lagi dengan kebijakan pembelian S-400 milik
Rusia, membuat hubungan Turki dengan Amerika Serikat semakin memburuk.
Amerika Serikat telah memberi peringatan kepada Turki sejak Turki
mengumumkan kesepakatan pembelian S-400 dengan Rusia pada September 2017.
Peringatan ini berubah menjadi ancaman karena Turki tidak juga membatalkan
kesepakatannya dengan Rusia, hingga Turki menerima pengiriman batch kedua
baterai S-400 pada September 2019.100 Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap
pembelian S-400 ini adalah karena Turki menggunakan pesawat F-16 sebagai bahan
percobaan dari penggunaan S-400.101
https://www.swp-berlin.org/en/publication/after-the-s-400-purchase-where-are-turkish-russian- relations-heading/
100 Trump Should Not Fall for Erdogan’s S-400 Gambit, War On The Rocks, diunggah pada 5 Mei 2020, diakses pada 18 Mei 2020, tersedia di laman https://warontherocks.com/2020/05/trump-should- not-fall-for-erdogans-s-400-gambit/
101 Turkey to test Russian S-400 systems despite U.S pressure: media, Reuters, diunggah pada 25 November 2019, diakses pada 18 Mei 2020, tersedia di laman https://www.reuters.com/article/us- turkey-security-usa/turkey-to-test-russian-s-400-systems-despite-u-s-pressure-media- idUSKBN1XZ0U1
tidak ada respon negatif dari Barat menanggapi keputusan Yunani tersebut.102 Selain
itu, hal lain yang membuat Presiden Erdogan mempertahankan sistem S-400 adalah
bahwa Ia merasa keputusannya merupakan cara paling baik untuk melindungi
keamanan negaranya dari jet F-16 milik Turki sendiri, yang pernah digunakan
sebagai alat operasi kudeta 2016 lalu.103
102 S-400 agreements with Russia ‘a done deal,’ Erdogan says, Daily Sabah, diunggah pada 26 Juli
2017, diakses pada 30 April 2020, tersedia di laman https://www.dailysabah.com/politics/2017/07/26/s-400-agreement-with-russia-a-done-deal-erdogan- says
103 Trump Should Not Fall for Erdogan’s S-400 Gambit, War On The Rocks, diunggah pada 5 Mei 2020, diakses pada 18 Mei 2020, tersedia di laman https://warontherocks.com/2020/05/trump-should- not-fall-for-erdogans-s-400-gambit/
KERJA SAMA MILITER S-400 TURKI – RUSIA TAHUN 2017
Bab ini akan membahas mengenai alasan di balik keluarnya respon Amerika
Serikat terhadap kerja sama pengadaan sistem pertahanan udara S-400 antara Turki
dan Rusia pada tahun 2017. Alasan tersebut antara lain karena adanya kepentingan
pertahanan yang berupa kepentingan intelegensi, dan adanya kepentingan politik
yang berupa hegemoni khususnya di kawasan Timur Tengah. Alasan ini masing-
masing mendorong Amerika Serikat mengeluarkan respon yaitu menghapuskan Turki
dari kerja sama F-35 dan penundaan penjatuhan sanksi ekonomi terhadap Turki.
A. Penghapusan Turki dari Program Kerja Sama F-35
Penghapusan Turki dari program kerja sama F-35 merupakan salah satu bentuk
respon Amerika Serikat atas kerja sama militer S-400 yang dilakukan oleh Turki dan
Rusia. Respon ini keluar atas dasar adanya kepentingan pertahanan yang ingin
dilindungi oleh Amerika Serikat yang berupa kepentingan int