Post on 26-Feb-2018
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
1/22
BAB I
PENDAHULUAN
Rinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Menurut
sifatnya rinitis dibagi menjadi dua yaitu rinitis akut dan rinitis kronis. Rinitis kronis merupakan
suatu penyakit infeksi hidung yang berulang dengan tanda adanya atrofi progresif tulang dan
mukosa konka1.
Sebagai istilah klinis, rinitis mengacu pada sekelompok heterogen gangguan hidung ditandai
dengan 1 atau lebih dari gejala berikut: bersin, hidung gatal, rhinorrhea, dan hidung tersumbat .
!eluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas bau, pasien menderita
anosmia, ingus kental hijau, kusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung
tersumbat. Mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk
krusta berbau busuk1. "re#alensi menunjukkan bah$a %%& sampai '& dari pasien dengan
rhinitis mungkin memiliki rinitis campuran, kombinasi alergi dan rinitis non alergik. "re#alensi
di indonesia rinitis kronis adalah ,%& (berdasarkan keluhan responden)%.
Rinitis kronis adalah rinitis simplek kronis, rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi, rinitis sika, dan
rinitis kaseosa. Rinitis kronis yang tidak disebabkan oleh peradangan dapat kita jumpai pada
rinitis alergi, rinitis #asomotor, rinitis medikamentosa, rinitis atrofi, dan rinitis hipertrofi*.
Rinitis alergi melibatkan antibodi reaginik, basofil, sel mast, dan pelepasan +at mediator
seperti histamine, prostaglandin dan leukotrien, yang ada gilirannya bekerja pada saluran hidung
dan menimbulkan menifestasi klinis. Rinitis #asomotor suatu keadaan idiopatik beberapa
hipotesis telah dikemukakan penyebabnya adalah neurogenik (disfungsi system otonom),
neuropedtida, nitrit oksida, dan trauma. Rinitis atrofi disebabkan karena infeksi kuman spesifik,
yang tersering ditemukan spesies klebsia, defiensi -, #itamin , sinusitis kronik yang akanmenyebabkan adanya atrofi mukosa dan tulang konka. Rinitis hipertrofi karena proses inflamasi
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. Rinitis medikamentosa karena
pemakaian obat topikal #asokontriktor yang berulang dalam $aktu yang lama yang akan
menyebabkan fase dilatasi berulang (rebound dilation), keadaan ini diikuti dengan penurunan
sensiti#itas reseptor alfa adrenergik di pembuluh darah sehingga terjadi suatu toleransi.
1
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
2/22
"enatalaksanaan rinitis tergantung dari rinitis nya, rinitis alergi dengan antihistamin dan bisa
juga dengan dekongestan nasal spray, rinitis atrofi diberikan dapat bersifat konser#atif yaitu
pemberian antibiotika berspektrum luas atau dengan uji resistensi kuman, rinitis medikamentosa
hentikan pengobatan,obat dekonestan oral, rinitis hipertofi bisa dilakukan tindakan operatif
kepada konka, rinitis #asomotor bisa menghindari stimulus, dan dengan obat / obatan
dekongestan. "rognosis apabila faktor pencetus bisa dihindarkan atau dengan pengobatan yang
baik maka akan mendapatkan hasil yang baik.
2
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
3/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hidung
1. Hidung Luar
0idung luar berbentuk pyramid dengan bagianbagiannya dari atas ke ba$ah: 1)
pangkal hidung (bridge), ) batang hidung (dorsumnasi), ) puncak hidung (hip), %) ala nasi, *)
hidung luar, dapat dibedakan atas tiga bagian2 yang paling atas, a) kubah tulang, yang tak dapat
digerakan2 diba$ahnya terdapat b) kubah kartilago yang sedikit bisa digerakan2 dan yang
paling ba$ah adalah c) lobulus hidung yang mudah digerakan. 3elahan ba$ah aperture hanyakerangka tulangnya saja, memisahkan luar dengan hidung dalam. 4isebalah superior, struktur
tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung,
semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian lamina
perpendikularis tulang etmoidalis. Spina nasalis anterior merupakan bagian dari prosesus
maksilaris madeial embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap sebagai
hidung luar. 3agian berikutnya, yaitu kubah kartilago yang sedikit dapat digerakan, dibentuk
oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi di garis tengah serta berfusi pula dengan
tepi atas kartilago septum kuadrangularis, sepertiga ba$ah hidung luar atau lobules hidung,
dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior. 5obules menutup #estibulum nasi dan
dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, dilateral oleh ala nasi dan anterosuperior oleh ujung
hidung, mobilitas lobules hidung penting untuk ekspresi $ajah, gerakan mengendus, dan
bersin. 6tot ekspresi $ajah yang terletak subkutan di atas tulang pipi hidung, pipi anterior, dan
bibir atas menjamin mobilitas lobulus. 7aringan ikat subkutan dan kulit juga ikut menyokong
hidung luar. 7aringan lunak di antara hidung dan dalam dibatasi di sebelah inferior oleh !rista
piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum nasi, dan tepi ba$ah kartilago
lateralis superior sebagai batas superior dan lateral. Struktur tersempit dari seluruh saluran
pernapasan atas adalah apa yang disebut sebagai limen nasi atau os internum oleh ahli anatomi,
atau sebagai katup hidung.
3
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
4/22
8ambar 1.1 natomi hidung
2. Hidung Dalam
Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior himgga koana di
posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Selanjutnya, pada dinding lateral
hidung terdapat pula konka yaitu a) konka superior, b) konka media, c) konka inferior, dengan
rongga udara yang tidak teratur diantara nya meatus superior, meatus media dan meatus
inferior. Manusia mempunyai sekitar 1 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga
udara hidung, jumlah, bentuk, ukuran dan simetri ber#ariasi. Sinus / sinus ini membentuk
rongga di dalam beberapa tulang $ajah dan diberi nama yang sesuai: sinus maksilaris,
sfenoidalis, frontalis, dan etmoidalis. 9ang terakhir biasanya berupa kelompok / kelompok sel
etmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan, masingmasing kelompok bermuara
4
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
5/22
ke dalam hidung. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernapasan yang mengalami
modifikasi, dan mampu menghasilkan mucus, dan bersilia, secret disalurkan ke dalam rongga
hidung. "ada orang sehat, sinus terutama berisi udara. Selain itu terdapat duktus nasolakrimalis
bermuara pada meatus inferior di bagian anterior. 0iatus semilunaris dari meatus media
merupakan muara sinus frontalis, etmoidalis anterior dan sinus maksilaris. Sel / sel sinus
etmoidalis bermuara pada meatus superior, sedangkan sinus sfenoidalis bermuara pada resesus
sfenoetmoidalis%.
8ambar 1. natomi 0idung 4alam
Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ
menjadi dua hidung. 3agian tualang dari septum terdiri dari 1) kartilago septum
(kuadrangularis) di sebelah anterior, ) lamina perpindikularis tulang etmoidalis disebelah atas,
) #omer dan rostum sphenoid di posterior dan suatu !rista di sebelah ba$ah, terdiri dari %)
!rista maksila dan !rista palatine. Septum hidung dilapisi oleh mukosa hidung.
5
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
6/22
8ambar 1. natomi Septum 0idung
Komple! o!tiomeatal "K#$%
!ompleks ostiomeatal (!6M) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang
dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang
membentuk !6M adalah prosesus unsiatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris,
bula etmoid, agger nasi dan resesus frontal. !6M merupakan unit fungsional yang
merukan tempat #entilasi dan dreanase dari sinus / sinus yang letaknya di anterior yaitu
sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.
8ambar 1. natomi !6M
Sinu! Parana!ali!
Manusia mempunyai sekitar 1 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga
udara hidung, jumlah dan bentuk ukuran, dan simetris ber#ariasi. Sinus / sinus ini membentuk
rongga di dalam beberapa tulang $ajah dan diberi nama yang sesuai 2 sinus maksilaris,
sfenoidalis, frontalis dan etmoidalis. Semuanya bermuara kedalam hidung, seluruh sinus dilapisi
oleh epitel saluran pernapasan yang mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus,
6
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
7/22
dan bersilia. "ada orang de$asa sinus berisi udara. Sinus maksilaris rudimenter, atau antrum
umumnya telah ditemukan pada saat lahir. Sinus paranasalis lainnya timbul pada masa kanak /
kanak dalam tulang $ajah.
&am'ar 1.( Anatomi !inu! parana!al
). Suplai Dara*
abang sfenoplatina dari arteri maksilaris interna menyuplai konka, meatus, dan
septum. abang etmoidalis anterior dan posterior dari arteri oftalmika menyuplai sinus
frontalis dan etmoidalis serta atap hidung. Sedangkan sinus maksilaris diperdarai oleh suatu
cabang arteri labialis superior dan cabang infraorbital serta al#eolaris dari arteri maksilaris
interna, dan cabang faringealis dari arteri maksilaris interna disebarkan ke dalam sinus
sfenoidalis. ;ena / #ena membentuk suatu pleksus ka#ernosus yang rapat di ba$ah membrane
mukosa. "leksus ini terlihat nyata di atas konka media dan inferior, serta bagian ba$ah septum
di mana ia membentuk jaringan erktil. 4rainase #ena terutama melalui #ena oftalmika, fasialis
anterior dan sfenopalatina
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
8/22
B. ,initi! Kroni!
Rinitis !ronis merupakan suatu penyakit infeksi hidung yang berulang dengan tanda
adanya atrofi progresif tulang dan mukosa konka1. Rhinitis kronis dibagi dalam beberapa
macam yaitu rhinitis simplek kronis, rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi, rhinitis sika, dan
rhinitis kaseosa. Rhinitis kronis yang tidak disebabkan oleh peradangan dapat kita jumpai
pada rhinitis alergi, rhinitis #asomotor, dan rhinitis medikamentosa*.
1. ,initi! Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh raksi alergi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersenditisasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut.
!arakteristik klinis rinitis alergika adalah bersin, hidung tersumbat, beringus, dan gatal di
hidung, setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantai oleh =8 -.
a. Etiologi ,initi! Alergi
"enyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada de$asa dan ingestan pada
anak anak. "ada anakanak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan
pencernaan.
'. Berda!aran -ara ma!una allergen di'agi ata! /
1. lergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau, debu
rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur. lergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna, misalnya susu sapi, telur, coklat, ikan, udang
kepiting. lergen injektan, yang masuk melalui suntikan misalnya penisilin dan sengatan lebah%. llergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan
kosmetik, perhiasan.
8
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
9/22
-. Kla!i0ia!i ,initi! Alergi
4ahulu rinitis alergi dibedakan dalam macam berdasrkan sifat berlangsungnya yaitu:1. Rinitis alergi musiman ( seasonal, hay fe#er, polinosis ). 4i =ndonesia tidak dikenal rinitis
alergi musiman, hanya di negara yang mempunyai % musim. llergen penyebab nya spesifik,
yauitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. 8ejala klinik yang tampak ialah gejala padahidung dan mata ( mata merah, gatal disertai lakrimasi )
. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)8ejala pada penyakit ii timbul intermiten atau terus menerus, tanpa #ariasi musim, jadi dapat
ditemukan sepanjang tahun.
d. Kla!i0ia!i riniti! alergi 'erda!aran reomenda!i dari H# Initiatie A,IA Allergi-
,*initi! and it! Impa-t on A!tma % ta*un 23314 aitu 'erda!aran !i0at 'erlang!ungna
di'agi men5adi /
1. =ntermitan ( kadang / kadang ) : apabila gejala kurang dari % hari>minggu atau kurang dari %minggu
. "ersisten>menetap bila gejala lebih dari % hari>minggu dan lebih dari % minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :1. Ringan bila tidak ditemukanngangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja. Sedang / berat bila terdapatsatu atau lebih dari gangguan tersebut diatas
e. Pato0i!iologi ,initi! Alergi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang dia$ali dengan tahap
sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari fase yaitu immediate
phase allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat (R) yang berlangsung sejak kontak
dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi
fase lambat (R5) yang berlangsung % jam dengan puncak
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
10/22
"ada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang
berperan sebagai sel penyaji (ntigen "resenting ell>") akan menangkap alergen yang
menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen
pendek peptide dan bergabung dengan molekul 05 kelas == membentuk komplek peptide
M0 kelas == (Major 0istocompatibility omple?) yang kemudian dipresentasikan pada sel
@ helper (@hA). !emudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (=51) yang
akan mengaktifkan @hA untuk berproliferasi menjadi @h1 dan @h. @h akan menghasilkan
berbagai sitokin seperti =5, =5%, =5*, dan =51. =5% dan =51 dapat diikat oleh
reseptornya di permukaan sel limfosit 3, sehingga sel limfosit 3 menjadi aktif dan akan
memproduksi imunoglobulin - (=g-). =g- di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan
diikat oleh reseptor =g- di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua
sel ini menjadi aktif. "roses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang
tersensitisasi. 3ila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua
rantai =g- akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel)
mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk
("erformed Mediators) terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Be$ly ormed
Mediators antara lain prostaglandin 4 ("84), 5eukotrien 4% (5@ 4%), 5eukotrien % (5@
%), bradikinin, "latelet cti#ating actor ("), berbagai sitokin (=5, =5%, =5*, =5
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
11/22
8MS (8ranulocyte Macrophage olony Stimulating actor) dan lainlain. =nilah yang
disebut sebagai Reaksi lergi ase epat (R). 0istamin akan merangsang reseptor 01
pada ujung saraf #idianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersinbersin.
0istamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi
dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. 8ejala lain adalah hidung
tersumbat akibat #asodilatasi sinusoid. Selain histamin merangsang ujung saraf ;idianus,
juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran =nter
ellular dhesion Molecule 1 (=M1). Cni#ersitas Sumatera Ctara "ada R, sel
mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel
eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi
gejala akan berlanjut dan mencapai puncak
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
12/22
1. Respon primer @erjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (g). Reaksi ini bersifat
non spesifik dan dapat berakhir sampai disini. 3ila g tidak berhasil seluruhnya dihilangkan,
reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.
. Respon sekunder Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan
ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. 3ila g berhasil
dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. 3ila g masih ada, atau memang sudah ada defek dari
sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.
. Respon tersier Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini
dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi g oleh tubuh. 8ell dan
oombs mengklasifikasikan reaksi ini atas % tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis (immediate
hypersensiti#ity), tipe atau reaksi sitotoksik, tipe atau reaksi kompleks imun dan tipe % atau
reaksi tuberculin (delayed hypersensiti#ity).
0. Diagno!i!
namnesis
namnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.
0ampir *A& diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. 8ejala rinitis alergi yang khas
adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang
normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. 0al ini
merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning
process). 3ersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari lima kali setiap serangan,
terutama merupakan gejala pada R dan kadangkadang pada R5 sebagai akibat
dilepaskannya histamin. 8ejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadangkadang disertai dengan banyak
air mata keluar (lakrimasi). Rinitis alergi sering disertai oleh gejala konjungti#itis alergi. Sering
kali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak. !adangkadang keluhan hidung
tersumbat merupakan keluhan utama atau satusatunya gejala yang diutarakan pasien.
g. Pemeri!aan 6i!i
12
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
13/22
"ada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, ber$arna pucat atau li#id
disertai adanya sekret encer yang banyak. 3ila gejala persisten, mukosa inferior tampak
hipertrofi. "emeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. 8ejala spesifik lain
pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah ba$ah mata yang terjadi karena stasis
#ena sekunder akibat obstruksi hidung. 8ejala ini disebut allergic shiner. Selain dari itu sering
juga tampak anak menggosokgosok hidung, karena gatal, dengan punggung tangan. !eadaan ini
disebut sebagai allergic salute. !eadaan menggosok ini lama kelamaan akan mengakibatkan
timbulnya garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga ba$ah, yang disebut sebagai allergic
crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langitlangit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). 4inding posterior faring
tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal.
5idah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).
*. Pemeri!aan Penun5ang
1.a. In itro
0itung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. 4emikian pula
pemeriksaan =g- total (pristpaper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan
nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya
selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. "emeriksaan ini berguna untuk
prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat
alergi yang tinggi. 5ebih bermakna adalah dengan RS@ (Radio =mmuno Sorbent
@est) atau -5=S (-n+yme 5inked =mmuno Sorbentssay @est). "emeriksaan sitologi hidung,
$alaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap.
4itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. 7ika
basofil (* sel>lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel
"MB menunjukkan adanya infeksi bakteri.
1.'. In io
lergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan
atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin -ndpoint @itration>S-@). S-@
dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi
13
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
14/22
yang bertingkat kepekatannya. !euntungan S-@, selain alergen penyebab juga derajat
alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Cntuk alergi makanan, uji
kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. 4iagnosis biasanya ditegakkan
dengan diet eliminasi dan pro#okasi (Dhallenge @estE). lergen ingestan secara tuntas lenyap
dari tubuh dalam $aktu lima hari. !arena itu pada hallenge @est, makanan yang dicurigai
diberikan pada pasien setelah berpantang selama * hari, selanjutnya diamati reaksinya.
"ada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu
ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.
i. Pengo'atan
1. Menghindari allergen penyebab. 4apat dicapai dengan mengisolasi pasien dengan allergen,
menjauhkan allergen dari pasien.. @erapi simtomatik dengan obat / obatan. ntihistamin oral merupakan senya$a kimia yang
dapat mela$an kerja histamine dengan mekanisme inhibisi kompetitif pada lokasi reseptor
histamin. ntihistamin 01 yang sering digunakan adalah etanolamin, etilendiamin, akilamin,
fenotia+in, dan agen lain seperti siprohrptadin, hidroksi+in dan pipera+in. 4iberikan juga suatu
dekongestan secara tunggal atau dengan antihistamin 01 lokal atau peroral pada pengobatan
rinitis alergika.
5. Progno!i!"asien rinitis alergi yang tanpa komplikasi yang respon dengan pengobatan memiliki
prognosis baik.
2.,initi! Atro0i
Rhinitis atrofi merupakan infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi
progresif pada mukosa dan tulang konka. !arakteristiknya ialah adanya atropi mukosa dan
jaringan pengikat submukosa struktur fossa nasalis, disertai adanya crustae yang berbau khas.
Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering, sehingga
terbentuk krusta yang berbau busuk. "enyakit ini lebih banyak menyerang $anita daripada pria,
terutama pada umur sekitar pubertas.
14
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
15/22
a. Etiologi
3anyak teori mengenai etiologi dan patofgenesis rinitis alergi dikemukakan, antara lain:
1) infeksi oleh kuman spesifik. 9ang tersering ditemukan adalah spesies klebsiella, terutama
klebsiela o+aena. !uman yang lainnya juga sering ditemukan adalah stafilokokus, streptokokusdan pseudomonas aeruginosa. ) defisiensi -, ) defiensi #itamin , %) sinusitis kronik, *)
kelainan hormonal,
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
16/22
"erubahan histopatologi dalam hidung pada rinitis atrofi (6+aena), yaitu :
Mukosa hidung, berubah menjadi lebih tipis
Silia hidung, silia akan menghilang -pitel hidung, terjadi perubahan metaplasia dari epitel torak sial menjadi epitel kubik !elenjar hidung mengalami degenerasi atrofi atau jumlah nya berkurang'.
-. &e5ala lini!
!eluhan biasanya berupa napas berbau ada ingus kental yang ber$arna hijau, ada kerak
(krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung merasa tersumbat. !eluhan lain
dari rinitis atrofi yaitu penurunan penciuman, nyeri kepala dan epistaksisF. Meskipun jalan napas
jelas menjadi semakin lebar, pasien merasakan sumbatan yang makin progresif saat bernapas
le$at hidung, terutama karena katup udara yang mengatur perubahan tekanan hidung danmenghantarkan impuls sensorik dari mukosa hidung ke system saraf pusat telah bergerak
semakin jauh dasri gambaran."ada pemeriksaan hidung, didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media
menjadi hipertrofi atau atrofi, ada secret purulen dan krusta yang ber$arna hijau.
d. Pengo'atan
"engobatan yang diberikan dapat bersidat konser#atif, atau kalau tidak dapat menolong
dilakukan pembedahan.
Pengo'atan on!erati0. 4iberikan antibiotika berspektrum luas atau sesuai dengan ujiresistensi kuman, dengan dosis yang adekuat. Cntuk membantu menghilangkan bau busuk akibat
hasil proses infeksi serta secret purulen dan krusta, dapat dipakai obat cuci hidung. 5arutan yang
dapat digunakan dalam larutan garam hipertonik. 5arutan dihirup ke dalam rongga hidung dan
dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuatkuat. ir masuk nasofaring dikeluarkan melalui
mulut, larutan ini dipakai kali sehari.Pengo'atan operati04jika dengan pengobatan tidak ada apa perbaikan maka dilakukan tindakan
operatif. @indakan ini bertujuan untuk menyempitkan rongga hidung yang lapang, mengurangi
pengeringan dan pembentukan krusta, mengistirahatkan mukosa dan memungkinkan terjadi
regenerasi. @ekinik operasi antara lain operasi penutupan lubang hidung atau penyempitan
lubang hidung dengan implantasi atau dengan jabir osteoperiosteal1A F.
e. Progno!i!
4engan operasi diharapkan perbaikan mukosa dan penyakitnya.
16
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
17/22
). ,initi! *iperto0i
=stilah hipertrofi digunakan untuk menunjukan perubahan mukosa hidung pada konka
inferior ynag mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri primer atau sekunder. !onka inferior dapat juga mengalami hipertrofi tanpa terjadiinfeksi bakteril, misalnya sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan #asomotor.
8ejala utama adalah sumbatan hidung atau gejala di luar hidung akibat hidung yang
tersumbat, seperti mulut kering, nyeri kepala dan gangguan tidur. Secret biasanya banyak dan
mukopurulen."ada pemeriksaan ditemukan konka hipertrofi, terutama konka inferior. "ermukaannya
berbenjolbenjol karena mukosa yang juga hipertrofi. kibatnya pasase udara dalam rongga
hidung menjadi sempit. Secret mukopurulen dapat ditemukan di antara konka inferior dan sptum
dan juga di dasar rongga hidunh.@ujuan terapi adlah mengatasi factorfaktor yang menyebabkan terjadinya rinitis
hipertrofi. @erapi simtomatis untuk mengurangi sumbatan hidung akibat hipertrofi konka dapat
dilakukan kausatik konka dengan +at kimia (nitras argenti atau trikloroasetat) atau dengan kauter
listrik (elektrokauterisasi). 3ila tidak menolang, dapat dilakukan luksasi konka, frakturisasi
konka multiple, konkoplasti atau bila perlu dilakukan konkotomi parsial.
(. ,initi! 7a!omotor
8angguan #asomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologi lapisan mukosa
hidung yang disebabkan peningkatan akti#itas saraf simpatis. 8ejalanya mirip dnegan rinitis
alergi, tetapi bukan suatu reaksi allergi atau inflamasi. Rinitis ini digolongkan menjadi no alergi
bila adanya alergi>allergen spesifik tidak dapat diindentifikasi dengan pemeriksaan alergi yang
sesuai ( anamnesis, tes kulit, kadar antibody =g- spesifik serum).
a. Etiologi
3elum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan #asomotor. !eseimbangan
#asomotor ini dipengaruhi berbagai hal21. Beurogenik (disfungsi system otonom). Serabut simpatis melepaskan kotransmiter
moradrenalin dan neropeptida 9 yang menyebabkan #osokontriksi dan penurunan
sekresi hidung. @onus simpatis ini berfluktuasi sepanjang hari yang menyebabkan
adanya peningkatan tahanan rongga hidung yang bergantian setiap % jam.
17
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
18/22
. Beuropeptida, pada mekanisme ini terjadi disfungsi hidung yang diakibatkan oleh
meningkatnya rangsangan terhadap saraf sensoris serabut dihidung. danya
rangsangan abnormal saraf sensoris ini akan diikuti dengan penimgkatan pelepasan
neuropeptida seperti substance " dan calcitonin generelated protein yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas #ascular dan sekresi kelenjar.. 6abatobatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti
ergotamine, klorporma+ine, obat antihipertensi, dan obat #asokonstriktor local%. aktor fisik, iritasi asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang dingin, dan bau
yang merangsang*. actor endokrin, seperti kehamilan, pubertas, hipertiroidisme
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
19/22
e. Penatala!anaan
4i cari faktor yang mempengarhi keseimbangan #asomotor dan disingkirkan
kemungkinan rinitis alergi. @erapi ber#ariasi, tergantung factor penyebab dan gejala yang
menonjol secara umum terbagi atas: Menghindari penyebab "engobatan simtomatis, dengan obat dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang
hipertrofi dengan nitras argenti *& atau trikloroasetat pekat. 4apat juga diberikan
kortikosteroid topikal, misalnya budesonid, dengan dosis ?1AAAA, dapat ditigkatkan
sampe %AA mikrogram, sehari. 6perasi, dengan bedah beku, elekrokauter, atau konkatomi konka inferior. Beurotomi ner#us #idianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika caracara di atas
tidak berhasil. 6perasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat F.
0. Progno!i!
"rognosis dari rinitis #asomotor ber#ariasi. "enyakit kadangkadang dapat
membaik dengan tibatiba, tetapi bisa juga resistensi terhadap pengobatan yang diberikan.
+. ,initi! $ediamento!a
Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal
#asomotor yang diakibatkan oleh pemakain #asokonstriktor topikal ( tetes hidung atausemprot hidung ) dalam $aktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan
hidung yang menetap. 4apat dikatakan bah$a hal disebabkan oleh pemakaian obat yang
berlebihan (drug abuse).
a. Pato0i!iologi
Mukosa hidung merupakan organ sangat peka terhadap rangsangan atau iritan,
sehingga harus berhatihati memakai topikal #asokontriksi. 6bat topikal #asokontriktor
dari golongan simpatomimetik akan menyebabkan siklus nasi terganggu dan akan
berfungsi normal kembali apabila pemakaian obat itu dihentikan.
"emakaian topikal #asokontriktor yang berulang dan dalam $aktu yang lama akan
menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah #asokontriksi,
sehingga timbul gejala obstruksi. danya gejala obstruksi ini menyebabkan pasien lebih
19
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
20/22
sering dan lebih banyak lagi memakai obat tersebut. "ada keadaan ini ditemukan kadar
agonis alfa adrenergic yang tinggi di mukosa hidung. 0al ini akan diikuti dengan
penurunan sensiti#itas reseptor alfaadrenergik di pembuluh darah sehingga terjadi suatu
toleransi. kti#itas dari tonus simpatis yang menyebabkan #asikontriksi (dekongestan
mukosa hidung) menghilang. kan tetapi terjadi dilatasi dan kongesti jaringan mukosa
hidung. !eadaan ini juga dsebut sebagai rebound congestion.
'. &e5ala dan tanda
"asien mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. "ada pemeriksaan
tampak edema > hipertrofi konka dengan sekret hidung yang berlebihan. pabila diberi
tampon adrenalin, edema konka tidak berkurang.
-. Penala!anaan
1. 0entikan pemakaian obat tetes atau semprot #asokonstriktor hidung. Cntuk mengatasi sumbatan berulang (rebound congestion), dapat diberikan
kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan dosis diturunkan secara
bertahap (tapering off) dengan menurunkan dosis sebanyak * mg setiap hari.
4apat juga diberikan kortikosteroid topikal selama minimal minggu untuk
mengembalikan proses fisiologik mukosa hidung. 6bat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefedrin).
d. Progno!i!
"asien yang menghentikan pemakaian obatobatan tetes hidung akan menunjukan
penyembuhan sempurna.
20
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
21/22
BAB III
KESI$PULAN
Rinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Menurut
sifatnya rinitis dibagi menjadi dua yaitu rinitis akut dan rinitis kronis. Rinitis kronis merupakan
suatu penyakit infeksi hidung yang berulang dengan tanda adanya atrofi progresif tulang dan
mukosa konka.
Rinitis kronis adalah rinitis simplek kronis, rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi, rinitis sika,
dan rinitis kaseosa. Rinitis kronis yang tidak disebabkan oleh peradangan dapat kita jumpai pada
rinitis alergi, rinitis #asomotor, rinitis medikamentosa, rinitis atrofi, dan rinitis hipertrofi.
8ejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang, keluar ingus
(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang
kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Rinitis alergi sering disertai oleh
gejala konjungti#itis alergi. 8ejala rinitis atrofi yaitu !eluhan biasanya berupa napas berbau ada
ingus kental yang ber$arna hijau, ada kerak (krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala
dan hidung merasa tersumbat. 8ejala utama rinitis hipertrofi adalah sumbatan hidung atau gejala
di luar hidung akibat hidung yang tersumbat, seperti mulut kering, nyeri kepala dan gangguan
tidur. Secret biasanya banyak dan mukopurulen. 8ejala rinitis medikamentos pasien mengeluh
hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. "ada pemeriksaan tampak edema > hipertrofi
konka dengan sekret hidung yang berlebihan. 4alam pengobatan yang sesuai akan ada perbaikan
dalam setiap penyakitnya.
21
7/25/2019 Referat Rinitis Kronis
22/22
Da0tar Pu!taa
1. 7umarto arif, 0artanto Rudy, "rastiyanto 4idik. (AAF). Gplikasi 7aringan Saraf @iruan
3ackpropagation Cntuk Memprediksi "enyakit @0@ 4i Rumah Sakit Mardi Rahayu
!udusH. 7urnal @eknik -lektro. ;ol. 1. Bo. 1.. Iallace, 4.;., 4yke$ic+, M.S., 3ernstein, 4.=., 3ernstein, =.5., 3lessingMoore, 7., o?,
5. et al. @he 7oint orce on "ractice "arameters, representing the =, =,
7=. @he diagnosis and management of rhinitis: n updated practice parameter. J
Allergy Clin Immunol. AA'2 1: S1/S'%. 3ousJuet, 7., !haltae#, B., ru+, .., 4enburg, 7., okkens, I.7., @ogias, . et
al. llergic Rhinitis and =ts =mpact on sthma (R=) AA' update (in collaboration $ith
the Iorld 0ealth 6rgani+ation, 8()5-B and ller8en).Allergy. AA'2