Referat Hifema

Post on 20-Dec-2015

272 views 107 download

description

Stase mata

Transcript of Referat Hifema

REFERAT HIFEMAPembimbing : dr. Ramzi Amin, Sp.M(K)

Sanni Rizky Putri132 0221 149

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATAPERIODE 16 MARET 2015 – 17 APRIL 2015

RUMAH SAKIT TK. II A.K. GANIPALEMBANG, SUMATERA SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan

• Trauma okuli trauma/cedera pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan jaringan lunak orbita memberikan penyulit mengganggu fungsi mata.

• Salah satu penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda.

• Kedaruratan mutlak di bidang ocular emergency.

Pendahuluan

• Komplikasi erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa, luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasio retina, ruptur koroid, serta avulsi papil saraf optik.

• Hifema adanya darah dalam bilik mata depan akibat trauma ataupun secara spontan.

Pendahuluan

• Konsekuensi yaitu peningkatan tekanan intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior.

• Dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang signifikan setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi, dan tatalaksana hifema.

Rumusan Masalah

• Bagaimana anatomi dan vaskularisasi bola mata?• Apa saja etiologi terjadinya hifema?• Bagaimana patogenesis terjadinya hifema?• Bagaimana tanda dan gejala hifema?• Bagaimana penegakan diagnosis pada hifema?• Bagaimana penatalaksanaan hifema?• Apa saja komplikasi yang terjadi akibat hifema?• Bagaimana prognosis hifema?

Tujuan

• Mengetahui anatomi dan vaskularisasi bola mata.• Mengetahui etiologi hifema.• Mengetahui patogenesis hifema.• Mengetahui tanda dan gejala hifema.• Mengetahui penegakan diagnosis pada hifema.• Mengetahui penatalaksanaan hifema.• Mengetahui komplikasi yang terjadi akibat

hifema.• Mengetahui prognosis hifema.

Manfaat

• Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu penyakit mata pada khususnya.

• Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI BOLA MATA

• Berbentuk bulat panjang maksimal 24 mm.

• Bagian depan kelengkungan lebih tajam terdapat 2 kelengkungan yang berbeda.

ANATOMI BOLA MATA

• Terdiri atas 3 lapisan:– Tunika Fibrosa– Tunika

Vaskularis/Traktus Uvea– Lamina Sensoris

ANATOMI BOLA MATA

• Tunika Fibrosa: – Sklera Jaringan ikat kenyal,

memberikan bentuk pada mata, bagian terluar melindungi bola mata.

– KorneaBagian terdepan sklera, transparan dan avaskular.

ANATOMI BOLA MATA

• Tunika Vaskularis– Iris, badan siliar, dan

khoroid. – Iris didapatkan pupil,

dan oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.

ANATOMI BOLA MATA

– Badan siliar menghasilkan cairan bilik mata, dikeluarkan melalui trabekulum.

– Bilik mata depan antara persambungan kornea perifer - iris.

– Terdapat jalinan trabekula yang dasarnya mengarah ke badan siliar.

ANATOMI BOLA MATA

– Kanal schlemn kapiler yang dimodifikasi, terdapat lubang – lubang sebesar 2 U terdapat hubungan langsung antara trabekula & kanal schlemn.

ANATOMI BOLA MATA

– Dari kanal schlemn, keluar saluran kolektor, 20 – 30 buah menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sclera dan episkelera dan vena siliaris anterior di badan siliar.

ANATOMI BOLA MATA

• Tunika Sensoria (Retina)– Retina paling dalam,

mempunyai susunan sebanyak 10 lapisan membran neurosensoris.

– Terdapat rongga potensial antara retina dan khoroid retina dapat terlepas dari khoroid.

ANATOMI BOLA MATA

– Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata, bersifat gelatin yang hanya menempel pada papil saraf optik, makula dan pars plana.

VASKULARISASI BOLA MATA

• Pemasok utama orbita arteri ophtalmica, cabang arteri karotis interna bagian intrakranial.

• Cabang intraorbital pertama arteri sentralis retina.

VASKULARISASI BOLA MATA

• Cabang lain arteri oftalmika:– Arteri lakrimalis

glandula lakrimalis dan kelopak mata atas,

– Arteri siliaris posterior longus dan brevis muskularis ke berbagai otot orbita.

VASKULARISASI BOLA MATA

– Arteri palpebra medialis kedua kelopak mata

– Arteri supra orbitalis serta supratroklearis.

VASKULARISASI BOLA MATA

• Arteri siliaris posterior brevis koroid dan bagian nervus optikus.

• Kedua arteri siliaris longus badan siliar, beranastomosis bersama arteri siliaris anterior sirkulus arteriosus major iris.

VASKULARISASI BOLA MATA

• Arteri siliaris anterior cabang-cabang muskularis dan menuju ke muskuli rekti.

• Sklera, episklera, limbus, konjungtiva, serta ikut membentuk sirkulus arteriosus major iris.

VASKULARISASI BOLA MATA

• Drainase vena-vena melalui vena oftalmika superior dan inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior, dan vena sentralis retina.

• Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura orbitalis inferior.

HIFEMA

• Hifema darah di dalam bilik mata depan dapat menurunkan penglihatan.

• Gaya kontusif merobek pembuluh darah di iris.

Etiologi

Patogenesis

• Hifema Traumatik– Tersering akibat

terjadinya trauma pada bola mata.

– Trauma tumpul kompresi diameter anteroposterior serta ekspansi bidang ekuatorial penekanan pada struktur pembuluh darah di uvea.

Patogenesis

• Hifema Traumatik– Perdarahan

teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis.

– Pe TIO, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin mekanisme yang akan menghentikan perdarahan.

Patogenesis

• Hifema Traumatik– Bekuan darah meluas

dari bilik mata depan ke bilik mata belakang.

– Berlangsung hingga 4-7 hari (primer). Setelah itu fibrinolisis.

– Plasminogen plasmin fibrin bekuan darah mengalami disolusi.

Patogenesis

• Hifema Traumatik– Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari

ke 5 setelah trauma lebih hebat daripada yang primer harus dirawat sedikitnya 5 hari.

– Dikatakan perdarahan sekunder resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.

Patogenesis

• Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah menuju kanal Schlemn. Sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.

• Sebagian dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin.

Patogenesis

• Penumpukan hemosiderin ini dapat masuk ke dalam lapisan kornea kornea menjadi bewarna kuning hemosiderosis atau imbibisi kornea.

Patogenesis

• Hifema Iatrogenik– Merupakan komplikasi dari proses medis, seperti

proses pembedahan. – Dapat terjadi intraoperatif maupun postoperatif.– Pada umumnya manipulasi yang melibatkan

struktur kaya pembuluh darah dapat mengakibatkan hifema iatrogenik.

Patogenesis

• Hifema Spontan– Adanya proses:

• Neovaskularisasi Diabetes mellitus, iskemi.• Neoplasma Retinoblastoma. • Gangguan hematologi seperti leukemia, hemofilia,

penyakit Von Willebrand yang mana terjadinya ketidakseimbangan antara faktor pembekuan dan faktor anti-pembekuan.

Gejala Klinis

• Subjektif– Pe tajam penglihatan, nyeri pada mata disertai

dengan mata yang berair, sakit kepala, fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis adanya riwayat trauma atau percideraan pada mata.

• Objektif– Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan

mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak, tanda iritasi dari konjungtiva dan perikorneal, TIO , blood staining cornea.

Gejala Klinis

Gejala Klinis

Diagnosis

• Anamnesa Riwayat trauma.• Pemeriksaan mata Semua hal yang

berhubungan dengan cedera bola mata ditanyakan. Dilakukan pemeriksaa hifema dan menilai perdarahan ulang.

Penatalaksanaan

• Bergantung kepada derajat hifema, komplikasi yang terjadi, serta respons pasien terhadap pengobatan.

• Konservatif, rawat inap, pembedahan.

Penatalaksanaan

• Konservatif:– Batasi aktivitas pasien– Melakukan penutupan mata dengan eye

patch atau eye cover.– Elevasi kepala 30-45o membuat darah

mengumpul di bagian inferior dari COA dan tidak menghalangi tajam penglihatan, mempermudah dalam evaluasi harian COA tentang resorpsi hifema, mencegah kontak sel-sel darah merah dengan kornea.

Penatalaksanaan

– Pemberian analgesik. Hindari penggunaan aspirin dan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS, NSAID).

– Pemantauan berkala (setiap hari) tentang tajam penglihatan, tekanan intraokular, serta regresi hifema.

– Anti-glaukoma.– Asam aminokaproat / ACA yang merupakan agen

anti-plasmin.

Penatalaksanaan

• Rawat Inap:– Pasien mengalami hifema derajat II atau lebih,

sebab berpotensi terjadinya perdarahan sekunder.

– Merupakan sickle cell trait.– Terjadi trauma tembus okuli.– Pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan.– Pasien yang memiliki riwayat glaucoma.

Penatalaksanaan

• Bedah:– Corneal blood staining.– Riwayat sickle cell trait, dengan tekanan intraokular di

atas 24 mmHg lebih dari 24 jam.– Hifema dengan derajat lebih dari 50% COA selama 9

hari atau lebih. Dilakukan pembedahan tidak terjadi sinekia anterior, meskipun sudah mendapatkan terapi medik secara maksimal.

– Hifema total, dengan tekanan intraokular lebih dari 50 mmHg selama 4 hari atau lebih meskipun sudah mendapatkan terapi medik secara maksimal.

Penatalaksanaan

– Hifema total atau hifema dengan derajat >75% COA, dengan tekanan intraokular lebih dari 25 mmHg selama lebih dari 6 hari meskipun sudah mendapatkan terapi medik secara maksimal.

Komplikasi

• Glaukoma traumatik atrofi optik.• Corneal blood staining.• Perdarahan ulang atau perdarahan sekunder.• Sinekia posterior.• Sinekia anterior, terutama pada kondisi

hifema yang lebih dari 9 hari.

Prognosis

• Ditentukan berdasarkan pulihnya tajam penglihatan pasien goal dalam penatalaksanaan pasien dengan hifema.

• Perlu dipertimbangkan:– Kerusakan struktur mata lain.– Perdarahan sekunder.– Komplikasi lain: glaukoma, corneal blood staining,

serta atrofi optic.

Prognosis

• Secara umum hifema grade I memiliki kemungkinan 80% untuk mencapai tajam penglihatan minimal 6/12.

• Hifema yang lebih tinggi, yakni grade II memiliki kemungkinan 60%, sedangkan pada hifema total kemungkinan tajam penglihatan minimal 6/12 relatif rendah, yakni sekitar 35%.

BAB IIIKESIMPULAN

Kesimpulan

• Hifema keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus yang jernih.

• Disebabkan oleh trauma tumpul, juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata, dan kelainan pembuluh darah.

• Penegakan diagnosis adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema.

• Gambaran klinik darah pada COA, gangguan visus, iritasi dari konjungtiva dan perikorneal, fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.

Kesimpulan

• Penatalaksanaan perawatan dengan cara konservatif dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.

• Tindakan operasi bertujuan untuk menghentikan perdarahan, menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi, mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.