Post on 13-Jul-2015
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 1/44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai sebuah Negara yang sedang berkembang, Indonesia senantiasa
melakukan pembangunan di berbagai sektor kehidupan, khususnya sektor perekonomian.
Perkembangan perekonomian Indonesia yang semakin pesat membutuhkan suatu sumber
pembiayaan investasi yang memadai, yang berasal dari suatu lembaga keuangan yang
mampu mengatur, menghimpun, dan menyalurkan dana yang dipercayakan oleh
masyarakat dalam bentuk simpanan. Hal ini lah yang dapat mendorong semakin
berkembang pesatnya perekonomian suatu negara. Sehingga bank menjalankan peran
intermediasi keuangan yang berkaitan dengan penyaluran dan penghimpunan dana dari
masyarakat (Abdullah, 2005 : 11).
Sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang, termasuk Indonesia,
umumnya adalah bersumber dari penyaluran kredit perbankan. Sehingga wajar bila masih
banyak pihak yang menganggap bahwa salah satu penyebab lambatnya pemulihan
perekonomian Indonesia setelah krisis ekonomi 1997 adalah lambatnya penyaluran kredit
perbankan di Indonesia dibandingkan Negara Asia lainnya yang terkena krisis (Harmanta
dan Ekananda, 2005 : 52).
Membaiknya kondisi makroekonomi dalam beberapa tahun terakhir yang
tercermin dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya tingkat suku
bunga, namun kredit perbankan yang disalurkan perbankan belum mampu menjadi mesin
pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis. Krisis
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 2/44
ekonomi di Indonesia pada tahun 1997 telah mengakibatkan gangguan secara global.
Sebagian sektor riil mengalami proses pertumbuhan yang cenderung negatif, bahkan
mendekati kebangkrutan. Krisis tersebut telah mengakibatkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan semakin menurun, karena masyarakat tidak lagi percaya untuk
menanamkan modalnya pada sektor perbankan, sehingga bank sulit untuk menghimpun
dana dari masyarakat. Tidak terlepas pada sektor perbankan sebagai pemberi kredit,
tetapi para nasabah juga mengalami kesulitan dalam mengembalikan kredit yang
diterimanya. Hal ini lah yang menyebabkan meningkatnya jumlah kredit bermasalah
(non performing loan) serta menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat.
Dari sisi perbankan, krisis tersebut mengakibatkan melambatnya pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga, dan berdampak pada menurunnya kapasitas pinjaman (lending
capacity) perbankan, sehingga mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit.
Selain itu, kondisi perbankan itu sendiri seperti masih tingginya kredit macet yang
dialami perbankan dan timbulnya masalah penurunan permodalan berakibat pada
turunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit (Harmanta dan Ekananda, 2005 :
71).
Menurut Perry Warjiyo (2004), bahwa dalam kenyataannya perilaku penawaran
kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari
Dana Pihak Ketiga, tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha
debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital
Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs ( Non Performing Loans), dan LDR
( Loan to Deposit Ratio). Suseno dan Piter A. (2003), menambahkan bahwa Indikator lain
yang juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit terhadap
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 3/44
debitur adalah faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam ROA
( Return On Asset ).
Beberapa tahun terakhir setelah krisis, kinerja sektor perbankan terus
menunjukkan trend yang membaik, tercermin dengan pulihnya kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah yang telah
mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga. Selain itu, program rekapitalisasi perbankan
telah memulihkan permodalan bank, berkurangnya non performing loan dan
meningkatnya profitabilitas bank. Kemajuan itu semua berkat usaha keras perbankan
Indonesia yang telah menyelesaikan tahap restrukturisasi dan konsolidasi, dimana telah
dilakukan penyehatan bank yang bermasalah oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) serta kegiatan konsolidasi, melakukan berbagai efisiensi dalam hal operasional,
jaringan, kantor cabang, serta efisiensi biaya modal dengan membuang beban akibat dari
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 silam. Kondisi ini juga didukung dengan
adanya program dari Arsitektur Perbankan Nasional (API) dalam pilar Program
Penguatan Struktur Perbankan Nasional yang dirancang untuk meningkatkan akses
kredit.
Sampai akhir semester II 2009, perbankan Indonesia masih mengandalkan Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebagai sumber pendanaan. Apabila dilihat dari rentan waktu yang
lebih panjang, sejak tahun 2000 dominasi DPK sebagai sumber dana bank rata-rata
mencapai 86,04%. Sedangkan sumber lainnya seperti Surat Berharga yang diterbitkan,
Pinjaman yang diterima, dan Modal, masing-masing hanya dengan pangsa pasar rata-rata
sebesar 0,95%, 1,24%, dan 11,77% (sumber : Bank Indonesia).
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 4/44
Dengan kondisi perekonomian yang semakin kondusif, industri perbankan terus
menunjukkan kinerja yang cukup baik. Pada akhir Desember 2009, rasio permodalan
(CAR) tercatat melampaui angka 17%, sedangkan kualitas aktiva produktif tetap
terkendali, tercermin dari rasio NPL gross dan net masing-masing sebesar 3,3% dan
0,3%. Dengan terjaganya kualitas aktiva produktif tersebut, usaha perbankan tetap
mendatangkan laba yang relatif tinggi dengan ROA sekitar 2,6%, serta kondisi likuiditas
yang secara umum tetap terkendali.
Pada dasarnya Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari
masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Dana yang dihimpun
dari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran
kredit. Dana Pihak Ketiga dihimpun oleh bank melalui beragai macam produk dana yang
ditawarkan kepada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang
bersangkutan untuk menyimpan uangnya, kemudian ditarik kembali pada saat jatuh
tempo dengan imbalan bunga maupun capital gain dari bank tersebut. Sehingga Dana
Pihak Ketiga mendukung tingkat Penyaluran Kredit perbankan.
Untuk dapat menyalurkan kredit kepada masyarakat, bank wajib memenuhi
tingkat kecukupan modal yang harus dimilikinya. Berdasarkan peraturan dari Bank
Indonesia, setiap bank wajib memenuhi kecukupan modal 8%. Tingkat kecukupan modal
pada perbankan diwakilkan denagan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
yang dibiayai dengan modal sendiri. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan
meningkatkan volume kredit perbankan (Warjiyo, 2005 : 435).
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 5/44
Tujuan lain dari pemberian kredit oleh bank adalah untuk memperoleh laba, yang
diperoleh melalui pendapatan bunga. Dimana pendapatan bunga ini akan menjadi salah
satu sumber pemasukan terbesar bagi bank, sehingga memungkinkan pengembangan
usahanya apabila kredit berjalan lancar. Kemampuan bank dalam meningkatkan laba
tercermin dengan profitabilitas bank tersebut. Tingkat profitabilitas dapat diukur
menggunakan Return On Asset (ROA), yang merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. Apabila ROA
meningkat, maka ini akan menunjukkan bahwa aktiva bank telah digunakan dengan
optimal untuk memperoleh pendapatan, sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki
hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio
ROA yang tinggi menunjukkan bahwa bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh
pendapatan.
Penelitian terdahulu yang terkait dengan penyaluran kredit perbankan antara lain
adalah Harmanta dan Ekananda (2005), menyimpulkan bahwa penyaluran kredit
merupakan formula dari dana pihak ketiga, kapasitas kredit, suku bunga sertifikat bank
indonesia, suku bunga kredit rata-rata bank umum, kredit bermasalah dan variabel
dummy periode 1997-2003 pada bank umum di Indonesia. Kemudian Meydianawathi
(2006), meneliti pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio dan non performing
loan terhadap penyaluran kredit kepada sektor UMKM periode 2002-2005 pada bank
umum di Indonesia, analisis dilakukan secara agregat terhadap total kredit yang
disalurkan.
Penelitian lain yang terbaru adalah oleh Adelya dan Jafar (2009), yang meneliti
pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Kredit pada perusahaan perbankan
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 6/44
yang terdaftar di BEI, periode 2005-2007. Hasilnya menyimpulkan bahwa Dana Pihak
Ketiga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Penelitian
tersebut hanya mengggunakan variabel Dana Pihak Ketiga, sehingga menyarankan agar
penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain agar diperoleh hasil yang lebih
akurat. Sehingga penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian tersebut dengan tidak
hanya menggunakan variabel Dana Pihak Ketiga, tetapi menambah dua variabel lain
berupa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return On Asset (ROA), dengan periode yang
digunakan adalah 2007-2009.
Alasan peneliti menambahkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Return On Asset (ROA) adalah karena CAR merupakan rasio kinerja bank yang
digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang
aktiva yang mengandung risiko, misalnya kredit yang disalurkan. Sehingga untuk dapat
menyalurkan kredit kepada masyarakat, bank harus mencukupi tingkat modal yang wajib
dimilikinya. Sedangkan ROA merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Keuntungan dapat diperoleh jika aktiva yang dimiliki bank telah dimanfaatkan secara
optimal. Sehingga ketika ROA tinggi akan menunjukkan bahwa bank telah menyalurkan
kredit dan memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, CAR dan ROA diperkirakan
memiliki hubungan yang positif dengan kredit yang disalurkan oleh pihak bank.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menyusun skripsi dengan
mengambil judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Return
On Asset Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 7/44
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Return On Asset
berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”?
1.3. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi hanya pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2007-2009.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
yang terjadi antara Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy, dan Return On Asset terhadap
Penyaluran Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2007-2009.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 8/44
1. Bagi para akademisi dan peneliti : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Bagi manajemen bank : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran tentang pentingnya memperhatikan Dana Pihak Ketiga,
Capital Adequacy Ratio, dan Return On Asset , serta sebagai pertimbangan dalam
membuat kebijakan dalam Penyaluran Kredit bank.
3. Bagi masyarakat : Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya
Penyaluran Kredit bank dan akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai
pengontrol atas kebijakan-kebijakan perbankan.
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori yang digunakan untuk membahas masalah yang
diangkat dalam penelitian. Mencakup teori-teori dan konsep-konsep yang relevan, serta
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 9/44
penelitian-penelitian terdahulu yang dapat mendukung analisis pemecahan masalah
dalam penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang variabel yang digunakan dalam penelitian, pemilihan
sampel, data yang diperlukan, sumber pengumpulan data, metoda analisis, pengolahan
data dan pengujian hipotesis. Bab ini merupakan landasan dalam menganalisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan dan pembahasan hasil penelitian, serta pengujian dan analisis
hipotesis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan
saran-saran yang mungkin dapat diajukan dan dilaksanakan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Secara sederhana, pengertian bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa lainnya. Sedangkan lembaga
keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 10/44
kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana, atau hanya
kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana (Kasmir, 2004).
Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999), “Bank
adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak
yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Dalam UU No.10 Tahun 1998, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank merupakan suatu bagian dari
lembaga keuangan yang mempunyai fungsi perantara atau intermediasi, dengan
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana untuk disalurkan kepada
masyarakat yang kekurangan dana dalam bentuk kredit.
2.1.2. Sumber Dana Bank
Yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun
dana untuk membiayai operasinya (Kasmir, 2004 : 61). Hal ini sesuai dengan fungsinya
bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam
bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberi pinjaman) bank harus
lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebut bank
akan mendapatkan keuntungan.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 11/44
Sebagai suatu lembaga keuangan, khususnya bank, dana merupakan darah dalam
tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa adanya dana, bank tidak dapat
berfungsi sama sekali. Menurut Siamat (1993 : 84) dalam Dendawijaya (2005 : 46), dana
bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan
setiap waktu dapat diuangkan.
Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri,
tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang
sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur
(Dendawijaya, 2005 : 46).
Menurut Sinungan (1993), dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi
operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut :
1. Dana pihak kesatu
Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang
saham, agio saham, cadangan-cadangan bank, dan laba bank ditahan.
2. Dana pihak kedua
Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar (Kredit Likuiditas dari Bank
Indonesia, Pinjaman antar bank, Call money, Pinjaman-pinjaman dari bank-bank luar
negeri, dan Surat Berharga Pasar Uang).
3. Dana pihak ketiga
Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat dalam bentuk
Simpanan Giro, Simpanan Tabungan, dan Simpanan Deposito.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 12/44
2.2. Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga adalah seluruh dana yang berhasil dihimpun oleh bank yang
berasal dari masyarakat luas. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank, bisa mencapai 80%-
90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2005 : 49). Sumber dana
ini merupakan dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Dalam UU
Perbankan No. 10 Tahun 1998, dana yang dihimpun bank umum dari masyarakat tersebut
biasanya berbentuk simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan ( saving
deposit), dan simpanan deposito (time deposit).
Setiap bentuk simpanan memiliki syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan
persyaratan masing-masing bank berbeda satu sama lainnya. Disamping persyaratan yang
berbeda, tujuan nasabah menyimpan uangnya di bank juga berbeda. Sehingga sasaran
bank dalam memasarkan produknya juga berbeda.
Setiap bentuk simpanan yang berhasil dihimpun oleh bank dari masyarakat
melalui berbagai penawaran produknya, tentu akan berpengaruh terhadap jumlah dana
yang dimiliki bank, khususnya Dana Pihak Ketiga. Ini akan berpengaruh terhadap
kelanjutan dari pemanfaatan dana tersebut oleh bank dalam rangka menjalankan kegiatan
operasionalnya. Sesuai dengan amanat UU No. 10 Tahun 1998, melalui dana tersebut
bank dapat menjalankan fungsinya sebagai perantara atau intermediasi, dimana bank
menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk
kredit atau bentuk lainnya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 13/44
masyarakat banyak. Sehingga dapat dikatakan bahwa Dana Pihak Ketiga merupakan inti
dari sumber dana bank dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Dari seluruh dana yang berhasil dihimpun oleh bank, merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatan operasinya dari sumber dana ini.
Semakin besar dana yang berhasil dihimpun oleh bank, maka seharusnya akan semakin
besar pula dana yang akan disalurkan kepada masyarakat. Karena umumnya dana yang
dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas
sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo, 2005 : 432).
2.2.1.Simpanan Giro ( Demand Deposit)
Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan
“Giro adalah Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan”.
Sedangkan pengertian Simpanan adalah dana yang dapat dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2002 : 65).
Pengertian dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan
di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana
yang tersedia masih mencukupi dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank.
Penarikan dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan alat pembayaran
lainnya.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 14/44
2.2.2.Simpanan Tabungan ( Saving Deposit)
Pengertian Tabungan menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998
adalah “Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu”.
Syarat-syarat penarikan tertentu disini maksudnya adalah bahwa penarikan harus
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara pihak bank dengan pihak penabung,
misalnya dalam hal frekuensi, sarana, atau alat penarikan. Beberapa alat penarikan
tabungan antara lain : buku tabungan, slip penarikan, kuitansi, dan kartu yang terbuat
dari plastik.
2.2.3.Simpanan Deposito (Time Deposit)
Simpanan Deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh
bank. Simpanan jenis ini mengandung unsur yang berbeda dengan Simpanan Tabungan
dan Simpanan Giro, yaitu jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan tidak dapat
ditarik setiap saat atau setiap hari.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan “ Deposito
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”.
Artinya bahwa jika nasabah menyimpan uang dalam bentuk simpanan deposito
untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka
waktu tersebut berakhir (tanggal jatuh tempo). Jenis-jenis deposito antara lain : deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call .
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 15/44
2.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Kasmir (2004), CAR merupakan perbandingan antara Equity Capital
dengan Total Loans dan Securities :
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/73./INTERN DPNP tanggal 24
Desember 2004, CAR merupakan perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) :
Sedangkan menurut Muljono (1995), CAR merupakan perbandingan antara
Equity Capital dikurangi Fixed Assets dengan Total Loans dan Securities :
Tingkat kecukupan modal pada perbankan diwakilkan dengan rasio capital
adequacy ratio (CAR). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
bank dalam menunjang aktiva yang mengandung risiko, misalnya kredit yang diberikan.
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko.
CAR menurut BIS (Bank For Internasional Settlements) minimum sebesar 8%,
jika kurang maka akan dikenakan sanksi oleh Bank Sentral (Hasibuan, 2004 : 65).
Berdasarkan peraturan dari Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008, juga diatur bahwa setiap
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Asset
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 16/44
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-
masing aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang
terkandung pada aktiva. Jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank
tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank,
kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable.
Menurut Kasmir (2004 : 257), modal bank terdiri dari modal inti dan modal
pelengkap :
a. Modal Inti,
Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba
setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan laba. Secara rinci modal
inti dapat berupa :
1) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
2) Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai akibat
saham yang melebihi nilai nominalnya.
3) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual saham apabila saham
tersebut dijual.
4) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penghasilan laba yang
ditahan atau dari laba bersih setelah pajak dan mendapat persetujuan rapat umum
pemegang saham/rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian/anggaran dasar
masing-masing bank.
5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS atau Rapat Anggota.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 17/44
6) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
RUPS atau Rapat Anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
7) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau
Rapat Anggota.
8) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah
dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun berjalan itu diperhitungkan
sebagai modal inti hanya sebesar 50%.
b. Modal Pelengkap,
Yaitu modal yang terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari
laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Secara rinci sebagai berikut :
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen
Pajak.
2) Cadangan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak
diterimanya kembali sebagian dari keseluruhan aktiva produktif.
3) Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrument atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
4) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a) Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman,
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 18/44
b) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia,
c) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh,
d) Minimal berjangka waktu 5 tahun,
e) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat,
f) Hak tagihnya jika terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
Menurut Muljono (1999), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan
CAR, antara lain :
1. Tingkat kualitas manajemen bank yang bersangkutan.
2. Tingkat likuiditas yang dimilikinya.
3. Tingkat kualitas dari assets.
4. Struktur dari depositonya.
5. Tingkat kualitas dari sistem dan operating prosedurnya.
6. Tingkat kualitas dan karakter para pemilik sahamnya.
7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek dan jangka
panjang.
8. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang diperolehnya.
Secara umum, CAR lebih menunjukkan seberapa jauh kemampuan dari modal
yang dimiliki bank dapat menutup setiap kemungkinan kerugian dari seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain),
selain memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (dana masyarakat,
pinjaman, dan lainnya). Dengan kata lain bahwa CAR akan memperlihatkan seberapa
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 19/44
besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko mampu dibiayai dari modal
sendiri.
2.4. Return On Asset (ROA)
Menurut Hasibuan (2001 : 100), ROA adalah perbandingan (rasio) laba sebelum
pajak ( Earning Before Tax/EBT ) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume
usaha dalam periode yang sama atau dihitung dengan rumus :
Menurut Kasmir (2004 : 281), ROA merupakan perbandingan antara Operating
Income dengan Total Assets :
Sedangkan menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/73./INTERN DPNP
tanggal 24 Desember 2004, ROA merupakan perbandingan antara Laba Bersih Setelah
Pajak dengan rata-rata Total Assets :
Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih yang dihasilkan oleh bank setelah
dikurangi pajak, yang tercantum di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
bank. Sedangkan Total assets merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada Bank
Indonesia, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,
pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak, aktiva
tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 20/44
ROA diartikan sebagai perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan
total assets dalam menjalankan usaha selama kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam
hal ini, ada tiga unsur pokok yaitu keuntungan, kekayaan dan waktu yang digunakan
dalam satu tahun. Sehingga, ROA adalah salah satu alat yang penting dalam menilai
kinerja keuangan dari suatu lembaga keuangan. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset
(Dendawijaya, 2005 : 118).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan/kenaikan - penurunan ROA
(Muljono, 1999), antara lain :
1. Lebih banyak assets yang digunakan hingga menambah operating income dalam
skala yang lebih besar.
2. Adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan port folio-nya/surat-surat
berharga ke jenis yang menghasilkan income ( yield ).
3. Adanya kenaikan tingkat suku bunga secara umum.
4. Adanya pemanfaatan asset s yang semula tidak produktif menjadi assets yang
produktif.
Menurut Muliaman Hadad (2004 : 22), ROA adalah indikator yang akan
menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan
dengan optimal untuk memperoleh pendapatan. Oleh karena itu, ROA merupakan rasio
yang penting bagi bank karena lebih menunjukkan keberhasilan dari manajemen bank itu
sendiri yang diukur melalui keuntungan (laba) yang diperolehnya secara keseluruhan.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 21/44
Selain itu, dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter menetapkan angka ROA ≥ 2%, sehingga bank umum dapat dikatakan
dalam kondisi sehat.
2.5. Kredit Bank
2.5.1. Pengertian Kredit
Menurut pasal 1 ayat 11 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, tentang Perubahan
UU No. 7 Tahun 1992 :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut PSAK No. 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi per 1 Oktober
2004) :
“Kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang
termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka
pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga
nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA)”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang
atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang. Kemudian dalam pemberian kredit
tersebut ada kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 22/44
(debitur), bahwa mereka sepakat atas perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian akan
mencakup mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, jangka waktu dan bunga
yang ditetapkan bersama, serta sanksi apabila debitur tidak patuh terhadap perjanjian
kredit.
Menurut Kasmir (2002 : 93), dalam artian luas kredit diartikan sebagai
kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa latin kredit berarti “Credere” artinya percaya.
Bagi pemberi kredit, percaya berarti ia percaya kepada penerima kredit bahwa kredit
yang disalurkan akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit
merupakan penerima kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar
sesuai jangka waktu.
2.5.2. Tujuan Kredit
Menurut Abdullah (2005 : 84), “tujuan pemberian kredit guna mendapatkan suatu
nilai tambah baik bagi nasabah (debitur) maupun bagi bank sebagai kreditur”.
Secara umum, tujuan utama pemberian kredit antara lain :
1. Mencari keuntungan
Kredit bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Kredit juga bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Sehingga dengan dana tersebut, maka
pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 23/44
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank, maka
semakin baik. Karena semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan lain bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit antara lain:
• Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
• Membuka kesempatan kerja, melalui pemberian kredit untuk pembangunan
usaha baru atau perluasan usaha.
• Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
• Menghemat Devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan dengan adanya pemberian kredit produk-produk tersebut dapat
diproduksi sendiri di dalam negeri.
• Meningkatkan Devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor.
2.5.3. Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (uang, barang atau
jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang.
2. Kesepakatan
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 24/44
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, mencakup masa
pengembalian kredit yang telah disepakati (jangka pendek, jangka menengah, atau
jangka panjang).
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak
tertagih/macetnya pemberian kredit. Semakin panjang umur suatu kredit semakin
besar pula risikonya, demikian pula sebaliknya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang disebut
dengan bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini
merupakan keuntungan bank.
2.5.4. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Dalam menyalurkan kreditnya, bank tidak dengan serta merta memberikan kredit
kepada siapa saja yang meminta pinjaman kredit. Akan tetapi ada beberapa kriteria
penilaian yang harus menjadi perhatian bank dalam menyalurkan kreditnya untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, dilakukan dengan analisis 5 C
dan 7 P.
Analisis dengan 5 C adalah sebagai berikut :
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 25/44
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang yang akan diberikan kredit benar-
benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik dalam hal
pekerjaan maupun yang bersifat pribadi (gaya hidup, keadaan keluarga, hobby, social
standing -nya). Ini merupakan ukuran “kemauan” membayar.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya berbisnis yang dihubungkan dengan
pendidikan dan pengetahuannya tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Selain itu
juga pengalamannya menjalankan usaha selama ini. Sehingga akan terlihat
“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan
(neraca dan laba rugi) dengan melakukan pengukuran dari segi likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan juga harus
diteliti keabsahannya.
5. Condition
Merupakan penilaian kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan
datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 26/44
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut:
1. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadiannya sehari-hari maupun masa lalunya,
mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
2. Party
Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu berdasarkan modal,
loyalitas serta karakternya, sehingga digolongkan sesuai golongannya untuk
mendapatkan fasilitas berbeda dari bank.
3. Perpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit
yang diinginkan nasabah.
4. Prospect
Untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak,
dengan kata lain apakah mempunyai prospek atau sebaliknya.
5. Payment
Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari
sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap atau meningkat apabila
dengan tambahan kredit yang diperoleh.
7. Protection
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 27/44
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan, dapat
berupa barang, orang, atau jaminan asuransi.
2.5.5. Perkembangan Kredit
Perkembangan tingkat pertumbuhan kredit untuk tahun-tahun terakhir masih
belum menggembirakan. Hal ini berlawanan dengan pertumbuhan DPK yang masih
cukup tinggi. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2009, penyaluran kredit yang
cukup besar baru terjadi pada dua bulan terakhir, yaitu sekitar Rp 60 triliun. Akibatnya
selama tahun 2009 kredit hanya tumbuh 10% atau jauh dibawah target sesuai Rencana
Bisnis Bank (RBB) sekitar 15%. Rendahnya penyaluran kredit ini disebabkan oleh
beberapa faktor, terutama sebagai imbas krisis global yang tercermin pada rendahnya
pertumbuhan kredit untuk modal kerja, industri pengolahan dan kredit untuk korporasi,
serta pertumbuhan negatif kredit valas.
Sumber data Bank Indonesia menyebutkan, bahwa sepanjang tahun 2009, kredit
perbankan lebih banyak disalurkan untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif (sekitar 54%).
Sementara sumbangan Kredit Modal Kerja (KMK), yang merupakan kredit produktif,
hanya sebesar 14%. Selama 2009 KMK hanya tumbuh 2,7%, padahal selama dua tahun
sebelumnya, KMK mampu tumbuh sekitar 28%.
Namun Kredit Investasi (KI) masih tumbuh dengan cukup baik. Selama 2009, KI
tumbuh sebesar 16,4%. Mengingat KI merupakan kredit jangka menengah/panjang untuk
pembelian barang-barang modal, adanya pertumbuhan yang cukup besar menunjukkan
bahwa prospek ekonomi ke depan masih dipandang positif oleh industri perbankan.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 28/44
Sementara itu, perlambatan aktivitas ekonomi juga berdampak pada menurunnya
penyaluran kredit untuk sektor Industri Pengolahan. Selama 2009, kredit untuk sektor ini
hanya bertumbuh sebesar 8,8%, padahal pada tahun 2008 mampu bertumbuh sebesar
32%.
Sepanjang 2009 kredit valas bertumbuh negatif 17,4%. Hal ini dikarenakan
aktivitas ekspor/impor yang mengalami penurunan sejalan dengan memburuknya kondisi
perekonomian beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Meskipun demikian,
kredit dalam rupiah masih bertumbuh cukup tinggi mencapai 16,5%.
Selain itu selama tahun 2009, kredit Kecil, Mikro, dan Menengah (MKM) juga
berhasil tumbuh sebesar 16,3%, sedangkan kredit Non MKM atau kredit korporasi (kredit
dengan nominal diatas Rp 5 miliar) hanya tumbuh sebesar 4%. Penyaluran kredit MKM
didominasi oleh kredit kecil yaitu kredit dengan nilai nominal antara Rp 50 juta s/d Rp
500 juta. Selain karena imbas krisis global, lambatnya pertumbuhan kredit korporasi
diperkirakan juga karena adanya alternatif yang lebih luas bagi perusahaan besar dalam
memperoleh sumber pembiayaan (penerbitan obligasi atau saham). Ini lebih murah
mengingat suku bunga kredit perbankan masih relatif tinggi (rata-rata 13%).
Perlambatan pertumbuhan kredit juga dipengaruhi oleh kebijakan internal
perbankan. Beberapa bank, terutama yang memiliki keterkaitan dengan bank-bank luar
negeri, dalam rangka mengantisipasi dampak krisis global memilih untuk melakukan
konsolidasi dan pembenahan internal, antara lain restrukturisasi kredit.
2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 29/44
1. Harmanta dan Ekananda (2005), menyimpulkan bahwa penyaluran kredit
merupakan formula dari dana pihak ketiga, kapasitas kredit, suku bunga sertifikat
bank indonesia, suku bunga kredit rata-rata bank umum, kredit bermasalah dan
variabel dummy periode 1997-2003 pada bank umum di Indonesia.
2. Zaino dan Indah Lestari (2006), meneliti pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat penyaluran kredit pada
bank-bank umum di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR
dan NPL secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang
disalurkan oleh bank-bank umum di Indonesia.
3. Meydianawati (2006), meneliti perilaku penawaran kredit perbankan terhadap
sektor UMKM di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa secara serempak variabel-
variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap
penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM
di Indonesia. Namun secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank
umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum
kepada sektor ini.
4. Johnshyn (2009), meneliti pengaruh prinsip prudential banking terhadap proporsi
penyaluran kredit pada bank mandiri (persero) Tbk. Dalam penelitian tersebut, prinsip
prudential banking diwakilkan oleh rasio CAR, RR, NPL, ROA, dan NPM. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa prinsip prudential banking berpengaruh secara
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 30/44
simultan terhadap proporsi penyaluran kredit. Sedangkan secara parsial CAR dan
NPL berpengaruh signifikan terhadap proporsi penyaluran kredit.
5. Adelya dan Jafar (2009), meneliti pengaruh dana pihak ketiga terhadap
penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan
hasil analisis data yang dilakukan telah menyimpulkan bahwa dana pihak ketiga
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
2.7. Kerangka Konseptual
Dana dari masyarakat sering disebut sebagai Dana Pihak Ketiga. Dana Pihak
Ketiga adalah dana yang berhasil dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat luas
dalam bentuk Simpanan Giro ( Demand Deposit ), Simpanan Tabungan (Saving Deposit ),
dan Simpanan Deposito (Time Deposit ). Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan
dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran
kredit (Warjiyo, 2005 : 432).
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran
kredit bergantung pada besarnya Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh
perbankan. Menurut Dendawijaya (2005), ada hubungan yang positif antara Dana Pihak
Ketiga yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito
terhadap Penyaluran Kredit. Ini disebabkan karena Dana Pihak Ketiga merupakan sumber
dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank, bisa mencapai 80%-90% dari total dana
yang dikelola bank, dan dana ini lah yang kemudian akan disalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit. Dengan demikian Dana Pihak Ketiga akan mendorong volume
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 31/44
Penyaluran Kredit perbankan, sehingga bila terjadi peningkatan dalam penghimpunan
Dana Pihak Ketiga tentunya akan diikuti dengan peningkatan Penyaluran Kredit bank.
Tingkat permodalan bank yang cukup (banyak) sangat penting karena modal bank
dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan operasional bank. Capital Adequacy Ratio
(CAR) adalah rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank
dalam menunjang aktiva yang mengandung risiko, misalnya kredit yang diberikan.
Secara umum, rasio ini lebih menunjukkan seberapa jauh kemampuan dari modal yang
dimiliki bank dapat menutup setiap kemungkinan kerugian dari seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain), selain
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (dana masyarakat, pinjaman, dan
lainnya). Modal yang cukup mengisyaratkan bahwa bank akan mampu menutup kerugian
yang timbul dari setiap aktiva berisikonya. Sehingga diperkirakan CAR memiliki
pengaruh positif terhadap penyaluran kredit bank. Karena kecukupan modal yang tinggi
dan memadai akan meningkatkan volume kredit perbankan (Warjiyo, 2005:435).
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk menilai kinerja
keuangan dari suatu bank. Rasio ini lebih menunjukkan kemampuan dari manajemen
bank itu sendiri dalam mengelola aktiva untuk memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Menurut Muliaman Hadad (2004 : 22), ROA adalah indikator yang akan
menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan
dengan optimal untuk memperoleh pendapatan, sehingga diperkirakan ROA dan kredit
memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong
perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 32/44
memperoleh pendapatan. Sehingga dalam hal ini ROA ( Return on asset ) dapat digunakan
untuk memprediksi volume penyaluran kredit.
Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah diuraikan
di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambar sebagai berikut :
Gambar 2.1
Model Kerangka Konseptual Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio,
dan Return On Asset Terhadap Penyaluran Kredit
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
CAR
DANA PIHAK KETIGA
ROA
PENYALURAN KREDIT
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 33/44
H1 : Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio (CAR) , dan Return On Asset (ROA)
berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah
individu, baik yang terbatas ( finite) maupun tidak terbatas (infinite) (Sumarni dan
Wahyuni, 2005 : 69). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bank umum yang go
public di Indonesia dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2009.
Jumlah populasi yang ada adalah sebanyak 30 perusahaan perbankan.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Sumarni dan Wahyuni, 2005 : 70). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling , yaitu teknik
mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu
(disengaja). Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah:
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 34/44
1. Bank-bank tersebut secara berturut-turut listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode tahun 2007-2009.
2. Bank-bank tersebut telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
tahunan pada periode tahun 2007-2009.
2.2. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
bukan pengolahnya (Suliyanto, 2005 : 132). Sumber data penelitian ini diperoleh peneliti
secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara. Dalam menguji pengaruh variabel
Dana Pihak Ketiga, CAR, dan ROA terhadap Penyaluran Kredit bank, digunakan data
sekunder yang diperoleh dari hasil publikasi bank serta kebijakan-kebijakan lain dalam
media harian, jurnal ilmiah, atau internet. Data hasil publikasi bank tersebut adalah data
yang diterbitkan oleh pihak bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), berupa
data-data keuangan pada periode 2007-2009 yang diperoleh dari Indonesian Stock
Exchange (www.idx.co.id ), dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Penelitian ini menggunakan data panel yaitu data yang dikumpulkan secara cross
section (data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu) dan diikuti
periode waktu tertentu (data time series). Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mengambil data sekunder dari
laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 35/44
2.3. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat, atau nilai dari individu, objek,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari serta ditarik kesimpulannya (Sumarni dan Wahyuni, 2005 : 21). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Dependen) :
Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Penyaluran
Kredit (Y), yaitu merupakan jumlah atau volume kredit yang disalurkan pihak bank
kepada masyarakat berupa peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan perjanjian-perjanjian tertentu diantara kedua belah pihak.
Pengukuran variabel Penyaluran Kredit dapat dilihat pada komponen laporan
keuangan (neraca) yang telah dipublikasikan oleh pihak bank. Variabel dependen
disimbolkan dengan simbol “Y”.
2. Variabel Bebas (Independen) :
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
berubahnya atau timbulnya variabel terikat (dependen).
a) Dana Pihak Ketiga (X1), merupakan seluruh dana yang berhasil dihimpun oleh
pihak bank yang bersumber dari masyarakat luas. Dana yang dihimpun bank
umum dari masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro (demand
deposit), simpanan tabungan ( saving deposit), dan simpanan deposito (time
deposit). Pengukuran variabel Dana Pihak Ketiga dapat dilihat pada komponen
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 36/44
laporan keuangan (neraca) yang telah dipublikasikan oleh pihak bank. Dana Pihak
Ketiga dalam penelitian ini sebagai variabel bebas (X1).
b) CAR (X2), CAR digunakan untuk mengukur kemampuan atau kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan kerugian dalam aktivitas
perkreditan dan perdagangan surat berharga. CAR dalam penelitian ini sebagai
variabel bebas (X2), dapat dihitung dengan rumus :
(Surat Edaran BI No. 6/73./INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004)
c) ROA (X3), ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan aspek earning / profitabilitas. ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan
aktiva yang dikuasai. ROA dalam penelitian ini sebagai variabel bebas (X3).
Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus :
(Surat Edaran BI No. 6/73./INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004)
Secara garis besar definisi operasional variabel akan digambarkan pada tabel 3.1
sebagai berikut :
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 37/44
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi PengukuranSkala
Pengukur
1. Penyaluran
Kredit
Merupakan volume
kredit yang disalurkankepada masyarakat
berupa penyediaan uang
atau tagihan yang dapatdipersamakan dengan
itu berdasarkan
persetujuan atau
kesepakatan pinjammeminjam antara pihak
bank dengan pihak lain.
Laporan keuangan -
2. Dana Pihak
Ketiga
Merupakan sumber dana
bank yang dihimpun
dari masyarakat sebagainasabah dalam bentuk
simpanan giro, tabungandan deposito.
Laporan keuangan -
3. CAR Rasio keuangan yang
mengindikasikan apakah
permodalan yang adatelah memadai
(adequate) untuk
menutup risiko kerugianatas aktiva produktif
karena setiap kerugian
akan mengurangi modal.
Rasio
4. ROA Rasio keuangan untuk mengukur kemampuanmanajemen bank dalam
memperoleh keuntungan
(laba) secara
keseluruhan.
Rasio
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2010.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 38/44
2.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik dengan menggunakan software SPSS for Wondows. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi berganda untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian yang dapat dilakukan meliputi uji
asumsi klasik dan uji hipotesis. Besarnya alpha yang digunakan adalah 5%.
2.4.1. Pengujian Asumsi Klasik
Pada penggunaan data sekunder, agar model regresi yang diajukan menunjukkan
persamaan yang mempunyai hubungan yang valid, model tersebut harus memenuhi
asumsi-asumsi dasar klasik untuk menentukan ketepatan model yang digunakan. Uji
asumsi klasik yang harus dilakukan terhadap sampel diantaranya uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedatisitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi
ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pengujian
normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik maupun analisis statistik.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 39/44
Analisis grafik adalah salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual,
yaitu dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat
histogram, hal ini dapat membingungkan jika tidak hati-hati, khususnya untuk jumlah
sampel yang kecil. Secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa
sebaliknya (Ghozali, 2005 : 112).
Analisis statistik adalah cara lain yang dapat digunakan dalam uji normalitas,
yaitu dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis :
Ho = Data residual terdistribusi normal
Ha = Data residual tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik (<
0.05) maka Ho tidak dapat diterima, yang berarti data terdistibusi tidak normal.
2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik
(> 0,05) maka Ho tidak dapat ditolak, yang berarti data terdistibusi normal.
Uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S) banyak dipilih karena uji ini dapat secara
langsung menyimpulkan apakah data yang ada terdistribusi normal secara statistik atau
tidak. Sementara uji normalitas data yang lain seperti dari statistika deskriptif dirasa tidak
efisien karena memerlukan kesimpulan tambahan.
b. Uji Multikolinearitas
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 40/44
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang kuat
atau sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Uji
ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen (Ghozali, 2005 : 91).
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi yang sangat
kuat antar variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dasar acuannya adalah :
1.Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2.Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah gejala terdapatnya korelasi diantara kesalahan pengganggu
dari suatu observasi lainnya. Menurut Ghozali (2005 : 95), Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem auto korelasi. Auto korelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk
menguji ada tidaknya autokorelasi, diukur dengan menggunakan statistik Durbin-Watson
(DW-test). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut:
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 41/44
1) Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–du) maka
koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka
koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada
autokorelasi negatif.
4) Bila nilai DW terletak antara dl dan du atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl),
maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
d. Uji Heteroskedatisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance antar variabel independen dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2005 : 105).
Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot . Jika ada pola tertentu seperti titik-titik
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, menyempit) maka terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
ini.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 42/44
2.4.2. Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda, berguna
untuk menganalisis hubungan antara dua variabel independen atau lebih dengan satu
variabel dependen. Persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Dimana:
Y = (jumlah/volume) Penyaluran Kredit
a = konstanta
b1, b2, b3 = koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan
variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
X1 = Dana Pihak Ketiga
X2 = CAR (capital adequacy ratio)
X3 = ROA (return on asset )
e = tingkat kesalahan penganggu
Dari persamaan regresi tersebut, maka dapat dijabarkan bahwa jika koefisien b
bernilai positif (+), maka ada kenaikan nilai variabel independen yang akan
mengakibatkan kenaikan nilai variabel dependen. Ini yang dikatakan dengan pengaruh
searah antara variabel independen dengan variabel dependen Sebaliknya, jika koefisien
nilai b bernilai negatif (-) maka akan ada pengaruh negatif dimana setiap kenaikan nilai
variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.
2.4.3. Pengujian Hipotesis
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 43/44
Secara statistik, pengujian hipotesis dapat diukur dengan menggunakan uji
statistik koefisien determinasi ( ), uji statistik F, dan uji statistik t. Perhitungan statistik
disebut signifikan secara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah dimana Ha tidak dapat ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai
statistiknya berada dalam daerah dimana Ha tidak dapat diterima.
Untuk menguji hipotesis, dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi.
Analisis regresi ini digunakan dengan tujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
a. Uji Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 : 83).
b. Uji Statistik F
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen dengan melihat model regresi tersebut fit atau tidak. Hipotesis yang akan diuji
yaitu:
Ho : β1 = β2 = β3
Artinya semua variabel independen dalam model regresi tidak fit.
5/12/2018 Proposal Eko - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-eko-55a3690fd8754 44/44
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3
Artinya semua variabel independen dalam model regresi fit.
Untuk menguji hipotesis ini, digunakan statistik F dengan membandingkan F
hitung dengan F tabel dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha tidak dapat ditolak (α = 5%)
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ha tidak dapat diterima (α = 5%)
c. Uji Statistik t
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial digunakan uji t. Uji ini pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji yaitu :
Ho : βi = 0
Artinya suatu variabel independen yang sedang diuji bukan merupakan penjelas
signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : βi ≠ 0
Artinya variabel independen tersebut merupakan penjelas signifikan terhadap variabel
dependen.
Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel dan -thitung < -ttabel, maka Ha tidak dapat ditolak (α = 5%)
Jika -ttabel < -thitung dan thitung < ttabel, maka Ha tidak dapat diterima (α =5%)