LA Plankton Eko

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan perairan tawar adalah lingkungan perairan yang terdapat di daratan. Secara umum perairan darat dengan berbagai cara akan dipengaruhi oleh sifat daratan yang ada di sekelilingnya sehingga pada perairan darat tertentu dapat memiliki ciri-ciri khusus yang spesifik. Karena keberadaannya di daratan, lingkungan ini masih terpengaruh oleh iklim daratan, seperti halnya musim hujan, kemarau, angin dan lain-lain. Keadaan-keadaan inilah yang merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan kehidupan lingkungan perairan tawar (Hariyanto, 2008). Plankton merupakan suatu indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan tawar. Keberadaan plankton dapat dijadikan indikator kualitas suatu perairan tawar tentang gambaran banyak atau sedikitnya jenis plankton yang hidup di suatu perairan serta jenis yang mendominasi sehingga merupakan gambaran dari perairan yang sesungguhnya. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food

Transcript of LA Plankton Eko

Page 1: LA Plankton Eko

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan perairan tawar adalah lingkungan perairan yang terdapat di

daratan. Secara umum perairan darat dengan berbagai cara akan dipengaruhi

oleh sifat daratan yang ada di sekelilingnya sehingga pada perairan darat

tertentu dapat memiliki ciri-ciri khusus yang spesifik. Karena keberadaannya

di daratan, lingkungan ini masih terpengaruh oleh iklim daratan, seperti halnya

musim hujan, kemarau, angin dan lain-lain. Keadaan-keadaan inilah yang

merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan kehidupan lingkungan

perairan tawar (Hariyanto, 2008).

Plankton merupakan suatu indikator untuk mengevaluasi kualitas dan

tingkat kesuburan suatu perairan tawar. Keberadaan plankton dapat dijadikan

indikator kualitas suatu perairan tawar tentang gambaran banyak atau

sedikitnya jenis plankton yang hidup di suatu perairan serta jenis yang

mendominasi sehingga merupakan gambaran dari perairan yang sesungguhnya.

Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak.

Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai

makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Plankton didefinisikan

sebagai organisme hanyut yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas)

samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai

salah satu organisme terpenting di dunia karena menjadi bekal makanan untuk

kehidupan akuatik. Dimana plankton merupakan jasad renik yang melayang

dan selalu bergerak mengikuti air, baik di sungai, danau, waduk, maupun di

perairan payau dan laut.

Dalam praktikum ini, kami melakukan sampling di suatu perairan lotic

(perairan mengalir) untuk menganalisis kualitas air dengan menggunakan

indikator organisme plankton. Praktikum ini dilakukan pada dua titik sampling

guna mengetahui kualitas perairan pada dua titik sampling yang berbeda dan

kemampuan perairan tersebut dalam purifikasi alamiah.

Page 2: LA Plankton Eko

1.2 Tujuan Penelitian

1. Melakukan sampling dan identifikasi plankton pada suatu perairan.

2. Melakukan analisis kualitas air pada tempat pengambilan sampel

dengan menggunakan indikator plankton.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara melakukan sampling dan identifikasi plankton pada

perairan yang sedang diamati?

2. Bagaimana kualitas air pada tempat pengambilan sampel dengan

menggunakan indikator plankton?

1

Page 3: LA Plankton Eko

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan,

mempunyai gerak sedikit sehingga terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat

melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat

banyak dan beraneka ragam. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan

salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan

jaring makanan (food web) serta sebagai pakan bagi sejumlah konsumen dalam

sistem mata rantai makanan dan jaring makanan tersebut.

Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama

yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Berdasarkan

fungsionalnya, antara lain:

a. Fitoplankton

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, yaitu tumbuhan yang

hidupnya mengapung atau melayang di laut. Ukuran fitoplankton sangat

kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang karena umumnya

berukuran 2–200 µm (1 µm = 0,001 mm). Fitoplankton pada umumnya

berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.

Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh

dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan

warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena

bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik

makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses

fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil

dan karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer

producer. Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber

energi untuk menjalankan segala fungsi faalnya, di samping itu energi yang

terkandung di dalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh

hewan laut seperti udang, ikan, cumi–cumi, sampai ikan paus yang

berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau

tidak langsung melalui rantai makanan.

2

Page 4: LA Plankton Eko

b. Zooplankton

Zooplankton, disebut juga plankton hewani, yaitu hewan yang

hidupnya mengapung atau melayang dalam laut. Kemampuan renang zooplankton

sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus

membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, artinya zooplankton tidak

dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Oleh

karena itu, untuk kelangsungan hidupnya zooplankton sangat bergantung

pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi

zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan

organik.

Ukuran zooplankton yang paling umum berkisar 0,2–2 mm, tetapi

ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran

sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara

lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod

(amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai

mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke

perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan

kutub.

Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang

hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi

vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan

yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut

(bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton, yakni

ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari menjelang

dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi

nekton atau bentos.

c. Bakterioplankton

Bakterioplankton adalah bakteri yang hidup sebagai plankton

yang berukuran halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan

tidak memiliki klorofil.

3

Page 5: LA Plankton Eko

d. Virioplankton

Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plannkton

berukuran sangat kecil (< 0,2 µm) dan menjadikan biota lainnya sebagai

inang (Anonimus1, 2007).

Berdasarkan habitatnya plankton dibagi menjadi dua habitat di

antaranya adalah:

1. Plankton Laut (Haliplankton)

a) Plankton oseanik adalah plankton yang hidup di luar paparan benua

b) Plankton neritik adalah plankton yang hidup di dalam wilayah paparan

benua

2. Plankton air tawar (Limnoplankton) (Purnomo, 2008).

Habitat pada air tawar serta air laut (air asin) memiliki ciri yang berbeda.

Perbedaan antara kedua jenis perairan tersebut meliputi suhu, salinitas,

penetrasian, iklim, dan lain sebagainya. Beberapa ciri habitat air tawar, di

antaranya adalah:

1. Variasi temperatur atau suhu rendah

2. Kadar garam atau salinitas rendah

3. Penetrasi dari cahaya matahari kurang

4. Terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar

5. Aliran air terjadi setiap waktu terus-menerus pada sungai

6. Secara fisik dan biologi merupakan perantara habitat laut dan darat

7. Tumbuhan mikroskopis seperti alga dan fitoplankton sebagai produsen

utama (Anonimus2, 2006).

Kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton, dapat mendorong

pertumbuhan ikan dan mencegah pertumbuhan tanaman–tanaman air yang tidak

dikehendaki karena menimbulkan bayangan yang memberikan keteduhan pada

kolam (Ismail, 1992).

Kemampuan air untuk memproduksi plankton akan tergantung dari banyak

faktor, tetapi faktor yang utama adalah tersedianya hara anorganik untuk

pertumbuhan fitoplankton. Elemen–elemen yang berguna untuk pertumbuhan

fitoplankton termasuk oksigen adalah karbon, hidrogen, phosphat, nitrogen,

4

Page 6: LA Plankton Eko

sulfur, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan, tembaga, seng,

boron, kobal, khlorida, dan lain–lain. Fosfor merupakan elemen yang mendorong

pertumbuhan fitoplankton secara teratur di kolam. Penambahan pupuk fosfat

secara optimum menyebabkan produksi plankton dan ikan meningkat sebaliknya

bila suplay nitrogen, kalium dan karbon tidak cukup maka jumlah fitoplankton

menjadi sangat terbatas (Nontji, 2008).

2.1 Tinjauan Umum mengenai Analisis Plankton

Dalam melakukan penganalisisan keadaan suatu perairan, diperlukan

adanya penentuan indeks diversitas plankton di perairan tersebut terlebih

dahulu. Untuk menentukan nilai tersebut, kita melakukan perhitungan nilai N

yang dirumuskan sebagai berikut:

dimana :

N : Jumlah sel per liter

n : Jumlah sel yang diamati

Vr : Volume air yang tersaring (L)

Vs : Volume air yang disaring (L)

Vo : Volume air yang diamati (L)

Berdasarkan data jumlah sel per satuan volume, kemudian di lakukan

analisis kualitatif, meliputi indeks keanekaragaman (diversitas), dengan

menggunakan formula Shannon-Wiener berikut:

H’= -∑[(ni/N) x ln (ni/N)]

dimana :

H’: indeks diversitas Shannon-Wiener

ni : jumlah individu spesies 1

N : Jumlah total individu semua spesies

Data yang di peroleh akan dibandingkan dengan kriteria penilaian

keanekaragaman jenis ditinjau dari struktur komunitas. Untuk keperluan

tersebut digunakan kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan seperti

berikut:

5

N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs)

Page 7: LA Plankton Eko

Tabel 2.1 Kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan berdasarkan

indeks keanekaragaman

Indeks keanekaragaman (H’) Struktur Komunitas

>2,41

1,81-2,4

1,21-1,8

0,61-1,2

<0,6

Sangat stabil

Lebih stabil

Stabil

Cukup stabil

Tidak stabil

Dari indeks keanekaragaman juga dapat diketahui kriteria kualitas air

seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Kriteria kualitas air berdasarkan Indeks Diversitas Shannon-Wiener

No. Indeks Kualitas Perairan Pustaka

I

>3,0 Air bersih

Wilha (1975)1,0 – 3,0 Setengah tercemar

1,0 Tercemar berat

II

3,0 – 4,0 Tercemar sangat ringan

Wilha (1975)2,0 – 3,0 Tercemar ringan

1,0 – 2,0 Setengah tercemar

III

2,0 Tidak tercemar

Lee, dkk. (1975)1,0 – 2,0 Tercemar ringan

1,0 – 1,5 Tercemar sedang

< 1,0 Tercemar berat

Untuk membuat agar konsentrasi formalin di dalam botol film menjadi 4%

dapat dilakukan dengan rumus:

6

N1 x V1 = N2 x V2

Page 8: LA Plankton Eko

dimana:

N1 : Konsentrasi formalin

N2 : Konsentrasi formalin yang diinginkan dalam botol film

V1 : Volume larutan dalam botol film

V2 : Volume yang di cari

Lalu dominansi plankton dalam daerah perairan dapat diketahui dengan

menggunakan rumus :

dimana :

D : Indeks dominansi

ni : Jumlah individu jenis ke-i (i = 1,2,3,...)

N : Jumlah total individu (Citrasari, 2010)

7

D = ni²/N² x 100%

Page 9: LA Plankton Eko

BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini kami laksanakan pada tanggal 5 Oktober 2010 jam 13.00 di

sungai jalan Srikana, Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

- Jaring plankton

- Botol koleksi plankton

- Ember plastik

- Sedgwick Rafter

- Mikroskop

3.2.2 Bahan

- Formalin 4%

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara kerja pengambilan sampel

1. Menyediakan serta mengecek alat dan bahan yang akan digunakan dalam

sampling.

2. Menyiapkan ember dan jaring plankton serta mengecek penjepit saluran

apakah sudah terpasang atau belum.

3. Mengambil 100 liter air dengan menggunakan ember 10 liter untuk

menuang ke dalam net plankton.

4. Membuka penjepit saluran dan menuangkan volume air yang terjebak di

dalamnya kedalam botol koleksi.

5. Meneteskan formalin kedalam botol koleksi yang berisi air hingga

mendapatkan larutan fiksasi dengan konsentrasi sebesar 4% lalu menutup

botol dengan rapat.

8

Page 10: LA Plankton Eko

6. Memberikan label keterangan nama pengambil, lokasi, dan tanggal

pengambilan, kemudian membawanya ke laboratorium untuk melakukan

analisa.

3.3.2 Cara Kerja Analisa Plankton

1. Meneteskan 1 ml sample yang telah dikocok sebelumnya, ke dalam

Sedgwich Rafter cell dan menutupnya.

2. Mengamatinya di bawah mikroskop.

3. Menghitung jumlah dan jenis plankton.

4. Menghitung indeks diversitas plankton.

5. Menentukan kualitas perairan tempat sampling.

9

Page 11: LA Plankton Eko

BAB IV

DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1 Keanekaragaman jenis plankton di sungai jalan Srikana Surabaya

(stasiun 1).

No Nama SpesiesJumlah

individu(ni/N) ln (ni/N)

(ni/N) x

ln(ni/N)

1. Tubifex tubufex 11 0,458333 -0,78016 -0,35757

2. Lamphrocystis rosea –

persiana1 0,041667

-3,17805 -0,13242

3. Anabaena augustumalis 3 0,125 -2,07944 -0,25993

4. Oikomonas mutabilis 2 0,083333 -2,48491 -0,20708

5. Navicula rhynchocephala 7 0,291667 -1,23214 -0,35938

Jumlah 24 -1,31637

Dari data di atas maka indeks keanekaragaman plankton di stasiun 1 yaitu :

H’ = -∑[(ni/N) x ln (ni/N)]

H’ = - (-1,31637)

H’ = 1,31647

10

Page 12: LA Plankton Eko

Tabel 4.2 Keanekaragaman jenis plankton di sungai jalan Srikana Surabaya

(stasiun 2).

No Nama SpesiesJumlah

individu(ni/N) ln (ni/N)

(ni/N) x

ln(ni/N)

1. Amphileptus clapardei 1 0,2 -1,60944 -0,32189

2. Tubifex tubifex1

0,2 -1,60944 -0,32189

3. Phormidium foveolarum 3 0,2 -1,60944 -0,32189

4. Spesies X 2 0,4 -0,91629 -0,36652

Jumlah 5 -1,33218

Dari data di atas maka indeks keanekaragaman plankton di stasiun 2 yaitu :

H’ = -∑[(ni/N) x ln (ni/N)]

H’ = - (-1,33218)

H’ = 1,33218

11

Page 13: LA Plankton Eko

BAB V

PEMBAHASAN

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran

penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

(catchment area) bagi daerah di sekitarnya. Selain itu, sungai juga sebagai tempat

penyimpan cadangan air bahkan tempat untuk mengambil bahan baku air bersih.

Beberapa saluran air (selokan) mengalir menuju sungai untuk kemudian

disalurkan ke laut. Sungai di jalan Srikana Surabaya merupakan salah satu sungai

yang menyalurkan air selokan untuk diteruskan ke laut yang bermuara di selat

Madura. Tampak secara fisik air sungai tersebut berwarna keruh kehitaman dan

terdapat sampah.

Karena peran sungai yang sangat besar, maka harus dilakukan penjagaan

kualitas air sungai. Untuk mengetahui bagaimana kualitas air sungai terdapat

berbagai cara analisis, salah satunya yaitu dengan menggunakan analisis biologis.

Dalam hal ini analisis menggunakan organisme perairan plankton, plankton dapat

dijadikan sebagai bioindikator perubahan kualitas biologi perairan sungai.

Plankton sebagai organisme air mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak ukur

biologis yaitu mampu menunjukkan tingkat ketidak-stabilan ekologi dan

mengevaluasi berbagai bentuk pencemaran.

Pengujian kualitas air dengan analisis plankton dilakukan pada sungai di jalan

Srikana dengan mengambil dua titik sampling. Stasiun 1 yaitu pada badan sungai

yang mengalir ke arah selatan, sedangkan stasiun 2 yaitu pada badan sungai yang

mengalir ke arah utara (lokasi stasiun pada lampiran). Pada stasiun 1 ditemukan

spesies plankton Tubifex tubifex, Lamphrocystis rosea – persiana, Anabaena

augustumalis, Oikomonas mutabilis, dan Navicula rhynchocephala. Sedangkan

pada stasiun 2 ditemukan spesies plankton Amphileptus clapardei, Tubifex tubifex,

Phormidium foveolarum, dan Spesies X.

Dari beberapa spesies yang ditemukan yang termasuk dalam fitoplankton

hanya 3 spesies yaitu, Oikomonas mutabilis, Navicula rhynchocephala, dan

Phormidium foveolarum. Sedangkan spesies lain yang ditemukan masuk dalam

12

Page 14: LA Plankton Eko

kategori zooplankton. Terdapat satu spesies yang belum berhasil diidentifikasi

dengan ciri-ciri berbentuk memanjang dengan ujung bulat (sketsa pada lampiran).

Plankton yang ditemukan baik zooplankton maupun fitoplankton yang

didapatkan pada saat sampling hanya berjumlah sedikit. Hal ini dapat dipengaruhi

oleh sifat fisik maupun kimia dari air sungai. Dapat dilihat bahwa air sungai

berwarna keruh kehitaman dan terkontaminasi banyak sampah. Selain itu sungai

tersebut memiliki bau menyengat yang diduga bau tersebut adalah bau gas H2S

dan metana yang dihasilkan dari perombakan anaerob.

Jumlah fitoplankton yang didapatkan relatif sedikit meskipun pada saat

pengambilan sampel dilakukan pada siang hari dimana seharusnya terdapat

banyak fitoplankton yang berada di daerah permukaan untuk melakukan

fotosintesis. Hal tersebut terjadi karena faktor arus yang cukup deras, sedangkan

fitoplankton membutuhkan arus air yang cukup tenang ketika melakukan

fotosintesis. Dengan kondisi jumlah fitoplankton yang sedikit maka pasokan

oksigen dari hasil fotosintesis fitoplankton sedikit pula sehingga kandungan

oksigen terlarut di dalam air sungai jalan Srikana cukup rendah.

Dari pengamatan secara kasar dapat diduga bahwa terjadi perubahan maupun

perbedaan kondisi sungai di jalan Srikana dengan kondisi sungai pada umumnya

yang mempunyai kualitas bagus. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi

kejernihan, bau, dan pencemar yang ada pada sungai.

Untuk menentukan kualitas air lebih mendalam menggunakan bioindikator

plankton maka harus menentukan indeks diversitas dari plankton hasil sampling.

Dari data yang didapatkan maka diperoleh indeks keanekaragaman (H’) pada

stasiun 1 sebesar 1,31647. Indeks keanekaragaman dengan nilai 1,31647

menunjukkan bahwa perairan tersebut setengah tercemar (Wilha, 1975 dalam

Citrasari, 2010). Pencemaran yang terjadi di stasiun 1 diduga karena banyaknya

rumah warga pada daerah tepi sungai yang membuang limbah domestik ke badan

sungai. Selain itu banyaknya warung-warung di tepi sungai jalan Srikana yang

juga membuang sampah maupun kotoran bekas pencucian perabot secara

langsung.

Hasil penghitungan indeks keanekaragaman di stasiun 2 yaitu sebesar

1,33218. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa sungai tersebut setengah

13

Page 15: LA Plankton Eko

tercemar (Wilha, 1975 dalam Citrasari, 2010). Hal ini dapat disebabkan karena

pada badan sungai di stasiun 2, secara fisik juga dapat teramati adanya biji–bijian

yang banyak terapung pada badan sungai serta limbah domestik dari warga

sekitar.

Selain faktor penyebab yang terjadi pada stasiun 1 maupun stasiun 2, terdapat

faktor lain yaitu faktor daya dukung lingkungan. Pada kondisi yang baik

seharusnya sungai dapat membersihkan ataupun mengembalikan kondisi sungai

seperti kondisi awal (purifikasi), sedangkan sungai di jalan Srikana tidak dapat

melakukan purifikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya buangan limbah

domestik secara rutin dari penduduk yang bertempat tinggal di daerah sungai

dengan jarak antar rumah warga yang hanya beberapa meter (kondisi pemukiman

di daerah sungai dapat dilihat pada lampiran).

Berdasarkan hasil sampling dan analisis data yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa air yang mengalir pada sungai jalan Srikana mempunyai

kualitas setengah tercemar. Baik sungai yang mengalir ke arah selatan maupun ke

arah utara. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengendalikan dan

mengurangi pencemaran di sungai jalan Srikana untuk menjaga keberlangsungan

kestabilan lingkungan.

14

Page 16: LA Plankton Eko

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

15

Page 17: LA Plankton Eko

BAB VI

KESIMPULAN

Dari praktikum teknik sampling dan analisis plankton sebagai parameter biologi

air di sungai jalan Srikana dapat disimpulkan bahwa:

1. Untuk melakukan sampling plankton, pertama-tama kita harus

menyediakan serta mengecek alat dan bahan yang akan digunakan dalam

sampling kemudian menyiapkan ember dan jaring plankton serta

mengecek penjepit saluran apakah sudah terpasang atau belum. Setelah itu

mengambil 100 liter air dengan menggunakan ember 10 liter untuk dituang

ke dalam net plankton dengan cara membuka penjepit saluran dan

menuangkan volume air yang terjebak di dalamnya ke dalam botol

koleksi.selanjutnya meneteskan formalin ke dalam botol koleksi yang

berisi air hingga mendapatkan larutan fiksasi dengan konsentrasi sebesar

4% lalu menutup botol dengan rapat dan emberikan label keterangan nama

pengambil, lokasi, dan tanggal pengambilan, kemudian dibawa ke

laboratorium untuk melakukan analisa.

Sedangkan untuk melakukan identifikasi plankton dilakukan

dengan cara meneteskan 1ml sample yang telah dikocok sebelumnya ke

dalam Sedgwich Rafter cell lalu ditutup dengan cover glass untuk diamati

di bawah mikroskop. Kemudian menghitung jumlah dan jenis plankton

untuk menghitung indeks diversitas plankton dan menentukan kualitas

periran tempat sampling.

2. Kualitas perairan di sungai jalan Srikana tergolong pada kondisi setengah

tercemar (Wilha, 1975 dalam Citrasari, 2010) berdasarkan indeks

diversitas (H’) pada stasiun 1 sebesar 1,31647 dan pada stasiun 2 sebesar

1,3321.

16

Page 18: LA Plankton Eko

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

17

Page 19: LA Plankton Eko

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus1. 2007. Penggolongan dan Klasifikasi Plankton.

http://google.com/ pengertian-dan-penggolongan-plankton

Diakses tanggal 4 Mei 2010.

Anonimus2. 2006. Ciri-ciri Habitat dan Ekosistem di Air Tawar dan Air Laut.

http://organisasi.org/

ciri_ciri_habitat_dan_ekosistem_di_air_tawar_dan_air_laut_ilmu_sains_bi

ologi

Diakses tanggal 17 Oktober 2010.

Citrasari, N. 2010. Metode Analisis Plankton. Surabaya.

Hariyanto, S., dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya : Airlangga

University Press.

Ismail A, Mohamad A.B. 1992. Ekologi Air Tawar. Malaysia: Dewan Bahasa dan

Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Jakarta: LIPI Press.

http://dedepurnama.blogspot.com/2009/08/klasifikasi-ekologi-

zooplankton.html

18

Page 20: LA Plankton Eko

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

19

Page 21: LA Plankton Eko

LAMPIRAN

Gambar 1. Lokasi Sampling Plankton

Gambar 2. Lokasi Sampling Plankton

20

Page 22: LA Plankton Eko

Gambar 3. Penampang Sungai Stasiun 1

Gambar 4. Penampang Sungai Stasiun 2

21

Page 23: LA Plankton Eko

Gambar 5. Pengambilan Sampel Air

Gambar 6. Formalin dan Air Sampel

22