Post on 20-Oct-2015
description
DISLOKASI HIP POSTERIOR
Preseptor: dr. Edi Marudut Sp. OT
Oleh:
Ghina Yona Nurmufthi 0918011045Laras Maranatha T 0918011055M. Iqbal Tafwid 0918011063M. Rizki Darmawan M 0918011060
DEPARTEMEN BEDAH RSUP DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG2013
ANATOMI
Femur diletakkan di acetabulum oleh 5 ligamen yang
terpisah yaitu:
Ligamen iliofemoral Ligamen pubofemoral Ligamen ischiofemoral Ligamen transverse acetabular Ligamen femoral head
4
Vaskularisasi Regio Femoris
5
INERVASI REGIO FEMORIS
1. N. Ischiadicus2. N. Femoralis3. N. Obturatoria
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
Dislokasi kaput femur adalah keadaan dimana kaput femur keluar dari socket nya pada tulang panggul (pelvis).
Etiologi 1. Kongenital2.Acquired :trauma dengan tekanan yang besar seperti kecelakaan kendaraan, pejalan kaki yang
ditabarak mobil, atau jatuh dari ketinggian.
DEFINISI & ETIOLOGI
Dislokasi panggul traumatik dibagi dalam 3 tipe
KLASIFIKASI
Tipe dislokasi posterior
Tipe dislokasi anterior
Tipe dislokasi sentral
DISLOKASI POSTERIOR
Paling sering terjadi 80-90%
biasanya disebabkan kecelakaan kendaraan bermotor Tekanan ditransmisikan melalui 2 cara yaitu:
Selama deselerasi yang cepat, lutut membentur dashboard dan menghantarkan tekanan melalui femur ke panggul.
Jika tungkai ekstensi dan lutut terkunci,tekanan dapat dihantarkan dari floorboard melalui tungkai atas dan bawah ke sendi panggul.
KLASIFIKASI DISLOKASI POSTERIOR
Klasifikasi Thompson-Epstein didasarkan pada penemuan radiografi, yaitu: Type I
Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment Type II
Dislocation associated with a single large posterior wall fragment Type III
Dislocation with a comminuted posterior wall fragment Type IV
Dislocation with fracture of the acetabular floor Type V
Dislocation with fracture of the femoral head (Pipkin Class)
KALSIFIKASI MENURUT THOMPSON & EPSTEIN
KLASIFIKASI PIPKIN (TYPE V)
A) Tipe I: Garis fraktur berada di bawah fovea, B) Fragmen fraktur meliputi fovea,C) Sama seperti tipe I dan II, namun disertai dengan fraktur collum femoris D) Fraktur caput femoris dan acetabulum dalam bentuk apapun.
(Diambil dari: DeLee JC: Frakturs and dislocations of the hip. Dalam: Rockwood CA Jr, Green DP, Bucholz RW, et al, eds: Rockwood and Green’s frakturs in adults. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott-Raven;1996)
Klasifikasi Steward dan Milford berdasarkan pada stabilitas fungsi panggul, yaitu: Type 1 No fracture or insignificant fracture Type 2 Associated with a single or
comminuted posterior wall fragment, but the hip remains stable through a functional range of motion
Type 3 Associated with gross instability of the hip joint secondary to loss of structural support
Type 4 Associated with femoral head fracture
GAMBARAN KLINIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Caput femoris dapat berada di posisi yang tinggi (iliac) atau rendah (ischiatic), tergantung dari posisi flexi paha ketika terjadi dislokasi.
Dislokasi tipe iliac:Panggul flexi, adduksi, endorotasi.Extremitas yang terkena tampak memendek.Trochanter major dan bokong di daerah yang
mengalami dislokasi terlihat menonjol.Lutut extremitas yang mengalami dislokasi
tampak menumpang di paha sebelahnya.
Thompson VP, Epstein VP. Traumatic dislocation of the hip. J Bone Joint Surg; 1951. 33A: 746–78.
Dislokasi tipe ischiatic:Panggul flexi.Panggul sangat beradduksi sehingga lutut
di extremitas yang mengalami dislokasi tampak menindih di paha sebelahnya.
Extremitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim.
Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislokasi terlihat menonjol.
Thompson VP, Epstein VP. Traumatic dislocation of the hip. J Bone Joint Surg; 1951. 33A: 746–78.
POSISI SENDI PADA DISLOKASI PINGGUL POSTERIOR
(Diunduh dari: http://www.fammed.washington.edu/network/sfm/ Orthorama/Ortho4discuss.htm)
Cedera neurovaskular pada dislokasi panggul posterior dapat memberikan gambaran
sebagai berikut: Nyeri di panggul, bokong, dan tungkai bawah
bagian posterior. Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki. Hilangnya kemampuan dorsoflexi (cabang
peroneal) atau plantarflexi (cabang tibial). Hilangnya deep tendon reflex di pergelangan
kaki. Hematoma lokal.
Dreinhofer KE, Schwarzkopf SR, Haas NP, et al: Isolated traumatic dislocation of the hip: long-term results in 50 patients, J Bone Joint Surg; 1994. 76B:6.
Foto anteroposterior (AP)Caput femoris terlihat keluar dari acetabulum dan berada di atas acetabulum. Segmen atap acetabulum atau caput femoris dapat ditemukan patah dan bergeser.
Foto OblikFoto oblik dapat digunakan untuk mengetahui ukuran fragmen.
CT Scan CT scan adalah cara terbaik untuk melihat fraktur
acetabulum atau setiap fragmen tulang.7
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Cornwall R, Radomisli TE: Nerve injury in traumatic dislocation of the hip, Clin Orthop Relat Res 377:84, 2000.
(Diunduh dari: http://radiopaedia.org/cases/posterior-hip-dislocation?fullscreen=true)
PENATALAKSANAAN
1. Reduksi tertutupReduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislokasi.
2. Reduksi terbuka
3. Traksi kulit selama periode tertentu (bergantung tipe) dan pasien tidak menginjakan kaki selama 3 bulan.
Bray TJ, Esser M, Fulkerson L: Osteotomy of the trochanter in open reduction and internal fixation of acetabular fractures, J Bone Joint Surg; 1987. 69A:711.Tornetta P III, Mostafavi HR. Hip Dislocation: Current Treatment Regimens. J Am Acad Orthop Surg; 1997. 5(1): 27–36.
REDUKSI TERTUTUP
Indikasi reduksi tertutup:Dislokasi dengan atau tanpa defisit
neurologis jika tidak ada fraktur.Dislokasi yang disertai fraktur jika tidak
terdapat defisit neurologis.
Kontraindikasi reduksi tertutup:Dislokasi panggul terbuka.
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi dislokasi panggulposterior sederhana (tipe I Epstein).1. Manuver Allis2. Manuver Bigelow3. Manuver Stimson4. Teknik Whistler5. Traksi longitudinal6. Leg-crossing maneuver7. Teknik Fulcrum8. Manuver East Baltimore Lift
1. Szpalski M, Descamps PY, Hayez JP, et al: Prevention of hip lag screw cut out by cement augmentation: description of a new technique and preliminary clinical results, J Orthop Trauma; 2004. 18:34.2. Canale ST, Manugian AH: Irreducible traumatic dislocations of the hip, J Bone Joint Surg; 1979. 61A:7.
MANUVER STIMSON
Manuver ini menggunakan berat tungkai bawah dan gravitasi untuk mengurangi dislokasi. Pasien ditempatkan di atas meja dalam posisi
telungkup. Tungkai yang mengalami dislokasi digantungkan ke
bawah dan lutut difleksikan. Seorang asisten memegang tungkai yang sehat
secara horizontal. Operator memberi tekanan ke bawah secara mantap
pada lutut yang fleksi. Posisi ini tetap dipertahankan hingga otot-otot
relaksasi dan caput femoris turun ke acetabulum. Kadang-kadang dengan sedikit mengayunkan paha
dapat mempercepat reduksi.
MANUVER STIMSON
25
MANUVER BIGELOW
Pasien dibaringkan di lantai dalam posisi supine.
Seorang asisten menekan spina iliaca anterior superior.
Angkat tungkai yang mengalami dislokasi dan fleksikan sendi pinggul dan lutut.
Rotasikan tungkai ke posisi netral. Buat traksi yang mantap pada tungkai bawah
ke arah atas, angkat caput femoris ke dalam acetabulum.
Setelah traksi ke atas selesai, letakkan paha ke bawah dalam posisi ekstensi.
MANUVER BIGELOW
27
MANUVER BIGELOW
MANUVER BIGELOW
MANUVER ALLIS
Pasien berbaring dalam posisi supine. Seorang asisten menekan spina iliaca anterior
superior. Operator memegang tungkai yang mengalami
dislokasi pada pergelangan kaki menggunakan satu tangan.
Lengan bawah operator diletakkan di bawah lutut, lalu lakukan traksi longitudinal sejajar deformitas.
Paha dalam posisi adduksi dan endorotasi , lalu difleksikan 90˚. Tindakan ini merelaksasikan ligamen iliofemoral.
Setelah traksi dipertahankan, caput femoris diungkit ke dalam acetabulum dengan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi pinggul.
MANUVER ALLIS
1. Teknik Whistler2. Teknik Longitudinal3. Teknik Fulcrum
12
3
MANUVER EAST BALTIMORE LIFT
REDUKSI TERBUKA
Indikasi operasi: gagal reduksi tertutup setelah dilakukan 2
kali. kedudukan caput femur tidak stabil terjadi fraktur Collum femoris adanya lesi N.Ischiadicus Dislokasi panggul terbuka
METODE REDUKSI TERBUKA Posterior approach sendi panggul (Kocher-
Langenbeck)
Thompson VP, Epstein VP. Traumatic dislocation of the hip. J Bone Joint Surg; 1951. 33A: 746–78.
(Gambar diambil dari: Canale ST, Beaty JH. Campbell’s Operative Orthopaedics. Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier; 2009. Hal 80)
Fraktur-dislokasi tipe II Epstein sering diterapi dengan reduksi terbuka segera dan fiksasi anatomis pada fragmen yang terlepas. Pada kasus tipe II, traksi dipertahankan selama 6 minggu.
Fraktur-dislokasi tipe III diterapi secara tertutup, tetapi mungkin terdapat fragmen yang bertahan dan fragmen-fragmen ini harus dibuang dengan operasi terbuka. Traksi dipertahankan selama 6 minggu.
Fraktur-dislokasi tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup.
Goddard NJ: Classification of traumatic hip dislocation, Clin Orthop Relat Res; 2000. 377:11.
Jika fragmen tetap tidak tereduksi, terapi operasi diindikasikan: fragmen yang kecil dibuang, fragmen yang besar harus diganti; sendi dibuka, caput femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan countersunk screw.
Pasca operasi, traksi dipertahankan selama 4 minggu dan pembebanan penuh ditunda selama 12 minggu.
Goddard NJ: Classification of traumatic hip dislocation, Clin Orthop Relat Res; 2000. 377:11.
• Kerusakan nervus sciatic• Kerusakan pada caput femur• Kerusakan pada pembuluh darah• Fraktur diafisis femurDini
• Nekrosis avaskuler• Miositis osifikans• Dislokasi yang tidak dapat direduksi• OsteoarthritisLanjut
KOMPLIKASI
Apley, A. Graham, Apley’s System Of Orthopaedics And Fracture 7th edition, Great Britain, Bath Press.
Bray TJ, Esser M, Fulkerson L: Osteotomy of the trochanter in open reduction and internal fixation of acetabular fractures, J Bone Joint Surg; 1987. 69A:711.
Canale ST, Manugian AH: Irreducible traumatic dislocations of the hip, J Bone Joint Surg; 1979. 61A:7.
Dreinhofer KE, Schwarzkopf SR, Haas NP, et al: Isolated traumatic dislocation of the hip: long-term results in 50 patients, J Bone Joint Surg; 1994. 76B:6.
Hougaard K, Thomsen PB: Traumatic posterior fracture-dislocation of the hip with fracture of the femoral head or neck, or both, J Bone Joint Surg;1988. 70A:233.
2000. Rasjad, Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Edisi kedua, Ujung Pandang, Bintang
Lamumpatue. Salter, Robert Bruce, Texbook Of Disorders And Injuries Of The Musculoskeletal System,
2nd edition, Baltimore, U.S.A. Thompson VP, Epstein VP. Traumatic dislocation of the hip. J Bone Joint Surg; 1951. 33A:
746–78. Tornetta P III, Mostafavi HR. Hip Dislocation: Current Treatment Regimens. J Am Acad
Orthop Surg; 1997. 5(1): 27–36. Szpalski M, Descamps PY, Hayez JP, et al: Prevention of hip lag screw cut out by cement
augmentation: description of a new technique and preliminary clinical results, J Orthop Trauma; 2004. 18:34.
http://www.emedicine.com/emerg/topic144.htm.
DAFTAR PUSTAKA
Terima kasih