Presentasi Kasus Dr Rivai
-
Upload
abdul-aziz -
Category
Documents
-
view
559 -
download
2
Transcript of Presentasi Kasus Dr Rivai
PRESENTASI KASUS
DEMAM BERDARAH DENGUE
PEMBIMBING :
Dr.Rivai Usman,Sp.A
PRESENTAN :
Irena Stefani Yolantha
030.02.111
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD BEKASI PERIODE 12 MEI 2008 – 20 JULI 2008
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
PENGESAHAN
Dengan hormat ,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 12 Mei 2008 – 20 Juli 2008 dengan judul “DEMAM BERDARAH DENGUE” yang disusun oleh :
Nama : Irena Stefani Yolantha
NIM : 030.02.111
Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth :
Pembimbing :
Dr.Rivai Usman, Sp.A
Menyetujui ,
( Dr.Rivai Usman,Sp.A )
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Alamat : kali abang tengah RT 04/RW 01
Tgl masuk RS : 9 Mei 2008
No.rekam medik : 01-20-78-69
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn . S Ny . M
Umur : 42 tahun 40 tahun
Pendidikan : SLTA SLTP
Agama : Islam Islam
Pekerjaan : karyawan ibu rumah tangga
Penghasilan : 2 – 4 jt / bln ------
II. RIWAYAT HIDUP
A. Susunan Keluarga
Pasien adalah anak keempat dari tiga bersaudara, dengan susunan :
Anak I : laki-laki 16 tahun
Anak II : laki-laki 13 tahun
Anak III: laki-laki 11 tahun
Anak IV: pasien 9 tahun
B. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kepada bidan. Selama kehamilannya ibu
pasien tidak mempunyai keluhan yang membuatnya berobat ke dokter. Pasien dilahirkan pada
tanggal 28 Februari 1999 dengan umur kehamilan 9 bulan . pasien dilahirkan normal dengan
pertolongan bidan di klinik bersalin. Berat badan pasien ketika lahir 3 kg dan panjang 49 cm.
Kesan : riwayat kehamilan dan persalinan baik
C. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Keluar gigi : 7 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berjalan : 13 bulan
Kesan : riwayat tumbuh kembang baik
D. Riwayat Makanan
Umur ( bulan ) ASI/PASI Bubur susu Nasi tim Makanan dewasa
0-1 ASI √ -- --
1-4 PASI √ -- --
4-12 PASI -- √ --
12 PASI -- -- √
E. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap menurut pengakuan ibunya.
III. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 13 Mei 2008
Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Pusing, mual, nafsu makan menurun
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang bersama ibunya dengan keluhan demam tinggi selama 3 hari SMRS.
Demam meningkat menjelang sore. Os sempat dibawa ke rumah sakit terdekat, dan diberi obat
penurun panas, tetapi tidak ada perubahan. Pada hari ke 3 demam, seluruh tubuh os terasa dingin
dan berkeringat dingin. Setelah itu, keluar bintik-bintik merah pada kedua kaki dan tangan os.
Kemudian os dibawa ke klinik, dan os dirujuk ke RSUD Bekasi untuk dirawat ke ICU
dikarenakan berat badan os yang berlebih dibandingkan dengan berat badan pada anak
seusianya. Selain demam, os juga merasa pusing, mual, nyeri ulu hati, tetapi os tidak mengalami
muntah. Nafsu makan os menurun, tetapi os lebih banyak minum. Perdarahan dari hidung (-),
perdarahan gusi (-). BAB dab BAK os tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat kejang (+) pada usia 3 tahun
Riwayat alergi (-)
Riwayat alergi : - obat : ( - )
-makanan : ( - )
Riwayat Dalam Keluarga :
Riwayat kejang dalam keluarga (-)
Riwayat alergi (-)
Penyakit lain yang pernah dirawat : ( - )
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 109 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Pernafasan : 31 x/menit
BB : 62 kg
TB : 142 cm
B. Pemeriksaan Sistematis
Kepala: normocephali, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, reflex cahaya
langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
Telinga : normotia, serumen +/+
Hidung : perdarahan / epistaxis (-), pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-),
secret (-)
Mulut : perdarahan gusi (-),bibir sianosis (-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang,
palatum utuh
Leher : pembesaran KGB (-),retraksi suprasternal ( - )
Thorax :
Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : vocal fremitus paru kanan = kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: suara nafas vesikuler, rhonki basah halus -/-, wheezing -/-
Jantung : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : massa (-) , jejas (-) ,retraksi epigastrik ( + )
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepatosplenomegali (-), turgor
kulit baik, ascites (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tungkai -/-, cyanosis (-), petechiae (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah tgl 9/5
Hb :17,8 g/dl Trombosit : 51.000
Ht : 52,5 %
Leukosit : 4.500 /mm3
Lab darah tgl 10/5
Pukul 06.00 pukul 20.25
Hb :17,4 g/dl Hb :15,1 g/dl
Ht : 51 % Ht : 47,1 %
Leukosit : 2.600 /mm3 Leukosit : 2.400 /mm3
Trombosit : 22.000 Trombosit : 24.000
Lab darah tgl 11/5
Pukul 06.45 pukul 12.30
Hb :13,6 g/dl Hb :13,3 g/dl
Ht : 40,3 % Ht : 40,2 %
Leukosit : 3.300 /mm3 Leukosit : 2.800 /mm3
Trombosit : 72.000 Trombosit : 24.000
Lab darah tgl 12/5
Pukul 05.32 pukul 20.44
Hb :12,6 g/dl Hb :11,6 g/dl
Ht : 38,5 % Ht : 34,5 %
Leukosit : 7.300 /mm3 Leukosit : 5.300 /mm3
Trombosit : 17.000 Trombosit : 44.000
Lab darah tgl 13/5 lab darah tgl 14/5
Pukul 18.31 pukul 20.44
Hb :12,2 g/dl Hb :12,5 g/dl
Ht : 38,2 % Ht : 38,3 %
Leukosit : 4.200 /mm3 Leukosit : 4.800 /mm3
Trombosit : 136.000 Trombosit : 237.000
VI. RESUME
Pasien seorang anak perempuan, umur 9 tahun, berat badan 62 kg
Berdasar anamnesa diketahui keluhan utama pasien adalah demam sejak 3 hari SMRS. Tubuh
pasien keringat dingin dan terdapat bintik-bintik merah pada kaki dan tangan pasien. Selain itu,
pasien merasakan kepala pusing, nyeri ulu hati,mual dan nafsu makan menurun.
Berdasar pemeriksaan fisik diperoleh ada bintih merah di ekstremitas tubuh pasien (petechiae)
Berdasar pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin ditemukan trombositopenia disertai
dengan hemokonsentrasi.
VII.DIAGNOSIS
DBD grade II dengan perbaikan klinis dan peningkatan trombosit
VIII.DIAGNOSIS BANDING
Demam dengue
ISK
Viral infection
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Dengue Blood (Ig G dan Ig M)
Laboratorium urin
X. PENATALAKSANAAN
- Tirah baring
- Monitoring tanda vital
- Diit lunak dan banyak cairan (intake sulit IVFD RL/8jam)
- medikamentosa : simptomatika (antiemetik, antipiretik)
XI. PROGNOSIS
Ad vitam / Ad functionam / Ad sanationam : bonam
ANALISA KASUS
Pada pasien ini, perempuan umur 9 tahun dengan diagnosa DBD grade II berdasarkan :
1.anamnesa :
demam 3 hari
bintik merah pada kaki dan tangan (petechie)
mual dan tidak nafsu makan
nyeri ulu hati
keringat dingin
kesan : keluhan pasien tersebut di atas sesuai dengan kriteria DBD grade II menurut WHO yakni
demam 2-7 hari, perdarahan (petechie)
selain itu, terdapat tanda klinis lain seperti nyeri ulu hati, mual, tidak nafsu makan yang
menyertai klinis DBD. Keringat dingin, merupakan salah satu indikator kewaspadaan mengarah
ke fase syok.
2. permeriksaan fisik :
Tidak ditemukan epistaksis, perdarahan gusi, namun diperoleh adanya bintik merah (petechie)
pada ekstremitas tubuh pasie.
Kesan : petechie merupakan perdarahan spontan dan termasuk dalam kriteria DBD grade II
menurut WHO.
3. pemeriksaan penunjang :
Pada pasien ini hanya dikerjakan pemeriksaan laboratorium darah rutin seperti Hb, Ht, leukosit,
trombosit. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Kesan : trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan kriteria lab menurut WHO untuk
DBD.
4. penatalaksanaan :
Tujuannya adalah mengembalikan cairan plasma yang hilang (suportif), karena pada DBD terjadi
plasma leakage dan pemberian simptomatika.
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue
I.Epidemiologi
Menurut riwayatnya ,pada tahun 1779 ,David Bylon pernah melaporkan terjadinya
demam dengue di Batavia.Penyakit ini disebut penyakit demam 5 hari yang dikenal dengan knee
trouble atau knokkel koortz.Di Indonesia,Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pertama kali
dicurigai di Surabaya pada tahun 1968,tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun
1970.Di Jakarta,kasus pertama dilaporkan tahun 1969.kemudian DBD berturut-turut dilaporkan
di Bandung dan Yogyakarta(1972).Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di
Sumatera Barat dan Lampung,disusul oleh Riau,Sulawesi Utara,dan Bali (1973).Berdasarkan
jumlah kasus DBD,Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand.Pada saat ini DBD di
banyak negara di kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan anak di rumah
sakit.1
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan dari berbagai negara bervariasi dan disebabkan
oleh beberapa faktor ,antara lain status umur penduduk,kepadatan vector,tingkat penyebaran
virus dengue,prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi meteorologist.
Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita,tetapi kematian
lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Di Indonesia penderita DBD
terbanyak ialah anak berumur 5-11 tahun.Di Indonesia,pengaruh musim terhadap DBD tidak
begitu jelas,tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita meningkat
antara bulan September sampai Februari yang mencapai puncaknya pada bulan Januari.Di daerah
urban berpenduduk padat puncak penderita ialah bulan Juni/Juli bertepatan dengan awal musim
kemarau.2
Vektor DBD
Graham ialah sarjana pertama yang pada tahun 1903 dapat membuktikan secara positif peran
nyamuk Aedes aegypti dalam transmisi dengue di Indonesia.Vektor DBD telah diselidiki,dan
Aedes aegypti di daerah perkotaan diperkirakan sebagai vector terpenting.
Di Indonesia virus dengue tipe 1,2,3,dan 4 telah berhasil diisolasi dari darah penderita.Di Jakarta
daerah endemis tinggi,dari sebagian besar penderita DBD derajat berat maupun yang meninggal
dapat diisolasi virus Dengue tipe 3.
Virus Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi ( 48,6% )
disusul berturut –turut virus dengue tipe 2 , tipe 1 dan tipe 4.Virus Dengue tipe 3 berhasil
diisolasi dari penderita DBD berat ( DBD derajat IV,DBD disertai ensefalopati,DBD disertai
hematemesis dan melena ,dan DBD yang meninggal.2,3
II.Penularan Penyakit
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak,serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah.
Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus Dengue.Orang ini bias
menunjukkan gejala sakit,tetapi bisa juga tidak sakit,yaitu jika mempunyai kekebalan cukup
terhadap virus dengue.Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk
bersama darah yang diisapnya.Di dalam tubuh nyamuk itu ,virus dengue akan berkembang biak
dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk.Sebagian besar
berada dalam kelenjar liur nyamuk.Saat nyamuk menggigit orang lain,maka setelah alat tusuk
nyamuk ( probosis ) menemukan kapiler darah,sebelum darah orang itu diisap,terlebih dahulu
dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.Bersama dengan
liur nyamuk inilah ,virus dengue dipindahkan kepada orang lain.1
Ada 2 teori tentang terjadinya manifestasi yang lebih berat yang dikemukakan oleh pakar demam
berdarah dengue dunia : 1,2
1.Teori infeksi primer /teori virulensi : yaitu munculnya manifestasi itu disebabkan karena
adanya mutasi dari virus dengue menjadi lebih virulen.
2.Teori infeksi sekunder : yaitu munculnya manifestasinya berat bila terjadi infeksi ulangan oleh
virus dengue yang serotipenya berbeda dengan infeksi sebelumnya.
Nyamuk penular penyakit DBD
Menurut riwayatnya nyamuk penular DBD ,Aedes aegypti pada mulanya berasal dari
Mesir.Nyamuk ini hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersihyang
tidak langsung berhubungan dengan tanah.
Perkembangan hidup nyamuk ini dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-
12 hari.Hanya nyamuk betina yang mengigit dan menghisap darah untuk mematangkan telurnya.
Umur nyamuk betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan tergantung dari suhu kelembaban
udara sekelilingnya.Kemampuan terbangnya berkisar antara 40 -100 m dari tempat
perkembangbiakannya.Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan,dimana
terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
III.Upaya Penanggulangan
Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga saat ini belum tersedia,maka upaya
pemberantasan nyamuk penularnya ( Aedes aegypti ).Pemberantasan nyamuk dapat dilakukan
dengan menyemprotkan insektisida.Pemberantasan DBD yang paling penting adalah upaya
membasmi jentik nyamuk penularnya dengan melakukan 3M : (1) menguras tempat
penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk
abate ke dalamnya, (2) menutup rapat-rapat penampungan air dan (3) mengubur / menyingkirkan
barang bekas yang dapat menampung air hujan.
Strategi program DBD meliputi,(1) kewaspadaan dini DBD dengan penyuluhan
intensif ,kerja bakti,kunjungan rumah pemantauan jentik ,(2) pemberantasan vector :
fogging,penyuluhan dan abatisasi selektif,kerja bakti 3M.Penyemprotan dilakukan 2 siklus
dengan interval 1 minggu.
Abatisasi diberikan pada penampunganair dengan menaburkan bubuk abate sesuai dengan dosis
1 sendok makan peres (10 gram ) abate untuk 100 liter air.
IV.Perkembangan Patogenesa
Menurut sejarah perkembangan patogenesa DBD dalam kurun waktu hampir seratus tahun
ini ,dapat dibagi dua teori pathogenesis yaitu : pertama virus dengue mempunyai sifat tertentu
dan kedua pada manusia yang terinfeksi mengalami suatu proses imunologi yang berakibat
kebocoran plasma,perdarahan dan berbagai manifestasi klinik.1,4
- Teori antigen antibody : Pada kejadian DHF/DSS terjadi penurunan kadar komplemen c3,c3
proaktivator,c4 dan c5.Kadar anafilaktosin meninggi lalu menurun pada
penyembuhan,permeabilitas meningkat.Virus dengue dianggap sebagai antigen yang akan
bereaksi dengan antibody,kemudian mengaktivasi komplemen.Aktivasi ini akan menghasilkan
anafilaktoksin c3a dan c5a yang merupakan mediator kuat peningkatan permeabilitas
kapiler ,kemudian terjadi kebocoran plasma.
- Teori infection enhancing antibody : teori infeksi sekunder oleh virus serotipe lain telah
dilakukan penelitian pada kadar antibodi pada ibu dan bayi,disimpulkan pada bayi yang terkena
DBD karena pada saat ada infeksi virus ,ditubuhnya sudah ada antibody non neutralisasi yang
berasal dari ibu.Teori ini berdasar pada peran sel fagosit mononuclear dan terbentuknya antibody
non neutralisasi.Virus mempunyai target serangan yaitu sel fagosit seperti makrofag monosit dan
sel Kupfer.Pada makrofag yang terinfeksi akan menjadi aktif dan mengeluarkan substansi
inflamasi,sitokin ,dan tromboplastin yang mempengaruhi permeabilitas kapiler dan mengaktivasi
faktor koagulasi.
- Teori mediator : terkait dengan peran endotoksin dan peran limfosit.Syok pada DBD akan
menyebabkan iskemia pada pada usus dan jaringan lain.Waktu iskemia usus,terjadi translokasi
bakteri dari lumen usus kedalam sirkulasi.Endotoksin masuk kedalam sirkulasi pada saat terjadi
iskemia tersebut dan mengaktivasi kaskade sitokin terutama TNF alfa dan interleukin 1.Telah
dibuktikan bahwa endotoksemia berhubungan erat dengan kejadian syok pada DBD.
Peptida virus menyebabkan sel limfosit T CD8 mengenal bahwa didalam makrofag tersebut ada
virus.Kemudian sel limfosit tersebut akan teraktivasi,mengeluarkan limfokin,termasuk limfokin
yang mengaktifkan makrofag dan mengaktifkan sel B.Jumlah sel yang teraktivasi pada DBD /
DSS lebih tinggi disbanding DD ( demam dengue ).
-Teori endotel trombosit : endotel memiliki bermacam reseptor disamping dapat mengeluarkan
bahan vasoaktif kuat seperti prostasiklin ,platelet activating factor,plasminogen factordan
interleukin 1.Gangguan pada endotel akan menimbulkan agregasi trombosit serta aktivasi
koagulasi.
V.Perubahan Hematologi
Kompleks virus antibodi yang terbentuk akan dapat mengaktifkan system koagulasi yang
dimulai dari aktivasi faktor XII ( Hageman)menjadi bentuk aktif ( XIIa) dan membentuk fibrin,
mengaktifkan system fibrinolisis,system kinin dan komplemen.Secara klinis dapat dijumpai
gejala perdarahan sebagai akibat trombositopenia berat ,masa perdarahan dan masa protrombin
yang memanjang ,penurunan kadar faktor pembekuan II,V,VII,VIII,IX,X bersama
hipofibrinogenemia dan peningkatan produk pemecahan fibrin.Sedangkan aktivasi kinin
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dengan akibat kebocoran plasma yang
ditandai dengan peningkatan hematokrit dan efusi cairan serosa.Terbentuknya bradikinin
mengakibatkan pelebaran pembuluh darah sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah.2,3
Hematokrit dan Hemoglobin
Nilai hematokrit biasanya meningkat pada hari ketiga dan merupakan manifestasi
hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang ekstravaskuler disertai efusi
cairan serosa,melalui kapiler yang rusak.Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang
yang dapat mnegakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.Kadar
hemoglobin pada hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun,tetapi kemudian kadarnya
naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi.
Jumlah leukosit dan hitung jenis
Terjadi leucopenia ringan sampai leucopenia sedang, dan dijumpai antara hari pertama dan
ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal.Jumlah granulosit menurun pada hari
ketiga sampai kedelapan.
Pada syok berat dapat dijumpai leukositosis dengan neutropenia absolut.Hal lain yang
menarik ialah ditemukannya limfosit bertransformasi atau atipik dalam sediaan apus darah tepi
terutama pada infeksi sekunder .Limfosit ini merupakan sel berinti satu dengan struktur kromatin
inti halus dan agak padat,sitoplasma relatif lebar dan berwarna biru tua.Limfosit ini dapat
ditemukan sejak hari ketiga panas dan merupakan penunjang diagnosis DBD.1
Trombosit
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria yang dianjurkan WHO sebagai diagnosis klinis
DBD.Jumlah trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama dan mencapai titik
terendah pada fase syok.Penyebab trombositopenia masih controversial,sebagian peneliti
mengatakan kemungkinan penyebab nya ialah trombopoesis yang menurun dan destruksi
trombosit dalam darah.Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit diduga sebagai
penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial
khususnya dalam limpa dan hati.
Aktivasi sistem komplemen merupakan mediator pada proses inflamasi dan memegang peranan
penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi dan aktivasi tersebut menimbulkan
terjadinya lisis dari sel suseptibel,dan disamping itu terbentuk pula anafilaktoksin yang juga
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah serta berperan pada proses terjadinya syok.
VI.Diagnosis Laboratorium 4
Tes laboratorium merupakan tes yang sangat penting didalam memberikan konfirmasi diagnose
klinis dari infeksi dengue.Tes laboratorium tersebut meliputi :(1) isolasi virus (2)kenaikan titer
antibody antara serum akut dengan serum konvalesen.(3)Pembuktian adanya antigen virus yang
spesifik atau adanya RNA didalam jaringan atau serum.Darah lengkap diperiksa untuk melihat
hematokrit,trombositopeni dan pemeriksaan Dengue blood IgG IgM dilakukan untuk menilai
infeksi primer / sekunder virus Dengue. Ada 5 pemeriksaan serologi yang dianggap sebagai
dasar , yaitu:
-Tes HI ( hemaglutinasi inhibisi tes )
-Tes pengikatan komplemen ( complement fixation test )
-Tes neutralisasi
-Tes Mac Elisa ( IgM capture enzyme linked immunosorbent assay )
-Tes IgG Elisa indirek
Test H.I merupakan tes serologi yang paling banyak dipakai,antibodi HI akan berada dalam
darah dalm waktu yang lama ( > 50thn)begitu seseorang mendapatkan infeksi virus
dengue.Antibodi HI biasanya akan timbul pada kadar yang dapat terdeteksi yaitu titer 10 pada
hari ke 5/6 dari jalannya penyakit,sedang antibodi konvalesen biasanya akan mencapai titer 640
atau dibawahnya pada infeksi primer.Titer HI yang tinggi biasanya akan berlangsung selama 2-3
bulan pada beberapa penderita,tetapi secara umum titer HI akan mulai menurun pada hari 30-40.
Test netralisasi , merupakan tes serologi yang paling sensitive dan spesifik untuk infeksi dengue
dibandingkan dengan tes serologi yang lain.Cara yang paling baik yakni PNRT ( Plaque
reduction neutralization test ) yaitu tes netralisasi berdasar adanya reduksi plak yang terjadi
sebagai akibat adanya proses netralisasi virus oleh antibody didalam serum penderita.
Tes Mac Elisa,Tes ini berdasarkan atas adanya antibody IgM pada serum penderita yang
ditangkap oleh goat anti human IgM.Antibodi anti dengue IgM akan timbul lebih awal daripada
antibody anti dengue IgG dan biasanya sudah dapat terdeteksi pada hari ke 5.Pada infeksi
primer ,titer IgM dapat jauh lebih tinggi dibandingkan pada infeksi sekunder .Pada beberapa
infeksi primer IgM dapat bertahan didalam darah sampai 90 hari setelah infeksi tetapi pada
kebanyakan penderita IgM sudah akan menurun dan hilang pada hari ke 60.
Dari uraian jelas bahwa tes IgM Mac Elisa tidak selalu dapat menentukan secara pasti adanya
infeksi dengue baru.Jika pengambilan specimen akut terlalu dini ada kemungkinan IgM belum
timbul sehingga didalam tes hasilnya akan negatif.Demikian juga sebaliknya apabila IgM positif
masih belum tentu juga karena ada kemungkinan infeksi terjadi 60-90 hari yang lalu.Tes Elisa
hanya dengan specimen akut sedang tes HI menggunakan specimen akut dan konvalesen.
Ig G Elisa secara indirek merupakan tes serologi yang sebanding dengan tes HI .Hanya tes ini
sedikit lebih sensitive,dan digunakan specimen akut dan konvalesen.Tes ini dapat membedakan
antara infeksi primer dan sekunder.Tes ini mudah dilakukan dan sederhana untuk memeriksa
sampel dalam jumlah banyak.
Tes yang sering dilakukan akhir-akhir ini yakni dalam bentuk KIT untuk mendeteksi antibody
IgM dan IgG .
VII.Pencitraan
Pemeriksaan radiologi dan USG pada DBD terdapat beberapa kelainan yang dapat dideteksi :
1.Dilatasi pembuluh darah paru
2.Efusi pleura
3.Kardiomegali dan efusi perikard
4.Hepatomegali ; dilatasi V.hepatika dan kelainan parenkim hati
5.Cairan dalam rongga peritoneum
6.Penebalan dinding vesika felea
Foto Rontgen dada pada pasien DBD dibuat dalam posisi AP supine dan RLD ( right lateral
decubitus )-sinar horizontal.Foto dalam posisi tegak tidak dipakai karena efusi pleura yang
minimal tidak akan terlihat.
VIII.Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis DBD ,beberapa indicator yang penting antara lain :1,2,4
Tanda dini infeksi Dengue : Indikator fase syok :
- Demam tinggi 2-7 hari - Hari sakit ke 4-5
- Tidak ada tanda ISPA - Suhu turun
- Tidak tampak fokal infeksi - Nadi cepat tanpa demam
- Uji Torniquet positif - Tekanan nadi turun / hipotensi
- Trombositopeni - Leukopeni < 5000/mm3
- Hematokrit naik
WHO (1997) memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini
disamping menentukan derajat beratnya penyakit : 1,2
*Klinis :
- Demam mendadak tinggi
- Perdarahan ( termasuk uji bending + ) seperti petekie,epistaxis,hematemesis.
- Hepatomegali
- Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20,atau hipotensi disertai gelisah dan akral
dingin.
*Berat Penyakit :
- Derajat I : Demam 2-7 hari dengan uji bendung +
- Derajat II : Derajat I ditambah dengan perdarahan spontan
- Derajat III : Nadi cepat dan lemah,tekanan nadi < 20 mmHg hipotensi,akral dingin.
- Derajat IV : syok berat,nadi tak teraba ,tekanan darah tak terukur.
*Laboratoris :
- Trombositopenia ( < 100.000 / µl )
- Hemokonsentrasi ( kadar Ht lebih dari 20% dari normal )
Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratories dianggap cukup untuk menegakkan
diagnosis kerja DBD.
Demam Berdarah Dengue
Biasanya ditandai oleh 4 manifestasi klinik utama : 1,4
- Demam tinggi ,fenomena perdarahan,hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.
Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemokonsentrasi adalah gejala
laboratoris yang spesifik.Biasanya ditemukan pada hari ke-3 hingga ke-7.
Perbedaaan utama dengan demam dengue adalah adanya kebocoran plasma yang ditandai
dengan peningkatan Ht,efusi paru atau hipoproteinemia.
DBD pada anak biasanya ditandai dengan kenaikan suhu mendadak,disertai facial flush
dan tanda lain yang menyerupai Demam Dengue ( anoreksia ,muntah,sakit kepala serta
nyeri tulang /otot)Nyeri epigastrium ,ketegangan pada batas kosta kanan dan nyeri
abdomen menyeluruh juga sering ditemukan.
Suhu biasanya > 39 ºCelcius.
Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah uji Torniquet (+) ,petekie,ekimosis,pada
ekstremitas ,muka dan palatum.Epistaxis dan perdarahan gusi juga dapat terjadi.
Hati biasanya teraba pada fase demam,lebih sering ditemukan pada kasus DBD dengan
syok.
Pada akhir fase demam,kewaspadaan akan terjadi perburukan harus dipikirkan dengan
terjadinya gangguan sirkulasi :
- Keringat banyak
- Gelisah, akral teraba dingin
- Dan terjadi perubahan nilai tekanan nadi/darah
Trombositopeni dan hemokonsentrasi sering ditemukan saat penurunan suhu dan
terjadinya renjatan.
Parameter Laboratorik
Lekosit , awalnya:menurun/normal,pada fase akhir , dapat ditemui limfositosis relative
( LPB > 15% ) ,yang pada fase syok akan meningkat.
Trombositopenia dan hemokonsentrasi selalu ditemui pada DBD
Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit
Protein plasma menurun
Hiponatremia pada kasus berat
Serum alanin –aminotransferase sedikit meningkat
Isolasi virus terbaik saat viremia 3-5 hari
IgM terdeteksi hari ke 5 ,meningkat samapi minggu III,menghilang setelah 60-90 hari
IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke 14,pada infeksi sekunder mulai hari
ke 2.
Uji HI , Dengue blot.
IX.Penatalaksanaan
*Pendahuluan penatalaksanaan
Terdapat 3 faktor yang memegang peran pada penularan infeksi Dengue,yaitu manusia,virus ,dan
vector perantara.Nyamuk Aedes aegypti menularkan virus dengue kepada manusia baik secara
langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia ; maupun secara tidak
langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari ( extrinsic
incubation period ).Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari ( intrinsic incubation period )
sebelum menjadi sakit setelah virus masuk kedalam tubuh.Pada nyamuk,sekali virus masuk dan
berkembang biak didalam tubuhnya,maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya(infektif).Sedangkan pada manusia,penularan hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam
keadaan viremia yaitu antara 5-7 hari.2,4
Patogenesa terjadi , (1) aktivasi system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang
intravascular ke ekstravaskular ( plasma leakage ); (2) Agregasi trombosit sehingga jumlah
trombosit menurun(3) kerusakan sel endotel pembuluh darah yang akan
merangsang/mengaktivasi factor pembekuan.Ketiga factor tersebut dapat menyebabkan ,(a)
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga mengakibatkan perembesan plasma,hipovolemia dan
syok.Perembesan plasma pada DBD mengakibatkan adanya cairan didalam rongga pleura dan
rongga peritoneal yang berlangsung singkat ,selama 24-48 jam (b) kelainan hemostasis,yang
disebabkan oleh vaskulopati,trombositopeni dan koagulopati,sehingga menyebabkan perdarahan
hebat.
Tata Laksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif ,yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma.
Fase Demam, pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.Apabila oral tidak dapat
diberikan karena tidak mau minum,muntah atau nyeri perut,maka cairan rumatan perlu
diberikan.Antipiretik seperti Parasetamol diberikan untuk mempertahankan suhu dibawah 39 º
Celcius dengan dosis 10-15 mg/kg BB/kali.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,anoreksia dan
muntah.Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah,teh manis,sirup,susu serta larutan
oralit.Pasien perlu diberikan minum 50 ml /kg berat badan dalam 24 jam berikutnya.Pemeriksaan
kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk pengawasan
hasil pengobatan.
Penggantian volume plasma 1,2
Dasar patogenesa DBD adalah perembesan plasma yang terjadi pada fase penurunan suhu( fase
a-febris,fase kritis,fase syok ),maka dasar pengobatannya ialah penggantian volume plasma yang
hilang.Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama,sedangkan pada kasus syok
mungkin lebih sering ( setiap 30-60 menit ).Tetesan dalam 24-48 jam berikutnya harus selalu
disesuaikan dengan tanda vital,kadar hematokrit dan jumlah volume urin.Secara umum volume
yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit,dianjurkan cairan glukosa 5% didalam 1/3 larutan NaCl 0,9%.Bila terdapat asidosis,1/4
dari jumlah cairan total dikeluarkan dan diganti dengan larutan yang berisi 0,167 mol/liter
natrium bikarbonat ( ¾ bagian berisi larutan NaCl 0,9 % + glukosa ditambah ¼ natrium
bikarbonat ).
Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang
diberikan harus sesuai dengan plasma.Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai
seperti cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang,yaitu cairan rumatan ditambah
deficit 6% ( 5-8%) .
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung umur dan berat badan pasien serta
derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi.Pada anak gemuk,kebutuhan
cairan disesuaikan dengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama.
Jenis cairan ( rekomendasi WHO ) 1,4
Kristaloid
Larutan ringer laktat ( RL ) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat.
Larutan ringer asetat ( RA / Asering ) atau dextrose 5%dalam larutan ringer asetat.
Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% dalam larutan garam faali.
Koloid
Dekstran 40
Plasma
Untuk penatalaksanaan DBD dengan gejala klinis mengarah ke pre syok atau penanganan DSS
akan dibahas dalam bab berikutnya mengenai DSS.
*Pada bagian lampiran terdapat bagan dan keterangan mengenai DBD dan DSS.
X.Diagnosa Banding 2
Pada awal perjalanan penyakit,diagnosis banding mencakup infeksi bakteri,virus atau
infeksi protozoa seperti demam tifoid,campak,influenza,hepatitis,demam
chikungunya,leptospirosis,dan malaria.Adanya trombositopenia yang jelas disertai
hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
DBD harus dibedakan pada demam chikungunya.pada DC biasanya seluruh anggota
keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza.DC memperlihatkan
serangan demam mendadak,masa demam lebih pendek,suhu lebih tinggi,hampir selalu
disertai ruam makulopapular,injeksi konjungtiva dan nyeri sendi.Pada DC tidak dijumpai
perdarahan gastrointestinal dan syok.
ITP / Idiopatik Trombositopeni Purpura sulit dibedakan dengan DBD derajat II,oleh
karena didapatkan demam disertai perdarahan dibawah kulit.Pada ITP demam cepat
menghilang,tidak dijumpai hemokonsentrasi,dan pada masa penyembuhan DBD jumlah
trombosit lebih cepat kembali normal.
SINDROM SYOK DENGUE
( DENGUE SHOCK SYNDROME )
Syok merupakan keadaan kegawatan.DSS merupakan keadaan klinis DBD disertai dengan
manifestasi kegagalan sirkulasi.Kegagalan sirkulasi tersebut seperti nadi lemah dan
cepat,tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg ) ,hipotensi ,kulit dingin dan lembab,dan pasien
tampak gelisah.Pada kasus ringan dan sedang ,semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah
demam turun.Demam turun disertai keluarnya keringat,perubahan pada denyut nadi dan tekanan
darah,akral ekstremitas teraba dingin,disertai kongesti kulit.Perubahan ini memperlihatkan gejala
gangguan sirkulasi,sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau
sementara.Pasien biasanya akan sembuh spontan setelah pemberian cairan dan elektrolit.Pada
kasus berat,keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam.1,2
Pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun ,antara hari sakit ke 3-7 ,terdapat tanda kegagalan
sirkulasi ;kulit teraba dingin dan lembab,terutama pada ujung jari dan kaki,sianosis di sekitar
mulut,pasien menjadi gelisah,nadi cepat,lemah,kecil sampai tak teraba.Sesaat sebelum syok
seringkali pasien mengeluh nyeri perut.
Syok ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah,tekanan nadi menurun ( menjadi 20
mmHg atau kurang ,jadi untuk menilai tekanan nadi perhatikan tekanan sistolik dan
diastolik,kulit dingin dan lembab.Syok merupakan tanda kegawatan yang harus mendapat
perhatian serius.Pasien dapat dengan cepat mask ke dalam fase kritis yaitu syok berat ( profound
shock),pada saat itu tekanan darah dan nadi tidak dapat terukur lagi.Syok dapat terjadi dalam
waktu yang sangat singkat,pasien dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam atau sembuh cepat
setelah mendapat penggantian cairan yang memadai.
Apabila syok tidak dapat segera diatasi dengan baik akan terjadi kompikasi yaitu,asidosis
metabolic,perdarahan saluran cerna,atau ensefalopati dengue.Pasien dengan perdarahan
intraserebral dapat disertai kejang dan koma.Ensefalopati berhubungan dengan gangguan
metabolic dan elektrolit.
Syok merupakan keadaan kegawatan.Cairan pengganti adalah pengobatan yang utama ,yang
berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma.Pasien anak akan cepat mengalami syok
dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.
Penggantian volume plasma segera 1,4
Pengobatan awal cairan intravena dengan larutan kristaloid 20 ml /kg berat badan dengan tetesan
secepatnya( diberikan secara bolus selama 30 menit).Apabila syok belum dapat teratasi dan /atau
keadaan klinis memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal,cairan diganti koloid 10-20
ml/kg berat badan /jam,dengan jumlah maksimal 30 ml/kg berat badan.Setelah terjadi
perbaikan ,segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid dengan tetesan 20 ml/kg berat
badan .apabila setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok masih menetap
sedangkan kadar hematokrit menurun ,diduga telah terjadi perdarahan ;maka dianjurkan
transfuse darah segar.Apabila kadar hematokrit tetap tinggi,maka berikan darah dalam volume
kecil ( 10 ml/kg berat badan /jam),tetapi apabila terjadi perdarahan massif berikan 20 ml /kg
berat badan.Setelah keadaan klinis membaik,tetesan cairan kristaloid dikurangi bertahap sesuai
dengan keadaan klinis dan kadar hematokrit.
Pada anak dengan syok hipovolemik sering memerlukan cairan resusitasi 60-80 ml/kgbb dalam
satu jam pertama dan 200ml/kgbb dalam beberapa jam kemudian.Umumnya kegawatan DBD
dapat diatasi dengan tunjangan ventilasi ,pemberian oksigen dan resusitasi cairan.Obat yang
diperlukan saat resusitasi adalah bolus epinefrin ,sodium bikarbonat,atropine ,glukosa,dan
kalsium klorida.Infus obat resusitasi disiapkan dengan dekstrosa 5%,garam fisiologik atau ringer
laktat menurut rule of 6 yaitu 6 mg obat x BB (kg) dilarutkan dalam 100 ml,bila diinfuskan
dengan kecepatan 1 ml/jam. 2,3
Kadar hematokrit untuk memantau penggantian volume plasma
Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dan kadar
hematokrit turun.Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10 ml/kg berat badan /jam,dan
kemudian disesuaikan tergantung kehilangan plasma yang terjadi selama 24-48jam.Pemasangan
CVP kadang kala diperlukan pada pasien DSS guna mengetahui kebutuhan cairan.
Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun,sekitar 40
%.Jumlah urin 2 ml/kg berta badan /jam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaan sirkulasi
membaik.Pada umunya,cairan tetap diberikan pada saat terjadi reabsorpsi plasma dari
ekstravaskuler(ditandai dengan penurunan kadar hematokrit setelah pemberian cairan
rumatan),maka akan menyebabkan hipervolemia dengan akibat terjadi oedem paru dan gagal
jantung.Penurunan hematokrit pada saat reabsorpsi plasma ini jangan dianggap sebagai tanda
perdarahan ,tetapi dapat disebabkan oleh hemodilusi.Nadi kuat,tekanan darah normal,dieresis
cukup,tanda vital baik,merupakan tanda terjadinya fase reabsorpsi.2
Koreksi gangguan metabolic dan elektrolit
Hiponatremia dan asidosis metabolic sering menyertai pasien DBD/DSS ,maka pemeriksaan
analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu diperiksa .Pada umumnya,apabila penggantian
cairan plasma diberikan secepatnya dan dilakukan koreksi pada asidosis dengan natrium
bikarbonat,maka perdarahan sebagai akibat DIC tidak akan terjadi sehingga heparin tidak
diperlukan.
Sedatif
Apabila pasien tampak gelisah ,dapat diberikan sedative untuk menenangkan pasien.Diusahakan
jangan memberikan obat yang bersifat hepatotoksik.Kloral hidrat diberikan peroral atau per
rectal dengan dosis 12,5-50 mg/kg berat badan ( tidak melebihi 1 gram).Keadaan gelisah sebagai
akibat dari keadaan perfusi jaringan yang kurang baik akan menghilang setelah pemberian cairan
secara adekuat.
Pemberian oksigen
Terapi oksigen 2 l /menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.Dianjurkan pemberian
oksigen dengan mempergunakan masker,tetapi harus diingat jangan sampai anak menjadi gelisah
pada saat dipasang masker oksigen.
Transfusi darah
Pemeriksaan golongan darah dan cross matching harus dilakukan pada setiap pasien
syok.Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% ke 40% )tanpa perbaikan klinis walaupun telah
diberikan cairan yang mencukupi,merupakan tanda adanya perdarahan.Pemberian darah segar
dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Plasma segar dan atau suspense
trombosit berguna untuk pasien dengan DIC yang menimbulkan perdarahan massif.DIC biasanya
terjadi pada syok berat dan menyebabkan perdarahan massif dan dapat menimbulkan
kematian.Pemeriksaan hematologi seperti waktu tromboplastin parsial,waktu protrombin dan
fibrinogen degradation product ( FDP ) harus diperiksa pada pasien syok untuk mendeteksi
terjadinya DIC serta menentukan derajat DIC.Pemeriksaan hematologis tersebut juga
menentukan prognosis.1,4
Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok,harus yakin benar bahwa penggantian volume intravascular telah
terpenuhi.Apabila diuresis belum mencukupi 2 ml/kg BB/jam,sedangkan cairan yang diberikan
sudah sesuai kebutuhan,maka selanjutnya dapat diberikan furosemid 1 mg/kg BB.Pemantauan
tetap dilakukan untuk jumlah diuresis,kadar ureum,dan kreatinin.Tetapi apabila diuresis belum
mencukupi ,pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik,maka pemasangan
CVP perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
Pemantauan
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dipantau dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil
pengobatan .Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah :
- Nadi,tekanan darah ,respirasi dan temperature harus dicatat setiap 15-30 menit sampai
syok teratasi.
- Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil
- Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan ,mengenai jenis cairan,jumlah
dan tetesan untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
- Jumlah dan frekuensi diuresis .
Kriteria memulangkan pasien : 1
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit > 50.000 / ul
Tidak dijumpai distress pernafasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis )
*Tata laksana Kasus DSS atau DBD derajat III atau IV dapat dilihat pada bagian lampiran.
Lampiran
INFEKSI VIRUS DENGUE
ASIMPTOMATIK SIMPTOMATIK
Demam yang tidak Demam Dengue Demam berdarah dengue
jelas penyebabnya ( kebocoran plasma )
( sindrom virus )
Tanpa dengan DBD tanpa syok DBD + syok
Perdarahan perdarahan ( DSS )
Demam Dengue Demam berdarah Dengue
Gambar 1 .Manifestasi infeksi virus Dengue
Sumber : WHO ,Geneva,1997 . 1
Dari sudut patofisiologi ,infeksi virus Dengue bergerak sesuai alur berikut : 1
Demam Dengue
Demam Berdarah Dengue derajat I – II – III – IV
Gambar 2.Patofisiologi infeksi dengue .
Infeksi virus dengue
Demam
Anoreksia
muntah
Manifestasi
perdarahan
hepatomegali Permeabilitas vaskuler meningkat
trombositopeni
Komplek AgAb
komplemen
dehidrasi Kebocoran plasma :
Hemokonsentrasi Hipoproteinemia Efusi pleura asites
hipovolemia
DIC syok
Perdarahan sal cerna anoksia asidosis
meninggal
Bagan Tata laksana kasus DSS atau DBD derajat III – IV. 1
DBD Derajat III & IV
1.oksigenasi ( berikan O2 2-4 L/menit )
2.Penggantian volume plasma segera ( cairan kristaloid isotonis )
Ringer Laktat/ringer asetat/NaCl 0,9%
20 ml/kgBB secepatnya ( bolus dalam 30 menit )
Evaluasi 30 menit,apakah syok teratasi ?
Pantau tanda vital tiap 10 menit
Catat balans cairan selama pemberian cairan intravena
Syok teratasi Syok tidak teratasi
Kesadaran membaik Kesadaran menurun
Nadi teraba kuat Nadi lembut /tidak teraba
Tekanan nadi > 20mmHg Tekanan nadi < 20 mmHg
Tidak sesak,akral hangat distress pernafasan,sianosis
Diuresis cukup 2 ml/kg bb/jam akral dingin,periksa GD
Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kg BB/jam 1.Lanjutkan cairan 20 ml/kgBB/jam
Evaluasi ketat : Tanda vital,perdarahan,
diuresis,Hb,Ht,Trombosit 2.Tambahkan koloid /plasma 10-20 ml/kgBB/jam
Stabil dalam 24 jam : tetesan 5ml/kgBB/Jam 3.koreksi asidosis ,evaluasi 1 jam
Syok teratasi syok belum teratasi
Tetesan 3 ml/kg BB/jam Ht turun Ht tetap tinggi
Infus stop tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi Transfusi darah segar koloid 20 ml/kgBB
10 ml /kgBB .
Daftar Pustaka
1.Tjokronegoro Arjatmo;Utama H ; Demam Berdarah Dengue ; Pelatihan Dokter Spesialis.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia . Jakarta , 1999.
2.Braunwald,Kasper,Hauser ; Principles of Internal Medicine ; Harrison’s ,16 th edition .
volume I ; Page 1170-73.
3.Hassan R;Alatas H ; Ilmu Kesehatan Anak .Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Volume II ; Jakarta .1985 .