Presentasi Azas Legalitas

Post on 01-Feb-2016

229 views 0 download

description

PIH

Transcript of Presentasi Azas Legalitas

Haydar KhakimArif Budi Kusuma

Sani Satriangga A.Aulina Hamidah

IrwansyahSerin Putriningtyas

Ahmad Mustafid

asas legalitas materiil, yaitu asas yang menurut hukum adat. Maka suatu perbuatan yang menurut hukum adat dianggap sebagai tindak pidana, walaupun tidak dicantumkan dalam undang-undang pidana, tetap dapat dianggap sebagai tindak pidana.

azaz Legalitas Materiil terdapat di dalam RUU KUHP dalam Pasal 2 (1) yang Berbunyi “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 (1) tidak mengurangi berlakunya hukum yang hidup dalam masyarakat yang menentukan bahwa seseorang patut di pidana walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan”

Asas legalitas formil, yaitu merupakan asas-asas yang tercantum dalam perundang-undangan yang tertulis. Maka, suatu tindakan/perbuatan hanya dapat dipidana apabila tindakan tersebut telah tercantum dalam perundang-undangan yang tertulis.

Yang menjadi landasan Hukum Azaz Legalitas Formil adalah terdapat di Pasal 1 (1) KUHP yang Berbunyi “Tiada suatu perbuatan dapat di pidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan”

Pengertian Penafsiran

-Dalam pengertian subjektif: apabila ditafsirkan seperti yang dikehendaki oleh pembuat undang-undang.-Dalam pengertian objektif: apabila penafsirannya lepas dari pada pendapat pembuat Undang-Undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.-Dalam pengertian sempit yakni apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yang sangat dibatasi-Dalam pengertian luas yakni apabila dalil yang ditafsirkan diberi penafsiran seluas-luasnya.

Pengertian Analogi

Apabila terhadap suatu perbuatan yang pada saat dilakukannya tidak merupakan Tindak Pidana di terapkan ketentuan Hukum Pidana yang berlaku untuk Tindak Pidana yang mempunyai sifat dan bentuk yang sama dengan perbuatan tersebut.

Menurut Prof. Andi Hamzah

Analogi di bagi menjadi 2 yaitu :a. Gesetz Analogi adalah analogi terhadap

perbuatan yang sama sekali tidak terdapat dalam ketentuan Pidana.

b. Recht Analogi adalah Analogi terhadap perbuatan yang mempunyai kemiripaan dengan perbuatan yang dilarang dalam ketentuan Hukum Pidana.

Jenis-jenis Penafsiran Dalam Hukum Pidana

1.    Penafsiran autentikAdalah penafsiran resmi yang diberikan oleh pembuat undang-undang. Misalnya:Pada pasal 98 KUHP ;”malam” berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit.Pasal 97 KUHP : Hari adalah waktu selama 24 jam dan yang di maksud dengan bulan adalah waktu selama 30 hari.

2.    Penafsiran historisPenafsiran historis (historische interpretatie) adalah cara menafsirkan suatu norma atau bagian/unsur norma dalam suatu peraturan perundang-undangan, yang didasarkan pada sejarah ketika peraturan perundang-undangan itu disusun dibicarakan di tingkat badan-badan pembentuk peraturan perundang-undangan.

3.    Penafsiran sistematisPenafsiran sistematis adalah suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan pasal-pasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan atau pada perundang-undangan hukum lainnya,atau membaca penjelasan suatu perundang –undangan,sehingga kita mengerti apa yang di maksud.Misalnya dalam peraturan perundang-undangan perkawinan yang mengandung azaz monogamy sebagai mana di atur dalam pasal 27 KUH perdata menjadi dasar bagi pasal 34,60,64,68 KUH Perdata dan 279 KUH Pidana.

4.    Penafsiran logisPenafsiran logis (logische interpretatie) adalah suatu macam penafsiran dengan cara menyelidiki untuk mencari maksud sebenarnya dari dibentuknya suatu rumusan norma dalam undang-undang dengan menghubungkannya (mencari hubungannya) dengan rumusan norma yang lain atau dengan undang-undang yang lain yang masih ada sangkut-pautnya dengan rumusan norma tersebut.

5.    Penafsiran gramatikalPenafsiran gramatikal (gramaticale intepretatie) disebut juga penafsiran menurut atau atas dasar bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Bekerjanya penafsiran ini ialah dalam hal untuk mencari pengertian yang sebenarnya dari suatu rumusan norma hukum atau bagian/unsurnya, dengan cara mencari pengertian yang sebenarnya menurut bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat yang bersangkutan.

6.    Penafsiran Sosiologis (teleologis)Penafsiran teleologis (teleologische intepretatie) adalah suatu penafsiran terhadap suatu rumusan atau bagian drai rumusan norma dalam UU berdasarkan maksud pembentuk undang-undang dalam merumuskan norma tersebut.

7.    Penafsiran analogisPenafsiran analogis adalah macam penafsiran terhadap suatu rumusan norma atau bagian/unsur suatu norma tertentu dalam UU dengan cara memperluas berlakunya suatu norma dengan mengabstraksikan rasio ketentuan itu sedemikian rupa luasnya pada suatu kejadian konkret tertentu yang sesungguhnya tidak termasuk dalam isi dan pengertian dari norma itu.

8.    Penafsiran ekstensifPenafsiran ekstensif yaitu penafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam peraturan sehingga suatu peristiwa dapat dimasukan.

9.Penafsiran a contrario(menurutperingkaran) Penafsira a

contrarioadalahpenafsiransuatupenafsiran yang dilakukandengancaramemberikanperlawananpengertianantarapengertiankonkret yang dihadapidanperistiwa yang di aturdalamundang-undang.Sehinggadenganberdasarkanperlawananpengertianitudapat di ambilkesimpulanbahwaperistiwa yang dihadapiitutidak di liputiolehundang-undang yang di maksudatauberada di luarketentuanundang-undangtersebut.

10.PenafsiranRestriktif

PenafsiranrestriktifadalahSuatupenafsiran yang di lakukandengancaramembatasiataumempersempitarti kata-kata yang terdapatdalamperaturanperundang-undangan. Misalnya; Kerugianhanyaterbataspadakerugianmaterilsajasedangkankerugianimmateriilnyatermasukdidalamnya.

11.Penafsiran Nasional

Penafsirannassionaladalahpenafsiran yang meniliksesuaiyidaknyadengansistemhukum yang berlaku .Mislnya :HakmilikPasaal 570 KUHS sekarangharusditafsirkanmenuruthakmiliksistemhukum Indonesia.

Perbedaan Analogi dan Penafsiran Analogi adalah penafsiran suatu perbuatan

yang bukan merupakan suatu tindak pidana namun di jadikan suatu tindak pidana berdasarkan kemiripan terhadap suatu tindak pidana yang terdapat dalam undang undang. Yang kedua (analogi) sudah tidak berpegang kepada aturan yang ada lagi melainkan kepada inti, rasio daripadanya. Oleh karena itu ini yang bertentangan dengan azas legalitas. Sebab asas ini mengharuskan adanya suatu peraturan sebagai dasar.

Penafsiran adalah cara yang digunakan oleh seorang hakim untuk memenuhi kebutuhan dan kekosongan hukum,karena bahasa yang digunakan dalam undang undang sering bersifat singkat dan umum sehingga sulit dipahami maksudnya. Akibatnya dilakukanlah penafsiran tentang maksud sebenarnya dari undang-undang tersebut