Post on 22-Dec-2015
PRE PLANNINGKEGIATAN PENYULUHAN TENTANG PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH
TANGGA DI RW 08 KELURAHAN MERANTI PANDAK KECAMATAN RUMBAI
PESISIRKOTA PEKANBARU
OLEH:
KELOMPOK II
FADHLI AHMAD, S.Kep
RHOMADONA ADIAKA.D.P,S.Kep
YOSSI ISMAYA, S.Kep
MEGA APRIWINARTI, S.Kep
PURWATI, S.Kep
FITRI NILA HANDAYANI, S.Kep
SAFRA RIA KURNIATI, S.Kep
EVA NURLIS, S.Kep
RHAUDATUL JANNAH, S.Kep
YANTI EKA WATI, S.Kep
PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA DAN GERONTIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2011
PRE PLANNING KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH
TANGGA DI RW 08 KELURAHAN MERANTI PANDAK KECAMATAN RUMBAI
PESISIR
A. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang dari aktivitas manusia. Sampah yang berasal dari pemukiman
terdiri dari sisa – sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, serta bekas
pembungkus (kertas, plastik, daun, dan sebagainya). Apabila tumpukan sampah rumah
tangga dibiarkan begitu saja akan mendatangkan binatang-binatang yang dapat
menjadi vektor penyakit seperti: lalat, kecoa, lipas, kutu, nyamuk dan lain-lain
(Soemarwoto, 2000).
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16
menyatakan bahwa masyarakat bertanggungjawab sebagai produsen timbulanya
sampah. Diharapkan masyarakat sebagai sumber sampah yang beresiko sebagai
sumber pencemaran lingkungan, untuk ikut serta dalam sistem pengelolaan sampah
(Syafruddin, 2004)
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu
dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumberdaya yang
mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos,
pupuk ataupun untuk bahan baku industri (Murbandono, 2001). Pengelolaan sampah
dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah.
Namun, pengelolaan sampah tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah
dengan “kumpul, angkut, buang” ke TPA saja, tetapi harus dilakukan secara
komprehensif dan terpadu. Sehingga sampah dapat memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah
perilaku masyarakat.
Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah
diberlakukan. Setiap rumah tangga sebagai penghasil sampah tidak bisa lagi
mengabaikan urusan sampahnya dengan alasan sudah membayar iuran kebersihan.
Dalam upaya mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di
masa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman
yang sehat. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi
yang dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih
dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya (PerMen
PU nomor: 21/PRT/M/2006).
Visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan Departemen
Kimpraswil, yaitu “Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah”
menggambarkan keinginan terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan
sehat. Secara umum, menurut Peraturan Menteri PU nomor: 21/PRT/M/2006,
daerah yang mendapatkan pelayanan persampahan yang baik akan dapat
ditunjukkan memiliki kondisi sebagai berikut:
a. Seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang
dihasilkan dari aktifitas sehari-hari, baik di lingkungan perumahan,
perdagangan, perkantoran, maupun tempat-tempat umum lainnya.
b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah
yang dihasilkan dapat ditangani secara benar.
c. Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah
yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diare, tipus,
disentri, dan lain-lain; serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran
udara, air atau tanah.
d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh
manfaat bagi kesejahteraannya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data kesehatan di RW 08 Kelurahan Meranti
pandak diperoleh data dari 145 keluarga, mayoritas mengolah sampah dengan cara
diangkut petugas 121 KK (83,45%), keluarga mengolah sampah keluarga dengan
cara dibakar 11 KK(7,59%), dibakar dan diangkat petugas 10KK (6,9%), dibakar
dan di timbun 1KK (0,69). Namun masih ditemukan keluarga yang membuang
sampah sembarangan 1 orang (0,69%). Penyakit yang dialami keluarga dalam 3
bulan terakhir akibat masalah kesehatan lingkungan antara lain batuk pilek
sebanyak 114 orang (19,2%), demam sebanyak 105 orang (17,7%), diare sebanyak
10 orang (1,7%), dermatitis sebanyak 9 orang (1,5%) dan tifus sebanyak 1 orang
(0,2%).
Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah perlu dilakukan salah satunya
melalui pengetahuan mengenai dampak sampah bagi kesehatan, pengelolaan
sampah dan cara mengatasi dampak pengelolaan sampah yang tidak baik. Sebagai
tindak lanjut dari masalah diatas, mahasiswa Praktek Profesi Keperawatan
Komunitas PSIK UR merasa perlu untuk memberikan penguluhan tentang
pengelolaan sampah kepada masyarakat di RW 08 Kelurahan Meranti Pandak
Kecamatan Rumbai Pesisir
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan penyuluhan tentang pengolahan sampah selama 1 x 30 menit
diharapkan masyarakat mampu memahami tentang cara pengolahan sampah
rumah tangga
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pengolahan sampah rumah
tangga di wilayah RW 08 Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai
Pesisir diharapkan masyarakat mampu :
a. Mengidentifikasi berbagai macam jenis sampah rumah tangga RW 08
Kelurahan Meranti Pandak.
b. Mengolah sampah rumah tangga yang ada di RW 08 Kelurahan Meranti
Pandak.
c. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan dari sampah
rumah tangga.
d. Mampu mengolah sampah rumah tangga menjadi hal yang berguna
C. PELAKSAAN KEGIATAN
1. Judul kegiatan
Penyuluhan tentang pengolahan sampah rumah tangga di RW 08 Kelurahan
Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir.
2. Sasaran kegiatan
Seluruh masyarakat di RW 08 Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan
Rumbai Pesisir.
3. Target
a. Ketua RW 08 Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir
b. Seluruh Ketua RT di RW 08 Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan
Rumbai Pesisir
c. Pengurus RW SIAGA “MERANTI INDAH”di RW 08 Kelurahan
Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir
d. Masyarakat di RW 08 Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai
Pesisir
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
5. Media dan alat
a. Laptop
b. TOA
c. LCD
6. Waktu dan tempat
Kegiatan akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu/ 2 Maret 2011
Waktu : 14.00 wib s/d selesai
Tempat : Mushalla Baitu Raihan di RW 08 Kelurahan Meranti
Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir
7. Kepanitiaan
Moderator : Fadhli Ahmad
Leader : Dinas Kesehatan Pekanbaru
Fasilitator : Rhomadona A.D.P, Rhaudatul Jannah, Mega
Apriwinarti, Purwati, Eva Nurlis, Yossi Ismaya.
Observer : Yanti Eka putri, Fitri Nila Handayani
Dokumentasi : Safra Ria Kurniati
8. Pengorganisasian
a. Setting tempat
Keterangan :
: Moderator
: Pemateri
: Masyarakat
: Fasilitator
:Observer
Layar ProyektorLayar Proyektor
LCDLCD
MM
MM
b. Susunan acara
No Waktu Kegiatan Pengisi Acara
1 14.00 -14.05 Pembukaan Yanti Eka Wati
2 14.05 -14.10 Pembacaan Tilawah Rhomadona A.D.P
3 14.10 -14.20 Perlaksanaan:
- Kata sambutan dari
ketua RW Siaga
Abu Bakar
4 14.20 -15.00 Penyampaian Materi tentang
pengolahan sampah rumah
tangga
Dinas Kesehatan
5 15.00 -15.30 Tanya Jawab Fadhli Ahmad
6 15.30 -15.35 Penutup Yanti Eka Wati
c. Evaluasi
1. Struktur
Persiapan dilaksanakan 2 minggu sebelum kegiatan dan undangan
disebarkan 3 hari sebelum kegiatan.
2. Proses
Diharapkan acara berjalan lancar dan kehadiran 100% dari jumlah
undangan.
3. Hasil
Masyarakat dapat mengetahui tentang pengolahan sampah rumah tangga.
d. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang disampaikan
d. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
e. Mengatur jalannya diskusi
2. Leader
Menyampaikan materi penyuluhan tentang pengelolaan sampah
3. Co Leader
Membantu leader saat presentasi
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
c. Membuat absensi penyuluhan
5. Observer
a. Mengamati hasil penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah
b. Mencatat hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan
c. Membuat laporan hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan
6. Dokumentasi
Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan
e. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Seluruh penjahit yang di Undang
menghadiri acara penyuluhan
b. Tempat, waktu, media dan alat telah
tersedia sesuai rencana
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai
perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
b. Peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan penyuluhan
c. 100% peserta berperan aktif selama jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil
Masyarakat memahami tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar
URAIAN MATERI
A. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Dalam upaya menciptakan
lingkungan yang sehat, ada enam indikator utama yaitu sanitasi air bersih,
kepemilikan rumah sehat, penyehatan lingkungan dan jamban keluarga,
penyehatan tempat pembuangan sampah, penyehatan tempat pembuangan
limbah, dan penyehatan tempat-tempat umum. (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Hendrik L. Blum (2003), ada 4 faktor utama yang sangat
mempengaruhi status kesehatan individu yaitu keturunan, lingkungan,
perilaku, dan pelayanan kesehatan. Perubahan kesehatan individu ini
tentunya akan menghambat upaya pembangunan kesehatan masyarakat.
B. Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi yang dibuang oleh
pemiliknya atau pemakainya semula (Prihanto, dkk, 2006). Sampah rumah
tangga adalah segala sesuatu baik berupa bahan atau benda yang sudah tidak
mempunyai nilai lagi. Sampah rumah tangga terbagi menjadi dua golongan,
yaitu sampah yang mudah terurai secara alami dan yang tidak mudah terurai
secara alami.
C. Penggolongan sampah
Menurut Prihanto (2006) sampah dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Sampah organik
Sampah yang terdiri dari bahan penyusun hewan dan tumbuhan
digolongkan kedalam sampah organik. Selain hewan dan tumbuhan juga
ada komponen lainnya yaitu sisa makanan ,pembungkus (selain kertas,
karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Sampah
organik bisa didaur ulang dan ada yang tidak bisa didaur ulang.
Contoh sampah organik bisa didaur ulang: kertas, kardus, koran, majalah,
dll
Contoh sampah organik yang tidak bisa didaur ulang: sisa makanan,
daun, sisa sayuran, dll.
2. Sampah non-organik
Sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui digolongkan
kedalam sampah anorganik, seperti mineral, eksplorasi minyak dan
proses industri. Pada umumnya sampah ini tidak dapat diuraikan atau
sulit diuraikan secara alami.
Contoh sampah non-organik bisa didaur ulang: logam (besi, alumunium,
tembaga), botol, bekas botol minuman, kaleng, plastik, kaca, dll.
Contoh sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang: plastik yang
tidak bisa didaur ulang, baterai bekas, dll.
Skema. 1. Penggolongan sampah rumah tangga
D. Penanganan sampah rumah tangga
Kehadiran sampah dalam hidup kita merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindarkan karena setiap kegiatan manusia pasti akan menimbulkan sampah.
namun penanganan sampah rumah tangga dapat menguntungkan manusia,
melalui:
1. Didaur ulang/ dijual
Dalam proses daur ulang sampah-sampah yang sekiranya masih dapat
diolah kembali, dipungut dan dikumpulkan menurut jenisnya. Misalnya
kertas, pecahan kaca, botol bekas, logam-logam dan plastik. Dari bahan-
bahan itu dapat diolah menjadi karton, kardus pembungkus, alat-alat
rumah tangga dan lain-lain. Kompos adalah bahan organik yang telak
lapuk, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dadak
padi, batang jagung, dan lain-lain (Murbandono, 2001). Kompos dapat
terjadi dengan sendirinya melalui proses alami, namun proses ini
berlangsung dalam waktu yang lama. Untuk mempercepat proses
pembusukan (pembentukan kompos) dapat dilakukan dengan rekayasa
manusia. Fungsi kompos antara lain sebagai pupuk penyubur tanah,
penahan air hujan, tempat penyimpanan bahan makanan dan alat untuk
memperbaiki struktur tanah.
2. Kompos
a. Sampah organik akan mengalami perlakuan lebih lanjut untuk dibuat
kompos. Dengan tahap-tahap pembuatan kompos sebagai berikut:
- sampah organik dipotong kecil-kecil untuk meningkatkan luas kontak
sampah dengan biostarter.
- Sampah yang sudah berukuran kecil ditimbun dalam tong sampah
khusus
- Setiap 2-3 hari sekali sampah disemprot dengan biostarter, misalnya
stardect.
- Setelah tong penuh dengan sampah kemudian ditutup. Sebelumnya
sampah
diberi pemberat, agar air dapat keluar dari sampah dan sampah menjadi
padat/kering.
- Satu bulan setelah ditutup, sampah sudah siap dipanen untuk dijadikan
kompos, dengan terlebih dahulu sampah tersebut diayak.
b. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi:
- berwarna coklat tua hingga kehitaman
- remah, tidak menggumpal
- tidak larut dalam air
- suhu sama atau mendekati suhu lingkungan
- tidak berbau busuk
3. Makanan ternak
4. Pembuatan biogas
Penanganan sampah yang kurang menguntungkan, melalui:
1. Petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan.
2. Membuang sampah ke sungai/ selokan
3. Ditumpuk atau ditimbun
4. Dibakar
E. Dampak pengelolaan sampah yang tidak baik
Pengelolaan sampah rumah tangga yang kurang memadai (pembuangan
sampah tidak terkontrol) dapat menimbulkan dampak buruk bagi manusia.
Beberapa dampak dari penanganan sampah yang tidak baik, yaitu:
1. Membuang sampah ke sungai/ selokan
Pembuangan sampah‐sampah ke sungai akan menyebabkan pencemaran
terhadap air sungai tersebut. Pembuangan sampah ke sungai akan
mengakibatkan terhambatnya proses air tanah. Sampah‐sampah plastik
yang tidak bisa diuraikan oleh tanah akan mengakibatkan menumpuknya
sampah. Disaat musim hujan tiba, sampah akan meningkatkan tekanan air
dan menyumbat aliran sungai sehingga air meluap kepermukaan dan akan
menyebabkan banjir.
2. Ditumpuk atau ditimbun
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan tempat yang baik bagi
perkembangan organisme penyebar penyakit seperti tikus, nyamuk dan
lalat (Soemarwoto, 2000). Hal ini bisa mengakibatkan meningkatnya
penyakit infeksi saluran pencernaan, kolera, tifus, disentri, dll melalui
lalat, kecoa, dan meningkatnya penyakit demam berdarah, dll.
3. Dibakar
Pembakaran sampah di pekarangan rumah lebih praktis, tapi dalam
jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan polusi udara. Sehingga
merugikan individu yang bersangkutan seperti gangguan pernafasan
(batuk, asma, TBC), komunitas, dan lingkungan secara keseluruhan.
F. Dampak sampah rumah tangga
1. Bagi kesehatan manusia
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan tempat yang baik bagi
perkembangan organisme penyebar penyakit seperti tikus, nyamuk dan
lalat (Soemarwoto, 2000). Penularan penyakit dapat terjadi secara
langsung maupun secara tidak langsung yaitu melalui udara, air minum
dan makanan. Menurut Ryadi (2000), berbagai macam penyakit yang
diakibatkan oleh sampah yaitu: diare, kholera, tifus, malaria, scabies,
panu dan disentri.
2. Bagi sosial dan ekonomi
Pembuangan sampah rumah tangga yang sembarangan bisa menyebabkan
bau yang tidak sedap, suasana kumuh, dan kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi manusia. Menurut Soemarwoto (2000), sampah
rumah tangga yang tidak tertangani akan mengakibatkan berkurangnya
keindahan lingkungan diikuti dengan bau busuk. Bila lingkungan sudah
sedemikian rupa maka akan mengurangi sumberdaya kehidupan dalam
sektor kepariwisataan.
3. Bagi lingkungan
Kemajuan teknologi mengakibatkan tanah, air dan udara digunakan
secara terus-menerus, sehingga sampah yang ditimbulkan semakin
menumpuk dan pada akhirnya mengganggu keseimbangan lingkungan.
Apabila keseimbangan lingkungan terganggu akan mengakibatkan
bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Apalagi jika sampai dalam taraf
pencemaran atau polusi tanah, air dan udara maka akan sangat
mengganggu kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, (2006), Permen PU nomor: 21/PRT/M/2006 tentangKebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem PengelolaanPersampahan (KSNP-SPP), Jakarta.di peroleh tanggal 17 Februari 2011 dari http:// www.scrib.com
Murbandono. (2001). Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.
Notoatmodjo. (2007). Kesehatan masyarakat; ilmu dan seni. Jakarta: PT. Rineka cipta.
Prihanto, D. dkk. (2006). Sampah dan Pengelolaannya. Malang: PTPGT-VEDC
Malang.
Ryadi, A.L. (2000). Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Karya Anda.
Soemarwoto, O. (2000). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djembatan
Syafrudin, (2004), Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat(Kajian Awal Untuk Kasus Kota Semarang), Makalah pada DiskusiInteraktif: Pengelolaan Sampah Perkotaan Secara Terpadu, ProgramMagister Ilmu Lingkungan UNDIP