Pre Planning an.w

37
LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PERAWATAN PADA An. W MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TERAPI PIJAT PIPI DI DUSUN TROGOWETAN RT 01/ RW 04 DESA ANTIROGO KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perawatan Klien di Rumah Oleh Yulia Martha Fandiani NIM 122310101029

description

pre plann

Transcript of Pre Planning an.w

Page 1: Pre Planning an.w

LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PERAWATAN PADA An. W

MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TERAPI PIJAT PIPI DI

DUSUN TROGOWETAN RT 01/ RW 04 DESA ANTIROGO

KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perawatan Klien di Rumah

Oleh

Yulia Martha Fandiani

NIM 122310101029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Pre Planning an.w

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah anugerah yang paling indah yang selalu diidam-idamkan oleh

setiap pasangan suami istri. Sejalan dengan pertumbuhannya anak akan

mengalami proses perkembangan. Mereka akan mulai belajar tengkurap,

merangkak, berdiri, kemudian berjalan dan berlari. Begitupun juga dengan

kemampuan berbahasa dan berbicara, seorang anak akan mengalami

perkembangan sesuai dengan masa tumbuh kembangnya. Namun hal itu

terkadang hal itu tidak sesuai dengan harapan. Hal itu dapat ditemui dari awal

kelahiran dan terkadang di tengah masa perkembangan. Salah satunya adalah

gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu penyebab gangguan

perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Penyebab keterlambatan

bicara sangat luas dan banyak, gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang

berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik.

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh

sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya

merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama

setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan

karena proses fungsional, maka gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena

bukan sesuatu yang ringan.

Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan

perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin

hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka

kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10% pada anak sekolah.

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan banyak, terdapat beberapa

resiko yang harus diwaspadai untuk lebih mudah terjadi gangguan ini. Semakin

dini kita mendeteksi kelainan atau gangguan tersebut maka semakin baik

pemulihan gangguan tersebut. Semakin cepat diketahui penyebab gangguan bicara

dan bahasa pada maka semakin cepat stimulasi dan intervensi dapat dilakukan

pada anak tersebut. Deteksi dini gangguan bicara dan bahsa ini harus dilakukan

Page 3: Pre Planning an.w

oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini, mulai dari orang

tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak

yang merawat anak tersebut.

Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif,

sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa

pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan

memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat

dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan

bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam

bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ

yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor

ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang

didengar atau ditujukan kepada anak tersebut.

Dengan demikian penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan

medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Biasanya hal ini memerlukan

penanganan multi disiplin ilmu di bidang kesehatan, di anataranya dokter anak

dengan minat tumbuh kembang anak, rehabilitasi medik, neurologi anak, alergi

anak, dan klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan. Dari fenomena yang telah

dijabarkan diatas hal ini terkait dengan pembuatan preplanning yang dibuat oleh

penulis pada klien yang mengalami hambatan dalam berbicara pada usia 3 tahun 5

bulan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam kegiatan

yang akan dilakukan ini adalah Perawatan klien dirumah pada An. W melalui

pendidikan kesehatan dan terapi pijat pipi di Dusun Trogowetan Desa Antirogo

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

Page 4: Pre Planning an.w

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memberikan perawatan bagi klien

di rumah pada An. W melalui pendidikan kesehatan dan terapi pijat pipi di Dusun

Trogowetan Desa Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dibuatnya preplanning ini ialah

sebagai berikut:

1. An. W mampu menunjukkan perkembangan dalam berbahasa dan

berbicara;

2. keluarga mengerti mengenai kondisi yang dialami oleh An. W

3. keluarga mampu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat terapi pijat pipi;

4. keluarga mampu mempraktikan langkah-langkah untuk melakukan terapi

pijat pipi pada An. W.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan preplanning ialah sebagai

berikut:

1. menambah pengetahuan Keluarga An.W tentang kondisi yang dialami oleh

klien;

2. menambah keterampilan keluarga An. W dalam mempraktikan teknik

terapi pijat pipi dengan tepat.

Page 5: Pre Planning an.w

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya

proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem

organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih, 1994).

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perlembangan anak.

Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan

pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,

psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak.

Speech delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara

pada anak yang diharapkan bisa dicapai pada usia kronologisnya. Dengan kata

lain, perkembangan anak (dalam hal bicara) tertinggal beberapa bulan dari teman-

teman seusianya. Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab

gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.

2.2 Epidemiologi

Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan

perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin

hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka

kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10% pada anak sekolah.

Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh

anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5-8 % dari anakanak prasekolah.

Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Dan hal ini pula

yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini

semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa

Page 6: Pre Planning an.w

gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal dan

sebanyak 60% dari kasus yang ditemukan terjadi secara spontan pada anak

berumur dibawah 3 tahun. Beberapa data juga menunjukkan angka

kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara cukup tinggi. Silva

(1980) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung menemukan bahwa 8,4%

anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung (1999)

di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%. Di Amerika Serikat, perkiraan

keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5 % anak usia sekolah, yang

meliputi gangguan suara sebanyak 3 % dan gagap sebesar 1 %. Insidensi anak

usia Sekolah Dasar yang mengalami gangguan artikulasi adalah sekitar 2-3 %.3

Di Poliklinik Tumbuh Kembang anak RS Dr. Kariadi dari bulan

Januari 2007 sampai Desember 2007 diperoleh dari 436 kunjungan baru

terdapat 100 anak (22,9 %) dengan keluhan gangguan bicara dan

berbahasa ( Hidajati, 2009 : 13 ). Anak yang mengalami kelainan berbahasa

pada masa pra-sekolah, 40% hingga 60% akan mengalami kesulitan

dalam bahasa tulisan dan mata pelajaran akademik. Sidiarto L (2002)

menyebutkan bahwa anak yang dirujuk dengan kesulitan belajar spesifik, lebih

dari 60% mempunyai riwayat keterlambatan bicara. Sedangkan Rice (2002)

menyebutkan, apabila hal ini tidak diatasi sejak dini, 40%-75% anak akan

mengalami kesulitan untuk membaca. Itulah sebabnya pencegahan dan deteksi

dini gangguan perkembangan berbahasa pada anak sangat penting ( Hidajati,

2009). Pada perkembangan bahasa sendiri merupakan salah satu parameter dalam

perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan

kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.

2.3 Etiologi

Kemampuan dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik

(anak) dan faktor ekstrinsik (psikososial). Faktor intrinsik ialah kondisi

pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam

kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor ekstrinsik dapat berupa

stimulus yang ada di sekeliling anak, misalnya perkataan yang didengar atau

Page 7: Pre Planning an.w

ditujukan kepada si anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1) Faktor Intrinsik

a) Retardasi mental

Retardasi mental merupakan penyebab paling umum dari

keterlambatan bicara, tercatat lebih dari 50% dari kasus.32 Seorang anak

retardasi mental menunjukkan keterlambatan bahasa menyeluruh,

keterlambatan pemahaman pendengaran, dan keterlambatan motorik.

Secara umum, semakin parah keterbelakangan mental, semakin lambat

kemampuan komunikasi bicaranya. Pada 30%-40% anak-anak dengan

retardasi mental, penyebabnya tidak dapat ditentukan. Penyebab retardasi

mental diantaranya cacat genetik, infeksi intrauterin, insufisiensi

plasenta, obat saat ibu hamil, trauma pada sistem saraf pusat, hipoksia,

kernikterus, hipotiroidisme, keracunan, meningitis atau ensefalitis, dan

gangguan

b) Gangguan pendengaran

Fungsi pendengaran dalam beberapa tahun pertama kehidupan

sangat penting untuk perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan

pendengaran pada tahap awal perkembangan dapat menyebabkan

keterlambatan bicara yang berat. Gangguan pendengaran dapat berupa

gangguan konduktif atau gangguan sensorineural. Tuli konduktif

umumnya disebabkan oleh otitis media dengan efusi. Gangguan

pendengaran tersebut adalah intermiten dan rata-rata dari 15dB sampai 20

dB.35 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan

gangguan pendengaran konduktif yang berhubungan dengan cairan pada

telinga tengah selama beberapa tahun pertama kehidupan berisiko

mengalami keterlambatan bicara.35,36 Gangguan konduktif juga dapat

disebabkan oleh kelainan struktur telinga tengah dan atresia dari canalis

auditoris eksterna. Gangguan pendengaran sensorineural dapat disebabkan

oleh infeksi intrauterin, kernikterus, obat ototosik, meningitis bakteri,

hipoksia, perdarahan intrakranial, sindrom tertentu (misalnya, sindrom

Page 8: Pre Planning an.w

Pendred, sindrom Waardenburg, sindrom Usher) dan kelainan kromosom

(misalnya, sindrom trisomi). Kehilangan pendengaran sensorineural

biasanya paling parah dalam frekuensi yang lebih tinggi.

c) Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang terjadi

sebelum anak mencapai usia 36 bulan. Autisme ditandai dengan

keterlambatan perkembangan bahasa, penyimpangan kemampuan untuk

berinteraksi, perilaku ritualistik, dan kompulsif, serta aktivitas motorik

stereotip yang berulang. Berbagai kelainan bicara telah dijelaskan, seperti

ekolalia dan pembalikan kata ganti. Anak-anak autis pada umumnya gagal

untuk melakukan kontak mata, merespon senyum, menanggapi jika

dipeluk, atau menggunakan gerakan untuk berkomunikasi. Autisme tiga

sampai empat kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak

perempuan.

d) Mutasi selektif

Mutasi selektif adalah suatu kondisi dimana anak-anak tidak berbicara

karena mereka tidak mau. Biasanya, anak-anak dengan mutasi selektif

akan berbicara ketika mereka sendiri, dengan teman-teman mereka, dan

kadang-kadang dengan orang tua mereka. Namun, mereka tidak berbicara

di sekolah, dalam situasi umum, atau dengan orang asing. Kondisi tersebut

terjadi lebih sering pada anak perempuan daripada anak laki-laki.36 Secara

signifikan anak-anak dengan mutasi selektif juga memiliki defisit

artikulatoris atau bahasa. Anak dengan mutasi selektif biasanya

memanifestasikan gejala lain dari penyesuaian yang buruk, seperti kurang

memiliki teman sebaya atau terlalu bergantung pada orang tua mereka.

Umumnya, anak-anak ini negativistik, pemalu, penakut, dan menarik diri.

Gangguan tersebut bisa bertahan selama berbulan-bulan sampai bertahun

tahun.

e) Cerebral palsy

Page 9: Pre Planning an.w

Keterlambatan bicara umumnya dialami oleh anak dengan cerbral

palsy. Keterlambatan bicara terjadi paling sering pada orang-orang dengan

tipe athetoid cerebral palsy. Selain itu juga dapat disertai atau dikombinasi

oleh faktor-faktor penyebab lain, diantaranya: gangguan pendengaran,

kelemahan atau kekakuan otot-otot lidah, disertai keterbelakangan mental

atau cacat pada korteks serebral.

f) Kelainan organ bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan

mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft

palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.Pada lidah

pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan

mengucapkan huruf ”t”, ”n”, dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula

mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z”, dan ”th”. Kelainan

bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa

rinolalia aperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi

seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.11

2) Faktor Ekstrinsik (Psikososial)

Dalam keadaaan ini anak tidak mendapatkan rangsangan yang cukup

dari lingkungannya. Anak tidak mendapatkan cukup waktu dan kesempatan

berbicara dengan orang tuanya. Hasil penelitian menunjukkan stimulasi yang

kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa yaitu keterlambatan bicara,

tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut

juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa

dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi

juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.Berbagai

macam deprivasi psikososial yang mengakibatkan keterlambatan bicara

adalah:

a) Lingkungan yang Sepi

Page 10: Pre Planning an.w

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru.

Bila stimulasi bicara sejak awal kurang (tidak ada yang ditiru) maka akan

menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

b) Anak Kembar

Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih

buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain

saling memberikan lingkungan bicara yang buruk karena biasanya

mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka

saling meniru pada keadaan kemampuan bicara yang sama–sama belum

bagus.

c) Bilingualisme

Pemakaian 2 bahasa dapat menyebabkan keterlambatan bicara,

namun keadaan ini bersifat sementara. Smith meneliti pada kelompok anak

dengan lingkungan bilingualisme tampak mempunyai perbendaharaan

yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak

dengan kecerdasan yang tinggi.

d) Teknik Pengajaran yang Salah

Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan

keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak sebab

perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari

lingkungan.

e) Pola menonton televisi

Menonton televisi pada anak-anak usia batita merupakan faktor

yang membuat anak lebih menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton

televisi, anak akan lebih berperan sebagai pihak yang menerima tanpa

harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Akibatnya, dalam

jangka waktu tertentu, yang mana seharusnya otak mendapat banyak

stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudian memberikan feedback

kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah

televisi, maka sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan

terhambat perkembangannya.

Page 11: Pre Planning an.w

Gangguan berbicara dan Bahasa bermacam-macam yang melibatkan

berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan

lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain

sebagainya. Menurut Aram D.M (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara

pada anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini:

1. Lingkungan sosial anak

Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan

perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan

menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

2. Sistem masukan/input

Merupakan sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-

kinestetik dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting dalam

perkembangan bicara. Anak deng otitis media kronik dengan penurunan

daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima

ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli

oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli

neurosensorial, (infeksi intra uterin; sifilis, rubella, tolsoplasmosis,

sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi telinga luar, tuli

sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli perseptif/afasia sensorik (terjadi

kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian

yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme

infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga

akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat,

demikian juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi

gangguan artikulasi.

3. Sistem pusat bicara dan bahasa

Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,

inteprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan

kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya

merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada Sindrom Down.

Page 12: Pre Planning an.w

4. Sistem Produksi

Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan

mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas

untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara

melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

Menurut Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena

kehilangan pendengaran, infeksi kronik telinga, stroke atau trauma otak,

syndroms, retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan

postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses

auditory, keterlambatan perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau

gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan otot. Dalam

penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan lebih banyak

dialami pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat

bahwa secara umum laki-laki mempunyai kemampuan nonverbal yang lebih

bagus dibandingkan dengan kemampuan verbal. 

2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada anak yang mengalami keterlambatan bicara

(Speech Delay), diantaranya:

1. Kemampuan bicara dan bahasa (ekspresif)

a) Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan

terhadap suatu benda pada usia 20 bulan

b) Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan

c) Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan

2. Kemampuan bicara dan bahasa (reseptif)

a) Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,

misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons

b) Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau

ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan

c) Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan

Page 13: Pre Planning an.w

2.5 Pathway

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Page 14: Pre Planning an.w

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

A. Data Biografi

Klien

Nama : An. W

Tempat/Tangal Lahir : Jember, 10 Mei 2012

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Latar Belakang Budaya : Madura

Pendidikan : -

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Alamat : Dsn. Trogowetan RT 01/ RW 04 Desa

Antirogo Kec. Sumbersari

Keluarga

Nama Orang Tua/Istri/Suami : Sarifah

Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 5 Februari 1975

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Jumah Orang yang Tinggal Serumah : 6 orang

Pola Sehat – Sakit

Alasan Riwayat Masuk Rumah Sakit : -

Status Kesehatan Sekarang : mengalami keterlambatan bicara

Status Kesehatan Dahulu : lutut bengkak ketika berumur 2 hari

Status Kesehatan Keluarga : keluarga tidak mempunyai

riwayat penyakit yang sama

dengan yang dialami klien.

Status Sistem Fisiologi : Mengalami keterlambatan berbicara

Page 15: Pre Planning an.w

Pertimbangan Perkembangan : Fase falik/ genital namun klien

terlihat tidak tertarik untuk bermain

dengan lawan jenis, klien terkadang

merespon tetapi terkadang juga

tidak merespon ketika diajak untuk

berinteraksi

Pola Pemeliharaan Kesehatan

Pandangan Terhadap Kesehatan : Baik

Kebiasaan Pribadi : Ibu rutin ke posyandu, dan melakukan

terapi berjalan pada anaknya

Pola Tidur dan Terjaga : Tidur selama 12 jam, terjaga selama 12

jam

Latihan dan Aktifitas : Bermain

Rekreasi : Bermain

Nutrisi : Makan teratur

Stres dan Pola Pemecahan Masalah : Pemecahan masalah bergantung

pada orang tua

Sosial dan Ekonomi : Menengah ke atas

Pola Kesehatan Lingkungan :

Pola Kesehatan Kerja : -

Pola Peranan – Kekerabatan

Konsep Diri : Konsep diri baik, memiliki kepercayaan

diri dan tidak rendah diri

Latar Belakang Budaya, Spiritual, Agama: Berinisiatif mempelajari

tentang kebudayaan dan

agamanya, seperti budaya

madura dan mengaji

Pola Peranan – Kekerabatan dalam Keluarga : Berperan sebagai anak

Page 16: Pre Planning an.w

Pola Hubungan Seksual dan Reproduksi : Menerima kasih sayang

secara utuh dari kedua orang

tuanya

Pola Dukungan Sosial : Diterima dan mampu

bersosialisasi pada

lingkungannya

B. Pengkajian Fisik

Tanda – Tanda Vital

Keadaan Umum

Kesan Umum :

(√) Baik

( ) Buruk

() Cukup

( ) Sedang

( ) Dispneau

( ) Nyeri

Wajah

(√) Baik

( ) Trembling

( ) Ekspresi Datar

( ) Kelainan Bentuk

Kesadaran : Compos Mentis 15 (E4V5M6)

Penaksiran Usia : 3 Tahun 5 bulan

Bentuk Badan

( ) Kekar

( ) Obesitas

( ) Ramping

(√ ) Sedang

( ) Sangat Kurus

Cara Berbaring dan Bergerak : Lincah

Bicara:

( ) Jelas dan Lancar

( ) Pelan / Lemah

( ) Menonton

( ) Parau

( ) Cepat

( ) Kekerasan Naik

Turun

(√) tidak bisa bicara

Pakaian, Kerapian, dan Kebersihan Badan:

(√) Bersih ( ) Kotor ( ) Rapi

Page 17: Pre Planning an.w

( ) Berbau ( ) Serasi ( ) Parfum berlebih

Kulit, Rambut, Kuku

Inspeksi

Warna Kulit: coklat

Jaringan Parut: tidak ada

Warna rambut: hitam

Jumlah Rambut: persebaran merata

Warna Kuku: putih kecoklatan

Bentuk Kuku: normal

Palpasi

Suhu: normal

Kelembaban: Kering

Tekstur: Normal

Turgor: Normal

Edema: tidak ada

Lain-lain:-

Kepala

Inspeksi

Kesimetrisan Wajah: simetris

Tengkorak: Normal

Rambut: lurus

Kulit Kepala: Bersih

Palpasi

Kulit Kepala: tidak ada ketombe

Deformitas: tidak ada

Mata

Inspeksi

Bentuk Bola Mata: Bulat

Kelopak: tidak ada jejas

Konjungtiva: Merah muda

Sklera: Putih

Kornea: Bening

Iris: Hitam

Pupil Kanan : Isokor

Kiri : Isokor

Lensa: Normal

Gerakan: Simetris

Lapang Pandang: normal

Visus: normal

Palpasi

Tekanan Bola Mata: Normal

Telinga

Inspeksi

Daun Telinga: Normal

Liang: Tidak ada jejas, tidak ada

serumen

Membran Timpani: Putih bersih

Palpasi

Kartilago: Tidak ada nyeri

Page 18: Pre Planning an.w

Nyeri Tekan Tragus: Tidak ada nyeri

tekan

Uji Pendengaran: Normal

Hidung dan Sinus

Inspeksi

Bagian Luar: Tidak ada jejas

Bagian Dalam: Normal tidak ada

jejas

Ingus: -

Perdarahan: tidak ada

Penyumbatan: tidak ada

Palpasi

Septum: Tidak ada nyeri

Sinus: Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan

Mulut

Inspeksi

Bibir: Simetris

Gigi: Kurang bersih

Gusi: Merah muda

Lidah Membran Mukosa: Merah

Muda dan pendek, tidak bisa

menjulur kedepan

Faring Uvula: Tidak ada pembesaran

Tonsil: Tidak ada pembesaran

Palpasi

Pipi: Kenyal

Palatum: Tidak ada nyeri tekan

Dasar Mulut: Tidak ada nyeri tekan

Lidah: Tidak ada benjolan

Perkusi

Gigi: Pekak

Bau Mulut: -

Leher

Inspeksi

Bentuk Leher: Simetris, tidak ada

pembesaran

Warna Kulit: Sawo matang

Bengkak: Tidak ada

Tumor: Tidak ada

Tekanan Vena: Tidak ada

Gerakan: Normal

Palpasi

Kelenjar Limfe: Tidak ada

pembesaran

Kelenjar Tiroid: Tidak ada

pembesaran

Trakea: Gerakan Normal

Pembuluh darah: Tidak ada pulsasi

Page 19: Pre Planning an.w

Lain-lain: -

Pembuluh Darah

Inspeksi dan Palpasi

A. Temporalis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. Karotis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. brakialis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. radialis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. femoralis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. poplitea: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. tibialis posterior: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

A. dorsalis pedis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan

Dada

Inspeksi

Bentuk: Simetris

Retraksi: Normal

Kulit: Sawo Matang

Payudara: Pertumbuhan sesuai dengan usia

Lain-lain:-

Paru-Paru

Inspeksi: Kiri: Simetris Kanan: Simetris

Palpasi: Kiri: Tidak ada massa Kanan: Tidak ada massa

Perkusi: Kiri: Sonor Kanan: Sonor

Auskultasi: Kiri: Vesikuler,

Wheezing (-), Ronkhi (-)

Kanan: Vesikuler, wheezing (-),

Ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi: Tidak adanya pembesaran

Palpasi: Terdapat Iktus cordis

Perkusi: Redup

Auskultasi: suara BJ 1 (lup dub)

Abdomen

Inspeksi

Page 20: Pre Planning an.w

Bentuk: Simetris

Retraksi: Normal

Simetris: Normal

Kontur Permukaan: Normal

Penonjolan: Tidak ada

Auskultasi

Bising Usus: ada 5 x/menit

Bunyi Arteri: Tidak terdapat bunyi bruit

Bunyi Vena: Tidak terdapat bunyi vena

Lain-lain:-

Perkusi: Pekak

Palpasi

Ringan: Tidak ada massa

Dalam: Tidak ada benjolan

Hepar: Tidak ada pengerasan

Lain-lain:-

Limpa: tidak teraba

Ginjal: tidak teraba

Kandung Kemih: tidak teraba

Anus dan Rektum

Inspeksi: Tidak adanya hemoroid Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada

nyeri tekan

Alat Kelamin

Inspeksi: Tidak ada luka Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

Muskuloskeletal

Otot

Inspeksi

Ukuran: Normal, sesuai dengan usia

Kontraktur: Tidak ada

Kontraksi: Normal

Kekuatan: skala 5

Palpasi

Kelemahan: tidak ada bunyi krepitasi

Kontraksi: Normal

Gerakan: Normal

Lain-lain:-

Page 21: Pre Planning an.w

Tulang

Inspeksi

Susunan Tulang: Normal

Deformitas: Tidak ada

Pembengkakan: Tidak ada

Palpasi

Edema: Tidak ada

Nyeri tekan: Tidak ada

Persendian

Inspeksi

Kaku: Tidak ada

Rentang Gerak: Normal

Palpasi

Nyeri Tekan: Tidak ada

Bengkak: Tidak ada

Krepitasi: Tidak ada

Lain-lain:-

Page 22: Pre Planning an.w

Neurologi

Kesadaran: Compos mentis

Sensasi: Normal

Regulasi Integrasi: Normal

Pola Pemecahan Masalah / Penyesuaian Diri: Bergantung orang tua

3.2 Problem List

3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Gangguan komunikasi verbal

berhubungan dengan keterlambatan fisiologis anak dalam berbicara

Page 23: Pre Planning an.w

3.4 Intervensi

NURSING CARE PLAN GUIDE

HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL

DEFINISI: ASSESSMENT PLANNING EVALUATION

Universal Self

Care

Requisites

Nursing Diagnosis Expec ted

Outcomes

Nursing

Interventions

Rationale Outcome Assessment

Universal self-

care requisites:

air

Nursing

System:

Demonstration

DEFINITION:

Penurunan,

keterlambatan, atau

ketiadaan kemampuan

untuk menerima,

memproses,

mengirim, dan/atau

menggunakan sistem

simbol.

Patient will:

5. Komunikasi:

penerimaan,

intrepretasidan

ekspresi pesan

lisan, tulisan, dan

non verbal

meningkat

6. Gerakan

terkoordinasi:

1. Gunakan kartu

baca, kertas,

pensil, bahasa

tubuh, gambar,

dan lain-lain

untuk

memfasilitasi

komunikasi dua

arah yang

1. Menentukan

suara nafas dan

apakah terdapat

secret/lender di

jalan napas

2. Mengidentifikas

i adanya secret

atau lender

3. Mengeluarkan

secret pada

S: Ibu klien

mengatakan an. Q

batuk berdahak dan

pilek.

O: RR 30 kali/menit,

nadi 76 kali/menit, an.

Q tampak batuk

berdahak dan pilek.

A: Timbul masalah

keperawatan bersihan

Page 24: Pre Planning an.w

Problem: Hambatan

komunikasi verbal

Etiology: tidak

bicara.

Symptoms: sulit

bicara

mampu

mengkoordinasi

gerakan dalam

bentuk isyarat

7. keluarga mampu

mempraktikan

langkah-langkah

untuk melakukan

terapi pijat pipi

pada An. W.

optimal

2. Anjurkan

kunjungan

keluarga secara

teratur untuk

memberi

stimulus

komunikasi

3. Berikan

perawatan terapi

pijat wajah

secara konsisten

jalan nafas. jalan napas tidak

efektif.

P: Susun intervensi

keperawatan bersihan

jalan napas tidak

efektif.

Page 25: Pre Planning an.w

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Page 26: Pre Planning an.w

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Konsep Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Gunawan, Lani. 2001. Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Heni Rokhaeni, dkk. 2001s. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1. Jakarta: FKUI Media Aesculapius.

NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima Medika.