Post on 14-Feb-2015
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Pertolongan Pertama (PPGD)
Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat adalah serangkaian usaha-
usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam
rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Di luar negeri, PPGD ini
sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-
orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui
oleh masyarakat Indonesia. Melalui artikel ini, saya ingin sedikit
memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.
Prinsip Utama Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien
dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD
adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan
yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar- benar
efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan
nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat
mengakibatkan kematian).
Pertolongan Pertama tidak melakukan penanganan medis yang sesuai,
tetapi hanya memberi bantuan sementara sampai didapatkan (jika
diperlukan) perawatan medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih
tanpa perawatan medis. Pada kebanyakan kasus cedera dan penyakit
membutuhkan hanya perawatan pertolongan pertama. Dari semua tindakan
yang dilakukan selama pemeriksaan awal, penolong harus berhati-hati dan
tidak memindahkan korban bila tidak penting untuk menyelamatkan jiwa.
Semua gerakan yang tidak penting atau penanganannya yang kasar harus
dihindari karena dapat memperburuk cidera tulang belakang atau fraktur
yang tidak terdeteksi. Dalam rangka untuk memberikan pertolongan
1
pertama yang baik, penolong harus mampu mengidentifikasi cidera korban
atau sakit mendadak dan menentukan keparahannya.
Untuk mengetahui keparahannya, penolong harus mengikuti
pendekatan sistematisatau yang dikenal dengan istilah pengkajian korban.
Pengkajian korban bertujuan untuk
(1) Mendapatkan persetujuan/konsen dari korban (oral konsen, immplied
konsen, konsen dari polisi, atau pada keadaan darurat dari dapat
dilakukan tanpa ijin)
(2) Mendapatkan kepercayaan dari korban,
(3) Mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD
(4) Mendapat informasi tentang korban yang mungkin bermanfaat untuk
memberikan layanan kedaruratan medis (LKM).
Pengkajian korban secara medis dibagi menjadi dua langkah yaitu
Pemeriksaan primer yang meliputi A-B-C-(D-H) dalam PPGD dikenal dengan
singkatan A-B-C-D ( Airway – Breathing – Circulation – Disability ). Keempat
poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam
penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat. Kemudian Pemeriksaan
sekunder yang meliputi a. wawancara yang terdiri dari SAMPLE PAIN yaitu S =
Symtom(keluhan utama), A = Alergi, M = Medicine (Obat-obatan), P= Pain
(Penyakit terdahulu), L = Last Eat (Makan terakhir), E = Excidance (Peristiwa
yang terjadi sebelum kedaruratan), P = Periode nyeri (berapa lama), A = Area
(dimana), I = Intensitas, N = Nulitas, (apa yang menghentikannya); (2)
Pemeriksaan tanda- tanda vital (3) Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari
kepala hingga kaki dan Tag (Peringatan medis seperti dipakaikan kalung yang
menarik perhatian disaat terjadi keadaan darurat). Tag ini sebaiknya tidak
dilepaskan dari orang yang mengalami cedera atau sakit.
2
Persyaratan Dasar PPGD
Ada pasien tidak sadar
Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
Cek kesadaran pasien dengan melakukan metode AV-PU
Cara melakukan cek kesadaran pada pasien dengan metode AV-PU :
A (Alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V,
V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara
keras di telinga korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan
menggoyang atau menyentuh pasien)
P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling
mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku),
selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada
(sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital)
U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
1.1.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah tindakan penggabungan
penyelamatan pernafasan (dari mulut ke mulut) dengan kompresi dada
eksternal. Tujuan resusitasi jantung paru adalah mengusahakan sekuat
tenaga agar ventilasi dapat pulih kembali seperti sedia kala. RJP
bermanfaat untuk menyelamatkan korban serangan jantung, kasus
tenggelem, kekurangan nafas, tersengat listrik, dan kelebihan.
RJP dilakukan pada saat jantung dan pernapasan korban telah berhenti
bekerja. Penyelamatan pernapasan digunakan pada saat masih berdenyut
tetapi tidak ada pernafasan. Seorang dokter gigi seharusnya mampu
3
(1) Mengenali tanda-tanda serangan jantung, (2) Memberikan RJP, dan
(3) Menghubungi Layanan Kedaruratan Medis (LKM)
Tanda-tanda serangan jantung mencakup :
1. Nyeri dada atau rasa tak enak di bagian tengah dada (terutama
sebelah gigi), bisa menyebar ke bahu kiri, lengan kiri atas, leher kiri,
rahang, dada dengan, tengah dan perut kiri bagian atas; diikuti
perasaan tertekan, berat atau remuk yang berlangsung selama tak
lebih dari beberapa menit atau berlalu hilang dan kembali.
2. Sulit bernafas atau sesak nafas,
3. Demam (merasa dingin pada suhu panas)
4. Rasa kembung, salah cerna, atau perasaan tersedak
5. Mual atau muntah
6. Detak jantung yang cepat atau tak teratur
7. Pusing dan pingsan
1.1.2.1 Nafas Bantuan
Nafas bantuan adalah yang diberikan kepada pasien untuk
menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal
(frekuensi nafas orang dewasa muda adalah 12-20 kali per menit).
Jika frekuensi nafas : 6 kali permenit, maka harus diberi nafas
bantuan di sela setiap ns afas spontan sehingga total nafas
permenitnya menjadi normal (12 kali).
1.1.2.2 Nafas Buatan
Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama
denga nafas bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang
mengalami hentu nafas. Diberikan dua kali secara efektif agar dada
dapat mengembang.
4
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan
RJP yaitu :
(1) Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan,
(2) Harus ada tenaga lain yang dapat memolong.
(3) Posisi penderita.
(4) Membuat jalan nafas dan menjaga agar jalan pernapasan tetap
terbuka
(5) Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan nafas seperti
lidah, cairan lendir, muntah, yang mungkin dapat menghalangi
gerakan udara melalui faring, demikian pula ikat pinggang, BH
stagen harus dilonggarkan.
Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bilamana tindakan
RJP bilamana (1) denyut nadi arteri mulai teraba (2) mulai timbul
pernafasan spontan (3) secara bertahap kesadaran penderita pulih
kembali.
Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan
RJP efektif telah berlangsung 30 menit tetapi kriteria-kriteria berikut
masih dijumpai yaitu : (1) ketidaksadaran menetap , (2) tidak timbul
pernafasan spontan,(3) denyut nadi tidak teraba (4) pupil berdilatasi
menetap, atau (5) denyut nadi karotis telah teraba. Penghentian
resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah berhenti
selama 30 menit biasanya menunjukan kematian serebal, atau pasien
sudah menunjukan tanda-tanda kematian (kaku mayat), sehingga
resusitasi selanjutnya dipandang tidak berguna lagi. Faktor lain yang
mungkin dapat merupakan keputusan untuk menghentikan tindakan
RJP adalah kondisi penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat
5
lagi bantuan sudah datang dan atau perjanjian tertulis dengan pasien
dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitasi.
1.1.2.3 Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung
memompa darah ke seluruh tubuh. Pijat jantung dilakukan pada
korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung
umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.
1.1.2.4 Prosedur Standar RJP
(1) Bebaskan/longgarkan pakaian korban di daerah dada ( buka
kancing baju bagian atas agar dada terlihat)
(2) Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yang
mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien.
(3) Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
(a) Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra
clavicula)
(b) Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh
dari sepeda motor ),
(c) Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang
belakang bagian leher, Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda
kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian
leher/cervical. Cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena
disini terdapat syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia
(nafas dan denyut jantung),
(d) Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah
pernafasan dari mulut ke mulut,
(e) Jika tanda-tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas,
jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak
bergerak lagi (imobilitas) dan lakukan Jaw Thrust. Gerakan ini
dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada
6
tulang belakang bagian leher pasien.
(4) Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan
pemeriksaan kondisi Airway (jalan panas) dan Breathing
(pernafasan) pasien. Metode pengecekan nafas menggunakan
metode Look, Listen,dan Feet.
(a) Look :
Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah
gerakan tersebut simetris/tidak.
(b) Listen :
Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada
suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada
hambatan sebagian).
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan
nafas :
Snoring : Suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya
kebuntuan jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar
suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara
cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu
ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift ,
ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah. Lihatlah apaka ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (mis : gigi palsu dll). Pindahkan benda
tersebut.
Gargling : Suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan disebabkan oleh cairan (mis : darah), maka lakukanlah
cross-finger (sepeti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai
namanya menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain
untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
7
Crowing : Suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan tetap
lakukan manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika
suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan
nafas, maka dapat dilakukan :
1. Black Blow, sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul
menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula
dipanggung.
Back-blow pada bayi
2. Heimlich manuver, dengan cara ini memposisikan diri seperti
gambar, lalu menarik tangan kearah belakang atas,
8
Abdominal Thrust pada anak
Heimlich Manuver, posisi berbaring bagi orang tidak sadar
Heimlich Manuver, tangan digenggam dan dilakukan sendiri
9
3. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti pada gambar lalu mendorong tangan kearah
dalam atas.
(c) Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari
korban
(5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa
frekuensi pernafasan pasien itu dalam 1 menit ( pernafasan normal
adalah 12-20 kali per menit),
(6) Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap
melakukan Look, Listen dan Feel,
(7) Jika frekuensi nafas < 12 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail
tentang nafas bantuan dibawah),
(8) Jika pasien mengalami nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas
bantuan di bawah),
(9) Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi a.
Karotosis yang terletak dileher (cek dengan 2 jari di tonjolan di tengah
tenggorokan, lalu gerakan jari ke samping, jangan sampai terhambat
oleh otot leher (sterno-cleido-mastoideus), rasakan denyut nadi
karatosis selama 10 detik
(10) Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, diikuti
dengan nafas buatan, ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung nafas
buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung,
(11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode diatas) selama 10 detik, jika
teraba lakukan Look, Listen dan Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin
nomor 10; atau dihentikan (lihat syarat RJPdihentikan).
(12) Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda
shock pada pasien.
(a) Denyut nadi > 100 kali per menit
(b) Telapak tangan basah, dingin dan pucat
(c) Capilary Refil Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan
10
cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik,
lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung
kuku merah lagi).
(13) Jika pasien shock lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan
mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi
darah akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan posisi shock sampai
bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
(14) Jika ada pendarahan pada pasien, hentikan pendarahan dengan cara
menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena
dapat mengakibatkan jaringan yang dibebat mati).
(15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien
dengan Look, Listen dan Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat
memburuk secara tiba-tiba.
1.1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong
(1) Pastikan tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan
penolong dan pasien,
(2) Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah
penularan penyakit,
(3) Selalu memperhatikan kesehatan penolong, sebab pemberian
pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi.
Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan
penolong sendiri.
11
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Hasil Percobaan
2.1.1 Periksa Pernafasan
Orang coba : Galuh Panji R.
Hasil : Ada pergerakan di dada
Kecepatan Nafas orang coba : 14 kali/ menit
2.1.2 Pemeriksaan Nadi Karotis
Orang coba : Galuh Panji R.
Hasil : Kecepatan denyut nadi orang coba 120 Kali/ Menit
2.1.3 Prosedur Pemberian Pijat Jantung
Orang coba : Hilmy A. F
Hasil : Pada tekanan ke-25, mulai batuk
2.1.4 Heimlich Maneuver
Orang coba : Hilmy A. F
Yang dirasakan : Nafas menjadi spontan karena ada tekanan pada bagian
abdomen
2.1.5 Chest Trust Maneuver
Orang coba : Galuh Panji R.
Yang dirasakan : Nafas terasa spontan yang sangat cepat dan timbul rasa
nyeri dan sesak pada bagian dada
2.2 PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan
pengetahuan PPGD dan RJP ?
Karena sangat memungkinkan pada saat seorang dokter gigi melakukan
pelayanan kesehatan seperti ekstraksi gigi, ataupun pelayanan lain terjadi
sesuatu kesalaha hingga pasien berada pada kondisi gawat darurat
12
sehingga memerlukan penanganan PPGD dan atau RJP. Maka ketika
menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri ataupun dalam
kondisi gawat darurat, kita dapat langsung memberikan pertolongan
pertama untuk menyelamatkan jiwa pasien, sebelum akhirnya diberikan
perawatan yang sesuai dengan keadaan korban. Selain itu, sebagai orang
yang paham tentang medis daripada masyarakat awam lainnya, ketika
tiba-tiba menemui korban yang dalam kondisi gawat darurat dijalan, kita
dapat langsung memberi pertolongan pertama.
2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda
tertelan?
Disaat kita menemukan gigi tiruan pasien kita tertelan, maka harus
diberikan PPGD, yaitu dengan melakukan metode back-blow ataupun
metode hiemlich maneuver jika gigi tiruan sudah tertelan mencapai
abdomen, juga dapat dilakukan pembebasan jalan nafas
3. Apa gunaya metode back blow di bidang kedokteran gigi?
Metode back blow menuever yaitu memukul dengan telapak tangan
daerah diantara tulang scapula. Dibidang kedokteran gigi dapat dilakukan
jika tiba-tiba mendapati seorang pasien yang tersedak seperti gigi tiruan
tertelan, dsb sehingga membuntu jalan nafas.
4. Apa gunanya metode Heimleich Manuever di bidang kedokteran gigi ?
Hiemlich maneuver dilakukan pada orang dewasa dan jika metode back-
blow maneuver tidak berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan.
Dengan kata lain metode heimlich manuever dan back blow manuever
memiliki fungsi yang sama, namun bagian yang ditekan ialah ulu hati,
sehingga dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai perut.
5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi ?
Chest Thrust dibidang kedokteran gigi sama seperti back-blow manuever
dan hiemlich maneuver, chest thrust maneuver juga mempunyai fungsi
yang sama dan biasanya dipadukan dengan back-blow untuk
mengeluarkan benda asing tersebut serta menormalkan jalan nafas pasien
13
yang mengalami hambatan hanya saja metode ini dilakukan pada orang
hamil.
6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai seseorang mengalami
pingsan setelah kecelakaan lalu lintas ? Jelaskan !
Sebagai mahasiswa kedokteran gigi harus bisa dan mengerti penanganan
pertama yang harus dilakukan pada kondisi gawat darurat. Jika dijumpai
seseorang mengalami pingsan setelah kecelakaan lalu lintas, kita sebagai
salah satu tenaga medis harus mencoba memberi PPGD dengan langkah
awal yang harus dilakukan ialah pengkajian korban, meliputi pernapasan
korban dan peredaran darahnya. jika pasien tidak sadar, yang pertama
diperiksa ialah pernapasannya (dapat dilihat dari terangkatnya dada
ataupun dari pupil mata), kemudian diperiksa juga denyut nadinya
melalui arteri karotis yang ada di leher. jika memang dibutuhkan diberi
nafas buatan, segera dilakukan sambil tetap menghubungi RS/Layanan
Kesehatan Medis yang berwenang.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yang dilakukan adalah pengukuran frekuensi
nafas orang coba. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat pergerakan dada
kemudian mencatat kecepatan nafas orang coba. Pada percobaan kali ini
peraPada orang coba,terlihat pergerakan dada, hal ini menunjukkan bahwa orang
coba masih hidup. Kecepatan nafas orang coba 14 kali/menit, ini menunjukkan
bahwa pernafasannya normal karena berada pada interval 12-20 kali/menit.
Lalu percobaan selanjutnya yang dilakukan adalah pemeriksaan Nadi
karotis dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa pada leher di
daerah dekat trakea dan jakun Kemudian ditemukan bahwa kecepatan denyut
nadi orang coba 120 kali/menit. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan denyut
nadi orang coba normal.
Dalam percobaan prosedur pemberian pijat jantung orang coba ditekan
pada bagian tengah dada. Pada tekanan ke-25 orang coba mulai batuk, hal ini
terjadi karena reaksi spontan dari usaha untuk memaksa jantung memompa
darah ke seluruh tubuh.
Pada percobaan ini, back blow manuever tidak dilakukan. Namun,
dibidang kedokteran gigi dapat dilakukan jika tiba-tiba mendapati seorang
pasien yang tersedak seperti gigi tiruan tertelan, sehingga membuntu jalan nafas.
15
Percobaan Heimlich maneuver dilakukan jika metode back-blow
maneuver tidak berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan. Dengan kata
lain metode heimlich manuever dan back blow manuever memiliki fungsi yang
sama, namun bagian yang ditekan ialah ulu hati, sehingga dilakukan jika benda
yang tertelan sudah mencapai perut. Pada percobaan Heimlich maneuver ini,
yang dirasakan orang coba adalah terasa gerakan nafas spontan karena ada
tekanan pada bagian abdomen.
Percobaan dengan metode chest trust, sama seperti back-blow manuever
dan hiemlich maneuver. Chest thrust maneuver biasanya dipadukan dengan
back-blow untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada percobaan chest trust
maneuver yang dirasakan orang coba adalah terasa nafas spontan yang sangat
cepat dan timbul rasa nyeri serta sesak pada bagian dada.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Kita sebagai mahasiswa kedokteran gigi penting sekali memiliki
pengetahuan tentang PPGD (Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat) dan RJP
(Resusitasi Jantung dan Paru) karena jika telah menjadi dokter gigi, maka ketika
menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri ataupun dalam kondisi
gawat darurat, kita dapat langsung memberikan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan jiwa pasien, sebelum akhirnya diberikan perawatan yang sesuai
dengan keadaan korban. Selain itu, jika kita menemukan korban dalam kondisi
gawat darurat, kita bisa langsung memberikan pertolongan pertama.
Jika dijumpai seseorang mengalami pingsan setelah kecelakaan lalu
lintas, kita sebagai salah satu tenaga medis harus mencoba memberi PPGD
dengan langkah awal yang harus dilakukan ialah pengkajian korban, meliputi
pernapasan korban dan peredaran darahnya. jika pasien tidak sadar, yang
pertama diperiksa ialah pernapasannya (dapat dilihat dari terangkatnya dada
ataupun dari pupil mata), kemudian diperiksa juga denyut nadinya melalui arteri
karotis yang ada di leher. jika memang dibutuhkan diberi nafas buatan, segera
dilakukan sambil tetap menghubungi RS/Layanan Kesehatan Medis yang
berwenang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kozier&Erb.2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5.Jakarta:EGC
Kartono, mohomad.1975. Pertolongan Pertama.Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
18