Post on 05-Nov-2015
description
Perbedaan DBD dan DD:DBD: DD:
Klasifikasi demam dengan ruam:
1. Campak:
Etiologi: morbili virus
Masa inkubasi: 14-21 hari
Lesi pertama: retroauricula ( wajah ( leher ( dada ( punggung ( seluruh tubuh
Lesi makulapapular
Tanda pathognomonic berupa Kopliks spot
2. Rubella:
Etiologi: Rubivirus Masa inkubasi: 14-21 hari
Lesi pertama: wajah ( seluruh tubuh
Lesi makulapapular
Forscheimer spot
3. Scarlet Fever: Etiologi: : Group A -hemolytic streptococcus Masa inkubasi: 1-7 hari
Lesi pertama: leher ( dada ( ekstremitas
Lesi makulapapular
Terdapat hipertrofi tonsil, hiperemis, dan eksudat putih keabuan pada palatum dan uvula
Tanda pathognomonic berupa Strawberry tongue Pucat di daerah sirkumoral
4. Roseola Infantum:
Etiologi: Human herpes virus type 6 (HHV 6) Masa inkubasi: sulit ditentukan Lesi pertama: trunk ( leher, ekstremitas atas, wajah, dan ekstremitas bawah Lesi makulapapular
Demam tinggi, anorexia, conjungtivitis, batuk
5. Varicella:
Etiologi: Varicella-zooster Masa inkubasi: 10-21 hari Lesi pertama: kulit kepala, wajah, atau Lesi vesikulopapular
Demam, sakit tenggorokan, penurunan nafsu makan, malaiseDasar diagnosis Thypoid:
Anamnesis:
Demam > 7 hari, naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi, lisis pada minggu ketiga
Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, nyeri kepala
Gangguan GIT: anoreksia, nyeri perut, kembung, diare atau konstipasi , muntah
Pada demam tifoid berat daoat ditemukan penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
Pemeriksaan fisik:
Rhagaden
Lidah tifoid
Bradikardi relatif
Meteorismus
Hepatomegali
Kesadaran menurun
Kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paruKriteria diagnosis:
Demam tifoid klinis:
Demam > 7 hari, didukung gejala klinis lain: gangguan GIT, hepatomegali, tidak ditemukan penyebab lain dari demam
Demam tifoid:
Demam tifoid klinis + Salmonella thypi (+) pada biakan darah, urine atau feses dan/atau pemeriksaan serologis yang mendukung
Demam tifoid berat:
Demam tifoid + keadaan: lebih dari minggu kedua sakit, toksik, dehidrasi, delirium jelas, hepatomegali dan/atau splenomegali, leukopenia 38,5
2. Antibiotik
Lini pertama:
Klorampenikol 50-100mg/kg/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari, kontraindikasi pada leukosit 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum dengan frekuensi > 1 kali dalam 24 jam.
Meningitis: Dasar diagnosis PJR:
Diagnosis demam rematik ditegakkan berdasarkan Kriteria WHO tahun 2003 (berdasarkan revisi kriteria Jones)
Tabel 1.Kriteria WHO Tahun 2002-2003 untuk Diagnosis Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik (berdasarkan Revisi Kriteria Jones)
Kategori DiagnostikKriteria
Demam rematik serangan pertama Dua mayor atau satu mayor dan dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA sebelumnya
Demam rematik serangan rekuren tanpa PJR Dua mayor atau satu mayor dan dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA sebelumnya
Demam rematik serangan rekuren dengan PJR Dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA sebelumnya
Korea Sydenham Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau bukti infeksi SGA
PJR (stenosis mitral murni atau kombinasi dengan insufisiensi mitral dan/atau gangguan katup aorta) Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk mendiagnosis sebagai PJR
Manifestasi Mayor
-Karditis
-Poliartritis migrans
-Korea
-Eritema marginatum
-Nodulus subkutanManifestasi Minor
Klinis:
-Artralgia
-Demam
Laboratorium:
-Peningkatan reaktan fase akut yaitu: LED dan atau CRP yang meningkat
-Interval PR yang memanjang
Diagnosis demam rematik ditegakkan bila terdapat 2 manifestasi mayor atau 1 manifestasi mayor ditambah 2 manifestasi minor dan didukung bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya yaitu kultur apus tenggorok yang positif atau kenaikan titer antibodi streptokokus (ASTO) >200.
CHD sianotik dan asianotik
Asianotik:1. VSD
Murmur pansistolik grade 3/6 atau lebih
Chest X-Ray:
Kardiomegali
Apex down ward
Segmen arteri pulmonal menonjol
Peningkatan tanda vaskular pulmo
2. ASD
Bunyi jantung I normal atau mengeras
Bunyi jantung II pecah lebar (widely split and fixed 2nd HS)
Murmur ejeksi sistolik
Chest X-Ray:
Kardiomegali
Hipertrofi atrium kanan dan ventrikel kanan
Dilatasi arteri pulmonalis dan vena pulmonalis
3. PDA
Small defect tidak ada gejala
Significant defect: penurunan toleransi terhadap latihan, peningkatan BB tidak baik, sering mengalami ISPA atas
Spesific case: pulsus seler pada 4 ekstremitas (denyut nadi silih berganti kuat dan lemah)
Chest X-Ray mirip dengan VSD
4. Stenosis Pulmonal
Ringan: murmur ejeksi sistolik, BJ II melebar, klik ejeksi
Sedang: ejeksi sistolik dan early klik ejeksi (+)
Berat: ejeksi sitolok dan early klik ejeksi (-)
Chest X-Ray: normal atau kardiomegali ringan
Echo: untuk mengkonfirmasi diagnosis
5. Coartation Aorta
CoA berat pada neonatus: gagal jantung pada 1 minggu awal kehidupan
Hipertensi arterial
Biasanya asimptomatik
Pulsus berbeda pada ekstremitas atas dan bawah, lemah pada ekstremitas bawah
Thrill sistolik
BJ I dan II normal
Murmur ejeksi sistolik
Chest X-Ray: kardiomegali ringan, katup aorta menonjol
Sianotik:
1. Tetralogy of Fallot
Terdiri dari:
VSD
Stenosis pulmonal
Aortic over-riding
Hipertrofi ventrikel kanan
Murmur ejeksi sistolik
Chest X-Ray:
Boot shaped
Segmen pulmonal berbentuk konkav
Apex up turned
Penurunan aliran darah pulmonal
Echo: untuk konfirmasi diagnosis2. Transposition of Great Artery Terbagi menjadi:
Tidak disertai VSD
Disertai VSD besar
Disertai VSD dan stenosis pulmonal
BJ II single dan mengeras
Murmur tidak ada sampai murmur pansistolik atau murmur kontinu
Chest X-Ray:
Kardiomegali
Egg on side heart
Peningkatan corak vaskular
3. Truncus arteriosus
Suspect jika: neonatus dengan sianosis dan BJ II single, murmur bervariasi
Chest X-Ray:
Kardiomegali
Peningkatan corak vaskular
Echo: untuk konfirmasi diagnosis
4. Atresia Trikuspid
Dibagi menjadi:
Aorta dan arteri pulmonal normal
TGA
Sianosis segera setelah lahir
Peningkatan aktivitas ventrikel kanan
Peningkatan aktivitas ventrikel kiri
BJ I dan II single
Hampir semua tidak ada murmur
Jika ada murmur: murmur diastolik karena stenosis mitral, murmur pansistolik karena VSD
Chest X-Ray:
Jantung membesar minimal
Segmen arteri pulmonal berbentuk konkav
Echo: penting utnuk diagnosis
SN SNA
Penyebab Idiopatik Tersering karena Infeksi Streptokokus Grup A
Edema Edema anasarka Paling sering pada daerah periorbital
Proteinuria + ++(masif) Berkisar antara (-) sampai ++, jarang sampai +++
Hiperkolesterolemia + (>200 mg/dl) -
Hematuria Bisa + Gross hematuria (BAK seperti air cucian daging)
Hipertensi 15-20% anak mengalami hipertensi 60-80% mengalami hipertensi
Patofisiologi edema anasarka pada SN:
Jenis anemia Pucat Perdarahan Hepatomegali/splenomegali Limfadenopati Ikterus
Anemia defisiensi + - - - -
Anemia aplastik + + - - -
Anemia hemolitik + - + - +
Anemia pasca perdarahan + + - - -
Anemia karena keganasan + + + + -
Dasar diagnosis Thalassemia: