PP Pemicu 4 kel 2

Post on 05-Jul-2015

337 views 1 download

Transcript of PP Pemicu 4 kel 2

KELOMPOK 2Ketua : Novra AswandiSekretaris : Pandi Pranoto

Tari NasawidaAnggota : 1. Deni Cristian Lukas

2. Dita Meisy Wulandari 3. Febri Pranata Utama 4. Yoga Mirza Utama 5. Redho Renaldy 6. Selvi Sulistia Ningsih 7. Wulidah Ulfa

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada otot tungkainya yang telah di alami sejak satu tahun yang lalu yang diawali adanya luka terinfeksi. Dia menangani sendiri nyerinya tersebut dengan obat yang dibeli di toko atas anjuran temannya. Nyerinya akan hilang setelah minum obat tetapi akan timbul lagi setelah beberapa jam kemudian. Setelah 6 bulan terakhir, dirasakan obatnya yang diminum baru memberi efek jika dosisnya ditingkatkan. Bila tidak minum obat tersebut, akan pusing, mual, nyeri berlebihan.

Pemicu

Infeksi Dosis

Terminologi

Laki-laki 40 tahun Diawali luka infeksi Nyeri pada otot tungkai Penanganan dari obat toko Meningkatkan dosis-> efek terasa Ketergantungan obat Pusing, mual, nyeri berlebiha

Keyword

Respon nyeri Farmakokinetik dan

farmakodinamik

Identifikasi masalah

Analisis masalah

Rasa nyeri

Pengobatan nyeri

Ketergantungan obat dan efek samping

farmakodinamik

farmakokinetik

kronik akut

infeksiStimulus

Trauma (luka)

Konsumsi obat terus-menerus dapat berpengaruh terhadap sistem saraf dan penurunan respon nyeri.

Hipotesis

1. Jelaskan jenis-jenis stimulus dan reseptornya?

2. Apa yang menyebabkan rasa nyeri di tungkai?

3. Bagaimana mekanisme infeksi dapat menyebabkan rasa nyeri?

4. Bagaimana reaks imunologi terhadap infeksi?

5. Apa saja jaras-jaras pensinyalan rasa nyeri

Pertanyaan

6. Jelaskan perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik serta contohnya?

7. Bagaimanakah gambaran kerusakan saraf akibat trauma dan infeksi?

8. Bagaimankah patogenesis infeksi sistem saraf oleh virus, bakteri, jamur dan parasit?

9. Bagaimanakah proses regenerasi neuron dan neuroglia?

Pertanyaan

10.Bagaimanakah pengobatan rasa nyeri akibat infeksi?

11.Apakah konsumsi obat anti nyeri terus-menerus berpengaruh terhadap sistem saraf?

12.Apakah usia mempengaruhi lamanya mendapatkan keluhan nyeri?

13.Apa yang menyebabkan ketergantungan obat?

Pertanyaan

Pembahasan

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor, nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri.

Reseptor Nyeri

  Nosiseptor mekanis : berespon

terhadap kerusakan mekanis misalnya tusukan, benturan dan cubitan.

Nosiseptor termal : berespon terhadap suhu yang berlebihan terutama panas

Nosiseptor polimodal : berespon setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera.

Tiga katagori reseptor nyeri

Reseptor A delta Serabut C

Nosiseptor Kutaneus

1. Trauma pada jaringan tubuh,2. Gangguan pada jaringan tubuh,3. Tumor,4. Iskemia pada jaringan,5. Spasme otot,

Stimulus Nyeri

1. Metatarsalgia dan Fasilitas plantaris

2. Arthritis3. Subluksasi

tendon peroneus,

4. Fraktur akibat penekanan

5. Sindroma terowongan

tarsal6. Kram otot7. Thrombosis vena

propunda8. Iskemia9. pergeseran

radiks nervus lumbalis

Penyebab nyeri

Reaksi Vaskuler Reaksi Selular Reaksi Humoral

Mekanisme Reaksi imunologi terhadap tubuh

Pertahanan permukaan tubuh Eliminasi penyebab infeksi oleh reaksi

radang melalui reaksi vaskuler dan reaksi seluler.

Upaya membatasi invasi kuman penyakit secara regional dengan limfadenitis

pembasmian kuman oleh sistem retikuloendotelial

Pada tubuh , terdapat beberapa mekanisme pertahan tubuh akan kerusakan akibat kuman:

Impuls nyeri dihantarkan ke sistem saraf pusat (SSP) melalui dua sistem serabut.

serabut alfa deta berperan dalam menghantarkan “nyeri cepat” dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas,tajam dan terlokalisasi,sedangkan serabut C menghantarkan “neri lambat” dan menghasilkan persepsi samar-samar,rasa pegal dan persaan tidak enak

Jaras persinyalan rasa nyeri

kehilangan fungsi. Sel yang akan sembuh atau mati bergabtung

pada keparhan dan lamanya kerusakan. Jika kematian terjadi dengan cepat, tidak

terlihat perubahan morfologi dalam waktu singkat. Perubahan morfologi baru terlihat minimum 6-12 jam setelah cidera. Sel-sel saraf membengkak dan menjadi bulat, nukleus membengkak dan tersingkir ke perifer, serta granula Nissl menjadi tersebar ke arah tepi sitoplasma.

Kerusakan saraf akibat trauma

Kerusakan saaf akibat infeksi salah satunya adalah neuropati.

Neuopati akibat infeksi ini disebabkan oleh infeksi pada neuron-neuron sistem saraf tepi.

Kerusakan saraf akibat infeksi

• Inflamasi iritasi lokal aktivitas neuron abnormal• mempengaruhi aktivitas otak• Koleksi pus fokal pada abses otak/

pembentukan granuloma pada kriptokokosis• Tekanan intrakranial meningkat.

Patogenesis penyakit akibat infeksi virus

Clostridia Clostridium tetani merupakan

penyebab penyakit neurogenik akut disebut tetanus.

Clostridium pefringens, menyebabkan gangren gas.

Clostridum botulinum, menimbulkan paralisis akibat neurotoksin

Patagenesis penyakit akibat infeksi bakteri

• Inflamasi iritasi lokal aktivitas neuron abnormal• mempengaruhi aktivitas otak• Koleksi pus fokal pada abses otak/

pembentukan granuloma pada kriptokokosis• Tekanan intrakranial meningkat

Patogenesis Infeksi Jamur

Pemulihan badan sel saraf Nukleolus bergerak ke tepi nukleus

dankelompokan polisom terlihat kembali di sitoplasma , ini menunjukkan sintesis RNA dan protein dipercepat untuk mempersiapkan reformasi akson. Selanjutnya, terjadi rekonstruksi (perbaikan) struktur subtansia Nissl, sehingga pembengkakan badan sel semakin berkurang dan posisi nukleus kembali ketengah.

Regenerasi neuron

hanya ada satu filamen yang menetap dan sisanya akan berdegenerasi

filamen yang tidak masuk tersebut tumbuh kearah distal mempersarafi kembali organ sensorik dan motorik.

filamen bersambungan dengan ujung sensorik dan motorik

sel Schwann membentuk selubung mielin. Akson motorik cenderung mempersarafi

banyak serabut otot dari pada sebelumnya sehingga kontrol ototnya kurang tepat

Regenerasi akson di saraf tepi

Jarang terjadi regenerasi jarak jauh. akson yang cidera membentuk sinaps-sinaps baru. Tidak ada bukti adanya pemulihan fungsi, adapun alasan-alasanya sebagai berikut:

Tidak ada tabung endoneurial (yang dibutuhkan untuk mengarahkan akson yang mengalami regenerasi)

Ketidakmampuan oligodendrosit untuk berperan seperti sel Schwan dan adanya jaringan parut yang dibentuk oleh astrosit yang aktif pada SST.

 Regenerasi Akson di Susuna Saraf Pusat

Tidak adanya faktor pertumbuhan saraf disusunan saraf pusat atau sel neuroglia yang akan menghasilkan foktor penghambat dan pertumbuhan

Penelitian lamina basalis sel Schwan mengandung laminin dan molekul-molekul pengikat sel kelompok immunoglobulin. 2 zat ini menstimulasi pertumbuhan akson Kosenterasi zat tersebut hanya sedikit di SSP

Sambungan

Farmakologik1. Analgesik nonopioid2. Analgesik opioid 3. Antagonis danagonis-antagonis

opioid Nonfarmakologik1. Terapi dan modalitas fisik 2. Strategi kognitif-perilaku

Pengobatan rasa nyeri akibat infeksi

Konsumsi obat terus-menerus mengakibatkan serat saraf dan neurotransmiter beradaptasi terhadap kondisi tersebut dan dapat menyebabkan kurangnya sensitivitas tubuh terhadap rangsang nyeri. Sehingga tubuh kurang/tidak merespon ketika adanya kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan rasa nyeri.

Pengaruh konsumsi obat berkepanjangan terhadap sistem

saraf

Pada usia anak-anak, persepsi nyeri sulit untik dideskripsikan karena anak-anak belum memiliki ketrampilan berbicara. Nyeri pada umumnya mulai dapat dideskripsikan pada usia remaja dan dewasa, nyeri juga merupakan alasan utama seseorang membutuhkan perawatan. Pada dasarnya nyeri tidak dapat diperiksa, dokter hanya dapat mengidentifikasi nyeri dari anamnesis kepada pasien.

Hubungan usia dengan keluhan nyeri

Ketergantungan (dependence) dan kecandun (addiction). Ketergantungan menyangkut pada ketergantungan fisik. Sedangkan kecanduan menyangkut pada ketergantungan psikis. Dengan pajanan yag berulang, obat – obat adiktif akan menginduksi perubahan adiktf, seperti toleransi (peningkatan dosis untuk mempertahankan efek obat), sekali obat yang digunakan tidak tersedia, timbul tanda – tanda putus obat, yang mengambarkan ketergantungan.

Penyebab Ketergantungan Obat

Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor, nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri

Pengobatan nyeri yang timbul akibat infeksi dilakukan secara farmakologik dan nonfarmakologik

Konsumsi obat terus-menerus dapat berpengaruh terhadap sistem saraf dan penurunan respon nyeri.

Rangkuman

Robbins, Kumar, Kotran. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7 jilid I. Jakarta : EGC

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi dasar dan klinik ed. 10. Jakarta : EGC

De Jong, wim. 2004. Ilmu Ajar Bedah. Jakarta : EGC Price A, Sylvia. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-

proses penyakit. Jakarta : EGC Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa

Kedokteran. Jakarta : EGC Mandell GL, Bennett JE, Dolin RE. Principles and practice

of infectious diseases, 5th ed. Prinsip dan praktek penyakit menular, 5th ed. 2000; Churchill-Livingstone, Philadelphia. 2000; Churchill-Livingstone, Philadelphia.

Referensi