Post on 26-Dec-2015
description
KEGIATAN III
SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI
A. PENDAHULUAN
Ada dua suara jantung yang jelas dapat didengar pada setiap siklus jantung. Suara jantung
tersebut biasanya digambarkan sebaga “ lup” dan “ dup”, dan adalah urutannya sebagai: lup-
dup, istirahat, lup-dup, istirahat, dan seterusnya. Suara jantung pertama (lup) diasosiasikan
dengan penutupan kelep atrioventrikular (kelep AV) pada permukaan sistol. Suara jantung
yang kedua (dup) umumnya diasosiasikan dengan menutupnya katup semilunar yang
bertepatan dengan akhir sistol.
Suara jantung abnormal disebut “murmur” dan sering berkaitan dengan masalah
perkatupan. Pada katup yang tidak menutup dengan sempurna, penutupan diikuti oleh suatu
suara berdesir yang disebabkan oleh aliran darah balik. Suara yang jelas sering digambarkan
sebagai bunyi berciut yang tinggi, juga diasosiakan dengan aliran darah melalui katup yang
menyempit.
Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidalis.
Katup mitral dapat didengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan di atas apeks jantung,
yaitu kira-kira pada ruang sela iga ke 5, kurang lebih sama tinggi dengan daerah klavikula.
Sedangkan suara katup trikuspidalispaling jelas dapat didengar bila stetoskop digeser
kedaerah agak tengah di sebelah pinggir kiri sternum. Sama dengan katup mitral dan
trikuspidalis, pada katup semilunar juga terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup
semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup
semilunar pulmonari. Bila subyek pelan-pelan menarik nafas dalam-dalam, maka pengisian
ventrikel kanan akan sedikit tertunda (sebab pembuluh darah pulmonari tertekan oleh
peningkatan tekanan intrapulmonari).
Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan menyebabkan perun=bahan tekanan
pada arteri, yang ditunjukkan dengan membesar-mengecilnya arteri, yang dsebut sebagai
denyut nadi. Normalnya kecepatan denyut nadi sama dengan kecepatan denyut jantun. Dalam
keadaan istirahat denyut jantung rata-rata 70-76 kali/menit. Denyut nadi dapat diraba dengan
mudah pada setiap arteri super fisial, bila arteri ditekan ke tulang atau jaringan padat.
Beberapa titik denyut nadi pada permukaan tubuh yang mudah diraba adalah: arteri karotid
pada sisi leher, arteri temporal anterior telinga di daerah pelipis, arteri brakhial pada fosa
antekubital, arteri radial pada sisi lateral permukaan pergelangan tangan pada pangkal ibu
jari.
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan kemapuan mahasiswa:
(1) Mendefinisikan sistol, diastol, dan siklus jantung.
(2) Menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara jantung dan
menghubungkan suara jantung dengan siklus jantung.
(3) Menentukan panjang normal siklus jantung, perubaha tekanan relatif yang
terjadi di dalam atria dan ventrikel selama siklus, dan waktu ketika katup
menutup.
(4) Menentukan tempat pada toraks dimana suara jantung pertama dan kedua
secara jelas dapat didengarkan.
(5) Mengukur tekanan darah subyek secara teliti dengan menggunakan
sphygmomanometer,
C. ALAT DAN BAHAN
Stetoskop, sphygmomanometer, arloji dengan jarum detik, alkohol 70%, penggaris
milimeter, kapas.
D. CARA KERJA
1. Mendengarkan Suara Jantung
(1) Bersihkan bagian stetoskop yang akan dipasang di telinga dengan
alkohol 70%, biarkan kering dulu, kemudain pasang dengan cara
pemasangan yang benar.
(2) Tempelkan bel stetoskop pada dada subyek, pada ruang sela iga ke 5 di
sebelah kiri sternum dekat puting susu kiri. Daerah ini merupakan
daerah untuk mendengarkan katup mitral dengan baik. Dengarkan
baik-baik suara jantung, dimana suara pertama lebih panjang, lebih
keras daripada suara kedua yang lebih pendek namun lebih nyaring.
(3) Setelah mendengarkan beberapa menit, coba hitung waktu istirahat
antara suara jedua dari satu denyut jantung dan suara pertama dari
ddenyut jantung berikutnya. Catat hasilnya dalam detik. Bagaiman
interval waktu ini bila dibandingkan dengan interval waktu antara
suara oertama dan kedua dari suatu denyut jantung tunggal.
(4) Sekarang lakukan pengamatan pada katup semilunar. Untuk
mendengarkan katup semilunar aortik lebih jelas, tempelkan bel
stetoskop pada ruang sela iga ke 2, tepat di kanan sternum. Bila anda
sudah mendengarkan, minta subyek untuk menarik nafas dalam-dalam
dengan pelan. Kemudian pindahkan stetoskop secara horizontal ke kiri
sternum untuk mendengarkan katup pulmonari.
2. Palpasi Denyut Nadi radialis
(1) Mintalah subyek duduk tenang, cari posisi arteri radial di permukaan
pergelangan tangan, persis pada pangkal ibu jari.
(2) Lakukan palpasi, diaman mula-mula tekan arteri radial dengan ujung
jari ke 2 dan ke 3. Kemudain kendorkan tekanan pelan-0pelan sampai
anda merasakan adanya denyut nadi. Lakukan penghitungan denyut
nadi per menit. Ulangi 2 kali ambil rata-ratanya.
3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Perbandingan antara kecepatan denyut jantung (bagian apeks) dan denyut nadi
radial, dapat dilakukan secara simultan pada keduanya
(1) Diskusikan apakah perbedaan antara kecepatan denyut jantun apikal tersebut
dengan denyut nadi radial.
E. ANALISIS DATA
Berdasarkan kajian teori, data dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan
berbagai hal mengenai suara jantung, denyut nadi, dan perbandingan kecepatan
denyut jantung dengan kecepatan denyut nadi.
F. DISKUSI
G. Laporan
Buat laporan sesuai dengan petunjuk yang telah disampaikan pada kegiatan
sebelumnya, dan laporan harus dikumpulkan selambat-lambatnya satu minggu setelah
praktikum ini dilakukan.
KEGIATAN IV
MENGUKUR TEKANAN DARAH
A. PENDAHULUAN
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit
area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri. Karena jantung
secara ritmik berkontraksi dan relaksasi, maka hasil aliran darah secara ritmik pula
mengalir ke dalam arteri, menyebabkan tekanan darah naik turun pada setiap
denyutan. Jadi pada arteri akan terjadi dua macam tekanan darah, yaitu tekanan sistol
dan tekanan diastol. Tekanan sistol adalah tekanan darah di dalam arteri pada puncak
penyemprotan ventrikular sedangkan tekanan diastol merefleksikan tekanan darah
selama relaksasi ventrikular. Tekanan darah dinyatakan dalam mmHg, dengan
tekanan sistolik dinyatakan pertama, dan teakan diastolik yang kedua. Tekanan darah
120/180 mmHg, diartikan bahwa tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80
mmHg. Tekanan darah normal bervariasi dari satu orang ke orang lain.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah
sphygmomanometer yang dibaca dengan metode auskulatori. Alat ini terdiri dari
suatu magnet yang dibebatkan pada lengan atas dan dipompa ke tekanan yang lebih
tinggi daripada tekanan sistolik untuk menutup sirkulasi ke lengan bawah. Tekanan
manset secara bertahap dikurangi, pengukur mendengarkan dengan suatu stetoskop
untuk suara khas yang disebut “suara Koratkoff” , yang menunjukkan pembukaan
kembali aliran darah ke lengan bawah. Tekanan yang ditunjukkan bersamaan dengan
terdengarnya suara denyutan lemah pertama, dicatat sebagai tekanan sistole. Apabila
tekanan manset terus dikurangi, maka aliran darah menjadi lebih lancar dan suara
menjadi lebih keras. Kalau tekanan manset terus dikurangi sampai bawah tekanan
diastolik, maka arteri tidak lagi tertekan, dan darah akan mengalir bebas tanpa
hambatan. Tekanan yang ditunjukkna bersamaan dengan saat hilangnya suara
Karatkoof, dicatat sebagai tekanan diastolik.
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk :
(1) Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung.
(2) Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, dan perbedaan besar
antara tekanan arteri dan tekanan vena.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah: stetoskop,
sphygmomanometer, alkohol 70%, dan kapas.
D. CARA KERJA
1. Mengukur Tekanan Arteri
(1) Bekerjalah berpasangan.
(2) Bersihkan ujung stetoskop untuk telinga dengan alkohol 70%, dan
yakinkan bahwa manset tidak berisi udara. Bila berisi udara, tekan manset di atas
meja supaya udara keluar.
(3) Subyek harus duduk dengan posisi yang enak dengan satu lengan
ditumpangkan di atas meja (setingi letak jantung)
(4) Bebatkan manset pada lengan atas subyek persis di atas siku, dengan
bagian untuk dipompa berada di tengah-tengah permukaan lengan. Bila manset diberi
tanda panah, maka panah harus berada di atas arteri brakhialis. Kemudian mantapkan
manset dengan mengkaitkan ujung distalnya pada bagian bawah manset.
(5) Raba titik denyut nadi brakhial, kemudian letakkan diafragma stetoskop di
atas titik denyut nadi tersebut. Pasang stetoskop pada telinga anda.
(6) Pompa manset sampai tekanannya mencapai ± 160 mmHg, kemudian
secara perlahan-lahan turunkan tekanan dengan membuka katup pembebas tekanan.
Sambil mengamati ukuran tekanan, anda dengarkan dengan hati-hati suara denyutan
halus pertama yang muncul. Tekanan diamana terdengar suara halus pertama ini
dikenal sebagai tekanan sistole. Suara berikutnya lebih keras.
(7) Teruskan menurunkan tekanan pada manset sambil tetap mendengarkan suara
denyutan. Bila suara denyutan menghilang, catat pada tekanan berapa mmHg saat
suara terakhir terdengar. Tekanan ini menunjukkan tekanan diastole.
(8) Ulangi pengukuran seperti diatas sampai tiga kali, catat hasilnya
(9) Hitung tekanan denyutan pada setiap pengukuran, yang merupakan selisih tekanan
sistole dengan tekanan diastole. Tekanan denyutan ini menunjukkan jumlah darah
yang keluar jantung selama siklus jantung.
2. Memperkirakan Tekanan Vena
Untuk mengukur tekanan vena, tidak memungkinkan menggunakan
sphygmomanometer, sebab tekanan vena jauh lebih rendah daripada tekanan arteri.
Metode yang mungkin digunakan adalah dengan membuat perkiraan. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut :
(1) Minta subyek berdiri dekat papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah kanan
menghadap ke papan tulis, lengan tergantung pada sisi tubuh. Tandai pada paapan
perkiraan ketinggian atrium kanan.
(2) Mintalah subyek dengan pelan-pelan menaikkan dan menurunkan lengan
kanannyam dan amati vena superfisial pada bagian dorsal lengan tersebut. Vena akan
muncul dan menghilang selama subyek menurunkan dan menaikkan lengannya.
Ulangi sampai anda menemukan ketinggian yang tepat saat hilangnya vena, beri tanda
pada papan tulis.
(3) Ukur dalam mm jarak vertikal antara ketinggian atrium kanan dengan
menghilangnya vena misalnya mm.
(4) Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat dihitung dengan rumus sbb:
Pv=1,056 X x
13,6 mmHg
Keterangan :
1.056 = gaya berat khusus darah
13,6 =gaya berat khusus Hg.
Tekanan normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg; tekanan vena pada
tangan antara 30-40 mmHg.
E. ANALISIS DATA
(1) Untuk mendapatkan tekanan sistole dan diastole, maka hasil 3 kali pengukuran
diambil rata-ratanya. Demikian pula untuk mendapatkan tekanan denyutan, maka
selisish tekanan sistole dan diastole dari 3 kali pengukuran diambil rata-ratanya.
(2) Dari data seluruh kelas yang terkumpul, bandingkan tekanandarah kelompok pria
dan kelompok wanita, buat kesimpulan. Demikian pula untuk tekanan denyutan, dan
tekanan vena.
F. DISKUSI
G. LAPORAN
Buat laporan sesuai dengan petunjuk yang telah disampaikan pada
kegiatan sebelumnya, dan laporan harus dikumpulkan selambat-lambatnya satu
minggu setelah praktikum ini dilakukan.
KEGIATAN V
DARAH
A. PENDAHULUAN
Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang terdiri dari suatu matrik cair
(plasma) dimana sel-sel darah berada. Sifat serabut dari matrik cair jaringan ikat akan
nampak apabila darah mengalami pembekuan. Matrik tersebut akan berubah menjadi
benang-benang fibrin, yang akan membentuk dasar struktural dari peristiwa
pembekuan darah. Pembekuan darah atau koagulasi, merupakan bagian dari
perlindungan tubuh untuk menghentikan kehilangan darah apabila pembuluh darah
luka. Proses ini memerlukan interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam
plasma (faktor pembeku, atau prokoagulan). Secara normal, apabila darah dikeluarkan
dari dalam tubuh akan membeku dalam waktu 2 sampai 6 menit.
Lebih dari 100 zat larut di dalam plasma yang tersusun 90% dari air. Zat-zat
tersebut termasuk zat makanan , gas-gas, hormon, berbagai zat sampah dan metabolit,
berbagai jenis protein fungsional, dan garam-garam mineral. Komposisi plasma terus
berubah, sebab sel-sel secara terus menerus mengambil atau menambah zat-zat dari
atau ke dalam darah.
Terdapat 3 macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin
yang berfungsi mengikat oksigen dan sedikit karbondioksida untuk diangkut di dalam
darah. Sel darah putih merupakan bagian pertahanan tubuh non spesifik dan sistem
imun. Sedangkan trombosit berfungsi dalam hemostatis (pembekuan darah). Volume
sel-sel darah dalam darah berkisar antara 40%-45% volume, sedangkan plasma
berkisar antara 55%-60% volume.
Di dalam laboratorium, sel darah dapat dihitung dengan menggunakan alat
yang terdiri dari pipet sel darah (untuk melakukan pengenceran) dan keping kaca
dengan kamar-kamar penghitung yang diketahui luasnya (untuk penghitungan). Kaca
penghitung ini disebut hemasitometer. Ada dua macam pipet sel darah, yaitu pipet sel
darah merah (yang bertanda butiran merah) dan pipet sel darah putih (yang bertanda
butiran putih).
Untuk melakukan penghitungan sel darah merah dan sel darah putih secara
langsung, maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahui volumenya ke dalam
suatu larutan yang bersifat antikoagulasi yang juga diketahui volumenya. Dengan
cara ini maka diketahui besarnya pengenceran darah yang akan dihitung. Darah yang
sudah diencerkan tersebut kemudian ditempatkan pada kece penghitung
hemasitometer. Sel-sel darah kemudian dihitung di bawah mikroskop. Larutan
pengencer untuk sel darah merah dan putih berbeda. Prinsipnya larutan tersebut
isotonis dengan sel darah yang akan dihitung dan menyebabkan lisisnya sel-sel darah
yang tidak dihitung. Misalnya, bila sel darah merah yang akan dihitung, maka sel-sel
darah putih akan mengalami lisis, sehingga tidak mengganggu proses penghitungan,
dan sebaliknya. Gambar 9.1 menunjukkan alat penghitung sel darah dan cara
penggunaanya.
Penggolongan darah merupakan suatu sistem klasifikasi darah yang berdasar
pada keberadaan protein khusus (yang berkombinasi dengan polisakharida) pada
permukaan luar plasma membran sel darah merah. Protein semacam ini disebut
antigen atau aglutinogen, yang dikenal bersifat genetik. Antigen-antigen tersebut
normalnya ditemani oleh protein-protein lain yang berada di dalam plasma, yaitu
antibodi atau aglutinin, yang bereaksi dengan sel darah merah yang memiliki
antigen berbeda, menyebabkan darah menggumpal (aglutinasi), dan bahkan
hemolisis. Inilah sebabnya mengapa sebelum dilakukan transfusi darah, maka
golongan darah seseorang harus ditentukan dengan benar.
Sel darah merah manusia mengandung pigmen darah yang disebut
hemoglobin, yang berfungsi mengikat dan mengangkut oksigen. Oleh karena itu
untuk mengukur kapasitas oksigen yang diangkut darah, maka perlu ditentukan
kandungan oksigen di dalam darah. Oksigen yang mampu berkombinasi secara
reversibel dengan heme dari molekul hemoglobin, ditangkap oleh darah dalam paru-
paru dan kemudian di bebaskan ke dalam jaringan. Jadi semakin banyak kandungan
hemoglobin dalam sel darah merah, maka semakin banyak pula oksigen dapat
diangkut. Secara normal, darah mengandung 12 sampai 16 gr hemoglobin per 100 ml
darah. Pria memiliki kandungan hemoglobin sedikit lebih tinggi (14-18 gr) daripada
wanita (12-16 gr). Beberapa teknik telah digunakan untuk memperkirakan kandungan
hemoglobin dalam darah, mulai dari cara lama yang kurang akurat (metode Tallquist)
sampai dengan penggunaan kalorimeter yang sangat akurat. Pada praktikum ini akan
digunakan hemoglobinometer LEICA Hb-METER.
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan :
(1) Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
(2) Menguji kecepatan pembekuan darah.
(3) Menguji golongan darah.
(4) Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Menghitung sel darah merah dan sel darah putih:
hemasitometer, larutan Hayem untuk sel darah merah, 1% asetat/HCl untuk sel darah
putih, pipet sel darah merah, pipet sel darah putih, mikroskop cahaya, blood lanset,
alcohol 70%, dan kapas.
2. Menguji kecepatan pembekuan darah
Kaca benda, stopwatch, jarum pentul, blood lancet
3. Menguji golongan darah
Serum anti A, serum anti B, kaca benda, tusuk gigi
4. Memperkirakan kadar hemoglobin
LEICA-Hb meter, blood lancet (lanset), alcohol 70%, kapas bersih, kain lab yang
lembut
D. CARA KERJA
1. Menghitung sel darah putih
(1) Siapkan bahan dan alat yang diperlukan: kapas, alcohol, HCl 1%, blood
lancet, pipet sel darah putih, hemasitometer yang sudah dipasang pada
mikroskop
(2) Bersihkan salah satu dari 3 ujung jari tengah anda dengan kapas yang dibasahi
alkohol, kemudian ayun-ayunkan tangan anda supaya alkoholnya kering.
Bersihkan pula blood lancet dengan alkohol, dan biarkan kering.
(3) Atur panjang lancet sesuai yang anda kehendaki (jangan terlalu panjang/terlalu
pendek), kemudian tempelkan ujungnya pada jari dan dengan cepat pencet
tombol blood lancet sehingga lancet menusuk jari anda. Hapus tetes darah
pertama yang keluar luka dengan kapas bersih, biarkan tetes darah bersihkan
keluar luka
(4) Tempelkan ujung pipet sel putih pada darah diujung jari anda, kemudian hisap
darah ke dalam pipet sampai batas 0,5 ml. Masukkan ujung pipet ke dalam
HCl 1%, dengan cepat dan hati-hati hisap HCl 1% tersebut ke dalam pipet
sampai batas tanda 11.0
(5) Dengan ujung pipet masing-masing pada ibu jari dan jari kedua, kocok pipet
dengan posisi horizontal selama 2-3 menit. Kemudian buang 2-3 tetes darah
dari dalam pipet
2. Menghitung sel darah merah
(1) Perhitungan sel darah merah dapat dilakukan dengan langkah 1, 2, 3 sama
dengan langkah penghitungan sel darah putih, hanya pipet dan larutan
pengencer lain. Pipet yang digunakan adalah pipet sel darah merah, dan larutan
pengencernya adalah larutan Hayem
(2) Dengan menggunakan pipet sel darah merah, isap darah ke dalam pipet dari
ujung jari sampai angka 0,5 ml, segera encerkan dengan larutan Hayem sampai
angka 101, kemudian kocok selama 2-3 menit. Buang 2-3 tetes pertama
dengan menghisapnya dengan kertas hisap
(3) Pasang kaca penutup pada hemasitometer, kemudian teteskan darah dari pipet
ke batas antara hemasitometer dan kaca penutup. Jaga jangan sampai tetesan
darah terlalu banyak. Bila terjadi demikian maka cepat hisap dengan kertas
penghisap
(4) Pasang hemasitometer pada meja mikroskop dalam posisi mendatar dan
dengan perbesaran 10 X fokuskan bidang pandang ke kotak penghitung sel
darah merah
(5) Tunggu sampai darah dalam bidang pandang tenang (tidak ada aliran),
kemudian lakukan penghitungan sel darah merah pada 5 daerah penghitungan
sel darah merah dan catat hasilnya
3. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah
(1) Siapkan kaca benda bersih
(2) Bersihkan ujung jari anda dan lanset yang akan anda gunakan dengan alcohol
70%, biarkan kering sendiri. Tusuklah ujung jari anda dengan kapas, kemudian
teteskan tetes darah berikutnya ke kaca benda. Bersamaan dengan keluarnya
darah kedua ini dari ujung jari, pencet stopwatch
(3) Gunakan jarum pentul untuk menusuk-menusuk darah sampai benang-benang
fibril muncul. Bersamaan munculnya benang fibrin, hentikan stopwatch. Waktu
yang ditunjukkan merupakan waktu pembekuan darah
(4) Waktu pembekuan darah yang normal berkisar antara 5-15 menit
4. Menguji golongan darah
(1) Siapkan kaca benda yang bersih, serum anti A, serum anti B, tusuk gigi, lancet,
alcohol 70%, kapas
(2) Ambil satu kaca benda, beri tanda A di sebelah kiri, dan B di sebelah kanan.
Teteskan serum anti A di sebelah kiri, dan serum anti B di sebelah kanan
(3) Bersihkan ujung jari anda dan lanset yang akan dipakai dengan alcohol 70%.
Tusuklah jari anda dengan lanset sampai keluar darah. Hapus tetes darah pertama
dengan kapas, kemudian teteskan tetes darah berikutnya satu tetes pada serum
anti A, dan satu tetes pada serum anti B
(4) Dengan cepat aduk darah yang telah diteteskan pada anti serum tersebut dengan
tusuk gigi (masing-masing gunakan tusuk gigi baru). Amati terjadinya
penggumpalan darah (aglutinasi)
(5) Bila pada A terjadi penggumpalan, sedangkan B tidak, maka golongan darah anda
adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah anda adalah B. Bila
kedua-duanya terjadi penggumpalan, maka golongan darah anda adalah AB, dan
sebaliknya adalah golongan darah O.
(6) Catat golongan darah semua teman anda sekelas, kemudian cari besarnya
presentase setiap golongan darahnya, dan diskusikan hasilnya. Diskusikan pula
apakah ada kecenderungan jenis kelamin tertentu memiliki golongan darah
tertentu pula
5. Memperkirakan Kadar hemoglobin
(1) Siapkan LEICA Hb-meter, atur bidang cahayanya. Bila bidang cahaya tidak rata, maka
alat harus disetel dulu: Gerakkan slide menjauhi lensa mata sampai tepat di bawah tanda
panah pada ujung skala puncak. Tekan tombol pada dasar instrument dan lihat melalui lensa
mata untuk mengecek bidang cahaya. Bidang harus terang secara merata. Bila tidak, lakukan
pengaturan sebagai berikut: Tempatkan pinggir coin pada lubang di bagian bawah instrument,
dan putar sampai bidang mendapat cahaya secara merata. Gerakan terakhir harus berlawanan
arah.
(2) Cara menyiapkan ruang darah adalah dengan jalan menariknya dari penjepit, yaitu dengan
menarik ujung ruang darah dengan telunjuk dan menahan gelas penutupnya dengan ibu jari
sampai salah satu permukaan ruang darah terbuka. Bersihkan ruang darah dan gelas
penutupnya dengan kain lembut
(3) Bila ruang darah sudah terbuka, maka ruang darah dapat diisi dengan salah satu cara
tergantung pada dimana sampel darah diambil secara langsung dari jari aatu telinga, atau dari
sampel darah yang banyak dari laboratorium. Bila darah diambil secara langsung dari jari,
maka teteskan darah secukupnyalangsung ke permukaan ruang darah. Kemudian dengan
cepat aduk darah dengan hemolisis aplikator sampai mengalami hemolisis. Proses hemolisasi
mungkin dapat diamati dengan mata, dan tuntas apabila tetes darah dalam ruang telah
menjadi traansparan. Bila darah diambil dari sampel laboratorium yang telah dihemolisasi,
maka darah dapat diteteskan langsung pada kamar darah. Setelah itu tutup ruang darah
dengan gelas penutupnya, yaitu dengan menekan ujung ruang darah dengan ibu jari sampai
ujung ruang darah sejajar dengan gelas penutupnya.
(4) Bila ruang darah telah diisi dengan darah terhemolisis, maka ruang darah siap dipakai.
Ruang darah yang sudah siap tersebut kemudian dimasukkan ke dalam celah pada sisi kiri
instrument, kemudian instrument didekatkan ke mata dengan tangan kiri, sedemikian rupa
sehingga ibu jari tangan kiri berada pada tombol di dasar instrument.
(5) Bila tombol cahaya ditekan, akan muncul suatu bidang hijau dalam instrument. Tangan
kanan bebas memindahkan tombol slide pada sisi kanan instrumen sampai dua paroh bidang
sama terang dan muncul sebagai satu bidang tunggal. Posisi dari knob menunjukkan
kosentrasi hemoglobin. Salah satu dari 4 skala dapat digunakan.
(6) LEICA Hb-meter dilengkapi dengan 4 skala yang berbeda. Skala dengan tanda ukuran
gram Hb per 100 ml muncul diatas tombol slide, dan skala presentase berdasarkan pada 15,6
gram, 14,5 gram, dan 13,8 gram sama dengan 100% yang muncul di bawahnya. Anemia pada
wanita bila kadar Hb< 12 g/dl pada permukaan laut, dan pada pria < 14 g/dl.
(7) Dengan mengambil data dua orang dari masing-masing kelompok, coba catat dari seluruh
kelompok, pisahkan data untuk pria dan wanita. Cari presentase pria/wanita yang anemia.
Diskusikan hasilnya.
Caar membersihkan ruang darah: Ruang darah yang sudah selesai dipakai harus dibersihkan
dengan merendamnya selama 10 menit dalam 3% hydrogen peroksida yang sudah
distabilisasi. Setelah itu dikeringkan dengan kain lembut atau kapas bersih.
E. ANALISIS DATA
1. Penghitungan sel darah putih
Jumlah sel darah putih per mm3 dapat diketahui apabila: besarnya pengenceran
diketahui, demikian pula volume darah di daerah penghitungan.
(1) Pengenceran darah dapat diketahui dengan hitungan sebagai berikut: volume
darah=0,5 ml, kemudian dicampur denagn HCl 1 % sampai volume mencapai
11,0 ml. Pada saat dikocok 1 ml HCl 1 % yang berada dalam pipa kapiler pipet
tidak ikut bercampur, dengan demikian HCl 1% yang digunakan mengencerkan
0,5 ml darah adalah 10 ml. Jadi penegncerannay adalah 2/1 X 10 =20 kali.
(2) (2) Volume darah (denagn pengenceran 20 kali) di daerah penghitungan dapat
dihitung sebagai berikut: luas setiap daerah penghitungan sel darah putih adalah 1
mm2 , kalau yang digunakan 4 daerah penghitunagn, maka luasnya 4 mm2. Tinggi
cairan di bawah kaca penutup adalah 0,1 ml, sehingga volume cairan=4 X 0,1
mm3=0,4 mm3
(3) Misalnya hasil penghitungan sel darah putih dalam 0,4 mm3 darah dengan
pengenceran 20 kali= x butir, maka jumlah sel darah putih per mm3 darah tanpa
pengenceran=x X 10/4 X20=50x butir.
2. Penghitungan jumlah sel darah merah
Jumlah sel darah merah per mm3 darah dapat diperoleh dari mengalikan jumlah sel
darah merah hasil penghitungan di 5 daerah penghitungan denagan 10.000.
Coba diskusikan dengan kelompok anda, dari mana asalnya angka 10.000 terseut
3. Menguji kecepatan pembekuan darah
Kecepatan pembekuan darah berkisar antara 5-15 menit. Seseorang yang memiliki
waktu pembekuan darah lebih laam dari rentangan tersebut, berkecenderungan
hemofili.
4. Menguji golongan darah
Untuk mencari persentase setiap golongan darah dari seluruh anggota kelas, maka
jumlah anggota yang bergolongan darah A misalnya, dibagi seluruh anggota kelas kali
100%. Demikian pula cara mencari persentase golongan darah kelompok wanita dan
kelompok pria.
5. Memperkirakan kadar Hb
Mencari persentase pria yang anemia dan wanita yang anemia dapat dilakukan dengan
membagi jumlah pria atau wanita yang anemia dengan jumlah seluruh anggota pria
atau wanita di kelas ini kali 100%.
F. DISKUSI
KEGIATAN VII
RESPIRASI
A. PENDAHULUAN
Respirasi berarti satu inspirasi dan satu ekspirasi. Seorang dewasa normal melakukan 14-
18 kali respirasi setiap menit dalam keadaan istirahat sebanyak 12-15 kali, selama ini
paru-paru mempertukarkan udara di dalamnya dengan atmosfer. Untuk mengukur volume
udara yang dipertukarkan, dipergunakan spirometer (respirometer).
Setiap inspirasi normal, dimasukkan kira-kira 500 ml udara ke dalam saluran napas.
Jumlah yang sama dikeluarkan sewaktu ekspirasi normal. Volume udara yang
dihirup/dihembuskan ini disebut volume tidal. Dari volume tidal ini, hanya kira-kira 350
ml yang mencapai alveoli, 150 ml sisanya tertinggal pada saluran napas disebut volume
udara mati.
Bila kita ambil napas berat, dapat kita hirup lebih dari 500 ml udara. Tambahan udara
yang masih dapat dihirup ini disebut volume cadangan inspirasi, rata-rata 3100 ml. Oleh
karena itu system respirasi dapat memasukkan sebanyak 3600 ml udara.
Bila setelah inspirasi normal kemudian kita menghembuskan udara sekuat mungkin, kita
dapat melepas keluar 1200 ml udara disamping 500 ml volume tidal. Tambahan 1200 ml
ini disebut volume cadangan ekspirasi. Sesudah volume cadangan ekspirasi dihembuskan,
sejumlah udara tetap tinggal dalam paru, sebab lebih rendahnya tekanan intrapleural
menjaga alveoli agak menggembung. Udara ini disebut volume residu, jumlahnya kira-
kira 1200 ml. Bila rongga dada dibuka, tekana intrapleural seimbang dengan atmosfer,
yang mendorong keluar volume residu. Paru masih tetap berisi sejumlah kecil udara yang
disebut volume ninimal. Volume ini dapat ditunjukkan dengan meletakkan sepotong paru
di air yang akan Nampak mengapung
Kapasitas paru dapat dihitung dengan menjumlahkan berbagai volume paru. Kapasitas
inspirasi adalah kemampuan total inspirasi paru, yaitu jumlah volume tidal dengan volume
cadangan inspirasi (3600 ml). Kapasitas fungsional residu adalah jumlah residu dengan
volume reside dengan volume cadangan inspirasi dengan volume tidal dan volume
cadangan ekspirasi (4800 ml). Akhirnya kapasitas total paru adalah sejumlah volume
(6000 ml).
B. TUJUAN
1. Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, volume
cadangan inspirasi
2. Mengetahui frekuensi pernapasan, factor-faktor yang mempengaruhi irama
pernapasan
3. Mendapatkan kandengan CO2 dalam udara ekspirasi
C. ALAT DAN BAHAN
Alat: spirometer, pipa tiup, kantung plastic, biuret, labu Erlenmeyer 125 ml, tutup
labu erlenmeyer, satis, pipa kaca
Bahan: alcohol 70 %, aquades, phenolphalen, NaOH 0,1 M
D. CARA KERJA
Mengukur volume pernapasan
Persiapan: pipa tiup dicuci dengan alcohol 70% setiap akan dipakai; pasang pipa tiup
pada spirometer; atur angka skala menunjukkan angka 0 (nol) sebelum spirometer
digunakan; tiup udara pernapasan melalui mulut.
1. Hirup udara dengan inspirasi normal, kemudian hembuskan sekuat mungkin pada
spirometer yang terbaca menunjukkan vole tidal dan volume cadangan ekspirasi.
Ulangi tiga kali dan ambil rata-ratanya.
2. Hembuskan udara dengan ekspirasi normal, kemudian hembuskan lagi udara
sekuat mungkin. Ini adalah cadangan ekspirasi. Ulangi tiga kali dan ambil rata-
ratanya.
3. Kurangkan hasil langkah 2 terhadap langkah 1, inilah volume tidal
4. Setelah bernapas dalam-dalam hembuskan sebanyak mungkin udara. Ini adalah
kapasitas vital. Ulangi tiga kali dan dirata-rata.
5. Pengurangan hasil langkah 1 terhadap langkah 4 diperoleh volume cadangan
inspirasi .
Irama Pernapasan
1. Pelaku duduk santai, hitung frekuensi pernapasannya dalam 1 menit
2. Mintalah pelaku bernapas cepat selama 1 menit, setelah itu mintalah bernapas normal
selama 1 menit. Hitunglah frekuensi pernapasan per menit.
3. Pelaku memegang kantong plastic sedemikian rupa sehingga mulut dan hidung berada
di dalam kantong. Mintalah pelaku bernapas selama 2 menit. Hitunglah frekuensi
pernapasan per menit
4. Pelaku lari di tempat 60 langkah, setelah itu duduk di kursis, hitunglah frekuensi
pernapasannya per menit
5. Ulangi langkah 1-4 setiap kali selesai melakukan kegiatan pelaku menarik napas
panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku harus bernapas
lagi. Catat waktunya
6. Ulangi perlakuan5, tetapi pelaku menghembuskan napas panjang. Catat ahsilnya
Kandungan C02 dalam udara ekspirasi
1. Isilah dua tabung Erlenmeyer dengan 100 ml aquades
2. Tambahkan tiap labu 3-5 tetesphenoptalin dan kemudian 5 tetes 0,1 M NaOH, larutan
menjadi berwarna merah delima, tutup rapat-rapat kedua labunya
3. Masukkan pipa kaca pada salah satu labu, tiupkan udara pernapasan ke dalam labu
melalui pipa kaca sampai warna merah hilang. Catat waktu yang diperlukan
4. Pelaku lari ditempat 60 langkah, menhembuskan udara ke daalm labu sampai warna
hilang. Catat waktu yang diperlukan
5. Lakukan tetrasi sebagai berikut:
a. Isilah buret dengan larutan 0,1 M NaOH, catat baats volume larutan
b. Letakkan labu Erlenmeyer berisi larutan tepat dibawah ujung bawah buret dengan
memberi landasan kertas putih
c. Teteskan larutan dalam buret ke dalam labu setetes demi setetes dengan perlahan-
lahan, setiap tetes goyang labunya
d. Tetesi dan goyang terus sambil dengan cermat mengamati bila terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah
e. Bila sudah nampak ada perubahan warna, hentikan penetesan. Ini berari titik
ekivalen sudah terlewati, catat angka batas volume pada buret
f. Titik ekivalensi kita tentukan terletak pada pertengahan antara angka volume
NaOH saat mulai Nampak terjadi perubahan warna dengan satu angka
sebelumnya
g. Hitunglah volume zat pentiter (NaOH) yang terpakai sehingga tercapai titik
ekivalen tadi
h. Dengan pedoman 1 ml 0,1 M NaOH setara dengan 5,10-5 mol CO2
E. ANALISIS DATA
Buatlah tabel hasil pengamaatn setiap sub topic dan buat grafiknya untuk setiap orang
percobaan
F. DISKUSI
G. LAPORAN
Buat laporan sesuai petunjuk yang Sdr. Terima pada pembukaan praktikum.
KEGIATAN VIII
PENGARUH pH TERHADAP KERJA ENZIM PTIALIN
A. PENDAHULUAN
Selama proses pencernaan makanan mengalami perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi. Perubahan secara kimiawi pada umumnya menggunakan suatu enzim yang
terkandung di dalam cairan pencernaan, misalnya saliva, getah lambung, cairan usus, cairan
pancreas dan hati.
Enzim adalah suatu protein. Seperti halnya protein lain, enzim dapat mengalami
perubahan struktur apabila dikenakan pada suhu yang ekstrim. Bila terjadi perubahan
struktur, enzim menjadi tidak fungsional lagi. Suoaay dapat bekerja secara optimal, enzim
memerlukan kondisi (pH, suhu, kepekatan tertentu).
Kerja enzim bersifat spesifik;enzim ptialin hanya bekerja untuk amilum, enzim katalase
untuk hidrogenperoksida, dan sebagainya.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kerja enzim ptialin
C. ALAT DAN BAHAN
Alat: gelas piala 100 cc, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur 10 cc, corong kaca,
pipet, plat tetes
Bahan: Larutan amilum 1%, larutan iodin 10%, larutan buffer pH 3, pH5, pH 7, dan pH 9,
saliva, aquades
D. CARA KERJA
1. Tampunglah saliva sebanyak 5 cc dalam gelas piala, kemudian tambahkan 5 cc
aquades, kocok, kemudian saring.
2. Sediakan empat buah tabung reaski, beri tanda A, B, C, D.
3. Isi tabung A dengan 1 cc larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 3
Isi tabung A dengan 1 cc larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 5
Isi tabung A dengan 1 cc larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 7
Isi tabung A dengan larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 9
4. Tambahkan 1 cc larutan saliva ke dalam masing-masing tabung reaksi, lalu kocok.
Catatlah saat ini sebagai nol
5. Lima menit kemudian teteskan 4 tetes larutan dari masing-masing tabung reaksi pada
empat lubang deret pertama dari plat tetes (larutan A pada lubang 1, larutan B pada
lubang kedua, dst). Tambahkan larutan iodine 10%.
6. Lima menit berikutnya teteskan masing-masing larutan larutan dalam tabung reaksi
pada lubang-labung deret kedua dari plat tetes. Tambahkan larutan iodine 10%
7. Ulangi perlakuan di atas pada deret ketiga dan keempat dengan selang waktu masing-
masing 5 menit.
8. Amati perubahan warna yang terjadi pada tiap tetesan larutan.
E. ANALISIS DATA
Buat tabel pengamatan untuk melihat kerja enzim ptialin karena pengaruh pH yang berbeda.
F. DISKUSI
G. LAPORAN
Buat laporan sesuai dengan petunjuk yang Sdr. Terima pada pembukaan praktikum.
KEGIATAN IX
URINALISIS
A. PENDAHULUAN
Dalam kegiatan ini kita akan menentukan beberapa sifat urine dan melakukan uji atas
beberapa kemungkinan adanya abnormalitas dalam urine.
Kumpulkan contoh urine baik dari laki-kali maupun perempuan dalam sebuah tabung urinalis
yang berbeda. Buang keluaran yang pertama, ambil keluaran berikutnya untuk mencegah
kontaminasi dari organ genetalia eksterna, adanya nanah maupun bakteri yang secara normal
dijumpai dalam uretra.
Urine normal berwarna kuning atau kuning gading, transparan, Ph berkisar dari 4,6-8,0 atau
rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau seperti amoniak.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui kandungan zat dalam urine
C. ALAT DAN BAHAN
Alat: sentrifugasidan atbungnya, tabung reaski, pipet panjang, penjepit tabung reaksi,
urinometer, tabung urinalis, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, lap flannel, kertas isap,
lampu spiritus, korek api, thermometer
Bahan: urine segar, larutan Bennedict, larutan NaOH 5%, larutan CuSO4 1%, indicator
universal, asam sulfosalisilat, reagen Millon, Kristal sodium nitroprusside, asam asetat.
D. CARA KERJA
1. Analisis Fisik
a. Warna
Urine normal beraneka warna dari kuning sampai kuning gading. Amati contoh
urine yang sudah anda sediakan. Warna urine dapat bervariasi sebagai berikut:
Warna Kemungkianan Penyebab
Kuning gading pigmen urine normal
Tak berwana konsentrasi tereduksi
perak, warna susu nanah, bakteri, sel epitel
Coklat berkabut darah
Kuning berbuih naiknya pigmen melanin
b. Berat jenis
Penentuan berat jenis dengan mudah dapat diperoleh dengan menggunakan
urinometer (hydrometer). Urinometer akan mengapung dengan skala angkat dekat
ujung yang menunjukkan berat jenis secara langsung. Masukkan urine ke dalam
tabung besar (lebih besar dari tabung reaksi biasa), kedalamnya masukkan
urinometer. Putarlah urinometer perlaahn untuk meyakinkan bahwa ia terapung
bebas. Catat skala bila urinometer tidak bergerak.
Urinometer ditera pada suhu tertentu, misalnay pada suhu 15 derajat C (biasanay
tertulis pada urinometer). Oleh karenanya catat suhu urine, bila suhu urine lebih
tinggi dari suhu teraan, tambahkan angka 0,001 untuk tiap perbedaan sebesar 3
derajat C. Bila suhu urine lebih rendah, kurangkan angka sebesar 0,001 setiap
perbedaan suhu sebesar 3 derajat C
c. pH
Untuk menentukan pH, pergunakan indikator universal.
2. Analisis Kimia
a. Glukosa
Adanay glukosa dalam urine normal dapat saja terjadi, tetapi untuk melihantnya
dalam jumlah yang kecil memerlukan cara-cara khusus. Larutan Bennedict biasa
digunakan untuk melihat gula reduksi dalam urine, tidak khusus glukosa.
Dalam sebuah atbung reaski, campurkan 8 tetes urine dengan 5 ml larutan Bennedict.
Letakkan tabung reaksi tersebut dalam air mendidih selama 5 menit. Pindahkan dari
pemanas dan baca ahsilnya sesuai dengan daftar di bawah ini. Bandingkan warna
yang dihasilkan dengan daftar di bawah ini. Bandingkan warna ayng dihasilkan
dengan waran normal.
Warna Hasil
Biru negatif
Biru kehijauan ada gula
Kuning kehijauan 1+
Coklat kehijauan 2+
Jingga-kuning 3+
Merah bata (denagn endapan) 4+
Konsentrasi tinggi posfat dalam urine menghasilkan endapan putih, sedangkan endapan
kuprooksida dalam uji Bennedict positif merah.
b. Protein
Urine normal berisi protein yang sukar mengenalnya dengan prosedur laboratorium
biasa. Albumin adalah jenis protein paling banyak dalam serum dan merupakan satu-
satunya yang biasa ditemui. Karena uji albumin ditentukan oleh pnegendapan protein
karena panas atau denagn menambahi reagen, sebaliknya contoh urine disentrifugasi
lebih dulu atau disaring. Ada beberapa cara untuk melakukan uji protein, masing-
masing akan diutarakan disini. Tiga cara akan disajikan, mana yang dipakai
tergantung bahan yang tersedia.
1. Metode asam sulfosalisilat.
Asam sulfosalisilat akan mengendap dalam urine dengan kekeruhan yang kira-kira
sesuai dengan konsentrasi adanya protein.
a. Masukkan urine daalm tabung sentrifugasi, pusingkan selama 15 menit
b. Letakkan 3 ml urine dan uji dengan kertas lakmus ph-nya
c. Bila menunjukkan alkalin (basa), tambahi 10% asam asetat setetes demi setetes
sampai menjadi asam, caranya dengan selalu menguji memakai kertas lakmus
d. Bila sudah asam, tambahi 3 ml asam sulfosalisilat 20%, tetesi dengan hati-hati
e. Bial ada protein, suatu endaapn keruh akan nampak pada perbatasan kedua cairan
f. Catat hasilnya sesuai dengan tabel berikut:
Kenampakan Endapan hasil
Jernih Negatif, keruh atau ada cincin
Keruh atau ada cincin sangat sedikit kemungkinan adanya protein
Cincin jelas ada sedikit protein
Kekeruhan bentuk butiran 1+
Cincin tebal 2+
Cincin sangat tebal 3+
Cincin padat 4+
2. Reagen Millon
a. Tuangkan 3 ml supernatant urine ke dalam tabung reaksi
b. Teteskan 5 tetes reagen Millon
c. Bila mengandung protein akan terjadi warna lembayung
3. Kuprisulfat dan sodium basa
a. Masukkan supernatant urine dalam sebuah tabung reaksi sebanyak 2 ml
b. Berikan 5 tetes larutan NaOH 5% dan 5 tetes CuSO4 1%
c. Amati hasilnya
d. Benda keton (aseton)
Adanya benda aketon dalam urine adalah akibat katabolisme lemak yang abnormal.
- Larutkan Kristal sodium nitroprusside dalam 5 ml urine (jangan mengenai jari,
berbahaya) dalam sebuah tabung reaksi.
- Tambahkan 5 tetes asam asetat pada campuran di atas
- Dengan pipa pipet tetes, hati-hati teteskan satu tetes NaOH pada tepi dinding
dalam tabung reaksi
- Adanay cincin ungu kemerahan menunjukkan keberadaan benda keton
e. Pigmen empedu
Dalam urine noramal tidak ada pigmen empedu (biliverdin dan bilirubin). Adanya
sejumlah besar pigmen dalam cairan ekstraseluler berakibat jaundice, ayitu warna
kuning pada kulit.
1. Isilah separoh tabung reaksi dalam urine
2. Kocoklah tabung reaksi dengan baik dan benar
3. Adanya buih berwarna kuning menunjukkan keberadaan pigmen empedu
3. Analisis Mikroskopis
1. Ambil endapan urine dengan pinset, teteskan pada gelas benda dan tutup dengan gelas
penutup
2. Periksa di bawah mikroskop, apakah ada eritrosit, leukosit, sel epitel bakteri, serabut
tanaman, Kristal berbagai jenis cocokkan dengan gambar
E. ANALISIS DATA
Data yang ada disusun dalam tabel dengan diberi keterangan bentukan yang terjadi
F.DISKUSI
G. LAPORAN
Buat laporan sesuai petunjuk yang Sdr. Terima pada permulaan praktikum pembukaan
praktikum