Post on 10-Nov-2020
PERUBAHAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA TSUNAMI DAN IMPLIKASI
KEBIJAKAN UNTUK PENATAAN KOTA DAN PERMUKIMAN
Studi Kasus: Pantai Selatan Jawa Barat
SYAHYUDESRINAWIWIK D PRATIWISAMSIRINAKIKI Z SOLIHAH
PENDAHULUAN:
Adanya fenomena perubahan iklim global (meningkatnyasuhu lautan, naiknya permukaan air laut, banjir besar-besaran, dan gelombang badai besar
Berdasarkan laporan United Nations Office for The Coordination of Human Humanitarian Affairs, 2006 negara-negara tropis termasuk Indonesia yang sebagian besarpenduduknya berada di daerah pesisir dan dataran rendah, dimana posisi ini sangat rentan terhadap dampakperubahan iklim tersebut
Di samping perubahan iklim global, ancaman tsunami bagikomunitas pesisir merupakan hal yang perlu diwaspadaisaat ini
Menurut Smith, 1992:63 dan Carter, 1991:34 bencana yang terjadi dapat mengubah lingkungan fisik maupun sosial
PENDAHULUAN:
Penataan kawasan, khususnya kota-kota di kawasan pesisirIndonesia perlu mempertimbangkan mitigasi bencana dalamperencanaannya
Upaya pemulihan lingkungan setelah bencana tsunami baikoleh pemerintah atau lembaga terkait, inisiatif masyarakatdan gabungan keduanya menyebabkan terjadinya perubahan(transformasi) lingkungan fisik dan lingkungan non fisik darisebelum tsunami
Tingkat kerusakan bencana tsunami dan pelaku aktvitaspemulihan yang berbeda menyebabkan bentuk transformasiyang berbeda pula
Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan fisik dan non fisik pada permukiman pasca tsunami, serta pendorong dan permasalahan perubahan tersebut
PENGUMPULAN DATA EMPIRIS:
Kuantitatif, 90 (sembilan puluh) kuesioner Survai kualitatif dengan wawancara
Penelitian di Pantai Selatan Jawa Barat ini mengambil 3 (tiga) lokasi studi yaitu:
Desa Batukaras Kecamatan Cijulang,
Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dan
Desa Cikembulan Kecamatan Sidomulih
Ketiganya dipilih berdasarkan tingkat kerusakan masing-masing akibat tsunami berdasarkan penelitian empiris yang sudah dilakukan sebelumnya.
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI KASUS:
Wilayah Studi Kasus, Pangandaran
Desa Batukaras Low DamageDesa Pananjung Middle DamageDesa Cikembulan High Damage
WILAYAH STUDI KASUSPANGANDARAN, JAWA BARAT
PANGANDARAN: (BATUKARAS)
Area low damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala yang kecilRendahnya tingkat kerusakan di kawasan ini karena perumahan dilingkupi oleh bukit dantembok atau benteng dari villa sehingga menghalangi dan meredam arus ombak yang datang
PANGANDARAN: (PANANJUNG)
Area medium damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalamskala menengah atau tidak mengalami kerusakan penuh
PANGANDARAN: (PANANJUNG)
Garis putus-putus menunjukkan bataskerusakan
Bangunan yang berada pada baris pertama mengalami kerusakan berat, sedangkanbangunan yang berada pada baris ketiga hanya mengalami sedikit kerusakan struktural namun bangunan penuh oleh pasir dan puing-puing.
PANGANDARAN: (CIKEMBULAN)
Area high damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala tinggi ataumengalami kerusakan penuh
PANGANDARAN: (CIKEMBULAN)
Perumahan mewah di belakang sabukperkebunan kelapa, struktur rusak ringan, selubung bangunan rusak parah
Perumahan lama, rusak 2 dusun, secarakeseluruhan rusak berat, struktur hanyatinggal pondasiDeretan tiga villa, secara struktural masihbagus, sebagian besar dibangun ulang
PERUBAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA TSUNAMI:
Berdasarkan analisis data empiris awal diketahui bahwa perubahan lingkungan perumahan terkait dengan:
Perubahan kualitas lingkungan, Pengendalian perkembangan lingkungan dan Pemeliharaan lingkungan permukiman
Terkait dengan itu:
Studi kasus mempunyai proses perubahan fisik dan non fisik yang berbeda-bedaProses perubahan fisik dan non fisik dipengaruhi faktor pendorong perubahan
FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN:
FaktorSosio-Budaya
Faktor Politis-Administratif
FaktorEkonomi
• Migrasi• Kelembagaan
formal dannon formal
Fungsi pusatpelayanan danperencanaan
pembangunan
• Pariwisata• Peluang usaha• Pasar tanah
formal daninformal
FaktorFisik
• Relokasi• Rekonstruksi
PROSES PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:
N0 ElemenPerbandingan
Dusun Batu Karas, BATU KARAS Dusun Karangsari, PANANJUNG Dusun Cantigi, CIKEMBULAN
1. Jenis Kerusakan Low Damage Medium Damage High Damage
2. Batas dengan Pantai Bukit dan benteng vila Tidak ada Pada area sebelum relokasi: Tidak adaPada area setelah relokasi: Kebun Kelapa
3. Jalur Evakuasi/penyelamatan diri dari bencana
Akses langsung ke atas bukit yang mengelilingi dusun. Dusun dikelilingi bukit dan benteng sehingga agak tertutup dari pantai, tidak ada view/pandangan langsung ke arah laut
Akses jalan lingkungan yang lebar menuju area yang lebih tinggi. Dari jalan lingkungan ini warga dapat melihat langsung ke arah laut sehingga dapat melihat bencana datang
Tidak ada akses untuk menyeberangi sungai sehingga jalur evakuasi menjadi lebih jauh dan berputar
4. Perasaan Aman dariBencana
Sedang Tertinggi Terendah
PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:
N0 Elemen Perbandingan Dusun Batu Karas, BATU KARAS
Dusun Karangsari, PANANJUNG
Dusun Cantigi, CIKEMBULAN
1. Status Tanah Mayoritas tanah milik tidak bersertifikat (girik)
Mayoritas tanah milik bersertifikat Mayoritas tanah desa
2. Status Bangunan Milik dan menumpang Milik dan menumpang Mayoritas menumpang
3. IMB (Izin MendirikanBangunan)
Mayoritas tanpa IMB Sudah memiliki IMB Mayoritas tanpa IMB
4. Kondisi Rumah sebelumTsunami
Mayoritas bangunanpermanen dan sejumlahbangunan semi permanenyang menumpang di atastanah milik orang lain
Mayoritas bangunan semi permanen yang menumpang diatas tanah milik orang lain
Mayoritas bangunan semi permanen, sejajar antar satudan lainnya, mengelompok danantar kluster terpisahkan olehtanah kosong
5. Kondisi Rumah setelahTsunami
Mayoritas bangunanpermanen dan sejumlahbangunan semi permanenyang menumpang di atastanah milik orang lain
Mayoritas bangunan permanen, banyak dari mereka yang menumpang terusir dari tanahtempat mereka menumpang
Mayoritas bangunan permanen dengan struktur tahan gempa bantuan dari YEU. Setiapbangunan disusun salingberhadapan
6. Perubahan KondisiRumah
Masih sama dengan sebelum tsunami
Rumah-rumah dibangun dengan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum tsunami dengan tujuan untuk menarik pengunjung
Rumah-rumah memiliki struktur yang lebih permanen dan kondisi yang lebih baik
PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:
N0 Elemen Perbandingan Dusun Batu Karas, BATU KARAS
Dusun Karangsari, PANANJUNG
Dusun Cantigi, CIKEMBULAN
1. Kondisi Infrastruktur sebelumTsunami
Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Drainase banyak yang tidak berujung pada drainase kota. Masyarakatmembuang sampah padatanah kosong
Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong
Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong. Mayoritas belummemperoleh pelayanan listrik
2. Kondisi Infrastruktur setelahTsunami
Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Drainase banyak yang tidak berujung pada drainase kota. Masyarakatmembuang sampah padatanah kosong
Sejumlah jalan lingkungan telahmengalami pengaspalan. Masyarakat membuangsampah pada tanah kosong
Ada rencana untuk pengaspalan jalan. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong. Hampir seluruh rumah telahmemperoleh pelayanan listrik
3. Perubahan Kondisi Infrastruktur Masih sama dengan sebelum tsunami
Kondisi jalan lingkungan semakin baik
Kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Masyarakat memperoleh kemudahan dalam memperoleh pelayanan listrik
No ElemenPerbandingan
Dusun Batu Karas, BATU KARAS Dusun Karangsari, PANANJUNG Dusun Cantigi, CIKEMBULAN
1. Matapencaharian Mayoritas Nelayan Mayoritas di Bidang Pariwisata Mayoritas di Bidang Perkebunan
2. PemanfaatanHalaman Rumah
Halaman rumah banyak yang digunakanuntuk aktivitas yang terkait pekerjaannelayan: menjemur jaring, menyimpan mesinmotor kapal, kolam pengembangbiakan ikan, disamping kegiatan rumah tangga sepertimenjemur, bercocok tanam, beternak, warung dll.
Halaman rumah digunakan untukaktivitas rumah tangga sepertimenjemur, bercocok tanam, beternak, warung dll. Sejumlah rumahmenyediakan tempat parkir mobil didepan rumah sebagai salah satufasilitas bagi pengunjung yang menginap
Halaman rumah digunakan untuk aktivitas rumahtangga seperti menjemur, bercocok tanam, beternak dll.
3. Fasilitasi Pemerintah Pemerintah memberikan bantuan berupa:• Perahu• Jaring• Mesin kapal
Pemerintah memberikan bantuanberupa:• 15 juta rupiah untuk• Rekonstruksi/rumah dan 7.5 jutarupiah untuk rekonstruksi/warung• Pengaspalan jalan lingkungan• Kemudahan bagi warga yang ingin memasang listrik
Pemerintah memberikan bantuan berupa:• 15 juta rupiah untuk• Rekonstruksi/rumah dan 7.5 juta rupiah untukrekonstruksi/warung• Peminjaman tanah desa untuk relokasi• Pembangunan struktur tahan gempa/kk dari YEU• Pembangunan unit pengolah gula kelapa• Kemudahan bagi warga yang ingin memasang listrik
4. Perbedaan Fisik terkait Sosial Ekonomi
Penduduk pemilik tanah: rumah permanen (bata)Penduduk menumpang: rumah semi permanen (bilik)Rumah yang dimiliki orang asing cenderung mewah dan memiliki benteng yang tinggi
Penduduk pemilik tanah: rumahpermanen (bata)Penduduk menumpang: rumah semi permanen (bilik)
Hampir seluruh rumah pada dusun Cantigimemiliki struktur dan jenis material rumah yang samaRumah yang dimiliki orang asing cenderungmewah dan memiliki benteng yang tinggi
5. Pariwisata Area yang dipengaruhi oleh pariwisata adalaharea dekat pantai wisata, sementara itu area pantai nelayan tidak begitu dipengaruhi olehaktivitas wisata, kecuali pada area peri-peri(batas) terluar dusun nelayan dengan adanyavila-vila penginapan
Areal permukiman menyatu denganaktivitas pariwisata seperti penginapan(kamar dan rumah sewa), warung, WC umum dll.
Direncanakan akan menjadi desa wisata kerajinanrakyat dengan sejumlah fasilitas yang meliputi: kios kerajinan, Masjid, balai pertemuan, lapangan, tempat parkir, area wisata agro, sungai wisata, dll.
PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:
PERUBAHAN FISIK:
Perubahan dan pengalihan penggunaan tanah sertabangunan, dari hunian menjadi komersial
Jenis fasilitas sosial, fasilitas umum dan infrastruktur yang dibangun
Cara membangun: dari informal ke formal, melibatkan pihakpembangunan ketiga yang bukan pemilik tanah ataubangunan
Status kepemilikan tanah dan bangunan: dari menumpangatau milik pemerintah/desa/pribadi ke milik atau hak gunapakai
PERUBAHAN NON FISIK:
Perubahan dalam jumlah dan tingkat kepadatan penduduk
Perubahan kondisi sosio-ekonomi
Perubahan institusi membangun
KESIMPULAN:
Isu yang muncul dan dianggap penting dalam telaah mengenai transformasi permukiman pasca tsunami yang telah dilakukan sebelumnya di antaranya adalah:
a. Pembangunan infrastruktur sebagai pemandu kepada perkembangan yang teratur dan terencana,
b. Penguatan kondisi dan hubungan sosio-ekonomi, dan perumahan sewa khususnya bagi masyarakat tidak mampu,
c. Pemberdayaan komunitas setempat.
REKOMENDASI:
FaktorPendorong
Transformasi
Isu dan PermasalahanTransformasi
Kebijakan Tujuan Kebijakan/Program
KategoriTingkat Kerusakan
a. Faktor Sosio-Budaya
Pengendalianperkembangan sertapemeliharaanlingkunganpermukiman
Pebaikan mekanismeyang sudah ada danmenjadi bagiankomunitas
• Sosialisasi Penggunaan ijin bangunan• Pemanfaatan sistem ijin bangunan• Membangun sistem ‘retribusi’ untuk
keberlanjutan program pemeliharaanlingkungan permukiman
• Low Damage• Medium Damage• High Damage
b.Faktor Politis-Administratif
Pemberdayaankelembagaanpembangunan danpemeliharaanpermukiman
Peningkatan kapasitaslembaga dan aktorpemeliharaanpermukiman
• Kejelasan peran aktor lokal: kepala desa, RW/RT
• Selain sebagai pemelihara, aktor lokal juga berwenang dalam pengendalian pembangunan
• Low Damage• Medium Damage• High Damage
c. Faktor Ekonomi
Partisipasi dan pemberdayaan komunitas
Peningkatan partisipasi sektor publik dan kejelasan akses untuk pemberdayaan
• Sosialisasi mekanisme pengajuan proposal untuk pemeliharaan dan pembangunan lingkungan permukiman
• Komunitas lokal sebagai perencana lingkungannya
• Low Damage• Medium Damage• High Damage
d. Faktor Fisik Kepemilikan tanah dan alih fungsi rumah menjadi komersial
Pengembangan perumahan sewa yang terjangkau
• Memberikan jaminan tinggal bagi masyarakat menengah ke bawah
• Memberikan jaminan tinggal bagi masyarakat luas
• Medium Damage• High Damage
UCAPAN TERIMA KASIH:
Disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, InstitutTeknologi Bandung, yang telah membiayai penelitian bertema permukiman danpasca-bencana yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh Kelompok KeahlianPerumahan Permukiman, Perancangan Arsitektur, dan Teknologi Bangunan dalamlingkup Program Studi Arsitektur ITB pada tahun 2008. Para peneliti studi initermasuk: Heru W Poerbo, Dewi Larasati, M Donny Koerniawan. Tulisan inimerupakan salah satu publikasi penelitian tersebut
REFERENSI:
Amin, Mirna, (2005), Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana. Asian Disaster Reduction Center (ADRC) http://www.adrc.or.jp/Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana http://www.bakornaspbp.go.id/new/Blong, R. (2004) Residential building damage and natural perils: Australian examples and issues. Building Research & Information, 32(5), 379–390.Cannon, T. (1994): Vulnerability analysis and the explanation of natural disasters. In Varley, A., editor, Disasters development and environment. Chichester: John Wiley, 13–30.Chichester.Comerio, M.C. (1998) Disaster Hits Home: New Policy for Urban Housing Recovery, University of California Press, Berkeley. Freiler, Christa (2004), Why Strong Neighbourhoods Matter: Implications for Policy and Practice, Toronto.Gulkan, P. (2001). The Search for Enhanced Disaster Resistance of the Building Stock in Turkey: Recent Legislative Measures for Effective Building Code Enforcement and Mitigation Policies. Consultancy Report for The World Bank and Turkish Treasury, TEFER, Government of Turkey, Ankara. Herbowo, B.A,. (2005), Perencanaan dan Perancangan Tata Ruang Wilayah Rentan Bencana Bencana. Koerniawan M D et.al (2008) Konsiderasi untuk Teknologi Bangunan Paska-Bencana: Ketahanan Bencana dari Rumah dan Permukiman TradisionalJawa Barat dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi Yogyakarta, 5 April 2008: Penerapan Teknologi untukMeningkatkan Kesejahteraan Masyarakat secara Berkelanjutan.Larasati D et.al (2008) Pengembangan Model Proses Produksi Pembangunan Rumah Pasca Bencana Berbasis Kemampuan Lokal Di Indonesiadipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi Yogyakarta, 5 April 2008: Penerapan Teknologi untuk MeningkatkanKesejahteraan Masyarakat secara Berkelanjutan.Lempert, R. J., S.W. Popper, and S. C. Bankes. (2003). Shaping the next one hundred years: New methods for quantitative, long-term policy analysis. Santa Monica, CA: Rand.NEDO. (2006). CDM Development in Indonesia: Enabling Policies, Institution and Programmes, Issues and Challenges. s.l. : Nedo.Pratiwi, W.D., (2007): Post-disaster settlement reconstruction and the regulative mechanism: A comparative enquiry. Proceeding International Seminar on Post-Disaster Reconstruction: Assistance to Local Governments and Communities 8-10Juli 2007.ISBN 978-979-95132-8-1.Puslitbang Permukiman, Maret, (2006), Faktor-Faktor Penentu Emisi CO2 pada perumahan dan Permukiman Perkotaan.Surono,.2005, Persfektif Penataan Ruang dalam Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana. Susandi, Armi. (2007). Perubahan Iklim Indonesia dan Implikasinya. Jakarta : Program Studi Meteorologi ITB, March 02, 2007.UN HABITAT dan KKPP ITB (2006) Transformasi Permukiman Pasca Tsunami di Aceh, Laporan Penelitian http://www.ar.itb.ac.id/pp/wp-content/uploads/2008/05/03-pengantar-executive-summary-aceh.pdf www.greenpeace.org