Persediaan akuntansi perpajakan

Post on 29-May-2015

1.681 views 2 download

Transcript of Persediaan akuntansi perpajakan

akuntansi perpajakan

Persediaan

Dibuat Oleh :- Arif Kurniawan - Insan Bramantyo - Sagita Wahyu-Deni Sukmawan - Novandra Muhammadin - Sulkhi Nasukha-Galih Arya Kusuma - Richad Fernando

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Kelas

C

Sesuai PSAK No. 14 (Revisi 2008), untuk menetapkan persediaan perlu ditetapkan atau dirumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya historis atau

dinyatakan sebagai Harga Pokok atau Perolehannya.

Definisi Persediaan

Jenis

Persediaan3

Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri dari harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut

dipakai dalam produksi

Bahan Baku

Raw material1.

Untuk menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja dan biaya tidak langsung lainnya.

Barang dalam Pengolahan

Work in process2.

Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah selesai dibebankan dan produk pun siap untuk dijual

Barang Jadi

Finished Goods3.

1. Barang dalam perjalanan (in transit)2. Barang titipan (barang komisi)

Persediaan berdasarkan hak pemilikan barang meliputi :

1. Biaya pembelian

2. Biaya konversi

3. Biaya-biaya lain

Biaya persediaan dimaksud dalam PSAK no. 14 meliputi :

Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban pada

saat persediaan di jual dan pada periode diakuinya

pendapatan atas penjual tersebut.

Pengakuan sebagai beban

Sistem Pencatatan

Persediaan2

Sistem Pencatatan

Perpetual1.

Sistem perpetual dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan HPP secara terus-menerus tanpa inventarisasi.

Contoh :1. Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000

per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit

2. Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit

Sistem Pencatatan

Periodik2.

Dalam sistem periodik, persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada setiap akhir periode. Sistem ini cocok diterapkan pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya

tidak banyak.

1. Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit

2. Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit

Contoh :

Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6),

sistem pencatatan yang diperkenalkan adalah sistem

pencatatan perpetual.

Akan tetapi, untuk hal-hal tertentu karena sifatnya mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem perpetual, sistem lain dapat digunakan.

Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam Laporan Keuangan

Dalam laporan keuangan, persediaan disajikan di neraca atau di laporan laba rugi.

1. Dalam neraca akan muncul dalam akun Persediaan

2. Di laporan laba rugi, persediaan akan muncul dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan

Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam Laporan Keuangan

Ilustrasi 1.1Persediaan pada neraca

Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam Laporan Keuangan

Ilustrasi 1.2Persediaan pada laporan laba rugi

Metode Penilaian

Persediaan2

BerdasarkanHarga Perolehan1

.

Berdasarkan Harga Perolehan :a. Metode Identifikasi Khusus c. Metode LIFOb. Metode FIFO d. Metode Average (Simple & Moving)

Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus

sama dengan arus biaya, sehingga setiap kelompok

barang diberi identifikasi dan dibuat kartu.

a. Metode Identifikasi Khusus

Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yang masuk pertama akan dikeluarkan pertama.

b. Metode FIFO

Berdasarkan rincian di atas dapat ditetapkan:

• Total Penjualan atau Harga Pokok Penjualan Rp 7.850.000.000

(Rp 2.000.000 + Rp 1.150.000 + Rp 3.450.000 + Rp 1.250.000)

• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 12.000.000) Rp 2.400.000.000

Contoh : (dalam ribuan rupiah)

Cara ini digunakan dengan mendasarkan pada asumsi bahwa arus pembebanan ke harga pokok penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir.

c. Metode LIFO

Dari data di atas dapat ditetapkan:• Harga Pokok Penjualan

Per 15 Januari Rp 3.450.000.000Per 30 Januari Rp 4.800.000.000Total Rp 8.250.000.000

• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000) Rp 2.000.000.000

Contoh : (dalam ribuan rupiah)

Harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga.

d. Metode Average (Simple Average)

Contoh :

Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.

d. Metode Average (Moving Average)

• Harga Pokok Penjualan adalah Rp 7.933.200.000

• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000) Rp 2.316.600.000

Contoh :(dalam ribuan rupiah)

Berdasarkan

Estimasi2.

Berdasarkan estimasi terbagi menjadi 2 metode, yaitu:a. Metode Laba Kotorb. Metode Eceran (Ritel)

Nilai persediaan akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam keadaan khusus. Misalnya, perusahaan dalam kondisi terbakar, sehingga sulit penilaian secara fisik.

a. Metode Laba Kotor

Contoh :

Harga pokok persediaan diestimasi atas dasar hubungan antara harga pokok dengan harga jual eceran untuk persediaan yang sama dengan cara mengakumulasi semua harga eceran dari persediaan yang dijual.

b. Metode Eceran (Ritel)

Contoh :

Metode Penilaian Lainnya terdiri dari 2 metode, yaitu:a. Lower of Cost or Market whicever is Lower (LOCOM)b. Nilai Jual

MetodePenilaian Lainnya

Persediaan barang di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok atau akibat lainnya seperti perubahan tingkat harga.

a. LOCOM

Besar nilai persediaan akhir dengan menggunakan LOCOM sebesar Rp 14.200.000.000

Contoh :(dalam ribuan rupiah)

Nilai persediaan ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yang dapat terjadi.

b. Nilai Jual

Menurut ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua cara yaitu :

1. Average method2. FIFO method

Pemilihan metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian persediaan untuk penghitungan HPP, maka selanjutnya harus digunakan cara

yang sama

Contoh Soal:

1. Pada tanggal 3 Maret 2009,PD Bintang membeli 100 unit barang dagang dengan harga Rp 5.000.000 (belum termasuk PPN) secara tunai.

PD Bintang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak 31 Januari 2005.

PPN Masukan : 10% x Rp 5.000.000 = Rp 500.000Harga 1 unit barang dagang adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 50.000

2. Pada tanggal 31 Maret 2009,PD Bintang menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (blm termasuk PPN)

Penjualan : Rp 70.000 x 30 unit = Rp 2.100.000PPN Keluaran : 10% x Rp 2.100.000 = Rp 210.000

Persediaan barang dagang yang tersisa dan tercatat dalam pembukuan PD Bintang per tanggal 31 Maret 2009 adalah Rp 5.000.000 : 70 unit = Rp 3.500.000

Contoh Soal:

Jika PD Bintang belum dikukuhkan sebagai PKP, maka untuk jurnal akuntansi pajak pada saat pembelian barang dagang sebagai berikut:

PD Bintang tidak dpt mengkreditkan PPN Masukannya sehingga PPN Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagang sehingga harga 1 unit barang dagang adalah Rp 5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000

Contoh Soal:

Jurnal akuntansi pajaknya untuk transaksi penjualan adalah:

Karena bukan PKP, maka PD Bintang tidak memungut PPN Keluaran.

Contoh Soal:

Terima kasih dan Semoga Bermanfaat