Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi pemerintah, pajak mempunyai fungsi sebagai sumber penerimaan negara. Berdasarkan fungsi ini, pajak adalah bagian laba perusahaan yang seharusnya diberikan ke pemerintah untuk mendukung pembangunan nasional. Hal ini mengakibatkan semakin besar pajak yang disetorkan oleh perusahaan maka akan semakin besar penerimaan negara. Di sisi yang lain, bagi perusahaan pajak lebih sering dianggap sebagai pos pengurang laba bersih yang seharusnya bisa diminimalisir oleh perusahaan. Pajak diakui sebagai elemen utama dalam kebijakan pengeluaran perusahaan. Akuntansi komersial yang dibuat oleh perusahaan pada umumnya mengacu pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) dan di Indonesia hal tersebut telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam menjalankan fungsi pajak, seringkali pemerintah menetapkan beberapa aturan khusus dimana aturan tersebut berbeda dengan aturan akuntansi yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Perbedaan-perbedaan inilah yang 1

description

Akuntansi Perpajakan

Transcript of Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Page 1: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bagi pemerintah, pajak mempunyai fungsi sebagai sumber penerimaan

negara. Berdasarkan fungsi ini, pajak adalah bagian laba perusahaan yang seharusnya

diberikan ke pemerintah untuk mendukung pembangunan nasional. Hal ini

mengakibatkan semakin besar pajak yang disetorkan oleh perusahaan maka akan

semakin besar penerimaan negara. Di sisi yang lain, bagi perusahaan pajak lebih

sering dianggap sebagai pos pengurang laba bersih yang seharusnya bisa

diminimalisir oleh perusahaan. Pajak diakui sebagai elemen utama dalam kebijakan

pengeluaran perusahaan.

Akuntansi komersial yang dibuat oleh perusahaan pada umumnya mengacu

pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum

(PABU) dan di Indonesia hal tersebut telah diatur dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam menjalankan fungsi pajak, seringkali

pemerintah menetapkan beberapa aturan khusus dimana aturan tersebut berbeda

dengan aturan akuntansi yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Perbedaan-perbedaan inilah yang kemudian menimbulkan akuntansi pajak yang

berbeda dengan akuntansi komersial, yang akhirnya berakibat pada perbedaan laba

rugi menurut akuntansi dengan laba rugi menurut fiskal. Hal inilah yang akhirnya

menimbulkan konflik antara manajemen dengan pemerintah dalam hal perpajakan.

Penerimaan negara yang bersumber dari pajak harus terus dikembangkan dan

ditingkatkan sesuai dengan perkembangan perekonomian dan laju pembangunan

nasional.

Akuntansi komersial atau disebut juga akuntansi keuangan merupakan

aktivitas jasa yang menyediakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

Informasi ini diperoleh melalui suatu proses akuntansi. Lebih lanjut informasi

tersebut diperlukan oleh setiap entitas usaha untuk mengetahui posisi dan hasil

1

Page 2: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

usahanya. Sehingga tujuan utamanya antara lain untuk menyediakan laporan

keuangan kepada manajemen dan pihak-pihak pemangku kepentingan. Akutansi

keuangan berpedoman kepada standar yang berlaku umum, yaitu PSAK/IFRS.

Sedangkan Akuntansi fiskal atau biasa disebut akuntansi pajak merupakan bagian

dari akuntansi keuangan yang menekankan pada penyusunan laporan perpajakan

(Surat Pemberitahuan (SPT)) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap

transaksi atau kegiatan perusahaan. Atau dengan kata lain akuntansi pajak bertujuan

menyediakan informasi keuangan perusahaan yang ditujukan secara khusus kepada

otoritas pajak sebagai salah satu pemenuhan kepatuhan pajak (tax compliance). Dan

akuntansi pajak berpedoman kepada Peraturan Perundang-Undangan.

Jika diperhatikan dengan seksama, Akuntansi Komersial didasarkan pada

kesepakatan yang dilakukan oleh perkumpulan profesi. Sedangkan Akuntansi Pajak

didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana ketentuan tersebut

mengikat kepada semua anggota masyarakat, termasuk anggota perkumpulan profesi.

Dengan demikian apabila terdapat perbedaan antara akuntansi komersial dan

akuntansi pajak, maka akuntansi pajak mempunyai prioritas untuk dipatuhi di atas

praktek akuntansi komersial.

Secara umum, tujuan penyusunan, penyajian dan pelaporan keuangan secara

fiskal adalah untuk memberikan informasi yang diperkukan untuk menghitung

besarnya Penghasilan Kena Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak, membantu Wajib

Pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terhutang, mengetahui dan menilai

tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan sistem self assessment,  terutama

ketika sedang dilakukan pemeriksaan.

Akuntansi pajak merupakan akibat dari sistem perpajakan yang dipakai di

Indonesia, self assesment system, dimana Wajib Pajak diberi kewenangan untuk

melapor, mendaftarkan, menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan membayar

pajak yang terutang secara mandiri, tanpa penetapan terlebih dahulu dari otoritas

2

Page 3: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

pajak. Sehingga laporan keuangan untuk tujuan fiskal seharusnya mempunyai ciri

kualitatif seperti dapat dipahami oleh fiskus, sensitivitas informasi, bukan

materialitas, disajikan secara jujur, dengan itikad baik, substansi penghasilan dan

beban yang disajikan merupakan penghasilan dan beban yang diperbolehkan oleh

undang-undang, dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya, disampaikan tepat

waktu, bersifat independen terhadap akuntansi komersial, apabila akuntansi komersial

tidak mampu menerbitkan laporan keuangan tepat waktu, akuntansi pajak harus

mampu menerbitkan laporan keuangan fiskal sendiri dan koreksi fiskal merupakan

salah satu cara praktis dalam penyusunan laporan keuangan fiscal.

1.2 Rumusan Masalah

Karena kebutuhan akuntansi perpajakan tersebut, maka dalam makalah ini

akan dibahas mengenai pilihan kebijakan atas system Akuntansi Perpajakan terkait

dengan masalah Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak Penghasilan, Akuntansi Pajak

Pertambahan Nilai, dan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Fiscal.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas dan menjelaskan

tentang pilihan kebijakan atas system Akuntansi Perpajakan terkait dengan masalah

Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak Penghasilan, Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai, dan

Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Fiscal.

3

Page 4: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian Sistem Akuntansi

Pengertian Sistem Akuntansi menurut para ahli:

1. Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi, pengertian

Akuntansi adalah sebagai berikut: “akuntansi adalah organisasi formulir,

catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh management guna

memudahkan pengelolaan perusahaan” (2008:3).

2. Menurut Soemarso SR, dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Suatu

Pengantar, pengertian Akuntansi adalah: “Akuntansi adalah suatu disiplin

yang menyediakan informasi penting sehingga memungkikan adanya

pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien. Akuntansi

juga dapat didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur

dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya

penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

menggunakan.” (2002:3).

Informasi Akuntansi Menurut APB No.4 (Lubis, 2011), akuntansi merupakan

kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang

bersifat keuangan mengenai suatu entitas ekonomi, yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi.

2.2. Metode Pencatatan

Metode pencatatan akuntansi dibagi menjadi 2 yaitu Accrual Basis dan Cash

Basis. Menurut Abdul Halim dalam bukunya Kamus Akuntansi menjelaskan bahwa:

“accrual basis accounting (akuntansi akrual), yaitu dasar akuntansi yang mengakhiri

4

Page 5: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

transaksi dan dasar peristiwa tersebut terjadi dan bukan hanya pada saat kas atau

setara kas diterima 26 atau dibayar”(2002;14). Menurut Kamus Besar Akuntansi

pengertian acrual basis accounting method sebagai berikut: “Acrual basis accounting

method (metode akrual) adalah suatu metode akuntansi dimana penerimaan yang

dihasilkan baru diakui atau dicatat apabila proses yang menghasilkan lengkap dan

apabila transaksi pertukaran terjadi, sementara pengeluaran baru diakui atau dicatat

apabila sejumlah uang benarbenar dibayarkan. (2004:19)

Apabila pencatatan yang digunakan menggunakan cash basis, maka

pendapatan dan beban yang tercatat dalam laporan laba rugi dilaporkan dalam periode

dimana uang kas diterima (pendapatan) atau uang kas yang dibayar (beban). Jadi,

transaksi pendapatan dan beban yang dilaporkan dalam laporan laba rugi adalah

transaksi-transaksi yang melibatkan arus uang kas masuk ataupun arus uang kas

keluar.

2.3. Pajak

Pengelompokan Pajak Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas dalam

bukunya Perpajakan Indonesia. Pembagian pajak dikelompokan berdasarkan

golongan, sifat dan lembaga pemungutannya, pajak menurut golongan dibagi

menjadi 2:

1. Pajak Langsung Adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak

Penghasilan (PPh).

2. Pajak Tidak Langsung Adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak menurut pemungutannya yang salah satunya dengan cara withholding

sistem dimana wewenang dalam pemungutan pajak diberikan kepada pihak ketiga

5

Page 6: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) dalam menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak. Mekanisme pemungutan pajak yang dilakukan

oleh fiskus terhadap wajib pajak ada yang bersifat langsung yakni di pungut dari

pihak kedua yang disebut sebagai pajak langsung dan ada juga yang tidak langsung

yakni di pungut dari pihak ketiga yang disebut dengan pajak tidak langsung.

Mekanisme pemungutan tersebut terbentuk karena system yang berlaku dalam

perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan dari masing-masingpajak yang

dikelola oleh negara mempunyai tata cara dan prosedur yang berbeda, dalam

pelaksanaannya dibedakan secara tegas antara pajak langsung dan pajak tidak

langsung (Judisseno,1997):

1. Pajak langsung adalah keadaan dimana wajib pajak harus memikul sendiri utang

pajaknya kepada fiskus dan tidak dilimpahkan kepada orang lain.

2. Pajak tidak langsung adalah keadaan dimana wajib pajak dapat melimpahkan

kewajibannya kepada pihak lain. Pengertian pajak tidak langsung tersebut

menjelaskan bahwa wajib pajak harus bertanggung jawab atas seluruh kewajiban

perpajakannya dan bisa dilimpahkan kepada orang lain.

Pajak Pertambahan Nilai adalah pengenaan pajak atas pengeluaran untuk

konsumsi baik yang dilakukan perseorangan maupun badan baik baik badan swasta

maupun badan pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan

pada anggaran belanja Negara (Sukardji, 2000 : 22).

Pajak Penghasilan merupakan suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada

masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau di

perolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup

berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewjiban yang harus dilaksanakannya

2.4. Laporan Akuntansi Dalam Perpajakan

2.4.1. Aktiva Tetap

Menurut Mulyadi (2001:591), aktiva tetap adalah:

6

Page 7: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

“kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis

lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan

perusahaan, bukan untuk dijual kembali”

Setiap perusahaan menggunakan berbagai macam aktiva tetap dalam

melakukan kegiatannya, misalnya perlatan, mesin, alat-alat, bangunan dan tanah.

Menurut Soemarso S.R (2005:20) aktiva tetap adalah aset berwujud yang:

1. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun;

2. Digunakan dalam kegiatan perusahaan

3. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan;

4. Nilainya cukup besar

Penyusutan aktiva tetap didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam

mengalokasikan biaya asset berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan

rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari pengguna asset

tersebut (Kiesi, weigandt and warfield,2005). Menurut soemarso SR (2005:24),

penyusutan adalah pembebanan biaya yang disebabkan pemakaian asset tetap.

2.4.2. Rekonsiliasi Fiskal

Peraturan pajak yang berlaku di Indonesia mengharuskan laporan laba rugi

fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang digunakan perusahaan dalam

menghitung laba akuntansi. Sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan

ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut. Untuk menentukan besarnya laba

rugi fiskal, perusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan

penyesuaian antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal

melalui perbedaan permanen dan perbedaan temporer atau koreksi fiskal positif dan

koreksi fiskal negatif (Zain :2007,221). Penyesuaian yang dilakukan terhadap

7

Page 8: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

penghasilan atau biaya yang termasuk koreksi fiskal positif adalah penghasilan yang

menurut fiskal akan bertambah dan atau biaya yang berkurang menurut fiskal atau

dengan kata lain koreksi fiskal positif adalah koreksi yang akan menyebabkan laba

fiskal bertambah. Disisi lain, penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau

biaya yang termasuk koreksi fiskal negatif adalah penghasilan yang menurut fiskal

atau dengan kata lain koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang akan menyebabkan

laba fiskal berkurang.

Beda tetap dapat terjadi dikarenakan oleh adanya perbedaan terkait pengakuan

penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan

perundang-undangan perpajakan. Beda waktu terjadi dikarenakan adanya perbedaan

waktu pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

8

Page 9: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

BAB III

PEMBAHASAN

Praktik akuntansi sangat erat kaitannya dengan praktik perpajakan. Namun,

standar maupun aturan yang menjadi acuan dari kedua bidang tersebut memiliki

beberapa perbedaan penting, sehingga tidak jarang menimbulkan kebingungan bagi

kalangan praktisi, perusahaan, maupun individu. Padahal berbagai produk yang

dihasilkan sesuai dengan standar akuntansi menjadi masukan (input) dalam

perhitungan pajak.

Pada perusahaan bersekala menengah dan besar, kesadaran akan pentingnya

akuntansi pajak telah ada dan diterapkan secara serius. Akan tetapi tidak sedikit

perusahaan (apapun sekalanya) belum menyadari pentingnya akuntansi pajak. Ada

kecendrungan untuk mengabaikan atau tidak mau pusing mengurusinya, sehingga

diserahkan kepada konsultan, yang hampir pasti tidak mengetahui operasional

perusahaan yang ditanganinya secara benar dan detail, yang sangat mungkin dapat

menjerumuskan perusahaan.

Definisi akuntansi berdasarkan AICPA, bahwa pengertian akuntansi sebagai

seni (art) dalam pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran dengan cara

tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang secara umum

bersifat keuangan termasuk juga dalam menginterpretasikan hasilnya. Sedangkan

pengertian akuntansi perpajakan adalah Suatu seni dalam mencatat, menggolongkan,

mengihtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh

wajib pajak dan bertujuan untuk menentukan jumlah Dasar Pengenaan Pajak (Nilai

9

Page 10: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

yang digunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak yang terutang) dalam suatu

tahun pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Perlunya akuntansi pajak untuk dipelajari dan diketahui selain akuntansi

keuangan adalah karena Pajak seringkali dikenakan atau dipungut atas dasar berbagai

asas, tujuan, dan pertimbangan-pertimbangan yang sebagian besar diantaranya justru

tidak berhubungan dengan penentuan laba rugi periodik atau penetapan beban dan

pendapatan sebagai salah satu tujuan pokok akuntansi keuangan. Sehingga untuk

melaksanakan kewajiban pajak dengan benar terutama dalam pengisian dan pelaporan

SPT sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari akuntansi pajak. Dengan

mengetahui Akuntansi Pajak, maka diharapkan Wajib Pajak dapat menghitung Pajak

dengan benar, tidak kurang dan tidak lebih.

3.1. Akuntansi Pajak Penghasilan

3.1.1. Aturan Hukum

Menurut Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun

2010, Saat Terhutang nya Pajak Penghasilan adalah, (tergantung peristiwa yang

terjadi terlebih dahulu)

PPh 21 PPh 22 PPh 23 PPh 26Pada saat Pembayaran

Disediakan atau dibayarkannya penghasilan.atau Terhutangnya penghasilan yang bersangkutan.

atau tertentu lainnya yang diatur oleh Menteri Keuangan.

Jatuh tempo pembayaran penghasilan yang bersangkutan.

Sedangkan di Penjelasan Pasal 15, Saat terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23

Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada saat pembayaran, saat disediakan

untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa),

10

Page 11: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti:

royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya). Yang

dimaksud dengan "saat disediakan untuk dibayarkan":

a. untuk perusahaan yang tidak go public, adalah saat dibukukan sebagai utang

dividen yang akan dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan atau

ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Demikian

pula apabila perusahaan yang bersangkutan dalam tahun berjalan membagikan

dividen sementara (dividen interim), maka Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-

Undang Pajak Penghasilan terutang pada saat diumumkan atau ditentukan dalam

Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan

yang bersangkutan.

b. untuk perusahaan yang go public, adalah pada tanggal penentuan kepemilikan

pemegang saham yang berhak atas dividen (recording date). Dengan perkataan lain

pemotongan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana diatur dalam Pasal 23

Undang-Undang Pajak Penghasilan baru dapat dilakukan setelah para pemegang

saham yang berhak "menerima atau memperoleh" dividen tersebut diketahui,

meskipun dividen tersebut belum diterima secara tunai.

Yang dimaksud dengan "saat jatuh tempo pembayaran" adalah saat kewajiban untuk

melakukan pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan, baik yang tertulis maupun

tidak tertulis dalam kontrak atau perjanjian atau faktur.

Selain itu kita juga mengenal Pajak Penghasilan Pasal 4(2), dimana beberapa

transaksi umum yang sering terjadi diantaranya terhutang pada saat,

a. Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-227/PJ./2002 Pasal 5 ayat

(1), yaitu Dalam melaksanakan pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana

dimaksud Pasal 4 ayat (1), Pihak penyewa wajib : memotong Pajak Penghasilan

11

Page 12: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

yang terhutang pada saat pembayaran atau terhutang nya sewa, tergantung

peristiwa mana lebih dahulu terjadi.

b. Penghasilan atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1994 Pasal 1 ayat (1), yaitu Atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan

Jadi untuk menentukan Saat Perjurnalan Akuntansi Pajak Penghasilan terkait

Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 26, & 4(2) perlu di perhatikan waktu kapan saat

terhutang dari pasal tersebut, untuk menentukan kapan dilakukannya perjurnalan atau

pembayaran Pajak Penghasilan. Begitu juga untuk mengantisipasi kemungkinan

koreksi dari Pemeriksa Pajak di kemudian hari pada saat terjadinya pemeriksaan

pajak. Dalam hal ini juga akan mempermudah Wajib Pajak dalam melakukan

Rekonsiliasi Biaya (Biaya yang dicatat dalam Laporan Akuntansi maupun Biaya/DPP

yang dicatat dalam Laporan Pajak/SPT) maupun melakukan Rekonsiliasi Hutang

Pajak Penghasilan (Hutang Pajak yang dilakukan dalam Laporan Akuntansi maupun

Hutang Pajak yang dibayarkan atau disetorkan dalam Laporan Pajak/SPT).

3.1.2. Implementasi

Saat Pengakuan Beban/Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan menurut Akuntansi dan

Pajak adalah sebagai berikut :

1. Cash Basis : Metode Akuntansi dimana, Beban dilaporkan pada periode dimana

cash dibayar

Apabila saat terhutangnya PPh terjadi pada saat pengakuan beban dengan metode

Cash Basis, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :

Dr. Beban xxx

Cr. Bank/Cash xxx

12

Page 13: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Cr. Hutang PPh xxx

2. Accrual Basis : Metode Akuntansi dimana, Beban dilaporkan pada periode saat

beban itu terjadi dalam usaha menghasilkan pendapatan.

Apabila saat terhutangnya PPh terjadi pada saat pengakuan beban dengan metode

Accrual Basis, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :

Dr. Beban xxx

Cr. Hutang xxx

Cr. Hutang PPh xxx

3. Deferral Basis : Metode Akuntansi dimana, pos yang sejak awal dicatat sebagai

asset tetapi diharapkan menjadi beban dikemudian hari atau

selama operasi normal bisnis.

Apabila saat terhutangnya PPh terjadi pada saat pengakuan beban dengan metode

Deferral Basis, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :

Dr. Beban dibayar dimuka xxx

Cr. Bank/Cash xxx

Cr. Hutang PPh xxx

Jika pada akhirnya, Saat terhutang nya Pajak Penghasilan (Saat terjadinya Dasar

Pengenaan Pajak/Beban menurut Pajak) tidak terjadi sama dengan Periode pencatatan

beban secara Akuntansi, maka akan terjadi rekonsiliasi beban antara laporan

akuntansi dengan laporan pajak.

3.2. Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai

3.2.1. Aturan Hukum

13

Page 14: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Menurut Pasal 11 Ayat (1) Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang

Pajak Pertambahan Nilai, Saat Terhutangnya PPN terjadi Pada saat :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak;

b. Impor Barang Kena Pajak;

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak;

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau

h. h.ekspor Jasa Kena Pajak.

Dan dalam Pasal 11 Ayat (2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan

Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal

pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak

adalah pada saat pembayaran.

Dalam SE 50/PJ/2011 Tentang Penegasan Saat Penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dijelaskan lebih rinci tentang saat penyerahan yaitu,

a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf a

berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) untuk penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya

berupa barang bergerak, terjadi pada saat:

a) Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada

pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;

b) Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada

penerima barang, untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan

14

Page 15: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan

antarcabang;

c) Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau

pengusaha jasa angkutan; atau

d) harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau

penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena

Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan

secara konsisten.

2) untuk penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya

berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk

menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara

hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.

3) untuk penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud, terjadi pada saat:

a) harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai

piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh

Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

dan diterapkan secara konsisten; atau.

b) kontrak atau perjanjian ditandatangani atau saat mulai tersedianya fasilitas atau

kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal

saat sebagaimana dimaksud pada huruf a) tidak diketahui.

b. Saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf a

terjadi pada saat:

1) harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan

atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;

15

Page 16: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada

angka 1) tidak diketahui; atau

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik

sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri

Jasa Kena Pajak.

Oleh karena itu untuk menentukan Saat Perjurnalan Akuntansi Pajak

Pertambahan Nilai juga perlu di perhatikan waktu kapan saat terhutang, untuk

menentukan kapan dilakukannya perjurnalan atau pembayaran Pajak Pertambahan

Nilai. Begitu juga untuk mengantisipasi kemungkinan koreksi dari Pemeriksa Pajak

di kemudian hari pada saat terjadinya pemeriksaan pajak. Dalam hal ini juga akan

mempermudah Wajib Pajak dalam melakukan Rekonsiliasi Penjualan (Penjualan

yang dicatat dalam Laporan Akuntansi maupun Penjualan/DPP yang dicatat dalam

Laporan Pajak/SPT) maupun melakukan Rekonsiliasi Hutang Pajak Pertambahan

Nilai (Hutang Pajak yang dilakukan dalam Laporan Akuntansi maupun Hutang Pajak

yang dibayarkan atau disetorkan dalam Laporan Pajak/SPT).

3.2.1. Implementasi

Saat Pengakuan Pendapatan/Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai menurut

Akuntansi dan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Cash Basis : Metode Akuntansi dimana, Pendapatan dilaporkan pada periode

dimana cash dibayar

Apabila saat terhutangnya PPN terjadi pada saat pengakuan pendapatan dengan

metode Cash Basis, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :

Dr. Bank/Cash xxx

Cr. Pendapatan/Uang Muka xxx

Cr. Hutang PPN xxx

16

Page 17: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

2. Accrual Basis : Metode Akuntansi dimana, Pendapatan dilaporkan pada periode

dimana pendapatan tersebut dihasilkan (terjadi penyerahan)

Apabila saat terhutangnya PPN terjadi pada saat pengakuan pendapatan dengan

metode Accrual Basis, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :

Dr. Piutang xxx

Cr. Pendapatan xxx

Cr. Hutang PPN xxx

(Sudah melakukan penagihan dengan Faktur Penjualan/Invoice)

Atau,

Dr. Pendapatan Akrual xxx

Cr. Pendapatan xxx

Cr. Hutang PPN xxx

(Belum melakukan penagihan dengan Faktur Penjualan/Invoice)

3. Deferral Basis : Metode Akuntansi dimana, pos yang sejak awal dicatat sebagai

liability tetapi diharapkan menjadi pendapatan dikemudian hari

atau selama operasi normal bisnis.

Apabila saat terhutangnya PPN terjadi pada saat pengakuan pendapatan dengan

metode Deferral Basis, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :

Dr. Bank/Cash xxx

Cr. Pendapatan diterima dimuka xxx

Cr. Hutang PPN xxx

Oleh karena itu Jika pada akhirnya, Saat terhutang nya Pajak Pertambahan Nilai (Saat

terjadinya Dasar Pengenaan Pajak/Pendapatan menurut Pajak) juga tidak terjadi sama

dengan Periode pencatatan pendapatan secara Akuntansi, maka akan terjadi

rekonsiliasi pendapatan antara laporan akuntansi dengan laporan pajak.

17

Page 18: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

3.3. Aktiva Tetap

Aktiva tetap digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan

operasional maupun produksinya. Pada tahap ini terdapat perlakuan akuntansi atas

penggunaan aset, salah satunya penyusutan. Ada 2 jenis aset tetap, sesuai dengan

jenisnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Aset tetap tidak dapat disusutkan Aset tetap yang tidak dapat disusutkan adalah

aset yang mempunyai umur dan masa manfaat yang tidak terbatas. Misalnya,

tanah untuk bangunan kantor, atau untuk bangunan pabrik. Harga perolehan atas

tanah tersebut tidak perlu disusutkan karena masa manfaatnya tidak terbatas.

b. Aset tetap dapat disusutkan Aset tetap yang dapat disusutkan adalah aset yang

umur atau masa manfaatnya terbatas. Jenis dari aset tetap yang dapat disusutkan

terdiri dari dua kelompok, yaitu :

Pengertian penyusutan menurut PSAK Nomor 17 adalah alokasi jumlah suatu

aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Besarnya

penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan

besarnya biaya penyusutan adalah saat dimulainya penyusutan, metode penyusutan,

kelompok masa manfaat dan tarif penyusutan, dan harga perolehan

3.3.1. Pembelian Aktiva

Perlakuan akuntansi pada saat pembelian aktiva tetap dengan

mempertimbangkan aturan perpajakan.

Contoh penjurnalan pembelian mesin Rp 100.000,-:

Pembeli (PKP), Penjual (PKP)

18

Page 19: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Mesin Rp 100.000PPN Masukan Rp 10.000

Kas/Bank  Rp 110.000

Pembeli (non-PKP), Penjual (PKP)

Mesin Rp 110.000Kas/Bank  Rp 110.000

Pembeli (PKP), Penjual (non-PKP) dan Pembeli (non-PKP) Penjual (non-PKP)

Mesin Rp 100.0000Kas/Bank  Rp 100.000

3.3.2. Metode Penyusutan

Perhitungan dan penerapan tarif penyusutan untuk kepentingan pajak harus

memperhatikan dasar hukum penyusutan fiscal karena perhitungan dan penerapannya

dapat berbeda dengan penyusutan dalam akuntansi komersial. Suandy (2011:36)

mendefinisikan ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah

beban penyusutan. Dalam praktiknya, banyak perusahaan memilih satu metode

penyusutan dalam menghitung seluruh asset perusahaannya. Metode penyusutan

dibagi menjadi 2, yaitu

1. Berdasarkan kriteria waktu, yaitu:

a. Metode garis lurus (straight line method);

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan X Dasar Perhitungan Perhitungan

b. Metode pembebanan yang menurun (dipercepat):

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method);

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan X Dasar Perhitungan

Perhitungan

Dasar Perhitungan Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu

19

Page 20: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method).

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan X Dasar Perhitungan

Perhitungan

Dasar Perhitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Penyusutan

2. Berdasarkan penggunaan:

a. Metode jam jasa (service hours method);

Tarif penyusutan per jam = (Harga Perolehan – Nilai Residu) : Estimated

Service Life

b. Metode jumlah unit produksi (productive output method).

Tarif penyusutan = Produksi Sebenarnya : Kapasitas Produksi

Biaya penyusutan = Tarif penyustan X Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan = Harga Perolehan – Nilai residu

Metode penyusutan sesuai dengan PSAK 17, tidak mengharuskan untuk

menggunakan metode mana yang akan digunakan untuk menyusutkan aktiva asalkan

perhitungannya secara sistematis dan masuk akal selama manfaat aktiva, dan metode

penyusutan harus konsisten kecuali ada perubahan kondisi.

Contoh Jurnal Atas Penyusutan Aset Tetap sebagai berikut:

Penyusutan Rp xxxAkumulasi Penyusutan  Rp xxx

Metode penyusutan sesuai dengan ketentuan perpajakan sebagaimana telah

diatur dalam Pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan

manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih

dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui

penyusutan.

Metode penyusutan menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

20

Page 21: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

1. Metode garis lurus (straight line method);

Dalam hal aktiva berupa bangunan, metode yang diperkenankan dalam UU

PPh adalah metode garis lurus.

2. Metode saldo menurun (declining balance method).

Dalam hal Wajib Pajak menggunankan metode saldo menurun, maka sisa

buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.

Penentuan kelompok dan tarif penyusutan Harta Berwujud didasarkan pada

Pada Pasal 11 UndangUndang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

KELOMPOK HARTA

BERWUJUD

MASA

MANFAAT

TARIF DEPRESIASI

GARIS LURUSSALDO

MENURUN

I.  Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II.  Bangunan

Permanen 20 tahun 5% –

Tidak Permanen 10 tahun 10% –

Saat penyusutan dapat dimulai pada: Bulan dilakukan pengeluaran. Untuk

harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan pengerjaan

harta tersebut selesai. Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai

21

Page 22: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

pada bulan harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan.

Untuk mengetahui aktiva atau harta yang digunakan masuk kedalam

kelompok berapa, dapat dilihat dalam lampiran I hingga IV di PMK nomor

96/PMK.03/2009 dan sudah ditentukan pula sesuai dengan jenis usaha dan kegiatan

Wajib Pajak.

3.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan suatu aset:

Harga perolehan

Besarnya harga perolehan akan mempengaruhi besar kecilnya beban yang

akan disusutkan

Nilai Residu atau Nilai Sisa Aset

Nilai residu digunakan sebagai prediksi potensi harga jual aset (apabila akan dijual)

Umur Ekonomis Aset

Dalam menentukan beban penyusutan, umur fungsional menjadi salah satu

penentu dalam perhitungannya.

o Umur fisik Aset Tetap, berhubungan dengan kondisi fisik suatu aset

tetap.

o Umur Fungsional Aset Tetap, berhubungan dengan kontribusi aset

terhadap penggunaanya. Aset Tetap masih mempunyai umur

fungsional jika aset tetap tersebut masih mempunyai manfaat atau

kontribusi dalam operasional produksi perusahaan walaupun secara

fisik sudah tidak mendukung.

3.3.4. Penjualan Aktiva

Dalam pencatatan aset pada setiap perusahaan tentunya akan menggunakan

metode yang berbeda-beda dan ada kemungkinan ketidaksamaan pada perhitungan

komersial dengan fiskal sehingga pada akhir laporan keuangan akhir akan terjadi

22

Page 23: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

perbedaan besaran penyusutan yang dimana nantinya akan dikoreksi menurut dengan

perhitungan fiskal. Dalam hal terjadi perbedaan, dalam konteks perpajakan

dinyatakan sebagai beda temporer.

Contoh kasus:

6 Juli 2015, PT.ABC (industri makanan) menjual mesin produksi-nya dengan

harga Rp 60.000 ke PT. XYZ (PKP). Aset tetap mesin ini di beli pada 02 Januari

2012 saat itu harga perolehannya seharga Rp 100.000.

catatan tambahan: (komersial)

PT. ABC memakai metode garis lurus dalam perhitungan penyusutan aset

tetap tanpa nilai sisa (nilai residu, mesin diperkirakan memiliki umur ekonomis 10

Tahun (Komersial). Berikut posisi Aset Mesin PT ABC per 31 Des 2014:

Harga perolehan = Rp 100.000

Akumulasi penyusutan (3 tahun) = Rp 30.000

Nilai sisa buku (komersial) = Rp 70.000

catatan tambahan: (fiskal)

PT. ABC memakai metode garis lurus dalam perhitungan penyusutan aset

tetap tanpa nilai sisa (nilai residu, mesin diperkirakan memiliki umur ekonomis 10

Tahun (komersial) sedangkan jika dilihat dari peraturan penyusutan perpajakan mesin

dapat dikelompokkan ke dalam kelompok II dan masa manfaat yang berlaku selama 8

tahun. Berikut posisi Aset Mesin PT ABC per 31 Des 2014(secara fiskal):

Harga perolehan = Rp 100.000

Akumulasi penyusutan (3 tahun) = Rp 37.500

Nilai sisa buku (Fiskal) = Rp 62.500

3.3.5. Nilai Buku Aset Tetap Pada Saat Penjualan 

Menghitung Penyusutan 01 Januari – 6 Juli 2015 : Mesin di jual tanggal 6 Juli

2015, dimana tanggal 6 belum melewati setengah bulan, sehingga mesin dianggap

23

Page 24: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

belum digunakan selama 1 bulan penuh dan penyusutan bulan juli penyusutan tidak

dihitung jadi dihitung hingga bulan juni saja

Secara Komersial:

Penyusutan 1 Jan – 6 Juli 2015 = 6/12 x (100.000/10) = Rp 5.000

Jurnal beban penyusutan:

Penyusutan Rp 5.000

Akumulasi Penyusutan  Rp 5.000

Jurnal tersebut menambah Biaya penyusutan dan menambah akumulasi

penyusutan mesin sebesar Rp5.000 Sehingga akumulasi penyusutan mesin per

tanggal 6 Juli 2015 adalah sebagai berikut

Akumulasi penyusutan 31 Des 2014 + Akum. Penyusutan 1 Jan-6 Juli 15:

Rp 30.000 + Rp 5.000 = Rp 35.000

Dan nilai Buku Aktiva Tetap Mesin per 6 Juli 2015 adalah:

Rp 100.000 – Rp 35.000 = Rp 65.000

Secara Fiskal mesin di jual tanggal 6 Juli 2015, bedasarkan xxx maka perhitungan

penyusutan di bulan Juli harus diperhitungkan.

Penyusutan 1 Jan – 6 Juli 2015 = 7/12 x (100.000/8) = Rp 7.292

Jurnal beban penyusutan:

Penyusutan Rp 7.292

Akumulasi Penyusutan  Rp 7.292

Jurnal tersebut menambah Biaya penyusutan dan menambah akumulasi

penyusutan mesin sebesar Rp 7.292 Sehingga akumulasi penyusutan mesin per

tanggal 6 Juli 2015 adalah sebagai berikut

Akumulasi penyusutan 31 Des 2014 + Akum. Penyusutan 1 Jan-6 Juli 15:

24

Page 25: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Rp 37.500 + Rp 7.292 = Rp 44.792

Dan nilai Buku Aktiva Tetap Mesin per 6 Juli 2015 adalah:

Rp 100.000 – Rp 44.792 = Rp 55.208

3.3.6. Pengakuan Penjualan

Jurnal Penjualan (Laporan Komersial) – penjualan dikenakan PPN

Kas / Piutang 66.000

Akum. Penyusutan Mesin 35.000

Rugi Penjualan Mesin 5.000

Aktiva Tetap Mesin 100.000

PPN Keluaran 6.000

Jurnal Penjualan (Laporan Fiskal) – pejualan dikenakan PPN

Kas / Piutang 66.000

Akum. Penyusutan Mesin 44.792

Aktiva Tetap Mesin 100.000

Laba Penjualan Mesin 4.792

PPN Keluara 6.000

Apabila terdapat perbedaan dalam pengakuan beban penyusutan dalam

laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal, maka pada akhir tahun

pada saat pelaporan pajak jumlah selisih akan dikoreksi fiskal.

3.4. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal

Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang

berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang

25

Page 26: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

sesuai dengan ketentuan pajak. Rekonsilisasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak

karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi

(komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial

ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta,

sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak.

Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal adalah

karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur

akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan

penghasilan dan biaya.

Jika Wajib Pajak harus menyusun dua laporan keuangan yang berbeda, maka

disamping terdapat pemborosan waktu, tenaga, dan uang juga akan terjadi tidak

tercapainya tujuan menghindari manipulasi pajak. Untuk mengatasi masalah tersebut

digunakan beberapa pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, yaitu:

1. Laporan keuangan fiskal disusun secara beriringan dengan laporan keuangan

komersial.

2. Laporan keuangan fiskal ekstrakomtabel dengan laporan keuangan bisnis.

3. Laporan keuangan fiskal disusun dengan menyisipkan ketentuan-ketentuan

pajak dalam laporang keuangan bisnis.

Untuk menjembatani adanya perbedaan tujuan kepentingan laporan keuangan

komersial dengan laporan keuangan fiskal serta tercapainya tujuan efisiensi maka

lebih dimungkinkan untuk menetapkan pendekatan yang kedua. Perusahaan hanya

menyelenggarakan pembukuan menurut akuntansi komersial, tetapi apabila akan

menyusun laporan keuangan fiskal barulah menyusun rokonsiliasi terhadap laporan

keuangan komersial tersebut.

3.4.1. Beda Permanen dan Temporer

26

Page 27: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Perbedaan penghasilan dan biaya atau pengeluaran menurut akuntansi dan

menurut fiskal dapat dikelompokkan menjadi beda tetap/permanent (permanent

differences) dan beda waktu/sementara (timing differences).

A. Beda Tetap/ Permanen

Beda tetap/permanen adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban

berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang bersifat permanen. Artinya penghasilan atau biaya yang

demikian tidak akan diakui untuk selamanya dalam rangka menghitung

penghasilan kena pajak. Contoh: pemberian kenikmatan/ natura kepada

karyawan, sumbangan, biaya jamuan makan,pendapatan bunga, pembayaran

dividen.

Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya

menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya

yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal,

atau sebaliknya. Beda tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal (taxable

income).

Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-

hal berikut dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak:

1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh final (pasal 4 ayat 2 UU PPh)

2. Penghasilan yang bukan Objek pajak (pasal 4 ayat 3 UU PPh)

3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha,

yaitu mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta

pengeluaran yang sifat pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya

melebihi kewajaran (pasal 9 ayat 1 UU PPh).

Beda Tetap (Permanen) terdiri dari:

a. Beda Tetap Penghasilan

27

Page 28: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

1. Penerimaan menurut PSAK merupakan penghasilan tetapi undang –

undang Pajak Penghasilan (PPh) bukan penghasilan. Contoh: Dividen

atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik

Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah dari penyertaan modal pada

badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

dengan syarat:

o Dividen berasal dari cadangan laba ditahan

o Bagian perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan

Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan

saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

25% dari jumlah modal disetor dan harus mempunyai usaha

aktif diluar kepemilikan saham tersebut.

2. Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi

menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penghasilan.

Contohnya: penerimaan hibah atau bantuan dari pihak-pihak yang ada

hubungan istimewa.

3. Penghasilan yang dikenakan pemungutan pajak bersifat final.

b. Beda Tetap Biaya

Pengeluaran yang menurut PSAK merupakan beban tetapi menurut UU

PPh tidak boleh dikurangi penghasilan bruto adalah

1. Biaya yang tidak ada hubungan langsung untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan,

2. Biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan yang

dikenakan PPh Final,

3. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan

berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh,

28

Page 29: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

4. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang –

undangan dibidang perpajakan,

5. Kerugian karena penjualan/pengalihan aktiva dan/atau hak yang

dimiliki yang tidak dipergunakan dalam kegiatan usaha dan dalam

rangka mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,

6. PPh Pasal 21 dan 26 yang ditanggung oleh pemberi penghasilan

kecuali dalam menghitungnya menggunakan metode gross up.

c. Beda Tetap yang disebabkan tidak dipenuhi syarat-syarat khusus:

Adalah suatu penghasilan atau biaya baru akan diakui berbeda sepanjang

tidak memenuhi syarat – syarat pengakuannya dalam ketentuan

perpajakan. namun jika memenuhi ketentuan perpajakan maka perbedaan

yang timbul dalam pengakuan menurut fiskal akan menjadi hilang dan

pengakuannya akan sama dengan pengakuan menurut prinsip akuntansi.

contoh:

Biaya perjalanan yang dapat dikurangkan dari enghasilan bruto

adalah biaya perjalanan pegawai peusahaan untuk kepentingan

perusahaan yang dilengkapi dengan bukti – bukti yang sah, misal:

surat tugas, tiket, kwitansi hotel, atau pembayaran ke biro

perjalanan. Uang saku dalam perjalanan dinas merupakan objek

PPh Pasal 21 dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

adalah biaya promosi yang didukung bukti pemuatan iklan,

pembuatan barang – barang promosi harus dibedakan dengan

sumbangan.

Biaya Entertaiment yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

adalah biaya entertainment yang benar dikeluarkan ada

hubungannya dengan kegiatan usaha Wajib Pajak dan dibuatkan

29

Page 30: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

daftar normative (dilampirkan di SPT Tahunan PPh). Isi daftar

normatif meliputi: Nomor urut, Tanggal, Nama Tempat, Alamat,

Jenis dan Jumlah Entaiment yang diberikan, serta Nama, Posisi,

Nama Perusahaan dan Jenis Usaha Relasi yang dijamu.

Biaya penelitian dan pengembangan yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto adalah usaha yang dilakuakan di Indonesia.

Kerugian piutang usaha kecuali Bank dan Sewa Guna Usaha

(SGU), piutang yang dapat dihapuskan adalah piutang yang nyata

– nyata tidak dapat ditagih dan dibuatkan daftar normative

(dilampirkan di SPT Tahunan PPh).

Beda Tetap yang disebabkan praktek – praktek akuntansi yang

tidak sehat yaitu Keperluan pribadi pemilik atau pemegang saham

dan keluargannya yang dibayar perusahaan dan dibukukan sebagai

beban usaha, serta keperluan pribadi pegawai perusahaan yang

dibayar perusahaan dan dibukukan sebagai beban usaha.

B. Beda Waktu / Sementara

Beda waktu/sementara adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban

tertentu menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan perpajakan

yang berlaku. Perbedaan ini menyebabkan pergeseran pengakuan pendapatan

atau beban antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya. Contoh :

penyusutan aktiva tetap, pengakuan terhadap piutang dan persediaan.

Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan yang dipakai antara pajak

dengan akuntansi dalam hal:

Akrual dan realisasi

Penyusutan dan amortisasi

Penilaian persediaan

Kompensasi kerugian fiscal

30

Page 31: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Contoh Beda Waktu/Sementara:

1. Penyusutan/amortisasi,

2. Penilaian persediaan,

3. Rugi laba selisih Kurs,

4. Rugi laba atas penyertaan saham,

5. Kerugian piutang kecuali bank, sewa guna usaha dengan hak opsi,

cadangan untuk usaha asuransi, cadangan reklamasi usaha

pertambangan,

6. Tagihan atau hutang dalam valuta asing,

7. Harta berwujud dan tidak berwujud,

8. Biaya pendirian dan perluasan usaha,

9. Biaya sebelum produksi komersial,

10.Biaya dibayar dimuka jangka panjang,

11.Pencadangan kewajiban bersyarat atau cadangan lain,

12.Pengakuan pengahasilan dan biaya atas proyek jangka panjang,

13.Hak penambangan dan hak pengusaha hutan.

3.4.2.Koreksi Positif dan Negatif

Dengan adanya beda waktu dan beda tetap, laporan keuangan komersial harus

dikoreksi terlebih dahulu untuk menghitung penghasilan kena pajaknya. Koreksi ini

disebut koreksi fiskal yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

A. Koreksi Positif

Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena

pajak secara fiskal bertambah, yang selanjutnya berdampak memperbesar

nilai pajak penghasilan yang terutang.

Koreksi Positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah.

Koreksi positif biasannya dilakukan akibat adanya:

1. Beban yang tidak diakui oleh pajak (non-deductible expense)

31

Page 32: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiscal

3. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiscal

4. Penyesuaian fiskal positif lainnya

B. Koreksi negatif

Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena

pajak secara fiskal menjadi berkurang yang selanjutnya berdampak

memperkecil penghasilan kena pajak. Koreksi negatif biasanya dilakukan

akibat adanya:

1. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak

2. Penghasilan yang dikenakan PPh final

3. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya

4. Penyesuaian fiskal negative

PT. ABC meminta bantuan KAP ( Kantor Akuntan Publik ) XYZ untuk

menyusun rekonsiliasi fiskal berdasarkan data laporan keuangan pada tahun 2008

sebagai berikut :

Dalam Rupiah (Rp)

Penjualan   20.000.000.000,-

HPP 7.500.000.000,-

Laba Bruto 12.500.000.000,-

Biaya Operasional :

1. Gaji 550.000.000,-

2. Tunjungan Transport Karyawan 150.000.000,-

3. Biaya makan kantor 10.000.000,-

4. Biaya pengobatan yang

ditanggung perusahaan

80.000.000,-

32

Page 33: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

5. Biaya training karyawan 20.000.000,-

6. Biaya seragam satpam 10.000.000,-

7. Biaya pengangkutan 10.000.000,-

8. Biaya bunga pinjaman 30.000.000,-

9. Cadangan penghapusan piutang 25.000.000,-

10. Biaya listrik dan telepon kantor 5.000.000,-

11. PBB dan biaya materai 5.000.000,-

12. Penyusutan asset tetap 150.000.000,-

13. Premi asuransi kebakaran pabrik 20.000.000,-

14. Bantuan untuk panitia HUT RI 10.000.000,-

Total Biaya Operasional : 1.075.000.000,-

Laba Usaha 11.425.000.000

Pendapatan Lain – Lain:

1. Dividen dari PT.AI (Setelah

Dividen)

246.500.000

(Persentasi kepemilikan 20%)

2. Keuntungan Selisih Kurs 10.000.000

Total Pendapatan Lainnya 256.500.000

Laba Usaha sebelum PPh 11.681.500.000

Keterangan Tambahan :

Penyusutan Fiskal megunakan metode garis lurus.

Jenis Aset Tahun Beli Harga Beli Nilai Sisa

Bangunan

Permanen

05 – 07 - 04 750.000.000 100.000.000

33

Page 34: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008 ( Dalam Ribuan Rupiah )

No KeteranganMenurut

Akuntansi

Koreksi Fiskal Menurut

Perpajaka

n

Keterangan(+) (-)

1 Penjualan 20.000.000 20.000.000

HPP (7.500.000) (7.500.000)

Laba Kotor 12.500.000 12.500.000

2 Beban Operasi

Gaji 550.000 550.000

Tunjangan Transport 150.000 150.000

Biaya makan kantor 10.000 10.000 0 Pasal 9 ayat

1

Biaya Pengobatan 80.000 80.000

Biaya training 20.000 20.000

Biaya seragam satpam 10.000 10.000

Biaya pengangkutan 10.000 10.000

Biaya bunga pinjaman 30.000 30.000

Cadangan

Penghasilan Piutang

25.000 25.000 0 Pasal 9 ayat

1

Biaya listrik 5.000 5.000

PBB dan Materai 5.000 5.000

Penyusutan asset

tetap

150.000 75.000 75.000 Pasal 2 UU

PPh

Premi asuransi 20.000 20.000

Sumbangan Hut RI 10.000 10.000 0 Pasal 9 ayat

1

34

Page 35: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

Total Biaya Operasi (1.075.000) (955.000)

Laba bersih usaha 11.425.000 11.545.000

3 Pendapatan luar usaha

Dividen 246.500 43.500 290.000 Pasal 4 ayat

I

Keuntungan selisih

kurs

10.000 10.000

Total Pendapatan/

biaya dari luar usaha

256.500 300.000

4 Laba Bersih Sebelum

Tax

11.681.500 163.500 0 11.845.000

Additional Noted:

1. Dividen, menurut pajak adalah 290.000.000 padahal tertera 246.500.000, hal

itu karena 246.500.000 ( sudah termasuk pajak 15 % ) dan nilai awal dividen

adalah 290.000.000

2. Penyusutan asset, menurut pajak adalah 75.000.000, sedangkan menurut

akuntansi adalah 150.000.000, itu karena 150.000.000 adalah penyusutan 1

tahun sedangkan lihat tanggal pembelian bangunan yaitu tengah tahun maka

150.000.000/2 adalah 75.000.000

35

Page 36: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

BAB IV

KESIMPULAN

1. Untuk menentukan Saat Perjurnalan Akuntansi Pajak Penghasilan terkait

Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 26, & 4(2) perlu di perhatikan waktu

kapan saat terhutang dari pasal tersebut, untuk menentukan kapan

dilakukannya perjurnalan atau pembayaran Pajak Penghasilan

2. Saat Perjurnalan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai juga perlu di perhatikan

waktu kapan saat terhutang, untuk menentukan kapan dilakukannya

perjurnalan atau pembayaran Pajak Pertambahan Nilai.

3. Pengertian penyusutan menurut PSAK Nomor 17 adalah alokasi jumlah suatu

aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Besarnya

penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menentukan besarnya biaya penyusutan adalah saat dimulainya penyusutan,

metode penyusutan, kelompok masa manfaat dan tarif penyusutan, dan harga

perolehan

4. Rekonsilisasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan

penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba

menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial ditujukan untuk

menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan

laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Penyebab

36

Page 37: Makalah STR 2 Akuntansi Perpajakan

perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal adalah

karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur

akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan

perlakuan penghasilan dan biaya.

37