Post on 05-Mar-2018
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
1
Abstrak—Tingkat kelulusan siswa SMP yang
mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena rendahnya motivasi
belajar dari siswa. Untuk itu penulis merancang sebuah
media motivasi untuk siswa melalui sebuah film animasi
motivasi yang dikemas secara 3D yang dikemas menjadi
suatu film animasi berjudul ’Try Out.
Dalam perancangan ini, penulis berfokus pada
perancangan environment yang dikemas secara 3D.
Dengan menggunakan metode kreatif dengan cara
mengumpulkan foto-foto daerah perkotaan modern dari
berbagai macam sumber, begitu juga perabotan dan
properti. Kemudian foto-foto tersebut dimanfaatkan
sebagai referensi desain, hal ini dilakukan tahap modeling
dan pemberian tekstur hingga rendering. Environment ini
dikemas dengan gaya gambar realis , detail, dengan
penggunaan tone warna yang cerah. Penulis berharap
dengan terciptanya environment ini akan mampu
mewujudkan sebuah film animasi lokal yang tidak hanya
menarik namun juga berkualitas dan memberikan efek
positif kepada siswa SMP sehingga pesan motivasi dalam
film dapat tersampaikan.
Kata Kunci— enviroment, animasi , 3D , dan Try Out
I. PENDAHULUAN
jian Nasional yang lebih dikenal dengan UN adalah
sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah
secara nasional dilaksanakan setiap tahun. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa tingkat kelulusan siswa SMP
yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin
menurun. Hasil riset melalui proses FGD dan wawancara
mendalam yang dilakukan penulis menunjukkan ada
permasalahan motivasi belajar dari siswa yang rendah.
Maka diperlukanlah pemberian dukungan kepada para siswa
untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa salah satunya
melalui sebuah media yang mampu mendorong motivasi
belajar dan diminati oleh siswa SMP yaitu media animasi. Maka penulis merancang sebuah film animasi motivasi yang
dikemas secara 3D yang dikemas menjadi suatu film animasi
yang mengangkat tema ujian nasional berjudul ‟Try Out‟. Pada
perancangan film animasi ini, penulis bertugas untuk
merancang environment.
Environment adalah aspek yang membentuk dunia dimana
karakter akan tampil dalam sebuah animasi dimana karakter
tersebut hidup, bergerak dan berinteraksi dengan elemen-
elemen animasi yang lain. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Cak Ikin, animator Suro Boyo, berpendapat bahwa
environment dalam kebanyakan film animasi lokal Indonesia
dianggap kurang penting dalam produksi film animasi
Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebanyakan
animator cenderung mementingkan pergerakan karakternya
daripada background atau environment. Pergerakan karakter
yang lebih utama, kemudian background dan environment
dikerjakan. Terkadang animator membuat animasi hanya
mengandalkan pencahayaan saja background seadanya. Jadi
environment dianggap sebagai element yang kurang begitu
penting
Menurut Apriyadi Kusbiantoro, Animator Urakurek Studio
Jogja, berpendapat film luar negeri misalnya film animasi
Hollywood dan Jepang, sukses dipasaran karena environment
memperhatikan peran dan fungsi environment dalam
mendukung cerita film. Tentu saja fungsi utamanya sebagai
penjelasan tentang suatu scene adegan, baik itu lokasi,
atmosfer, waktu dan memberi penegasan suatu adegan.
Environment juga memiliki fungsi sebagai pembangun mood
dan suasana adegan. Jadi sebagus apapun kualitas animasinya,
jika environment atau background tidak mendukung karakter
dan animasinya, tentu akan mempengaruhi filmya. Akan
menjadi nilai tambah kalau sebuah animasi yang dihiasi
gambar gambar background yang cantik. Sehingga mutlak
diperlukan desainer environment atau background dalam
sebuah film animasi.
Gambar 1.1 Film animasi lokal Indonesia Kabayan dan environmentnya
Mengambil contoh film animasi lokal misalnya Kabayan
mengangkat tema tentang kebudayaan Indonesia. Menurut
responden dari hasil FGD SMP 19 Surabaya, bahwa
environment film animasi Indonesia Kabayan Liplap dinilai
kurang mampu menggambarkan suasana desa Indonesia.
Responden menilai environment Kabayan kurang cocok
Perancangan Environment 3D Sebagai Pendukung Film
Animasi Motivasi „TRY OUT‟ dengan Konsep Urban
Life and Junior High Education Royce Suryo Prabowo dan Andjrah Hamzah Irawan ST, MSi
Jurusan Desain Produk Industri , Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: anjrah@prodes.its.ac.id
U
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
2
dengan konsep film animasi tentang edukasi budaya Indonesia.
Contohnya ditandai dengan pohon yang tidak ada di Indonesia.
Pohon berwarna merah muda pada film Kabayan bisa
dianggap sebagai bunga sakura maupun pohon dengan daun
oranye yang tidak ada di Indonesia.Dengan kata lain fungsi
environment sebagai penunjuk sebuah adegan dalam film
Kabayan dapat dikatakan kurang cocok dengan konsep cerita.
Responden juga menilai film Kabayan mendramatisasi
suasana adegan, misalnya ketika karakter sedih suasana adegan
yang dibangun sama. Sedangkan film animasi seperti Tangled
dan lebih meredupkan pencahayaan dan tone warna sehingga
terlihat lebih dramatis dan membangun suasana sedih. Fungsi
environment sebagai pembangun suasana hati dapat dikatakan
kurang.
(a) (b)
Gambar 1.2 Perbandingan suasana adegan sedih dari film animasi
Kabayan 2009 (a), Tangled 2011 (b),
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa
environment kurang film animasi Indonesia kurang mampu
mendukung cerita dan kurang mampu membangun suasana
adegan. Fungsi environment sebagai penjelasan tentang suatu
scene, baik itu lokasi, atmosfer, waktu atau juga untuk
memberi penegasan atau dramatisir suatu adegan. Environment
berfungsi juga sebagai pembangun mood (suasana hati) dan
atmospehere (suasana) terhadap setiap adegan. Suasana yang
dihasilkan oleh environment mempengaruhi suatu adegan pada
film dan mempengaruhi suasana hati serta emosi penonton
misal senang atau sedih sehingga mampu memainkan aspek
emosional penonton sehingga film tidak menjadi datar dan
membosankan.
Environment dalam animasi memang bukan penentu utama
bagi kesuksesan sebuah Animasi. Namun setiap animasi yang
sukses pasti memiliki desain Environment yang sangat
mendukung jalan cerita dan karakter. Kesuksesan film animasi
ditentukan oleh gabungan unsur-unsurnya yaitu cerita,
karakter, dan environment. Ketika salah satu unsurnya tidak
baik, maka sudah dapat dipastikan film tersebut hasilnya tidak
akan maksimal karena unsur-unsur tersebut adalah satu
kesatuan.
Film animasi 3D “Try Out” adalah film yang mengangkat
tema seputar Ujian Nasional SMP berdasarkan fenomena
tentang Ujian Nasional. Film yang dirancang untuk
memotivasi belajar siswa dengan menceritakan tentang
kehidupan seorang anak SMP bernama Bagas anak Pak
Sugeng, seorang tukang becak. Bagas sangat malas belajar dan
tidak memiliki kesadaran Bagas bahkan tidak peduli tentang
pentingnya pendidikan dan Ujian Nasional untuk masa
depannya.
Setting environment film animasi ini mengambil setting kota
besar Indonesia yang memiliki didiami oleh berbagai lapisan
masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda
kehidupan. Mulai dari daerah kampung kumuh rumah tempat
Pak Sugeng dan Bagas tinggal, kompleks gedung dan
perkotaan kota besar Indonesia dengan fokus utama pada
pernceritaan kehidupan sekolah dan kehidupan sehari-hari
Bagas dan Pak Sugeng serta karakter yang lain dalam
menghadapi Ujian Nasional.
Dalam film animasi ini, environment berperan untuk
membangun setting sesuai dengan cerita dan karakter film
animasi dengan konsep yang sudah dirancang dengan
sedemikian rupa oleh penulis yaitu menggambarkan kehidupan
kota besar dan pendidikan SMP Indonesia dengan konsep
„Urban Life and Junior High Education‟. Dengan
pertimbangan data diatas pada perancangan ini, peneliti
melakukan perancangan untuk membangun environment
sebuah film animasi 3D “Try-Out”. Pertimbangan objek
perancangan untuk kali ini adalah kelanjutan dari hasil
perancangan yang telah dilakukan oleh penulis sebelumnya,
dan pada perancangan itu output yang dihasilkan adalah
perancangan film animasi dan perancangan karakter untuk film
animasi 3D “Try Out”.
II. STUDI PUSTAKA
A. Definisi Environment
Lingkungan atau environment adalah semua aspek yang
membentuk dunia dimana karakter akan tampil dalam sebuah
animasi dimana karakter tersebut hidup, bergerak dan
berinteraksi dengan elemen-elemen animasi yang lain.
Menurut Himawan Pratista dalam bukunya “Memahami film”,
environment adalah seluruh latar bersama dengan propertinya.
Properti dalam hal ini adalah semua benda tidak bergerak
seperti perabot ,pintu ,jendela, kursi, lampu, pohon, dan
sebagainya. Setting yang digunakan dalam sebuah film
umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya.
Setting harus mampu meyakinkan penonton jika film tersebut
tampak sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan waktu sesuai
kontek cerita filmnya.
B. Merancang environment 3D
Ada beberapa pertimbangan dan tahapan yang
mempengaruhi adaptasi dari storyboard dan sketsa yang telah
dibuat menjadi desain environment. Storyboard dan sketsa
dibuat dengan detail menjadi patokan dari model 3D tetapi
tetap mengalami revisi berupa penambahan-penambahan atau
pengurangan environment yang diperlukan ataupun yang tidak.
C. Aspek Visual
Dalam perancangan environment animasi ini , penulis
menggunakan gaya gambar realis , hal ini didukung oleh hasil
survey yang dibagikan kepada 100 orang responden yang
banyak memilih kriteria desain realis. Diperkuat dengan detil-
detil diperkuat dengan warna dan tekstur yang menjadil salah
satu aspek menarik dalam perancangan environment ini.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
3
D. STUDI EKSISTING, KOMPARATOR
a. Eksisting
Gambar 2,1 Film animasi Kabayan Liplap
Gambar 2,2 Film animasi Meraih Mimpi
Gambar 2,3 Lakon Animasi-Pada Suatu Ketika
b. Komparator
Gambar 2,4 Cloudy Chance with a Meatball
Gambar 2,5 Rio
„ Gambar 2,6 CJ7 Animation
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Data
Dalam perancangan environment film animasi 3D „Try Out‟
ini, data yang digunakan merupakan hasil survey kepada
responden siswa SMP dengan batasan usia antara 13-15 tahun
yang berdomisili di Surabaya. Mulai dari gaya gambar, warna,
detail obyek, merupakan hasil dari survey ini, didukung juga
oleh wawancara dengan Cak Ikin dan Apriyadi Kusbiantoro
selaku animator yang telah lama berkecimpung di dunia
animasi Indonesia.
B. Formula Matematika
Penulis mengumpulkan foto-foto kota dan daerah di
Indonesia melalui mendatangi lokasi secara langsung maupun
melewati media lain yaitu internet. Kemudian foto-foto
tersebut dimanfaatkan sebagai referensi desain sebelum
membuat sketsa dan melakukan visualisasi pada software
3DsMax 2012 dan rendering untuk finishing tahap akhir.
C. Populasi
Sampel yang diambil berdasarkan target audiens yang
merupakan audiens dari environment yang di rancang yaitu
siswa SMP. Target segmen ini dipilih dikarenakan segmen dari
animasi ini sendiri memang ditujukan untuk siswa SMP yang
akan menghadapi UN, dimana mereka membutuhkan motivasi
yang lebih agar mereka giat belajar dan pastinya lulus UN.
Sampel yang akan diambil ditujukan kepada para penggemar
film animasi, maka penyebaran sampel akan lebih banyak
diprioritaskan sekolah SMP.
D. Proses Desain
Sebelum proses perancangan berjalan dan menentukan
konsep desain, perlu adanya pemahaman terhadap problematik
yang akan diselesaikan melalui desain. Setelah menentukan
problematika desain, dilakukan identifikasi karakteristik target
audiens yang nantinya akan menjadi konsumen dari output
perancangan ini. Identifikasi yang dilakukan menggunakan
kuesioner AIO yang bertujuan untuk mendapatkan
karakteristik ”unik” dari target audiens, sehingga dapat
diketahui pendekatan efektif yang nantinya dapat diaplikasikan
dengan perancancangan ini.
Proses perancangan dilakukan secara cermat mengikuti
langkah-langkah yang berpedoman pada nilai-nilai ilmiah.
Observasi dari sumber data, merumuskan gaya visual animasi,
detail obyek, tone warna, kemudian dilempar ke target
audiens, lalu akan di tinjau ulang dengan teori dan eksisting
kemudian disempurnakan menjadi kriteria desain. Selain aspek
tersebut perancangan ini juga akan melakukan riset lokasi yang
tepat sesuai dengan kebutuhan konten dari environment
animasi ini.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
4
IV. KONSEP DESAIN
A. User Need
Sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah film
animasi , film animasi „Try Out‟ membutuhkan desain
environment yang sesuai dengan selera target audiens
B. Unique Selling Point
Keunikan aspek environmentnya dan animasinya adalah
diproduksi dengan menggunakan 3D secara realis dan
menggunakan tone warna cerah sesuai dengan minat target
audiens. Ditambah lagi dengan keunikan cerita, karakter dan
cara penyajiannya. Dimana, konten setting lokal Indonesia
baik secara karakter dan environment serta cerita tentang Ujian
Nasional dimasukkan dalam sebuah film, serta cara penyajian
yang berbeda dan sesuai dengan standar kualitas animasi yang
laris dan mengikuti selera para siswa SMP ini diharapkan
mampu membangun menarik minat penonton untuk menonton
film animasi ini.
C. What to Say
Film animasi 3D “Try Out” adalah film yang mengangkat
tema seputar Ujian Nasional SMP berdasarkan fenomena
tentang Ujian Nasional. Film yang dirancang untuk
memotivasi belajar siswa dengan menceritakan tentang
kehidupan seorang anak SMP bernama Bagas anak Pak
Sugeng, seorang tukang becak. Bagas sangat malas belajar dan
tidak memiliki kesadaran Bagas bahkan tidak peduli tentang
pentingnya pendidikan dan Ujian Nasional untuk masa
depannya.
Setting environment film animasi ini mengambil setting kota
besar Indonesia yang memiliki didiami oleh berbagai lapisan
masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda
kehidupan. Mulai dari daerah kampung kumuh rumah tempat
Pak Sugeng dan Bagas tinggal, kompleks gedung dan
perkotaan kota besar Indonesia dengan fokus utama pada
penceritaan kehidupan sekolah dan kehidupan sehari-hari
Bagas dan Pak Sugeng serta karakter yang lain dalam
menghadapi Ujian Nasional.
D. Konsep
Makna dari keyword „Urban life and Junior High
Education’ yaitu membangun environment dengan
mengambil setting kota besar Indonesia yang memiliki
menjadi rumah oleh berbagai lapisan masyarakat dengan
ekonomi dan golongan yang berbeda-beda kehidupan mulai
daerah kampung kumuh sampai kompleks gedung mewah
dengan fokus utama pada kehidupan sekolah siswa SMP.
V. IMPLEMENTASI DESAIN
Untuk menuju desain final, diperlukan berbagai macam
proses desain, lingkungan pada film animasi ini kebanyakan
berada disekitar daerah Surabaya, dengan kurun waktu 2012-
2013. Hasil gambar diambil dari di daerah kampung kumuh di
Surabaya yang kemudian diilustrasikan kembali pada novel
grafis ini. Berikut adalah contoh salah satu foto dan hasil
ilustrasinya untuk desain rumah Bagas dan Pak Sugeng:
Gambar 5.1 Referensi untuk desain Rumah Bagas dan Sugeng
Gambar 5.2 Sketsa desain untuk rumah Pak Sugeng
Sebelum sketsa kasar dibuat diperlukan sebuah storyboard
dan skenario, atau perencanaan tiap adegan secara tertulis.
Disini penggambaran environment tidak perlu terlalu detil,
sudut pandang harus tergambar dengan jelas. Detil properti
yang digunakan harus tergambarkan atau terdaftar.
Setelah melalui tahapan sketsa kasar, maka selanjutnya
adalah membuat model 3D dari sketsa tersebut. Dalam
perancangan novel grafis ini, proses modeling dilakukan
dengan cara digital menggunakan software 3DMax 2012.
Dalam proses modeling dibutuhkan sebuah sketsa gambar
yang memberikan informasi semua sudut tampak dalam 3D.
Hal ini, membantu untuk proses modelling dan detail di segala
arah.Model 3D yang telah siap digunakan kemudian diberikan
tekstur dan pencahayaan sebelum dilakukan proses rendering
Gambar 5.3 Modeling 3D
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
5
Gambar 5.4 Proses Modeling dan Compositing Obyek
Gambar 5.5 Proses Texturing Obyek
Gambar 5.6 Proses Rendering Obyek
Rendering adalah proses akhir dari keseluruhan proses
pemodelan dan animasi. Dalam rendering, semua data-data
yang sudah dimasukkan dalam proses modeling, animasi,
texturing, pencahayaan dengan parameter tertentu akan
diterjemahkan dalam sebuah bentuk output. Dalam standard
PAL sistem, resolusi yang digunakan adalah 768x576 pixels
atau berformat fullHD 1980x1080px maupun HD 1280x720px.
Desain Final
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
6
Gambar 5.7 Hasil Rendering Final
VI. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya
kepada Tuhan YME atas segala rizki yang berlimpah, kepada
orangtua dan adik-adik tercinta, kepada Pak Andjrah atas
bimbingannya selama proses mata kuliah Tugas Akhir
berlangsung, kepada dosen penguji: Pak Ramok, Pak Dani,
Pak Bendra, kepada kekasih-kekasih saya selama Tugas Akhir:
Risma, Khairil, Isandre, Hazmi, Che, dan semua teman-teman
di Despro khusunya angkatan 2007, terima kasih atas segala
kebersamaan yang tidak ternilai.
VII. DAFTAR PUSTAKA
[1] Darwanto, S.S,2007.Televisi Sebagai Media Pendidikan
Yogyakarta Penerbit Informatika : Pustaka Pelajar,
[2] Djaali, H Prof.2007.Psikologi Pendidikan.BumiAksara
[3] G,Djalle, Zaharuddin. 2007..Themaking of 3d Animation
Movie.Jakarta.Penerbit Informatika.
[4] Ghertner, Ed, 2010. Layout And Composition For
Animation,Burlington
[5] Gahan, Andrew, 2011. 3ds Max Modeling for
Games.London : Focal Press
[6] M. Ramli, Fathurahman P.Ng. J, 2008 Film Independen
Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum
Perfilman Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor,
[7] Pardew, Les.2007.Character Emotion in 2D and 3D
animation. Boston
[8] Pratista, Himawan.2008.Memahami Film.Jakarta:
Homerian Pustaka
[9] Raid, Gavin.2009.Memotivasi Siswa di Kelas.Jakarta:
Penerbit Indeks
[10] Sanrtrock, John W. 2009.Psikologi Pendidikan.Penerbit
salembahumanika
[11] Sardiman AM. 2001, Interaksi Dan
MotivasiBelajarMengajar,Jakarta: PT. Raja Grafindo
[12] Scott Mc cloud. 2008 Membuat komik. Gramedia Pustaka
Utama
[13] Syamsul Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan Anak &
Remaja. Bandung :Remaja Rosdakarya.
[14] Simon, Mark. 2003. Producing independent 2D character
animation : making and selling a short film. Focal Press:
Burlington.
[15] Wellins, Mike. 2005.Story Telling Through Animation.