Post on 14-Jul-2016
description
3.2 Gambaran Teknologi
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan
mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia,
lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
selain aktivitas penduduk antara lain adalah : jumlah atau kepadatan penduduk, sistem
pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi
serta tingkat sosial ekonomi (Depkes RI., 1987).
Produksi sampah rumah tangga setiap hari semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah produk dan pola konsumsi masyarakat. Maka dari itu permasalahan
yang paling sulit untuk diatasi di desa Tegalgondo adalah “SAMPAH” . Seringnya
masyarakat membuang sampah di sungai membuat dusun Ketangi yang letaknya tidak
strategis akhirnya terkena dampak yang paling parah.
Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Tegalgondo, maka kami menawarkan
solusi untuk mengurangi sampah yang ada di desa Tegalgondo dengan cara pemanfaatan
sampah organik tersebut sebagai pupuk pertanian guna mengurangi banjir di dusun Ketangi ,
Kecamatan Karangploso.
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan
bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik,
seperti urea (Wied, 2004).
Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-
buahan maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan
tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat diperta hankan atau dapat ditingkatkan. Apalagi
untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan
tanah akan menurun. Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya
maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos .
Berikut langkah-langkah pembuatan kompos yaitu:
1. Pemisahan sampah
Pisahkan sampah organik dari sampah anorganik. Sampah anorganik berupa plastik, kaleng,
karet. Sampah organik berupa sisa makanan, kulit buah, sisa sayuran. Sampah yang
berukuran besar sebaiknya dipotong/dicacah terlebih dahulu.
2. Pencampuran
Isi wadah dengan kompos setinggi 1/3. Selanjutnya sampah dapur dimasukkan. Aduk bahan
secara merata. Bahan bisa ditambah serbuk gergaji atau pupuk kandang dan organisme
perombak limbah/ragi kompos (Tricholant). Tutup wadah dengan karung/plastik.
3. Pematangan
Aduk sampah setiap 7 hari, selama proses berlangsung suhu bahan berkisar 30-70 derajat
celcius. Memasuki minggu ke-5 atau ke-6, kompos sudah jadi. Cirinya adalah tidak berbau
busuk, berbau tanah, warna coklat kehitaman dan suhu 30-32 derajat celcius.
4. Pengayakan dan Pengemasan
Kompos yang sudah matang diayak untuk memperoleh hasil seragam. Lalu dikemas dalam
plastik.
Agar menghasilkan pupuk kompos yang baik, beberapa fisik bahan yang dapat dilihat secara
visual dan dirasakan, antara lain warna kompos coklat kehitaman, tidak berbau busuk atau
menyengat, tetapi berbau tanah, berbutir halus, lunak ketika dihancurkan dengan jari-jari
tangan, selama dalam pengomposan, suhu bahan organik berkisar 30-70 derajat celcius,
kelembaban bahan organik berkisar 40-60 derajat celcius, derajat kemasaman pH kompos
berkisar antara 6,5-7,5.
Gambaran dari pembuatan kompos :
3.4 Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan dalam program ini adalah sebagai berikut:
a.Flip chart
Median Flow chart ini menjelaskan proses pembuatan pupuk dari sampah organik dan
nantinya flow chart ini akan ditampilkan melalui layar LCD .
b.Blog
Dalam program penyuluhan ini kami juga menggunakan blog yang kami buat untuk
mempublikasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang telah kami lakukan di desa
Tegalgondo ,Kecamatan Karangploso.
dipisahkan sampah organik dari sampah anorganikdiisi wadah dengan kompos setinggi 1/3. dimasukkan sampah, diaduk dan ditambah pupuk kandang .ditutup wadah dengan karung/plastik.diaduk sampah setiap 7 hari,Memasuki minggu ke-5 atau ke-6, kompos sudah jadidikemas dalam plastik