Bella Ananda Putri Siregar

27
Perkembangan Emosi Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan Dosen : Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog Di susun oleh : Bella Ananda Putri Siregar (0602509022) Universitas Al Azhar Indonesia Fakultas Psikologi dan Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini

Transcript of Bella Ananda Putri Siregar

Page 1: Bella Ananda Putri Siregar

Perkembangan EmosiMata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen : Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog

Di susun oleh :

Bella Ananda Putri Siregar(0602509022)

Universitas Al Azhar IndonesiaFakultas Psikologi dan Pendidikan

Pendidikan Anak Usia Dini2010

Page 2: Bella Ananda Putri Siregar

Kata Pengantar

Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dalam rangka

memenuhi sebagian persyaratan untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar.

Banyak halangan dan rintangan yang saya hadapi dalam menyelesaikan tugas

penyusunan makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah STW serta

bantuan dari semua pihak, maka tugas makalah ini dapat saya selesaikan, dalam

kesempatan ini pula saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Selaku Dosen mata kuliah

Psikologi Pendidikan.

2. Teman-teman saya yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.

3. Orang tua saya yang telah memberikan do’a dan restunya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu serta teman-teman

yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tugas makalah. Selalin itu saya pun

menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan pada makalah ini, untuk itu saya

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, agar makalah ini

bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

2

Page 3: Bella Ananda Putri Siregar

Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………… 2

Daftar Isi …………………………………………………… 3

BAB I. Pendahuluan

Latar Belakang .............................................................................. 4

Perumusan Masalah .............................................................................. 4

Tujuan .............................................................................. 5

BAB II. Landasan Teori

Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer .................................................... 6

Teori Emosi James Lange ............................................................................ 6

Teori ”Emergency” Cannon ............................................................................. 7

Pengertian Emosi ............................................................................ 8

Aspek-aspek kecerdasan emosi .............................................................. 12

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ......................... 13

Kapan seseorang akan mengalami emosi? ................................................. 13

Timbulnya Emosi .......................................................................... 13

Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi? ....................... 14

BAB III. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan ......................................................................... 16

Saran ......................................................................... 16

Daftar Pustaka ......................................................................... 18

3

Page 4: Bella Ananda Putri Siregar

BAB I. Pendahuluan

Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan emosi, yang dapat dilihat dari tingkah laku

lainnya yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Contohnya

seperti seorang bayi yang baru lahir ia dapat menangis dan akan mencapai proses

kematangannya ketika ia akan tertawa nanti.

Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan

tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak

senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari yang disebut

Warna Efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau

samar-samar.

Perbedaan antara emosi dan perasaan tidak dapat dinyatakan dengan tegas,

karena keduanya merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada

batasnya. Terkadang, warna efektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau dapat

dinyatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi bukan hanya disebabkan karena

perasaan saja, tetapi warna afektif yang meliputi keadaan seseorang. Ada yang kuat,

lemah atau mungkin samar-samar.

Dengan demikian, pada makalah ini akan dibahas mengenai emosi yang

berkaitan dengan teori-teori tentang emosi tersebut.

Perumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan emosi atau arti dari emosi itu

sendiri?

2. Dimana dapat berlangsungnya terjadi emosi?

3. Kapan seorang manusia dapat merasakan emosi atau dalam sebuah teori kapan para

peneliti melahirkan teori tentang emosi tersebut?

4. Mengapa emosi tersebut dapat timbul dan apa akibatnya?

5. Siapa saja yang dapat mengalami perubahan emosi?

4

Page 5: Bella Ananda Putri Siregar

6. Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?

Tujuan dan Manfaat

Makalah ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi nilai tugas saya, tetapi juga

untuk menginformasikan kepada teman-teman, dosen ataupun guru dan para pembaca

tentang Perkembangan Emosi dan mengupas serta membuka wawasan baru mengenai

perkembangan emosi tersebut yang berkaitan dengan pendidikan.

5

Page 6: Bella Ananda Putri Siregar

BAB II. Landasan Teori

Terdapat beberapa teori tentang emosi yang dilakukan oleh beberapa peneliti,

yaitu adalah sebagai berikut,

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer

Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada

rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik,

nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah dan sebagainya) namun jika

rangsangannya menyenangkan – seperti diterima di perguruan tinggi yang diminati,

emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya jika rangsangannya membahayakan

(misalnya melihat ular yang berbisa) emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli

psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.

Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran ateribusi

dalam emosi mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat dikenal yang

dipublikasikan oleh Stanley Schachter dan Jerome Singer pada tahun 1962 . konsepsi

Berkowitz tentang bagaimana pikiran tingkat tinggi menentukan pembentukan

suasana emosional setelah munculnya reaksi saraf, relatif primitif dan emosional

dipengaruhi oleh formula ini.

Schachter dan Singer mengemukakan bahwa emosi tertentu merupakan fungsi

dari reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurutnya pula kita tidak merasa marah karena

ketegangan otot, rahang yang berderak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan

sebagainya tetapi karena kita secara umum jengkel dan kita mempunyai beberapa

kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita.

2. Teori Emosi James Lange

Menurut teori ini, emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai

rangsangan yang dayang dari luar. Jadi jika seseorang misalnya melihat harimau,

reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat,

paru-paru lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini

kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Mengapa rasa takut yang timbul?

6

Page 7: Bella Ananda Putri Siregar

Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang bersangkutan dari

hasil pengalamannya mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya,

karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.

Emosi menurut kedua ahli ini, terjadi adanya perubahan pada sistem

vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan

fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain menurut

James Lange, seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan ia senang karena

tertawa.

James Lange mengemukakan proses-proses terjadinya emosi dihubungkan

dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut :

1. Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi

2. Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola khusus melalui aktivitas fisik

3. Mempersiapkan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara

khusus.

Uraian ini disingkat menjadi :

Lingkungan – Otak – Perubahan pada tubuh + emosi

James Lange menghasilkan lima tingkatan emosi dalam proses emosi yang

terdiri dari :

1, Situasi

2. Persepsi tentang situasi

3. Perubahan-perubahan dalam tubuh

4. Perbuatan yang terlihat, misalkan melarikan diri dari bahaya

5. Keadaan sadar dari emosi

3. Teori ”Emergency” Cannon

Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), ia menyatakan bahwa

karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang

genting, orang-orang primitif yang membuat respon semacam itu bisa survive dalam

hidupnya.

7

Page 8: Bella Ananda Putri Siregar

Cannon menyalahkan teori James Lange karena beberapa alasan, termasuk

fokus eksklusif teori pada organ dalam. Cannon mengatakan, antara lain bahwa organ

dalam umumnya terlalu intensitif dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi

dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang seringkali berlangsung

demikian cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ

dalam merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.

Pengertian Emosi

Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu

seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan gembira. Perasaan

yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif.

Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu dinamakan emosi (Sarlito 1982:59).

Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa

dan benci.

Apakah definisi dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi

sama seperti perasaan yang mendalam apabila dirasakan? Emosi dan perasaan adalah

dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara

tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif

berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada suatu saat, warna afektif dapat

dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang

ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah

untuk dibedakan.

Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah ’An emotion, is an

affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and

physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert

behavior’. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-

perubahan baik.

Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi menjadi sebagai berikut :

1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut)

menyebabkan aktivitas yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktivkan, dan

dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut

atau sedang marah

8

Page 9: Bella Ananda Putri Siregar

2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya

kalau marah sati orang contohnya dapat gemetar di tempat dan yang lain mungkin

memaki atau yang lain lagi mungkin lari dan diam.

3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan

pada sifat rangsangnya buakn pada keadaan emosinya sendiri. Jadi ’takut’ adalah

emosi yang timbul terhadap suatu bahaya dan ’marah’ adalah emosi yang timbul dari

suatu yang menjengkelkan.

4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif juga sukar dilakukan karena

selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.

Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang,

seperti :

a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona

b. peredaran darah bertambah cepat bila marah

c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut

d. bernapas panjang kalau kecewa

e. pupil mata membesar bila marah

f. air liur mengering bila takut atau tegang

g. bulu roma berdiri kalau takut

h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang

i. otot menjadi tegang atau bergetar

j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif

Perkembangan emosi dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja dan

dewasa. Dimana seeorang akan merasakannya sebagai sebuah persepsi yang dilalui

oleh sistem-sistem saraf mereka sesuai dengan perkembangan emosinya.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi

dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara

keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini

menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya

reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusui pada ibunya.

Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada

usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Anak

kecil memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit

kendali dari dorongan hati mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak

mencapai usia tiga tahun mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap toleransi untuk

9

Page 10: Bella Ananda Putri Siregar

mengatasi hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap

pengendalian diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati.

Perkembangan emosi berkaitan dengan pengendalian diri, apa yang disukai dan yang

tidak disukai.

.Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada

ledakan amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B. Hurlock, 1978). Anak yang

berusia tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman.

Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam

kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan empat tahun juga sudah mulai

menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang

dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat berubah

secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa

menit kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang

mengendalikan emosinya.

Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai mencoba kembali

untuk memperoleh kendali yang lebih baik lagi dari tanggapan emosional mereka.

Mereka mulai menyadari kondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap

cerita-cerita baru yang mereka lihat di televisi atau yang mereka dengar dari bahan

diskusi orang-orang dewasa.

Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di

dalam usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering

menyebabkan orang tua mereka menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua

untuk melakukan suatu hal secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak

mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan diri kepada orang lain dan

juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun

emosional. Mereka mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau

teman tanpa diminta untuk melakukannya.

Sedangkan pola emosi remaja juga hampir sama dengan pola emosi masa

kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal sering dialami remaja adalah kasih

sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cinta, cemburu, kecewa, sedih dan lain-

lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan

emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya.

10

Page 11: Bella Ananda Putri Siregar

Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua rentang usia,

yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun. Adapun ciri-ciri emosional remaja

berusia 12-15 tahun adalah sebagai berikut :

- Cenderung bersikap pemurung. Sebagian disebabkan karena perubahan

biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagiannya lagi

karena kebingungannya dalam menghadapi orang dewasa. Karena

kemurungan, hal ini dapat memicu terjadinya suasana hati yang depresi yang

lebih banyak dialami oleh perempuan.

- Ada kalanya bersikap kasar dalam menutupi kekurangannya dalam hal percaya

diri

- Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi

ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena bekerja

yang terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat ataupun tidur yang kurang

cukup.

- Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan

pendapatnya sendiri

- Mengamati orang tua dan guru secara lebih objektif dan mungkin marah

apabila tertipu dengan gaya guru yang bersifat sok tahu.

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :

- Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak

ke dewasa

- Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik

dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati dan nasihat

orang tua.

- Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.

Para peneliti mengemukakan bahwa perubahan pubertas berkaitan dengan

meningkatnya emosi-emosi negatif. Meskipun demikian sebagian besar peneliti

berkesimpulan bahwa pengaruh hormonal itu kecil dan jika hal itu terjadi, biasanya

berkaitan dengan faktor lain seperti stres, pola makan, aktivitas seksual dan relasi

sosial. Sesungguhnya pengalaman lingkungan dapat memberikan kontribusi yang

lebih besar terhadap emosi remaja dibandingkan perubahan hormonal.

Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai

akibatnya mereka rentan mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi

11

Page 12: Bella Ananda Putri Siregar

emosinya yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti

kesulitan akademis.

Ciri-ciri emosi yang dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi orang dewasa

adalah sebagai berikut :

Emosi Pada Anak Emosi Pada Orang Dewasa

Berlangsung singkat dan berakhir tiba-

tiba

Berlangsung lebih lama dan berakhir

dengan lambat

Terlihat lebih hebat dan kuat Terlihat lebih hebat atau kuat

Bersifat sementara atau dangkal Lebih lama

Lebih sering terjadi Jarang terjadi

Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah

lakunya

Sulit diketahui karena lebih pandai

menyembunyikannya

Pada masa dewasa perkembangan emosi mereka, akan mereka tujukan kepada

hal-hal tentang percintaan, mulai meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan

bersosialisasi.

Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

Goleman (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosioanal adalah

kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam

menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur

keadaan jiwa. Kecerdasan emosi adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang yang

dapat mengendalikan emosinya, menuntut diri untuk belajar mengakui dan

menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat,

menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :

1.. Pengelolaan diri

Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan

yang dialaminya dan tahan terhadap frustasi.

2. Kemampuan untuk memotivasi diri

Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk

mengatasi setiap kesulitan yang dialami bahkan untul mekegakan kegagalan yang

terjadi.

12

Page 13: Bella Ananda Putri Siregar

3. Empati

Empati ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada,

serasa dengan emosi orang lain akan membantu untuk memahami perasaan orang lain

tersebut.

4. Keterampilan sosial

Merupakan keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil

mengenai pola-pola berhubungan dengan orang lain.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi

terutama bagi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar

(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam

mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan

kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak

dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula

kemampuan mengingat dan menghapal mempengaruhi reaksi emosional. Dengan

demikian remaja menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak

mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.

Kapan seseorang akan mengalami emosi?

Seseorang akan merasakan emosi ketika mengalami kejadian atau suatu hal

tertentu kebanyakan ahli yakin bahwa emosi akan lebih cepat berlalu daripada

suasana hati. Kebanyakan orang akan meluapkan amarahnya dan emosinya akan cepat

reda daripada menyimpan suasana hati yang sedang bersedih, karena itu akan

memakan waktu yang sangat lama, mungkin sampai berjam-jam.

Timbulnya emosi

Emosi timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Dengan demikian

emosi bukan peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta

terjadinya sambutan-sambutan fisis dan fisilogis lewat pekerjaan susunan saraf yang

berlangsung secara otomatis. Untuk dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli

harus dihubungkan dengan minat dan kehendak. Sebagai contoh, jika seseorang

mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau situasi maka akan

13

Page 14: Bella Ananda Putri Siregar

terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-hal

tersebut dimana ia menaruh perhatian.

Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan

emosi yang lainnya dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja

membangkitkan emosi-emosi yang berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-

waktu yang berlainan.

Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?

Contoh aktivitas yang dapat membantu anak-anak dalam perkembangan

emosinya :

- Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di mana rasa frustasi dan

kemarahan seharusnya ditangani dengan sewajarnya

- Menggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam pemberian respons

terhadap emosi

- Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang suatu hal dan memberi

label terhadap perasaan mereka sendiri

- Memilih literatur di mana setiap karakter bereaksi dengan emosi yang

sewajarnya dan mendiskusikan bagaimana mereka merasakan dan juga

bagaimana mereka bertindak

- Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa ketakutan dan juga yang

membutuhkan perhatian

- Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka, hargai setiap tahapan

perkembangan rasa humor mereka.

Sedangkan ada beberapa tahap atau cara untuk mengendalikan emosi seseorang

khusunya bagi remaja dan dewasa. Seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk

rasa menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau

menarik diri secara reflektif dari suatu emosi dan mendasarkan pada pertimbangan

informasi dan kegunannya. Berikutnya, seseorang harus mampu memantau emosi

secara reflektif dalam hubungan diri sendiri dan dengan orang lain. Selalu berpikir

positif dan merefleksikan hanya untuk meluapkan amarah saja dan tidak untuk

mendendam.

14

Page 15: Bella Ananda Putri Siregar

Ada contoh sebuah kasus yang dialami seseorang yang berkebangsaan

Indonesia, yang bernama Doni, ia seorang mahasiswa psikologi di suatu perguruan

tinggi negri yang tidak dapat melanjutkan kuliahnya karena kekurangan biaya.

Dalam kasus ini, Doni dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi

apabila ia dapat mengendalikan diri terhadap keadaan yang menimpanya, sehingga ia

mampu memotivasi dirinya untuk bangkit dari keadannya. Walaupun terasa berat,

tetapi Doni akan mencapai kecerdasan emosinya apabila ia dapat bertahan dan tidak

menggunakan emosi yang berlebihan. Mungkin dengan jalan lain Doni dapat bekerja

atau mencari penghasilan untuk menutupi kekurangan biayanya. Apabil Doni tidak

putus asa dan berhasil menghadapi kecerdasannya dengan baik, maka ia dapat

dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi, karena Doni memiliki ciri-ciri dari

kecerdasan emosi, yaitu mampu memotivasi diri, tahan terhadap frustasi dan mampu

mengendalikan diri. Stress dan masalah yang dihadapi dirinya tidak menyebabkan

kemampuan berpikirnya melemah dan tidak membuatnya patah semangat ataupun

malas belajar dalam melanjutkan pendidikannya

15

Page 16: Bella Ananda Putri Siregar

BAB III. Kesimpulan dan Saran

KESIMPULAN

Pada umumnya setiap orang pasti dapat mengekspresikan perasaan senang,

takut, sedih, marah dan sebagainya. Ekspresi yang dapat diperlihatkan antara lain

dengan emosi atau marah atau menangis dan tertawa atau bergembira. Perbedaan

emosi dengan perasaan merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada

batasnya tergantung dari warna afektifnya masing-masing.

Dengan perbedaan emosi antara anak-anak sampai dewasa, kita bisa melihat

bagaimana seseorang memperlihatkan emosinya maupun yang hanya diam ataupun

yang berlebihan sekalipun emosi tersebut merupakan kemarahan atau kegembiraan.

Apabila masih anak-anak emosi yang diperlihatkan cenderung lebih sering terjadi dan

berlangsung singkat atau cepat reda, karena biasanya anak kecil lebih gampang

terhibur dan melupakan kemarahan atau rasa emosi yang mereka alami. Berbeda

dengan remaja atau orang dewasa yang terkadang suka membendung emosinya

sampai waktu yang lama dan sulit untuk diluapkan.dan pandai menyembunyikannya,

yang terkadang dapat membuat mereka stres atau sakit.

Emosi itu sendiri sebenarnya melibatkan dua hal yang penting yaitu psikologis

dan fisik. Hal ini dapat dilihat dari reaksi fisik seseorang yang disertai dengan

penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik serta tingkah

laku yang tampak.

Orang yang mampu menghadapi frustasinya, mampu memotivasi diri dan

mampu mengendalikan diri adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional. Dia

mampu juga merasakan empati dan bersikap senada pula bagi orang yang sedang

mengalami emosi dan berusaha mengendalikan emosi orang lain tersebut. Sifat ini

baik untuk dimiliki seseorang agar tidak mudah menghadapi stres atau kesulitan dan

frustasi di dalam hidup.

SARAN

Emosi adalah warna afektif dari perasaan seseorang untuk menunjukkan

reaksinya. Reaksi itu bermacam-macam, ada yang senang, gembira, suka, semangat,

cinta, takut, marah, cemas ataupun gelisah dan sebagainya. Terlebih bagi anak usia

dini, emosi yang ditunjukkan sangat bervariasi yang dimulai dari infant (bayi) yang ia

16

Page 17: Bella Ananda Putri Siregar

tampakkan dari tangisan atau raungan. Biasanya bayi menangis karena ia merasa lapar

atau kegerahan, dan kita sebagai pendidik dan orang tua harus mengerti dan paham

arti dari emosi yang ia tampakkan dari reaksi fisik seperti itu.

Bagi anak usia dini yang sudah berusia dua sampai lima tahun, emosi mereka

mulai tidak terkontrol dan bersifat memaksa, untuk itu bagi kita para pendidik dan

orang tua harus pintar dalam menghadapi emosi (mungkin sampai temper tantrum) si

anak dengan cara memberikan perhatian fokus kepada anak dengan lemah lembut

tetapi tidak memanjakannya. Apabila hal tersebut masih membuat si anak tidak bisa

mengkontrol emosinya, sebaiknya kita abaikan saja dan dengan tegas kita mengatakan

bahwa kita sebagai orang tua tidak menyukai tingkah laku anak yang seperti itu, maka

anak akan mengerti dan merasa lelah sendiri atas apa yang ia lakukannya itu.

Semakin lama anak akan beranjak dewasa dan semakin mengerti bagaimana ia

harus memposisikan emosinya. Sebaiknya kita harus mengajarkan kepada anak kita

sedari dini untuk bisa menjaga emosinya dan tidak meraung-raung atau malah

melakukan aktivitas fisik seperti membenturkan kepala ke dinding atau malah

memaki-maki. Karena hal tersebut merupakan hal yang buruk dan hanya memalukan

diri sendiri apabila dilakukan di keramaian umum. Berilah pelajaran-pelajaran

kecerdasan emosi kepada anak sedari dini agar ketika ia sudah dewasa nanti, ia bisa

mengendalikan dirinya dari emosi dan dapat bersikap empati terhadap orang lain.

Daftar Pustaka

17

Page 18: Bella Ananda Putri Siregar

Fatimah, Enung. (2008). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta

Didik).Bandung: CV. Pustaka Setia.

Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Indeks.

Sobur, Alex. (2005). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Syaodih, Emawulan. (2010). Perkembangan Anak Taman Kank-kanak. Bandung.

http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1G

http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9

http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi

18