Post on 02-Dec-2015
description
Pengkajian Muskulus Skeletal
Nama : FXXXXXXXNim : 1014XXXXX
STIKES NGUDIA HUSADA MADURABANGKALAN
Pengkajian fisik
Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik inspeksi dan
palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur , fungsi sendi, kekuatan otot,
cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Dasar
pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh. Kedalaman pengkajian
bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang
ditemukan pemeriksa yang memerlukan eksplorasi lebih jauh.
Mengkaji Skelet Tubuh
Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang. Bisa teraba
krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan tulang abnormal. gerakan
fragmen harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut.
Mengkaji Tulang Belakang
Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang
leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan
meliputi scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura
tulang belakang bagian dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan
karena penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya besarnya.
Pad saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan seluruh
punggung,bokong dan tungkai. pemeriksa memeriksa kurvatura tulang belakang dn simetris
batang tubuh dari pandngan anterior, posterior dan lateral. Berdiri dibelakang pasien.
Mengkaji sistem persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan
adnya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi digerakkan oleh otot
disekitar sendi) maupun pasif (sendi digerakkan oleh pemeriksa).
Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan goniemeter (suatu
busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi).
Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformiatas skeletal, patologi sendi,
atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.
Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka harus diperiksa
adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan, dan peningkatan suhu
yang mencerminkan adanya inflamasi aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila sendi
tampak membengkak ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang
paling sering terjadi efusi adalah di lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga sendi di
bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek lateral dan medial
lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan
menggerakkan setiap cairan ke bawah. Begitu ada teakanan dari sisi lateral dan medial,
pemeriksa akan melihat di sisi lain adanya benjolan di bawah tempurung lutut. Bila
terdapat cairan dalam jumlah banyak, tempurung lutut akan terangkat ke atas dari femur
disaat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi atau cairan dalam sendi, perlu
dilakukan konsultasi dengan dokter.
Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
dislokasi (lepasnya permukaan sendi) , subluksasi (lepasnya sebagia permukaan sendi),
atau disrupsi struktur sekitar sendi. Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi
dapat mengakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi seperti yang diharaapakan,
sehingga memerlukan alat penyokong disternal (mis. Brace).
Palpasi sendi sementara sendi digerakan secara pasif akan memberikan informasi
mengenai integritas sendi. Normalnya sendi bergerak secara halus. Suara gemeletuk dapat
menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir diantara tonjolan tulang. Permukaan yang
kurang rata, seperti pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena
permukaan yang tidak rata tersebut saling bergeseran satu sama lain.
Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Reumatoid arthritis, gout, dan
osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit pada rheumatoid
arthritis lunak dan terdapat didalam dan sepanjang tendon yang memberikan fungsi
ekstensi pada sendi. Biasanya,keterlibatan sendi mempunyai pola yang simetris. Benjolan
pada gout keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang
mengalami ruptur, mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit. Benjolan
osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang baru akibat
destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi. Biasanya ditemukan pada
lansia
Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal sendi. Sering
terlihat pad rheumatoid arthritis sendi lutut, Dimana otot kuadrisep dapat mengalami
atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga tidak bergerak untuk menghindari rasa nyeri,
dan otot-otot yang memberikan fungsi sendi akan mengalami artrofi karena disuse.
Mengkaji Sistem Otot
sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot
dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
Lingkar estremitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran akibat adanya
edema atau perdarahan kedalam otot; juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi
pengurangan ukuran akibat artrofi.
Mengkaji cara berjalan
Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai
beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara berjalan mengenai kehalusan dan
iramanya. Setiap adanya gerakan yang tidak teratur dan ireguler(biasanya terlihat pada
pasien lansia)dianggap tak normal. Bila terlihat pincang, kebanyakan disebabkan oleh
nyeri akibat menyangga beban tubuh. Pada kasus seperti ini pasien biasanya mampu
menunjukkan dengan
Keterbatasan gerak sendi dapat mempengaruhi cara berjalan.Berbagai kondisi neurologis
yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastik hemiparesis-
strok,cara berjalan selangkah-selangkah-penyakit lower motor neuron;cara berjalan
bergetar Parkinson).
Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus melakukan inspeksi kulit
dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer.
palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari
lainnya dan adanya edema.
sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler. adanya luka, memar, perubahan warna kulit dan tanda penurunan
sirkulasi perifer atau infeksi dapat mempengaruhi penatalaksanaan keperawatan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Khusus
Sinar-x
sinar-x tulang menggambarkan kepadatan tulang ,tekstur,erosi dan perubahan tulang.sinar-X
multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar X
kortex tulang menunjukkan adannya pelebaran , penyempitan , dan tanda iregularitas. sinar X
sendi dapat menunjukkan adannya cairan , iregularitas, spur, penyempitan , dan dan
perubahan struktur sendi.
Computed tomography (CT sean)
menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa
dilakukan dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
Magnetic resonance imaging (MRI)
adalah teknik pencitraan khusus, noninvasive yang menggunakan medan magnet, gelombang
radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis. Tumor atau penyempitan
jalur jatingan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon dan tulang rawang.
Karena yang digunakan elektro magnet, pasien yang mengenakan implan logam, braces atau
pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas pasien yang
menderita klaustrofobia biasannya tak mampu menghadapi ruangan tertutup ruangan MRI
tanpa penenang.
Angiografi
adalah pemeriksaan struktur faskuler. Angiografi adalah pemeriksaan sistim arteri. Suatu
badan kontras radiopaque diinjeksikan dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar - X
serial sistim arteri yang dipasok oleh arteri tersebut
prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perpusi arteri dan bisa digunakan untuk
tingkat amputasi yang dilakukan.
Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12 sampai 24 jam
untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri.
Perawat memantau tanda vital, tempat penusukkan untuk melihat adannya
pembengkakan, perdarahan, dan hematoma : dan ekstremitas bagian distalnya untuk
menilai apakah sirkulasinya adekuat.
Digital subtrstion angiografi (DSA)
mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistim arterial melalui kateter
vena.
Venogram
Adalah pemeriksaan sistim vena yang sering digunakan untuk mendeteksi trombosis vena.
Mielografi
penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal , dilakukan untuk
melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan kanalis finalis) atau tempat
adanya tumor.
Diskografi
adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi untuk melihat
struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya
sementara itu diambil Gambar sinar-X serial.
Artogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul
sendi atau ligamen penjangga lutut, bahu, tumit, panggul dan pergelangan tangan.
Setelah dilakukan arttrogram biasanya sendi diimobilisasi selama 12 sampai 24 jam dan
diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai
kebutuhan.
PEMERIKSAAN LAIN
Atrosentesis (aspirisasi sendi)
dilakukan untuk memperoleh cairan sinofial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
menghilangkan nyeri akibat efusi .
Normalnya cairan sinofial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan volumenya sedikit.
Pemeriksaan cairan sinopial sangat berguna untuk mendiagnosisi rheumatoid arttritis dan
arttrofi implamasi (perdarahan didalam rongga sendi), yang mengarahkan ke trauma atau
kecendrungan perdarahan.
Atroskopi
merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung kedalam
sendi.
prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril. Jarum bore besar
dimasukkan dan sendi diregankan dengan salin.
Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk menggurangi pembengkakan.
Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi neurofaskular
dipantau.
Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi jarang tetapi
dapat mencakup infeksi, hemartrosis, trombovlebitis, kaku sendi dan penyembuhan luka
yang lama.
Termografi
mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit . kondisi implamasi seperti arthritis
dan infeksi , begitu pula neoplasma, harus dievaluasi . pemeriksaan serial dapat dilakukan
untuk mendokumentasi episode imflamasi dan respon pasien terhadap terapi pengobatan anti
implamasi .
Elektromiografi
memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang mempersarafi
tujuannya adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unik motor end.
Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindsakan ini.
Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
adalah uji noninvasive untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan
atau tulang belakang.
Biopsi
Dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot dan sinovium
untuk membantu menentukan penyakit tertentu.
Tempat biopsy harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan , nyeri. Untuk
mengontrol edema dan perdarahan diberikan es dan analgetika untuk mengurangi rasa tak
nyaman.
Pemindai tulang (skintigrafi tulang)
pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop di injeksikan. Derajat ambilan nukrida
berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkata ambilan isotop tampak
penyakit primer tulang (osteosarkoma) penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet
(osteomilitis) dan beberapa jenis patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak
. pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelahnya.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin, hormon paratiroid (PTH), dan vitamin D ,kadar enzim serum
kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic – oxaloacetic transaminase (SGOT, aspartate
aminotransprase) ‘
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dapat diperbaiki dengan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan actual dan potensial
yang sering dijumpai pada pasien dengan kelainan muskuloskeletal meliputi berikut ini :
1. kerusakan mobilitas fisik
2. nyeri
3. resiko terhadap kerusakan integritas kulit
4. resiko terhadap sindrom disuse
5. resiko terhadap disfungsi neurovaskular perifer
6. gangguan perfusi jaringan perifer
7. kurang perawatan diri
8. kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program pengobatannya
9. risiko terhadap cedera
10. intoleran aktifitas
11. keletihan
12. perubahan penampilan perang
13. gangguan harga diri
14. gangguan citra diri
15. koping individual tak efektif
16. ketidakberdayaan
17. perubahan proses keluarga
18. resiko terhadap infeksi
19. konstipasi
20. gangguan pola tidur
21. kurang aktifitas pengalih
22. perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
dengan kolaborasi bersama pasien, tujuan kesehatan dan strategi keperawtan dirumuskan
untuk memecahkan diagnosa keperawatan yang telah terindentifikasi
TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian perawatan pasien disfungsi muskuloskeletal meliputi evaluasi dampak masalah
muskuloskeletal gangguan tersebut terhadap pasien.
Perawat terpusat pada pasien gangguan muskulosketelal untuk menjaga kesehatan umumnya,
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-harinya (AKS), dan menangani modalitas
pengobatannya.
Sistemik harus dipastikan, didorong masukan gizi yang optimal, dan masalah yang
berhubungan dengan imobilitas harus dicegah.
Wawancara awal
Wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan
pasien. Perawa memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalah dan
bagaimana penagnan yang sudah dilakukan.
Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah pendataan dapat mempengaruhi
kesehatan.
Tanyakan masalah kesehatan lain yang juga dirasakan (mis. Stress, penyaakit jantung,
infeksi saluran nafas atas). Ini diperhatikan ketika menyusun rencana perawatan.
Alergi harus dicatat dan diterangkan dengan istilah yang timbul pada pasien.
Pemakaian tembakau dan obat lain harus dikaji untuk mengevaluasi bahan-bahan tersebut
terhadap perawatan pasien.
Mengenali kemampuan pasien untuk belajar, dan pekerjaan terkini diperlukan untuk
perencanaan pemulangan dan untuk rehabilitasi.
Sebagai bahan wawancara awal, data disusun ketika perawat berinteraksi dengan pasien.
Data tersebut memungkinkan menyesuaikan terhadap rencana perawatan individu sesuai
kebutuhan.
Pengkajian Fisik
Inspeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda deformitas, asimetri,
pembengkakan, edema, memar, atau luka di kulit.
Dengan mengobservasi postur, gerakan, dan cara berjalan pasien akan diperoleh data
menegnai perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri dan ketidaknyamanan atau
gerakan involunter (fasikulasi atau kedutan).
Data Pengkajian Subyektif
Selama wawancara dan pengkajian fisik, pasien mungkin melaporkan adanya nyeri, nyeri
tekan, dan pengenderaan yang tak normal. Informasi ini harus dikaji dan di dokumentasikan.
Nyeri
Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam, tumpul yang bersifat
membosankan, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau nyeri dan sering
digambarkan sebagai “kram otot”. Nyeri faktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan
dengan imobilitasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot
atau penekanan pada saraf sensoris.
Perubahan penginderaan
Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskuloskeletal. Pasien mungkin
menyatakan menggalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan
tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat
menggangu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf dan
peredaran darah yang terletak sepanjang sistem muskuloskeletal.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian keperawatan , diagnosa keperawatan utama untuk pasien
dengan disfungsi muskuloskeletal dapat meliputi berikut
1. ansietas yang berhubungan dengan perubahan integritas tubuh
2. kurang pengetahuan tentang program pengobatan
3. nyeri yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
4. perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan respons fisiologis terhadap
cedera, pembengkakan, atau peningkatan tekanan didalam ruangan tertutup (mis.
Kompartemen otot, balutan yang menekan atau gips).
Tujuan
Sasaran utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal dapat meliputi peredaran ansietas,
pemahaman terhadap protocol penangan, hilangnya nyeri, terpeliharanya perfusi jaringan
yang adekuat, dan perbaikan mobilitasi fisik.
Intervensi keperawatan
Meredakan ansietas
Masalah muskuloskeletal bisa diakibatkan oleh cedera traumatis akut atau bisa juga bersifat
jangka panjang berulang dan menetap kebanyakan pasien dengan masalah muskuloskeletal
akut merasa ansietas dan menggalami nyeri. Mereka menggalami ketakutan dan antisipasi
sebelum dimulainya penanganan definitive. Orang yang mengalami kecacatan jangka panjang
biasanya menjalani pembedahan rekontruksi berulang. Mereka sudah terbiasa dengan
rutinitas rumah sakit dan sangat memperhatikan hasil terbaik suatu prosedur. Kesabaran dan
harapan mereka sangat terbatas.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan mengalami
peningkatan pemahaman alternatif penanganan. Termasuk sensasi selama dan setelah
penanganan, bila mungkin informasi kusus mengenai antisipasi peralatan (mis. Gips,traksi)
alat bantu (trapeze, walker, tongkat)
Latihan (penyusunan kuadrisep, nafas dalam) medikasi (analgetik, antibiotika) harus
didiskusikan dengan pasien pada saat pasien telah mampu menjalangkan aktifitas
penyembuhan, seperti berjalan dengan tongkat.
Sebelum dipulangkan pasien harus telah mendapatkan penjelasan rinci untuk melanjutkan
perawatan dirumah. Pasien harus mampu mengenali setiap gejala dan tanda mengcurigakan
yang perlu dilakukan pada dokter. Bila mereka menjumpai kesulitan, mereka harus tahu
kemana dan bagaimana cara meminta peretolongan.
Meredakan nyeri
Berikan opioid dan obat pereda nyeri lainnya sesuai resep, dengan memperhitungkan usia dan
ukuran tubuh pasien begitu pula jenis dan tempat masala muskuloskeletal.
Nyeri dapat timbul baik secara primer akibat masalah muskuloskeletal maupun masalah
penyertanya (tekanan pada tonjolan tulang, spasme otot, pembengkakan). Tekanan yang
berkepanjangan diatas tonjolan tulang (tumit, kaput fibula, tuberositas tibiae) dapat
menyebabkan nyeri rasa terbakar perlu dilakukan penghilangan tekanan untuk mengurangi
rasa nyeri dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih jauh.
Teknik relaksasi, traksi, dan obat dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri
Biasanya pembengkakan dapat dikontrol dengan syndrom kompartemen dapat dicegah
dengan meninggikan bagian yang cedera dan meletakkan es dibagian yang cedera selama 20
sampai 30 menit.
Memperbaiki perfusi jaringan
Pembengkakan biasanya menyertai cedera muskuloskeletal. Pasokan darah dapat dikaji
dengan mengukur pengisian kapiler pada dasar kuku. bla terjadi penurunan perfusi jaringan,
kulit akan terasa dingin pada palpasi dan akan tampak kotor, pucat atau biru. Fungsi sensoris
dan motoris dapat berubah atau menurun. Bila pembengkakan terjadi diruang tertutup (gips,
balutan konstriktif) dapat terjadi sindromkompartemen.
Memperbaiki mobilitas
Imobilisasi yang diperlukan pada beberapa modalitas penaganan tidak boleh menyebabkan
kerusakan. gerakkan otot dan sendi yang tidak di imobilisasi dapat membantu mepertahankan
kekuatan dan fungsinya. Latihan isometric ekstremitas yang diimobilisai dapat membantu
menjaga kekuatan otot. Penekanan diberikan pada apa yang bisa dikerjakan pasien dengan
keterbatasan akibat modalitas pengobatan.