Maloklusi Skeletal

18
Maloklusi Skeletal Yuriesty Azalia 160110130072

description

klasifikasi maloklusi skeletal

Transcript of Maloklusi Skeletal

Page 1: Maloklusi Skeletal

Maloklusi SkeletalYuriesty Azalia160110130072

Page 2: Maloklusi Skeletal

Maloklusi Skeletal

• Maloklusi skeletal disebabkan oleh abnormalitas pada maksila atau mandibula, atau kelainan pada struktur skeletal itu sendiri. • Hubungan antara maksila dan mandibula terdapat pada bidang

anteroposterior. • Maloklusi skeletal juga dapat terjadi dalam 3 arah yaitu sagital,

vertikal, dan transversal. • Pada arah sagital berupa rahang yang mengalami prognasi ataupun

retrognasi. • Pada arah vertikal berupa tinggi wajah. • Pada arah transversal berupa rahang sempit ataupun lebar.

Page 3: Maloklusi Skeletal

Klasifikasi Maloklusi Skeletal

• Salzmann membagi maloklusi skeletal menjadi 3 Kelas

Page 4: Maloklusi Skeletal

Kelas I

• Mandibula berada pada 2-3 mm di belakang maksila. • Maloklusi skeletal Klas I disebut dengan orthognathic. • Maloklusi yang terjadi murni pada gigi, dimana tulang wajah dan

rahang berada pada posisi yang harmonis. • Salzmann membagi maloklusi skeletal Klas I menjadi beberapa divisi,

yaitu: • divisi 1, lokal malrelasi dari insisivus, kaninus, dan premolar• divisi 2, protrusi gigi insisivus maksila• divisi 3, insisivus maksila dalam posisi linguoversi• divisi 4, protrusi bimaksila

Page 5: Maloklusi Skeletal

Skeletal Pattern I, II, III

Page 6: Maloklusi Skeletal

Salzmann membagi maloklusi skeletal Klas I menjadi beberapa divisi

divisi 1, lokal malrelasi dari insisivus, kaninus, dan premolar

divisi 2, protrusi gigi insisivus maksila

divisi 3, insisivus maksila dalam posisi linguoversi

divisi 4, protrusi bimaksila

Page 7: Maloklusi Skeletal

Skeletal Class I division 1; local malrelations of incisors, canine and premolars

Skeletal Class I division 2; maxillary incisor protrusion

Page 8: Maloklusi Skeletal

Skeletal Class I division 3; maxillary anteriors in linguo-version

Skeletal Class I division 4 malocclusion, bimaxillary protrusion

Page 9: Maloklusi Skeletal

Kelas II

•Mandibula pada posisi retruded dalam hubungannya dengan maksila.• Maloklusi skeletal Kelas II dibagi menjadi 2 divisi, yaitu: • divisi 1, dengan ciri khas lengkung gigi maksila sempit dengan gigi

berjejal pada regio kaninus, crossbite mungkin terjadi, tinggi vertikal wajah berkurang, gigi anterior maksila protrusi, dan profil retrognasi; • divisi 2, dengan ciri khas gigi insisivus maksila inklinasi ke lingual,

gigi insisivus lateral normal atau labioversi.

Page 10: Maloklusi Skeletal

Skeletal Pattern I, II, III

Page 11: Maloklusi Skeletal

Kelas III

• Mandibula pada posisi protruded dalam hubungannya dengan maksila. • Terjadi pertumbuhan berlebihan pada mandibula dengan sudut

bidang mandibula yang tumpul. • Profil pada maloklusi skeletal Klas III adalah prognasi pada mandibula.

Page 12: Maloklusi Skeletal

Skeletal Pattern I, II, III

Page 13: Maloklusi Skeletal

Analisis Steiner

• Analisis Steiner merupakan analisis sefalometri yang tidak hanya menekankan pada ukuran individual saja tetapi juga hubungan dengan pola tersebut. • Analisis Steiner membedakan hubungan skeletal maksila dan mandibula

terhadap basis kranial. • Steiner memperhatikan posisi sagital dari insisivus atas dan bawah

berdasarkan perkiraan perubahan dari sudut ANB dan posisi dari dagu (pogonion). • Sudut yang digunakan pada analisis Steiner untuk menentukan

hubungan skeletal maksila dan mandibula yaitu sudut SNA, SNB, dan ANB.

Page 14: Maloklusi Skeletal

Sudut SNA (Sella turcica-titik biru, Nasion- titik biru, A-titik kuning)

Sub-spina (A) : titik paling cekung di antara spina nasalis anterior dan prosthion. Supra-mental (B) : titik paling cekung di antara infra dental dan pogonion.

Page 15: Maloklusi Skeletal

Sudut SNB (Sella turcica-titik biru, Nasion-titik merah, B-titik hijau)

Page 16: Maloklusi Skeletal

Sudut ANB (A-titik kuning, Nasion-titik merah, B-titik hijau)

Page 17: Maloklusi Skeletal

• menunjukkan relasi anteroposterior maksila terhadap basis kranial dengan nilai normal SNA 820 ±20 (800 -840). Bila SNA di atas nilai normal menunjukkan maksila mengalami prognasi dan bila SNA di bawah nilai normal menunjukkan maksila mengalami retrognati.

SNA

• nilai normal SNB 800 ±20 (780 - 820). Bila SNB di atas nilai normal menunjukkan mandibula mengalami prognasi dan bila SNB di bawah nilai normal mandibula mandibula retrognati.

SNB

• Nilai ANB dapat diperoleh melalui pengukuran dan juga pengurangan antara sudut SNA dan SNB. Nilai normal ANB yaitu 20 ±20 (00 -40). Bila ANB bernilai positif menunjukkan posisi maksila lebih ke depan dari mandibula. Sedangkan bila nilai ANB negatif menunjukkan posisi maksila lebih ke belakang dari mandibula.

ANB

Page 18: Maloklusi Skeletal

Maloklusi Skeletal Steiner

Kelas I• nilai ANB normal (00 -40) dan profil wajah cembung.

Kelas II• nilai ANB lebih besar dari nilai normal (ANB > 4O) dan profil wajah cembung. • Nilai ANB yang lebih besar ini dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami

prognati, mandibula yang mengalami retrognati, dan kombinasi keduanya.

Klas III• nilai ANB lebih kecil dari nilai normal ( ANB < 0O) dan profil wajah cekung. • Nilai ANB yang lebih kecil ini dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami

retrognati, mandibula yang mengalami prognati, dan kombinasi keduanya.