Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

24
Pengkajian Muskulus Skeletal Nama : FXXXXXXX Nim : 1014XXXXX

description

Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Transcript of Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Page 1: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Pengkajian Muskulus Skeletal

Nama : FXXXXXXXNim : 1014XXXXX

STIKES NGUDIA HUSADA MADURABANGKALAN

Page 2: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Pengkajian fisik

Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik inspeksi dan

palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur , fungsi sendi, kekuatan otot,

cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Dasar

pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh. Kedalaman pengkajian

bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang

ditemukan pemeriksa yang memerlukan eksplorasi lebih jauh.

 Mengkaji Skelet Tubuh

Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang

abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian

tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang

panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang. Bisa teraba

krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan tulang abnormal. gerakan

fragmen harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut.

Mengkaji Tulang Belakang

Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang

leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan

meliputi scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura

tulang belakang bagian dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan

karena penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya besarnya.

Pad saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan seluruh

punggung,bokong dan tungkai. pemeriksa memeriksa kurvatura tulang belakang dn simetris

batang tubuh dari pandngan anterior, posterior dan lateral. Berdiri dibelakang pasien.

Page 3: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Mengkaji sistem persendian

Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan

adnya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi digerakkan oleh otot

disekitar sendi) maupun pasif (sendi digerakkan oleh pemeriksa).

Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan goniemeter (suatu

busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi).

Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformiatas skeletal, patologi sendi,

atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.

Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka harus diperiksa

adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan, dan peningkatan suhu

yang mencerminkan adanya inflamasi aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila sendi

tampak membengkak ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang

paling sering terjadi efusi adalah di lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga sendi di

bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek lateral dan medial

lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan

menggerakkan setiap cairan ke bawah. Begitu ada teakanan dari sisi lateral dan medial,

pemeriksa akan melihat di sisi lain adanya benjolan di bawah tempurung lutut. Bila

terdapat cairan dalam jumlah banyak, tempurung lutut akan terangkat ke atas dari femur

disaat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi atau cairan dalam sendi, perlu

dilakukan konsultasi dengan dokter.

Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),

dislokasi (lepasnya permukaan sendi) , subluksasi (lepasnya sebagia permukaan sendi),

atau disrupsi struktur sekitar sendi. Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi

Page 4: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

dapat mengakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi seperti yang diharaapakan,

sehingga memerlukan alat penyokong disternal (mis. Brace).

Palpasi sendi sementara sendi digerakan secara pasif akan memberikan informasi

mengenai integritas sendi. Normalnya sendi bergerak secara halus. Suara gemeletuk dapat

menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir diantara tonjolan tulang. Permukaan yang

kurang rata, seperti pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena

permukaan yang tidak rata tersebut saling bergeseran satu sama lain.

Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Reumatoid arthritis, gout, dan

osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit pada rheumatoid

arthritis lunak dan terdapat didalam dan sepanjang tendon yang memberikan fungsi

ekstensi pada sendi. Biasanya,keterlibatan sendi mempunyai pola yang simetris. Benjolan

pada gout keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang

mengalami ruptur, mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit. Benjolan

osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang baru akibat

destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi. Biasanya ditemukan pada

lansia

Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal sendi. Sering

terlihat pad rheumatoid arthritis sendi lutut, Dimana otot kuadrisep dapat mengalami

atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga tidak bergerak untuk menghindari rasa nyeri,

dan otot-otot yang memberikan fungsi sendi akan mengalami artrofi karena disuse.

Mengkaji Sistem Otot

sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot

dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.

Page 5: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Lingkar estremitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran akibat adanya

edema atau perdarahan kedalam otot; juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi

pengurangan ukuran akibat artrofi.

Mengkaji cara berjalan

Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai

beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara berjalan mengenai kehalusan dan

iramanya. Setiap adanya gerakan yang tidak teratur dan ireguler(biasanya terlihat pada

pasien lansia)dianggap tak normal. Bila terlihat pincang, kebanyakan disebabkan oleh

nyeri akibat menyangga beban tubuh. Pada kasus seperti ini pasien biasanya mampu

menunjukkan dengan

Keterbatasan gerak sendi dapat mempengaruhi cara berjalan.Berbagai kondisi neurologis

yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastik hemiparesis-

strok,cara berjalan selangkah-selangkah-penyakit lower motor neuron;cara berjalan

bergetar Parkinson).

Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus melakukan inspeksi kulit

dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer.

palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari

lainnya dan adanya edema.

sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna, suhu dan waktu

pengisian kapiler. adanya luka, memar, perubahan warna kulit dan tanda penurunan

sirkulasi perifer atau infeksi dapat mempengaruhi penatalaksanaan keperawatan.

Page 6: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Khusus

Sinar-x

sinar-x tulang menggambarkan kepadatan tulang ,tekstur,erosi dan perubahan tulang.sinar-X

multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna  struktur yang sedang diperiksa. Sinar X

kortex tulang menunjukkan adannya pelebaran , penyempitan , dan tanda iregularitas. sinar X

sendi dapat menunjukkan adannya cairan , iregularitas, spur, penyempitan , dan dan

perubahan struktur sendi.

Computed tomography  (CT sean)

menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor

jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan

panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa

dilakukan dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.

Magnetic resonance imaging (MRI)

adalah teknik pencitraan khusus, noninvasive yang menggunakan medan magnet, gelombang

radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas  (mis. Tumor atau penyempitan

jalur jatingan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon dan tulang rawang.

Karena yang digunakan elektro magnet, pasien yang mengenakan implan logam, braces atau

pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas pasien yang

menderita klaustrofobia biasannya tak mampu menghadapi ruangan tertutup ruangan MRI

tanpa penenang.

Angiografi

Page 7: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

adalah pemeriksaan struktur faskuler. Angiografi adalah pemeriksaan sistim arteri. Suatu

badan kontras radiopaque diinjeksikan dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar - X 

serial sistim arteri yang dipasok oleh arteri tersebut

prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perpusi arteri dan bisa  digunakan untuk

tingkat amputasi yang dilakukan.

Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12 sampai 24 jam

untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri.

Perawat memantau tanda vital, tempat penusukkan untuk melihat adannya

pembengkakan, perdarahan, dan hematoma : dan ekstremitas bagian distalnya untuk

menilai apakah sirkulasinya adekuat.

Digital subtrstion angiografi (DSA)

mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistim arterial melalui kateter

vena.

Venogram

Adalah pemeriksaan sistim vena yang sering digunakan untuk mendeteksi trombosis vena.

Mielografi

penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal , dilakukan untuk

melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan kanalis finalis) atau tempat

adanya tumor.

Diskografi

adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi untuk melihat

struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya

sementara itu diambil Gambar sinar-X serial.

Page 8: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Artogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul

sendi atau ligamen penjangga lutut, bahu, tumit, panggul dan pergelangan tangan.

Setelah dilakukan arttrogram biasanya sendi diimobilisasi selama 12 sampai 24 jam dan

diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai

kebutuhan.

PEMERIKSAAN LAIN

Atrosentesis (aspirisasi sendi)

dilakukan untuk memperoleh cairan sinofial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk

menghilangkan nyeri akibat efusi .

Normalnya cairan sinofial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan volumenya sedikit.

Pemeriksaan cairan sinopial sangat berguna untuk mendiagnosisi rheumatoid arttritis dan

arttrofi implamasi (perdarahan didalam rongga sendi), yang mengarahkan ke trauma  atau

kecendrungan perdarahan.

Atroskopi

merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung kedalam

sendi.

prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril. Jarum bore besar

dimasukkan dan sendi diregankan dengan salin.

Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk menggurangi pembengkakan.

Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi neurofaskular 

dipantau.

Page 9: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi jarang tetapi

dapat mencakup infeksi, hemartrosis, trombovlebitis, kaku sendi dan penyembuhan luka

yang lama.

Termografi

mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit . kondisi implamasi seperti arthritis

dan infeksi , begitu pula neoplasma, harus dievaluasi . pemeriksaan serial dapat dilakukan

untuk mendokumentasi episode imflamasi dan respon pasien terhadap terapi pengobatan anti

implamasi .

Elektromiografi

memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang mempersarafi

tujuannya adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unik motor end.

Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindsakan ini.

Absorpsiometri foton tunggal dan ganda

adalah uji noninvasive untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan

atau tulang belakang.

Biopsi

Dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot dan sinovium

untuk membantu menentukan penyakit tertentu.

Tempat biopsy harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan , nyeri. Untuk

mengontrol edema dan perdarahan diberikan es dan analgetika untuk mengurangi rasa tak

nyaman.

Page 10: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Pemindai tulang (skintigrafi tulang)

pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop di injeksikan. Derajat ambilan nukrida

berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkata ambilan isotop tampak

penyakit primer tulang (osteosarkoma) penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet

(osteomilitis) dan beberapa jenis patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak

. pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelahnya.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah dan urin, hormon paratiroid (PTH), dan vitamin D ,kadar enzim serum

kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic – oxaloacetic transaminase (SGOT, aspartate

aminotransprase) ‘

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK

Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat mengidentifikasi masalah kesehatan yang

dapat diperbaiki dengan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan actual dan potensial

yang sering dijumpai pada pasien dengan kelainan muskuloskeletal meliputi berikut ini :

1.    kerusakan mobilitas fisik

2.    nyeri

3.    resiko terhadap kerusakan integritas kulit

4.    resiko terhadap sindrom disuse

5.    resiko terhadap disfungsi  neurovaskular perifer

6.    gangguan perfusi jaringan perifer

7.    kurang perawatan diri

Page 11: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

8.    kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program pengobatannya

9.    risiko terhadap cedera

10. intoleran aktifitas

11. keletihan

12. perubahan penampilan perang

13. gangguan harga diri

14. gangguan citra diri

15. koping individual tak efektif

16. ketidakberdayaan

17. perubahan proses keluarga

18. resiko terhadap infeksi

19. konstipasi

20. gangguan pola tidur

21. kurang aktifitas pengalih

22. perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

dengan kolaborasi bersama pasien, tujuan kesehatan dan strategi keperawtan dirumuskan

untuk memecahkan diagnosa keperawatan yang telah terindentifikasi

TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian perawatan pasien disfungsi muskuloskeletal meliputi evaluasi dampak masalah

muskuloskeletal gangguan tersebut terhadap pasien.

Perawat terpusat pada pasien gangguan muskulosketelal untuk menjaga kesehatan umumnya,

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-harinya (AKS), dan menangani modalitas

pengobatannya.

Page 12: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Sistemik harus dipastikan, didorong masukan gizi yang optimal, dan masalah yang

berhubungan dengan imobilitas harus dicegah.

Wawancara awal 

Wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan

pasien. Perawa memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalah dan

bagaimana penagnan yang sudah dilakukan.

Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah pendataan dapat mempengaruhi

kesehatan.

Tanyakan masalah kesehatan lain yang juga dirasakan (mis. Stress, penyaakit jantung,

infeksi saluran nafas atas). Ini diperhatikan ketika menyusun rencana perawatan.

Alergi harus dicatat dan diterangkan dengan istilah yang timbul pada pasien.

Pemakaian tembakau dan obat lain harus dikaji untuk mengevaluasi bahan-bahan tersebut

terhadap perawatan pasien.

Mengenali kemampuan pasien untuk belajar, dan pekerjaan terkini diperlukan untuk

perencanaan pemulangan dan untuk rehabilitasi.

Sebagai bahan wawancara awal, data disusun ketika perawat berinteraksi dengan pasien.

Data tersebut memungkinkan menyesuaikan terhadap rencana perawatan individu sesuai

kebutuhan.

Pengkajian Fisik

Inspeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda deformitas, asimetri,

pembengkakan, edema, memar, atau luka di kulit.

Page 13: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Dengan mengobservasi postur, gerakan, dan cara berjalan pasien akan diperoleh data

menegnai perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri dan ketidaknyamanan atau

gerakan involunter (fasikulasi atau kedutan).

Data Pengkajian Subyektif

Selama wawancara dan pengkajian fisik, pasien mungkin melaporkan adanya nyeri, nyeri

tekan, dan pengenderaan yang tak normal. Informasi ini harus dikaji dan di dokumentasikan.

Nyeri

Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam, tumpul yang bersifat

membosankan, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau nyeri dan sering

digambarkan sebagai “kram otot”. Nyeri faktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan

dengan imobilitasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot

atau penekanan pada saraf sensoris.

Perubahan penginderaan

Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskuloskeletal. Pasien mungkin

menyatakan menggalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan

tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah.

Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat

menggangu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf dan

peredaran darah yang terletak sepanjang sistem muskuloskeletal.

Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian keperawatan , diagnosa keperawatan utama untuk pasien

dengan disfungsi muskuloskeletal dapat meliputi berikut

1.    ansietas yang berhubungan dengan perubahan integritas tubuh

2.    kurang pengetahuan tentang program pengobatan

Page 14: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

3.    nyeri yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

4.    perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan respons fisiologis terhadap

cedera, pembengkakan, atau peningkatan tekanan didalam ruangan tertutup (mis.

Kompartemen otot, balutan yang menekan atau gips).

Tujuan

Sasaran utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal dapat meliputi peredaran ansietas,

pemahaman terhadap protocol penangan, hilangnya nyeri, terpeliharanya perfusi jaringan

yang adekuat, dan perbaikan mobilitasi fisik.

Intervensi keperawatan

Meredakan ansietas

Masalah muskuloskeletal bisa diakibatkan oleh cedera traumatis akut atau bisa juga bersifat

jangka panjang berulang dan menetap kebanyakan pasien dengan masalah muskuloskeletal

akut merasa ansietas dan menggalami nyeri. Mereka menggalami ketakutan dan antisipasi

sebelum dimulainya penanganan definitive. Orang yang mengalami kecacatan jangka panjang

biasanya menjalani pembedahan rekontruksi berulang. Mereka sudah terbiasa dengan

rutinitas rumah sakit dan sangat memperhatikan hasil terbaik suatu prosedur. Kesabaran dan

harapan mereka sangat terbatas.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.

Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan mengalami

peningkatan pemahaman alternatif penanganan. Termasuk sensasi selama dan setelah

penanganan, bila mungkin informasi kusus mengenai antisipasi peralatan (mis. Gips,traksi)

alat bantu (trapeze, walker, tongkat)

Page 15: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

Latihan (penyusunan kuadrisep, nafas dalam) medikasi (analgetik, antibiotika) harus

didiskusikan dengan pasien pada saat pasien telah mampu menjalangkan aktifitas

penyembuhan, seperti berjalan dengan tongkat.

Sebelum dipulangkan pasien harus telah mendapatkan penjelasan rinci untuk melanjutkan

perawatan dirumah. Pasien harus mampu mengenali setiap gejala dan tanda mengcurigakan

yang perlu dilakukan pada dokter. Bila mereka menjumpai kesulitan, mereka harus tahu

kemana dan bagaimana cara meminta peretolongan.

Meredakan nyeri

Berikan opioid dan obat pereda nyeri lainnya sesuai resep, dengan memperhitungkan usia dan

ukuran tubuh pasien begitu pula jenis dan tempat masala muskuloskeletal.

Nyeri dapat timbul baik secara primer akibat masalah muskuloskeletal maupun masalah

penyertanya (tekanan pada tonjolan tulang, spasme otot, pembengkakan). Tekanan yang

berkepanjangan diatas tonjolan tulang (tumit, kaput fibula, tuberositas tibiae) dapat

menyebabkan nyeri rasa terbakar perlu dilakukan penghilangan tekanan untuk mengurangi

rasa nyeri dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih jauh.

Teknik relaksasi, traksi, dan obat dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri

Biasanya pembengkakan dapat dikontrol dengan syndrom kompartemen dapat dicegah

dengan meninggikan bagian yang cedera dan meletakkan es dibagian yang cedera selama 20

sampai 30 menit.

Memperbaiki perfusi jaringan

Pembengkakan biasanya menyertai cedera muskuloskeletal. Pasokan darah dapat dikaji

dengan mengukur pengisian kapiler pada dasar kuku. bla terjadi penurunan perfusi jaringan,

kulit akan terasa dingin pada palpasi dan akan tampak kotor, pucat atau biru. Fungsi sensoris

Page 16: Pengkajian Sistem Muskulus Skeletal

dan motoris dapat berubah atau menurun. Bila pembengkakan terjadi diruang tertutup (gips,

balutan konstriktif) dapat terjadi sindromkompartemen.

Memperbaiki mobilitas

Imobilisasi yang diperlukan pada beberapa modalitas penaganan tidak boleh menyebabkan

kerusakan. gerakkan otot dan sendi yang tidak di imobilisasi dapat membantu mepertahankan

kekuatan dan fungsinya. Latihan isometric ekstremitas yang diimobilisai dapat membantu

menjaga kekuatan otot. Penekanan diberikan pada apa yang bisa dikerjakan pasien dengan

keterbatasan akibat modalitas pengobatan.