Post on 12-Aug-2015
a. Pengelolaan syok hipovolemik.
1) Pemantauan. Parameter di bawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan
pengobatan: denyut jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, tekanan vena
central (CVP) dan pengeluaran urin.pengeluaran urin yang kurang dari 30 ml/jam
(atau 0,5 ml/kg/jam) menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
2) Penatalaksanaan pernapasan. Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi
melalui masker atau kanula. Jalan napas yang bersih harus dipertahankan dengan
posisi kepala dan mandibula yang tepat dan aliran pengisapan darah dan secret
yang sempurna. Penentuan gas darah arterial harus dilakukan untuk mengamati
ventilasi dan oksigenasi. Jika ditemukan kelainan secara klinis atau laboratorium
gas darah, pasien harus diintubasi dan diventilasi dan ventilator yang volumenya
terukur. Volume tidal harus diatur sebesar 12 sampai 15 ml/kg. frekuensi
pernapasan sebesar 12-16 per menit. Oksigen harus diberikan untuk
mempertahankan PO2 sekitar 100 mmHg. Jika pasien “melawan” terhadap
ventilator, maka obat sedative atau pelumpuh otot harus diberikan. Jika cara ini
gagal untuk menghasilkan oksigenase yang adekuat, atau jika fungsi paru-paru
menurun harus ditambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif.
3) Pemberian cairan.
Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan Ringer
Laktat atau larutan garam fisiologis secara secara cepat. Kecepatan
pemberian dan jumlah aliran intravena yang diperlukan bervariasi
tergantung beratnya syok. Umumnya paling sedikit 1 sampai 2 liter larutan
Ringer Laktat harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau bias lebih
cepat lagi apabila dibutuhkan. Jika hipotensi bias diperbaiki dan tekanan
darah tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa kehilangan darah sudah
minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung, harus dilakukan transfusi darah
pada pasien-pasien ini secepat mungkin, dan kecepatan serta jumlah yang
diberikan disesuaikan dengan respons dari parameter yang dipantau.
o Darah yang belum dilakukan reaksi silang atau yang bergolongan
O-negatif dapat diberikan terlebih dahulu, apabila syok menetap
dan tidak ada cukup waktu (kurang lebih 45 menit) untuk
menunggu hasil reaksi siolang selesai dikerjakan.
o Segera setelah hasil rekasi silang diperoleh, jenis golongan darah
yang sesuai harus diberikan.
o Koagulopati delusional dapat timbul pada pasien yang mendapat
tranfusi darah yang massif. Darah yang disimpan tidak
mengandung trombosit hidup dan factor pembekuan V dan VI.
Satu unit plasma segar beku harus diberikan untuk setiap 5 unit
whole blood yang diberikan. Hitung jumlah trombosit dan status
koagulasi harus dipantau terus menerus pada pasien yang
mendapat terapi transfusi massif.
o Hipotermi juga merupakan konsekuensi dari transfusi massif.
Darah yang akan diberikan harus dihangatkan dengan koil
penghangat dan suhu tubuh pasien dipantau.
Celana militer anti syok (MAST = Military Antishock Trousers) –Tekanan
berlawanan eksternal dengan pakaian MAST bermanfaat sebagai terapi
tambahan pada terapi penggantian cairan.pakaian MAST ini dikenakan
pada kedua tungkai atau abdomen dari pasien, dan masing-masing ketiga
kompartemen individual ini (kedua tungkai dan abdomen) dapat
dikembungkan. Pakaian ini meredistribusikan darah dari ekstremitas
bawah ke sirkulasi sentral dan mengurangi darah arteri ke tungkai dengan
memperkecil diameter pembuluh darah.
Kontraindikasi untuk memakainya:
o Edema paru yang bersamaan.
o Kehamilan. – Ini hanya berlaku pada kompartemen abdomen.
Hal yang perlu diperhatikan:
o Pakaian MAST dapat meningkatkan kejadian perdarahan karena
cedera diafragmatik.
o Pemakaian yang lama (24-48 jan) pada tungkai yang cedera dapat
menyebabkan timbulnya sindrom kompartemen pada fascia.
4) Vasopresor. Pemakaian vasopresor pada penanganan syok hipovolemik pada
akhir-akhir ini kurang disukai. Alasannya adalah bahwa hal ini akan lebih
mengurangi perfusi jaringan. Pada kebanyakan kasus, vasopresor tidak boleh
digunakan, tetapi vasopresor mungkin bermanfaat pada beberapa keadaan.
Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk meningkatkan
tekanan darah sampai didapatkannya cairan pengganti yang adekuat. Hal ini
terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner atau
penyakit pembuluh darah otak yang berat. Zat yang digunakan adalah
norepineprin 4 sampai 8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam
air (D5W), atau metaraminol, 5 sampai 10 mg yang dilarutkan dalam 500 ml
D5W, yang bersifat vasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada
jantung. Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.
a. Pengelolaan syok septic
1) Penggantian cairan harus dimulai untuk menggantikan cairan yang keluar dari
pembuluh darah. Harus dilakukan dilakukan pengawasan terhadap tanda-tanda
klinis gagaljantung kongestif dan pemantauan tekanan vena sentral.
2) Karena organism penyebab biasanya jarang diketahui pada permulaan
evaluasi maka spectrum antibiotika yang dipakai harus ditentukan secara
empiris. Setelah kultur darah dan kultur factor-faktor lain yang berkaitan,
seperti urin, sputum, luka, cairan serebrospinal sesuai indikasi, pemakaian
antibiotika yang tepat harus dimulai.
3) Jika pemberian cairan pengganti gagal mengatasi hipotensi, obat-obat
vasoaktif diindikasikan. Diberikan Dopamin 2-20 µg/kg/menit.
TERAPI syok anafilatik
Tanpa memandang beratnya gejala anafilaksis, sekali diagnosis sudah ditegakkan
pemberian epinefrin tidak boleh ditunda-tunda. Hal ini karena cepatnya mula penyakit dan
lamanya lamanya gejala anafilaksis berhubungan erat dengan kematian. Dengan demikian sangat
masuk akal bila epinefrin 1:1000 yang diberikan adalah 0,01 ml/kgBB sampai mencapai
maksimal 0,3 ml subkutan dan dapat diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali seandainya
gejala penyakit bertambah buruk atau dari awalnya kondisi penyakitnya sudah berat, suntikan
dapat diberikan secara intramuskulardan bahkan kadang-kadang dosis epinefrin dapat dinaikan
sampai 0,5 ml sepanjang pasien tidak mengidap kelainan jantung.
Bila pencetusnya adalah alergen seperti pada suntikan imunoterapi, penisilin, atau
sengatan serangga, segera diberikan suntikan infiltrasi epinefrin 1:1000 0,1-0,3 ml dibekas
tempat suntikan untuk mengurangi absorpsi alergen tadi. Bila mungkin dipasang tourniket
proksimal dari tempat suntikan dan kendurkan setiap 10 menit. Tourniket tersebut dapat dilepas
bila keadaan sudah terkendali. Selanjutnya dua hal pentingyang harus segera diperhatikan dalam
memberikan terapi pada pasien anafilaksis yaitu mengusahakan sistem pernafasan yang lancar,
sehingga oksigen berjalan baik; sistem kardiovaskular yang juga harus berfungsi baik sehingga
perfusi jaringan memadai.
Meskipun prioritas pengobatan ditujukan pada sistem pernafasan dan kardiovaskular,
tidak berarti pada organ lain tidak perludiperhatikan atau diobati. Prioritas ini berdasarkan
kenyataan bahwa kematian pada anafilaksis terutama disebabkan karena tersumbatnya saluran
nafas atau syok anafilaktik.
1. Tatalaksana Syok kardiogenik meliputi 3 langkah
1. Tindakan resusitasi segera
Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ sewaku pasien dibawa
untuk terapi definitif. Mempertahankan tekanan arteri rata-rata yang adekuat
untuk mencegah sekuele neurologi dan ginjal adalah vital.
2. Menentukan secara dini anatomi koroner
Hal ini merupakan langkah penting dalam tatalaksana syok
kardiogenik yang berasal dari kegagalam pompa (Pump failure) iskemik yang
predominan. Pasien di rumah sakit komunitas harus segera dikirim ke fasilitas
pelayanan tersier yang berpengalaman. Hipotensi di atas segera dengan IABP.
Syok mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh darah yang tinggi, penyakit left
main dan penuruna fungsi ventrikel kiri. Tingkat disfungsi ventrikel dan
instabilitas hemodinamik mempunyai korelasi dengan anatomi koroner. Suatu
lesi circumflex atau lesi koroner kanan jarang mempunyai manifestasi syok
pada keadaaan tanpa infar ventrikel kanan, underfeeling ventrikel kiri,
bradiaritmia, infark miokard sebelumnya atau kardiomiopati.
3. Melakukan revaskularisasi dini
Setelah menentukan anatomi koroner, harus diikuti dengan pemilihan modalitas terapi
secepatnya. Tidak ada trial acak yang membandingkan PCI dengan CABG pada syok
kardiogenik. Trial SHOCK merekomendasikan CABG emergency pada pasien left main atau
penyakit 3 pembuluh besar. Laju mortalitas di rumah sakit dengan CABG pada penelitian
SHOCK dan registry adalah sama dengan outcome dengan PCI, walaupun lebih banyak penyakit
arteri koroner berat dan diabetes yaitu dua kali pada pasien yang mengalami CABG.
a. Penatalaksanaan syok neurogenik/spinal
Penatalaksanaannya berupa pemberian cairan yang cukup untuk mengisi ruangan
vena dan vasopresor seperti neosineprin untuk meningkatkan tonus arteri.