Gadar Syok

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2641 SM Raja Menes, seorang Pharao meninggal mendadak tidak lama setelah disengat tawon. Tahun 1902, Richet dan Portier menemukan fenomena yang sama, mereka menginjeksi anjing dengan ekstrak anemon laut, setelah beberapa lama diinjeksi ulang dengan ekstrak yang sama anjing itu mendadak mati. Fenomena ini mereka sebut aldquo yang berarti anaphylaxis. Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas yang merupakan suatu reaksi anafikaksis yang dapat berujung pada syok anafikaktik. Insiden anafilaksis diperkirakan 1-3/10.000 penduduk dengan mortalitas sebesar 1-3/1 juta penduduk. Sementara di Indonesia, khususnya di Bali, angka kematian dilaporkan 2 kasus/10.000 total pasien anafilaksis pada tahun 2005 dan mengalami peningkatan 2 kali lipat pada tahun 2006. Anafilaksis paling sering disebabkan oleh makanan, obat-obatan, sengatan serangga, dan lateks. Gambaran klinis anafilaksis sangat heterogen dan 1

description

tugas mata kuliah gawat darurat (asuhan keperawatan syok anafilaktik)

Transcript of Gadar Syok

Page 1: Gadar Syok

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 2641 SM Raja Menes, seorang Pharao meninggal mendadak tidak

lama setelah disengat tawon. Tahun 1902, Richet dan Portier menemukan

fenomena yang sama, mereka menginjeksi anjing dengan ekstrak anemon

laut, setelah beberapa lama diinjeksi ulang dengan ekstrak yang sama anjing

itu mendadak mati. Fenomena ini mereka sebut aldquo yang berarti

anaphylaxis. Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian

terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi

hipersensitivitas yang merupakan suatu reaksi anafikaksis yang dapat

berujung pada syok anafikaktik.

Insiden anafilaksis diperkirakan 1-3/10.000 penduduk dengan mortalitas

sebesar 1-3/1 juta penduduk. Sementara di Indonesia, khususnya di Bali,

angka kematian dilaporkan 2 kasus/10.000 total pasien anafilaksis pada tahun

2005 dan mengalami peningkatan 2 kali lipat pada tahun 2006.

Anafilaksis paling sering disebabkan oleh makanan, obat-obatan, sengatan

serangga, dan lateks. Gambaran klinis anafilaksis sangat heterogen dan tidak

spesifik. Reaksi awalnya cenderung ringan membuat masyarakat tidak

mewaspadai bahaya yang akan timbul, seperti syok, gagal nafas, henti

jantung, dan kematian mendadak.

Walaupun jarang terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsung sangat cepat,

tidak terduga, dan dapat terjadi di mana saja yang potensial berbahaya sampai

menyebabkan kematian. Identifikasi awal merupakan hal yang penting,

dengan melakukan anamnesis, pemerikasaan fisik, dan penunjang untuk

menegakkan suatu diagnosis serta penatalaksanaan cepat, tepat, dan adekuat

untuk keadaan yang lebih berbahaya. Maka dari itu sebagai calon perawat

yang profesional, kita perlu memahami dengan baik asuhan keperawatan bagi

pasien gawat darurat pada kasus syok khususnya syok anafilaktik.

1

Page 2: Gadar Syok

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang penulisan diatas dapat dirumuskan masalah yang ada

sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar penyakit kegawatdaruratan syok anafilaktik?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien gawat darurat dengan

kasus syok anafilaktik?

1.3 Tujuan

Adapun tujuannya, antara lain:

1. Tujuan umum

Untuk memahami tentang kegawatdaruratan pada kasus syok anafilaktik.

2. Tujuan khusus

Untuk memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis syok,

patofisiologi (WOC), penatalaksanaan, komplikasi, dan juga mampu

membuat asuhan keperawatan kegawatdaruratan tentang syok anafilaktik.

2

Page 3: Gadar Syok

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Pengertian

Syok itu sendiri adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika

sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada

tiga faktor utama yaitu: curah jantung, volume darah, dan tonus

vasomotor perifer. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau

dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi, maka akan terjadi

syok. Bila tekanan arteri cukup rendah, terjadi disfungsi otak dan otot

jantung (Mansjoer, 1999).

Anaphylaxis (Yunani, Ana = balik dan phylaxis = perlindungan).

Anafilaksis dalam hal ini berarti respons imun yang seharusnya

melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain

kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis).

Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa

sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro

intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan

terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.

Syok anafilaktik adalah kejadian hipersensitivitas segera secara

sistemik akibat penggabungan antigen dan IgE yang melekat pada

basofil dan sel mast. Reaksi ini timbul dalam jangka waktu beberapa

detik sampai menit setelah pemberian obat-obatan misalnya penicillin.

Reaksi dapat berkembang menjadi suatu kegawatan berupa syok,

gagal nafas, henti jantung dan kematian mendadak (Lieberman, 2002).

3

Page 4: Gadar Syok

2.1.2 Etiologi

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anafilaksis

adalah sifat alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan

kesinambungan paparan alergen.

Golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis

adalah :

1) Makanan, makanan yang biasanya menyebabkan suatu reaksi

anafilaksis adalah udang, kepiting, kerang, ikan kacang-kacangan,

biji-bijian, buah beri, putih telur, dan susu.

2) Obat-obatan, obat-obatan yang bisa menyebabkan anafikasis

seperti antibiotik khususnya penisilin, obat anestesi intravena,

relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan

lain-lain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik,

dan cuaca dingin juga bisa menyebabkan anafilaksis.

3) Sengatan serangga, seperti lebah, hormets, jaket kuning, dan

tawon, ular, ubur-ubur, laba-laba, dll.

2.1.3 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis anafilaksis dapat dilihat pada Tabel 1 (Jose et al,

2009)

Kulit Respiratorik Kardiovaskuler Gastrointestinal

Eritema

Urtikaria

Angioedema

Batuk

Dyspnea

Wheezing

Pusing

Pingsan

Takikardia

Hipotensi

Syok

Mual dan

Muntah

Kram

Kembung

Diare

Tabel 1. Tanda dan Gejala Anafilaksis (Jose et al, 2009)

Pada 80% kasus, tanda dan gejala kulit hampir selalu dijumpai.

Oleh karena itu, suatu kasus kemungkinan besar bukan merupakan

anafilaksis jika pasien tidak menunjukkan manifestasi kulit. Lebih

4

Page 5: Gadar Syok

lanjut, manifestasi khas anafilaksis bergantung pada rute paparan

alergen, di mana paparan alergen berupa makanan lebih cenderung

mengakibatkan efek gastrointestinal serta respiratorik, sementara

paparan alergen secara subkutan atau intravena cenderung

mengakibatkan efek kardiovaskuler.

2.1.4 Patofisiologi

Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam

hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type

reaction).

Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :

1) Fase Sensitisasi

Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai

diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan

basofil.

Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau

saluran makan di tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera

mempresen-tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia

akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi

Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel

plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk

antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor

permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.

2) Fase Aktivasi

Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan

antigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang

berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang .

Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam

tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan

memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator

vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa

5

Page 6: Gadar Syok

bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah

Preformed mediators.

Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat

dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan

Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah

degranulasi yang disebut Newly formed mediators.

Gambar 1. The Activation Of Cell Mast

3) Fase Efektor

Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis)

sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan

aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu.

Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan

permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi

mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas

vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos.

Platelet Activating Factor (PAF) berefek bronchospasme dan

meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi

trombosit.

6

Page 7: Gadar Syok

Anafilaksis↓

Pelebaran Pembuluh Darah↓

Maldistribusi Volume Sirkulasi↓

Aliran Darah Balik (Venous Return) ↓↓

Tekanan Darah ↓↓

Tekanan Perfusi ↓↓

Hipoksia Jaringan

Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil.

Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi,

demikian juga dengan Leukotrien.

Gambar 2 Patofisiologi Reaksi Anfilaksis

Gambar 3 Patofisiologi Syok Anafilaksis

2.1.5 Komplikasi

1) Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan

hipoksia jaringan yang berkepanjangan. Shock dapat menyebar ke

jantung sedangkan komplikasi jantung itu sendiri dapat berupa

aritmia, gagal jantung, iskemia, infark, stoke bahkan sampai

kematian.

2) Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan

alveolus kapiler karena hipoksia.

7

Page 8: Gadar Syok

2.1.6 Penatalaksanaan

1) Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat

lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik

vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan

tekanan darah.

2) Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

1) Airway 'penilaian jalan napas'.

Yang di nilai adalah Pembengkakan jalan napas, suara

ngorok, stridor. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak

ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,

posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh

kebelakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan

ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan dan buka mulut.

2) Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan

bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke

mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anfilatik yang disertai

udema laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan

napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan

jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga

harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan

sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan

lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi atau

trakeotomi,bronkodilator

3) Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi arteri besar

(arteri Karotis atau arteri femoralis). Segera lakukan

kompresi jantung.

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap

kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai

dengan protokol resusitasi jantung paru.

3) Segera berikan adrenalin 0,3,- 0,5 mg larutan 1 : 1.000 untuk

penderita dewasa, 0,01 mg/kg untuk penderita anak-anak,

8

Page 9: Gadar Syok

intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai

keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian

infus kontinyu adrenalin 2-4 ug/mnt.

4) Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin

kurang memberi respon, dapat ditambahkan aminofilin 5-6 mg/kg

BB intravena dosis awal yang diteruskan 0,4-0,9 mg/kg BB/mnt

dalam cairan infus.

5) Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg

atau deksametason 5-10 mg intravena sebagai terapi penunjang

untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilatik atau syok yang

membandel.(keperawatan bedah edisi 8.2002)

6) Bila tekanan darah tetap redah, diperlukan pemasangan jalur

intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke

ruang ekstravaskuler sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok

anafilatik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah

dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis

cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan

perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat

terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada

dasarnya, bila memberikan bila memberikan larutan kristaloid,

maka diperlukan jumlah 3-4 kali dari perkiraan kekurangan

volume plasma. Biasanya, pada syok anafilatik berat diperkirakan

terdapat kehilangan cairan 20-40% dari volume plasma.

Sedangkan bila diberikan larutan kristaloid, dapat diberikan

dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume

plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan kristaloid

plasma protein tinggi dari jantung.

7) Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok

anafilatik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam

perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita

di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai

9

Page 10: Gadar Syok

dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus

dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi

telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.

8) Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat

dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang

lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi

adrenalin lebih dari 2-3 kali suntikan, harus dirawat di rumah

sakit semalam untuk observasi (briwington,2009).

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1.1. Pengkajian Keperawatan

1) Identitas

(1) Umur : pada semua usia

(2) Jenis kelamin : prevelensi laki-laki sama dengan perempuan

2) Keluhan Utama

Klien dengan syok anafilaktik mempunyai keluhan utama yaitu

terjadi penurunan kesadaran.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada klien dengan reaksi anafilaksis ditemukan gejala awal

dengan rasa gatal dan panas. Biasanya selalu disertai dengan

gejala sistemik misal dispnea, mual, kulit sianosis, kejang.

Anamnesa yang tepat dapat memperkecil gejala sistemik sebelum

berlanjut pada fase yang lebih parah/gejala sistemik berat.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap sesuatu.

Pernahkah klien mengalami hal yang sama saat setelah kontak

dengan alergen misal, obat-abatan, makanan, atau kontak dengan

hewan tertentu.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

10

Page 11: Gadar Syok

Apakah salah satu dari anggota keluarga pernah mengalami

alergi. Punyakah keluarga riwayat penyakit alergi lain misal,

asma.

6) Pemeriksaan Fisik

(1) Sistem Kardiovaskuler

Pusing, pingsan, takikardia, hipotensi, syok.

(2) Sistem Respirasi

Batuk, wheezing, dispnea

(3) Sistem neurologi

Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan

darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien

menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan

analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya

pasien memang karena kesakitan.

(4) Sistem Saluran Cerna

Mual dan Muntah, kram, kembung, dan diare

(5) Sistem Saluran Kencing

Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin

pasien dewasa adalah 60 ml/jam (1/5–1 ml/kg/jam).

(6) Sistem integumen

Eritema, urtikaria, angioedema

1.1.2. Masalah Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d perubahan fisologis

yang ditandai dengan sianosis, batuk yang tidak efektif, suara

napas tambahan dan dispnea.

11

Page 12: Gadar Syok

2. Gangguan perfusi jaringan b.d hipovolemia yang ditandai dengan

penurunan curah jantung, penurunan tekanan darah, dan

peningkatan frekuensi nadi.

1.1.3. Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa

keperawatanTujuan / Out come Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas b.d

perubahan

fisologis yang

ditandai dengan

sianosis, batuk

yang tidak efektif,

dan suara napas

tambahan.

Setelah diberikan

askep selama 15

menit diharapkan

bersihan jalan

napas efektif

dengan out come :

1) BGA dalam

batas normal

(PH : 7,35-

7,45, Pa O2 :

80-100, Pa

CO2 : 35-45,

HCO3 : 22-26,

SaO2 : 93-99)

2) Pasien batuk

secara efektif

3) Tidak ada

suara napas

tambahan

Observasi

Kaji status

pernapasan

sekurang-

kurangnya 15

menit menurut

standar yang

ditetapkan

Mandiri

pasien

dibaringkan

pada posisi

datar dengan

kaki lebih

tinggi

Kolaborasi

Berikan

tambahan

oksigen dengan

kanula atau

masker sesuai

indikasi

Observasi

Untuk mendeteksi tanda

awal bahaya

Mandiri

Untuk membantu

memperbaiki sirkulasi

darah

Kolaborasi

Meningkatkan

pengiriman oksigen ke

paru-paru untuk

kebutuhan sirkulasi,

khususnya pada

adanya

12

Page 13: Gadar Syok

Pantau data

laboratorium,

contoh: GDA

Beri obat

sesuai indikasi:

adrenalin 0,3,-

0,5 mg larutan

1 : 1.000 untuk

penderita

dewasa, 0,01

mg/kg untuk

penderita anak-

anak,

intramuskular,

antihistamin

dosis 10-20mg

penurunan/gangguan

ventilasi

Indikator fungsi organ.

Untuk mengobati

reaksi hipersensitivitas

2. Gangguan perfusi

jaringan b.d

hipovolemia yang

ditandai dengan

penurunan curah

jantung,

penurunan

tekanan darah,

dan peningkatan

frekuensi nadi.

Setelah diberikan

askep selama 30

menit diharapkan

perfusi jaringan

efektif.

Dengan out come :

Cardiac out put

normal

TTV normal

Observasi :

Kaji TTV

sekurang-

kurangnya 15

menit menurut

standar yang

ditetapkan.

Kaji suhu, dan

tekstur kulit

pasien minimal

15 menit

sekali.

Perhatikan,

Observasi :

Untuk mendeteksi

tanda awal bahaya

Penurunan perfusi

mengakibatkan

bercak; kulit juga

menjadi dingin dan

tekstur kulit berubah

13

Page 14: Gadar Syok

catat, dan

laporkan bila

muncul bercak

atau daerah

kehitaman dan

kebiruan pada

kulit.

Mandiri

Anjurkan

untuk

melakukan

ambulasi

pada

tingkat

yang dapat

ditoleransi

pasien

Kolaborasi

Pantau data

laboratorium,

contoh: GDA,

BUN,

creatinin, dan

elektrolit.

Pemasangan

jalur intravena

untuk koreksi

hipovolemia

akibat

Mandiri

Untuk meningkatkan

sirkulasi pada daerah

ekstremitas

Kolaborasi

Indikator perfusi

atau fungsi organ.

Pemberian cairan

akan meningkatkan

tekanan darah dan

curah jantung serta

mengatasi asidosis

14

Page 15: Gadar Syok

kehilangan

cairan ke

ruang

ekstravaskuler

laktat.

1.1.4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan

intervensi/perencanaan yang telah ditetapkan.

1.1.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yang

telah ditetapkan.

15

Page 16: Gadar Syok

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai

oleh Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang

menurun hebat. Syok anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai

angka mortalitas yang sangat tinggi.

Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis,

yaitu makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor yang

diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat alergen,

jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen.

Anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe I, terdiri dari fase

sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada vasodilatasi pembuluh darah yang

mendadak, keaadaan ini disebut syok anafilaktik.

Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Gejala dapat dimulai

dengan gejala prodormal kemudian menjadi berat, tetapi kadang-kadang

langsung berat yang dapat terjadi pada satu atau lebih organ target.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang baik akan membantu

seorang perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.

Penatalaksanaan syok anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan

alergen yang menyebabkan reaksi anafilaksis; baringkan penderita dengan

kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A, B, C dari tahapan

resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat-obat yang lain sesuai

dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu berikan terapi

cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke

rumah sakit.

16

Page 17: Gadar Syok

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis kepada :

a. Institusi

Karena materi yang diberikan cukup spesifik maka penulis menyarankan

kepada pihak kampus untuk meng-upgrade buku-buku yang ada di

perpustakaan.

b. Mahasiswa

Penulis menyarankan kepada calon tenaga medis, khususnya calon

perawat (mahasiswa STIKes CHMK) agar dapat melakukan asuhan

keperawatan yang tepat kepada pasien syok dengan mempelajari dan

meningkatkan pemahaman tentang syok.

c. Pembaca

Setelah mempelajari makalah ini, pembaca lebih mengerti bagaimana

cara yang tepat untuk menangani pasien dengan syok, sehingga

membantu penyembuhan dan pemulihan pada pasien.

17

Page 18: Gadar Syok

DAFTAR PUSTAKA

Boswick (1998), Perawatan Gawat Darurat, EGC Jakarta

Brunner & Suddarth (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, EGC : Jakarta

Elizabeth J. Crowin, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC : Jakarta

Fakultas Kedokteran UI, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I Edisi 3, MA : Jakarta

Longecker, DE. (2008), Anaphylactic reaction and Anesthesia dalam Anesthesiology; Chapter 88, hal 1948-1963.

NANDA, (2012), Nursing Diagnosis Defenition and Clasification, Philadelpia.

18