Gadar Adrenal

28
KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN Makalah Disusun untuk memenuhi Tugas Health Alteration III Semester V yang diampu oleh FX. Didit Trihandoko, S. Kep., Ns Oleh kelompok : 1. Diyatmika Atmasari ( 12. 2. Muhammad Bagus Setyawan ( 12.1125 ) 3. Putri Wulandaru ( 12. 4. Tri Widyaningrum ( 12. 5. Zulfikar Zalmi ( 12. 6. M. Fauzy Arithonang ( 12.1127 PRODI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Transcript of Gadar Adrenal

Page 1: Gadar Adrenal

KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN

Makalah

Disusun untuk memenuhi Tugas Health Alteration III Semester V

yang diampu oleh FX. Didit Trihandoko, S. Kep., Ns

Oleh kelompok :

1. Diyatmika Atmasari ( 12.

2. Muhammad Bagus Setyawan ( 12.1125 )

3. Putri Wulandaru ( 12.

4. Tri Widyaningrum ( 12.

5. Zulfikar Zalmi ( 12.

6. M. Fauzy Arithonang ( 12.1127

PRODI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH

PROVINSI JAWA TENGAH

UNGARAN

2014

BAB II

Page 2: Gadar Adrenal

KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN

1. Krisis Addison

A. Definisi

Krisis Addison atau Insufisiensi Adrenal Akut adalah Suatu keadaan gawat

darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan hormon yang

relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala gejalanya non

spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen (Idhiarta, 2009)

Insufisiensi Adrenal Akut merupakan penyakit yang sangat berbahayakarena

memiliki efek glukokortikoid (ketersediaan energi), penurunanmineralkortikoid

(seperti aldosterone), dan peningkatan aktivitas menstimulasi melanosit/

hiperpigmentasi ( Pamela, 2011)

B. Etiologi

Penyebab primer adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis

atau nekrosis selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila

kehilangan kelenjar adrenal unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi adrenal

(Idhiarta, 2009).

Penyebab sekunder adalah peripartum pituitary infark (Sheehan`s syndrom),

Pituitary apoplexy ( perdarahan pada kelenjar pituitary), trauma kepala dengan

gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya tidak seberat pada keadaan

adrenal insuficiency primer karena sekresi aldosteron tidak dipengaruhi.(Idhiarta,

2009)

C. Patofisiologi

Penyakit Addison merupakan kelainan autoimun yang semua lapisan korteks

adrenalnya dihancurkan oleh inflamasi. Penyebab lainnya meliputi tuberkolusis( yang

dapat menyebabkan penyebaran basil tuberkolusis dari paru melalui darah dan

cairan limfe), kanker payudara, paru, atau saluran cerna (yang mengakibatkan

penyebaran metastatik (Chang, 2010).

insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak

terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap

keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan

Page 3: Gadar Adrenal

pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi

korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada

pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid (Doengoes, 2000).

D. Tanda dan Gejala

Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal adalah sebagai berikut :

1) Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan

pemberian resusitasi cairan atau vasopresor.

2) Hipotermia atau hipertermia

3) Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan,

anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.

4) Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hyperkalemia

dan hipotensi berat yang menetap

5) Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri

abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar adrenal.

( (Idhiarta, 2010)

E. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium Darah

a) Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)

b) Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)

c) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)

d) Penurunan kadar kortisol serum

e) Kadar kortisol plasma rendah

f) ADH meningkat

g) Analisa gas darah: asidosis metabolic

h) Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena

hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.

Page 4: Gadar Adrenal

2) Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi di adrenal.

3) CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya

dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan

dan non malignan dan hemoragik adrenal

4) Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik

abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik

5) Tes stimulating ACTH

Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik

dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut

pendekcepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit

setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan

cortisol dalam darah dan urin.

6) Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes

stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak

cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan

cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan.

Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal sekunder mempunyai. Respon

kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.

Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai

penyebab ; suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus

sebagai penyebab.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Menurut Pamela dalam Pedoman Keperawatan Emergensi

meliputi :

1) Hipovolemia dan kekurangan natrium diatasi dengan pemberian infus D5 NSS,

hidrokortison juga diberikan melalui IV.

2) Fludrokortison juga diberikan untuk menggantikan mineralkortikoid.

Page 5: Gadar Adrenal

3) Selain itu, Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume

dan garam.

4) Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%

5) Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.

6) Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam

atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.

7) Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat

diberikan antibiotik, untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin

atau norepineprin.

Penatalaksanaan Menurut Esther Chang dalam Patofisiologi Aplikasi Pada praktik

keperawatan meliputi :

1) Memantau kadar kalium untuk memantau hyperkalemia.

2) Mempertahankan pencatatan keseimbangan cairan

3) Memantau kadar glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemia dan kadar

natrium dan ureum untuk mendeteksi dehidrasi,

G. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a. Pengkajian

a) Aktivitas / istirahat

Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari,

tidak mampu beraktivitas atau bekerja.

Tanda : peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang

minimal, Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi, Depresi, gangguan

konsentrasi, Letargi.

b. Sirkulasi.

Tanda : Hipotensi termasuk hipotensi postural. Takikardi, disritmia, suara

jantung melemah, Nadi perifer melemah, Pengisian kapiler memanjang,

Ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat

Page 6: Gadar Adrenal

c. Integritas ego

Gejala : adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk

sakit fisik atau pembedahan, Perubahan gaya hidup, Ketidak mampuan

mengatasi stress

Tanda : Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil

d. Eliminasi

Gejala : diare, sampai adanya konstipasi, Kram abdomen, Perubahan

frekuensi dan karakteristik urin

Tanda : Diuresis yang diikuti oliguria

e. Makanan atau cairan

Gejala : Anoreksia berat, mual, muntah, Kekurangan zat garam, BB menurun

dengan cepat.

Tanda : Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering

f. Neurosensori

Gejala : Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan

Tanda : disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium

rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan,cemas, koma (dalam

keadaan krisis)

g. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, Nyeri tulang belakang,

abdomen, ekstrimitas (pada keadaan krisis).

h. Pernapasan

Gejala : Dipsnea

Tanda : Pernapasan meningkat, takipnea, suara nafas: krekels, ronkhi

pada keadaan infeksi

Page 7: Gadar Adrenal

i. Keamanan

Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas

Tanda : Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar

matahari) menyeluruh atau berbintik bintik, Peningkatan suhu, demam yang

diikuti dengan hipotermi (keadaan krisis)

j. Seksualitas

Gejala : Adanya riwayat menopause dini, amenore , Hilangnya tanda tanda

seks sekunder (berkurangnya rambut rambut pada tubuh terutama pada

wanita) ,Hilangnya libido.

2) Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan cairan

melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan

aldosteron)

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat

(mual, muntah, anoreksia),defisiensi glukokortikoid

c. Intoleransi aktifitas b.d penurunan produksi metabolime ketidak seimbangan

cairan elektrolit dan glukosa

3) Intervensi

a. DX. 1: Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan

cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena

kekurangan aldosteron)

Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

setelah dilakukan tindakan

KH : - Pengeluaran urin adekuat (1cc/kgBB/jam0

- TTVdbn: N:80-100 x/mnt S: 36-37C , TD: 120/80 mmHg

- Tekanan nadi perifer jelas: kurang dari 3 det

- Turgor kulit elastis

Page 8: Gadar Adrenal

- Pengisian kapiler baik kurang dari 3 det

- Membrane mukosa lembab

- Warna kulit tidak pucat

- Rasa haus tidak ada

- BB ideal: (TB-100)-10%(TB-100)

- Hasil lab dbn:

Ht : W: 37-47% , L: 42-52%

Ureum: 15-40 mg/dl

Natrium: 135-145 mEq/L

Kalium: 3,3-5,0 mEq/ L

Kreatinin: 0,6-1.2 mg/dl

Intervensi:

1. Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,

kekuatan dari nadi perifer

R/: Hipotensi postural merupakan bagian dari hipovolemia akibat

kekurangan hormone aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai

akibat dari penurunan kortisol

2. Ukur dan timbang BB klien

R/: Memberikan perkiraan kebutuhan akan pengganti volume cairan dan

kefektifan pengobatan. Peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya

retensi caairan dan natrium yang berhubungnn dengan pengobatan steroid

3. Kaji pasien mengenai ada rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian

kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering. Catat

warna kulit dan temperaturnya

R/: Mengidentifikasi adanya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan

volume pengganti.

4. Periksa adanya perubahan status mental dan sensori.

R/: Dehidrasi berat menurunkan curah jantung berat dan perfusi jaringan

terutama jaringan otak.

Page 9: Gadar Adrenal

5. Aukultasi bising usus (peristaltic usus). Catat dan laporkan adanya mual,

muntah, dan diare.

R/: Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan

dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi

6. Berikan perawatan mulut secara teratur

R/: membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan

mempertahankan kerusakan membrane mukosa

7. Berikan cairan oral diatas 3000cc/hari sesegera mungkin sesuai dengan

kemampuan klien

R/: Adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi saluran

cerna tersebut memungkinkan untuk memberikan cairan dan elektrolit

melalui oral

Kolaborasi

8. Berikan cairan, antara lain:

Cairan NaCl 0,9% . R/: Mungkin membutuhkan cairan pengganti 4-

6Ltr.dengan pemberian cairan NaCl 0,9% melalui Iv 500-1000ml/jam, dapat

mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi

Larutan glukosa . R/: Dapat menghilangkan hipovolemia

9. Berikan obat sesuai dosis

Kortison (ortone)atau hidrokotison (cortef) 100mg intravena setiap 6jam

untuk 24jam.

R/: Dapat mengganti kekurangn kortison dalam tubuh dan meningkatkan

reabsorbsi natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan

mempertahankan curah jantung

Mineral kortikoid, fludokortison, deoksikortikosteron 25-30mg/hari peroral

R/: dimulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang tinggi yang telah

mengakibatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan

tekanan darah dan gangguan elektrolit

10. Pasang atau pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi

Page 10: Gadar Adrenal

R/: dapat memfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin

maupun dari lambung, memberikan dekompresi lambung dan membatasi

muntah

11. Pantau hasil laboratorium

Hematokrit (Ht)

R/: Peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi terjadinya

hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai dengan terjadinya

dehidrasi pada tubuh

Ureum atau kreatinin

R/: peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi

terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi atau tanda serangan gagal

ginjal

Natrium

R/: hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang

berlebihan karena gangguan reabsorpsi pada tubulus ginjal

Kalium

R/: penurunan kadar aldosteron mengakibatkan penurunan natrium dan air

sementara itu kalium tertahan sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia

b. Dx 2: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak

adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid.

Tujuan: kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan

intervensi

KH :

Tidak ada mual muntah

BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)

Anoreksia (-)

Hb: W: 12-14 gr/dl , L: 13-16 gr/dl

Page 11: Gadar Adrenal

Ht: W: 37-47% , L:42-52%

Albumin: 3,5-4,7g/dl

Globulin: 2,4-3,7g/dl

Bising usus: 5-12x/mnt

TTV dbn: N: 80-100x/mnt TD: 120/80mmHg

Temperature kulit hangat

Nyeri kepala (-)

Kesadaran compos mentis

Intervensi:

1. Aukultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah

R/: Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala intestinal berat yang

mempengaruhi pencernaan dan absorpsi dari makanan

2. Catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran,

nadi yang cepat, nyeri kepal, sempoyongan

R/: Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu

pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan glukortikoid

3. Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari

R/: Anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan metabolismr oleh

kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan

terjadi malnutrisi

4. Berikan atau Bantu perawatan mulut

R/: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan

5. Berikan lingkungan yang nyaman untuk makna contoh bebas dari bau tidak

sedap, tidak terlalu ramai

R/: Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan makan.

Kolaborasi

6. Pertahankan status puasa sesuai indikasi

Page 12: Gadar Adrenal

R/: Mengistirahatkan gastrointestinal, mengurangi rasa tidak enak dan

kehilangan

7. Berikan glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti

glukokortikoid

R/: Memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian

glukokortikoid akan merangsang glukoneogenesis, menurunkan

pengguanaan glukosa dan membantu penyimpanan glukosa sebagai glikogen

8. Pantau hasil lab seperti Hb, Ht

R/: Anemia dapat terjadi akibat deficit nutrisi atau pengenceran yang terjadi

akibat retensi cairan sehubungan dengan glukokortikoid

c. Dx 3: Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi metabolisme,

ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa

Tujuan: Aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan

KH:

Menunjukkn peningkatan kemampuan klien dan partisipasi dalam aktivitas

setelah dilakukan tindakan

TTV dbn : N: 80-100x/mnt RR: 16-20x/mnt , TD: 120/80 mmHg

Kelelahan (-)

Tidak terjadi perubahan TTV setelah melakukan aktivitas

Intervensi

1. kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat

dilakukan oleh klien

R/: Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelemahan otot

menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan

munculnya ketidak seimbangan natrium dan kalium

2. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

R/: Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stress, aktivitas

jika curah jantung berkurang

Page 13: Gadar Adrenal

3. Sarankan pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat

dan melakukan aktivitas

R/: Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung

4. Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal: duduk lebih baik

daripada berdiri selama melakukan aktifitas

R/: Pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan

mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan

5. Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai

kemampuannya

R/: Menambah tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik

sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

2. Hipoglikemia

A. Definisi

Keadaan dimana glukosa darah dibawah 60 mg /dl, yang merupakan komplikasi

potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral (Mary, 2009)

Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes karena asupan makanan tidak

adekuat dibandingkan dengan dosis insulin. Latihan fisik, infeksi, dan stress

emosional juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Pasien yang tidak

mengalami diabetes juga rentan mengalami hipoglikemia (Pamela, 2011)

B. Etiologi

Penyebab hipoglikemia pada pasien yang sedang menerima pengobatan insulin

eksogen atau hipoglikemik oral antara lain :

1) Regimen insulin yang tidak fisiologis

2) Overdosis insulin

3) Tidak makan

4) Tidak mengonsumsi kudapan yang telah direncanakan

5) Gerak badan tanpa kompensasi makanan

Page 14: Gadar Adrenal

6) Penyakit ginjal stadium akhir

7) Penyakit hati stadium akhir.

8) Konsumsi alcohol (Mary, 2009).

C. Tanda dan gejala

1) Gejala adrenergic

a) Pucat

b) Diaphoresis

c) Takikardi

d) Piloereksi

e) Palpitasi

f) Gugup

g) Cepat marah

h) Merasa dingin, lemah, dan gemetar

i) Merasa lapar

2) Gejala Neuroglikopeni

a) Sakit kepala

b) Konfusi

c) Parestesi sirkumoral

d) Merasa lelah

e) Berbicara tidak jelas

f) Diplopia

g) Emosi labil

h) Kejang dan koma ( Mary, 2009).

Page 15: Gadar Adrenal

D. Patofisiologi

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, metabolisme otak terutama

bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah

glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di

astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang

begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus

dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di

dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka

akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental

seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65

mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55

mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan

koma.

E. Pemeriksaan penunjang

1) Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral

5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.

2) Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.

3) Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali

negatif terhadap glukosa.

4) EKG: Takikardia.

F. Penatalaksanaan

Terapi Hipoglikemia dapat cepat dipulihkan dengan pemberian glukosa

melalui intravena( 50 ml cairan dekstrosa 50%) atau pemberian glukosa secara oral

jika pasien cukup sadar untuk mencegah timbulnya aspirasi. Sebagai alternatif,

dapat juga diberikan glukagon 1 ml/IM (Pamela, 2011)

Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat

diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6x), bila gagal beri injeksi efedrin bila

tidak ada kontraindikasi jantung dll 25-50 mg atau injeksi glukagon 1mg/IM, setelah

gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop.

G. Asuhan Keperawatan

Page 16: Gadar Adrenal

1) Pengkajian

a. Pengkajian Primer

a) airway (jalan napas)

Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya

penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport

oksigen ke otak.

b) Breathing (pernapasan)

Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.

c) Circulation (sirkulasi)

Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin,

hipotermi, nadi lemah, tekanan darah menurun.

d) Disability (kesadaran)

Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

e) Exposure.

Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh.

Karena hipoglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita

menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.

b. Pengkajian Sekunder

a) Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya

nyeri pada luka.

b) Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka

serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

- Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain

yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit

Page 17: Gadar Adrenal

pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-

obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

- Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

- SAMPLE

S : tanda dan gejala yang dirasakan klien

A: alergi yang dipunyai klien

M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah

P : riwayat penyakit yang diderita klien

L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan

peningkatan napsu makan

E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan

- Pengkajian nyeri

P : pencetus nyeri

Q: kualitas nyeri

R: arah perjalanan nyeri

S: skala nyeri

T: lamanya nyeri sudah dialami klien

c. Tanda tanda vital

Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman

pernapasan, dan penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh

Page 18: Gadar Adrenal

d. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran

pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,

gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah

penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

2) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman

bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan

gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,

obesitas.

6) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

7) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi

badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

8) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi

Page 19: Gadar Adrenal

e. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami

penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga

terhadap penyakit penderita.

2) Diagnosa keperawatana dan intervensi

a. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d adanya

benda asing

Intervensi :

1. Pastikan kebutuhan oral

2. Berikan O2 sesuai advice /\/ kolaborasi

3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

8. Berikan bronkodilator

b. Diagnosa keperawatan ; Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat

pernapasan, obesitas, penurunan energi/kelelahan,

Tujuan :Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1

jam

Kriteria hasil:

RR 16-24 x permenit

Ekspansi dada normal

Sesak nafas hilang / berkurang

Tidak suara nafas abnormal

Page 20: Gadar Adrenal

intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Pertahakan jalan napas yang paten

4. Pasang mayo bila perlu

5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

6. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

b. Diagnosa ; Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan. Ditandai

dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak,

depresi SSP dan oedema.

Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1 jam.

Kriteria hasil :

tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK

Tanda – tanda vital dalam batas normal

Tidak adanya penurunan kesadaran

Intervensi :

1. Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai

standart.

2. Catat ada atau tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks

menelan, batuk dan Babinski.

3. Pantau tekanan darah

4. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai.

5. Tin ggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi

atau indikasi. Jaga kepala pasien tetap berada pada posis netral.

6. Berikan oksigen sesuai indikasi

Page 21: Gadar Adrenal

c. Diagnose ; Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.

Tujuan : mencegah terjadinya resiko injury sehubungan dengan penurunan

kesadaran.

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami injury.

Intervensi :

1. Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi.

2. Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.

3. Observasi TTV

4. Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena tekanan.

5. Beri bantuan untuk melakukan latihan gerak.

Page 22: Gadar Adrenal

DAFTAR PUSTAKA

Adhiarta, dkk. 2009. Krisis Adrenal. Universitas Padjadjaran : Bandung

Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Esther, dkk. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. EGC: Jakarta

Merry dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Gangguan Endokrin.EGC: Jakarta

Pamela, dkk. 2011. Pedoman Keperawatan Emergensi. EGC: Jakarta