Post on 19-Oct-2015
description
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA USIA DINI
MAKALAH
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
TEKNOLOGI INFORMASI
Disusun oleh :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
OKI DWI WARDANA
13040112140138
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangt-hangatnya dibicarakan publik, terutama
dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya
tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi
walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan
bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah benalu sosial yang merusak struktur pemerintahan,
dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada
umumnya.
Sebagaimana kerap dilaporkan oleh berbagai media, kasus korupsi di negeri ini masih terus
terjadi. Bahkan di beberapa tempat tindakan korupsi semakin canggih, dan semakin sukar
tersentuh hukum. Laporan semacam itu mengindikasikan bahwa upaya-upaya pemberantahasan
korupsi yang dilakukan oleh pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat dan sebagainya, selama ini belum membuahkan hasil yang menggembirakan.
Semangat sejumlah pejabat pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk
memanfaatkan uang publik untuk kepentingan pribadi masih tinggi.
Pertanyaannya kemudian adalah mengapa upaya-upaya pemberantasan korupsi yang telah
dicanangkan pemerintah kurang begitu berhasil? Bukankah sudah dikeluarkan aturan
perundangan yang memberi sanksi keras terhadap tindakan korupsi? Bukankah sudah dibentuk
lembaga anti korupsi, dan diadakan pelbagai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan
integritas birokrat untuk memerangi korupsi? Tidak mudah menjawab pertanyaan semacam ini.
Satu catatan yang perlu disampaikan adalah kuatnya virus korupsi hidup di negeri ini bukan
hanya berlilit-lilit dengan sejumlah faktor (seperti: kemiskinan, rendahnya law enforcement,
lemahnya sanksi, lemahnya kapasitas dan integritas lembaga peradilan, dan sebagainya), tetapi
juga kurangnya penanaman jiwa anti korupsi sejak dini. Apabila tidak ada tindakan lebih lanjut
maka korupsi akan menjadi sebuah masalah laten yang sukar sekali untuk diatasi.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapar diambil perumusan masalahnya
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan perbuatan korupsi ?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi itu ?
3. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian korupsi
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur bahasa
dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama.
Andi Hamzah menyatakan bahwa korupsi berasal dari bahasa latin corruption (diambil dari
Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Fockema Andree, 1951) atau corruptus (diambil dari
Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya disebutkan bahwa corruption itu berasal pula
dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua dan berasal dari perpaduan dua kata dalam
bahasa Latin yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpere yang berarti pecahdan jebol.
Dari bahasa latin inilah turun ke banyak bahasa di Eropa seperti Inggris: corruption, corrupt,
Perancis: corruption, dan Belanda: corruptie yang kemudian turun ke bahasa Indonesia:
korupsi.1
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi
keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri. Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang
dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.2
1 Andi Hamzah, Korupsi Dalam Pengelolaan Proyek (Jakarta: Akademik pressindo,1991) hal 7-10
2 Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar
ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang
orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau
diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya
atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai
korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi
adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.3
2.2 Dampak yang timbul dari perbuatan korupsi
Dari berbagai studi komprehensif mengenai dampak korupsi terhadap ekonomi serta
variable-variabelnya sudah banyak dilakukan. Dari hasil studi komprehensif tersebut nampak
berbagai dampak negatif akibat korupsi. Korupsi dapat merperlemah investasi dan pertumbuhan
ekonomi.4 Bahkan dalam penelitian yang lebih elaboratif, dilaporkan bahwa korupsi
mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui berbagai indikator
fisik, seperti kualitas jalan raya.5 Berbagai dampak masif korupsi yang merongrong berbagai
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sperti tergambar dalam uraian berikut ini.6
1. Dampak di Bidang Ekonomi
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebatterhadap berbagai sisi kehidupan
bangsa dan Negara, khususnya sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat.
Masih menurut Mauro, korupsi memiliki korelasi negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan
ekonomi, dan dengan pengeluaran pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan. Hal ini
merupakan bagian dari inti ekonomi makro. Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan
3 Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya
Aksara. Hal 17-20 4 Mauro.1995 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. 2011; 55
5 Taanzi dan Davoodi. 2007 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi :2011: 55
6 Modern Didactics Center, 2006, Anti Corruption at School (bahan kursus)
muncul secara alamiah apabila korupsi sudah merajalela, berikut ini dampak ekonomi yang akan
terjadi , yaitu:
a). Lesunya Pertumbuhan ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi dalam
negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidakefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam negosiaasi dengan pejabat korup,
dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan suatu kasus.
Menurut laporan yang disampaikan PERC (Political and Economic Risk Consultancy),
karena iklim yang tidak kondusif akan menyulitkan pertumbuhan investasi di Indonesia. Hal ini
terjadi karena tindak korupsi sampai tingkat yang mengkhawatirkan yang secara langsung
maupun tidak mengakibatkan ketidak percayaan dan ketakutan pihak investor asing untuk
menanamkan investasinya di Indonesia.7
b). Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka produktifitas akan
semakin menurun. Hal ini terjadi karena terhambatnya sektor industri dan produksi. Penurunan
produktifitas juga akan menyebabkan permasalahan yang lain, seperti tingginya angka
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diiringi dengan meningkatnya pengangguran. Ujung
dari penurunan produktifitas adalah timbulnya kemiskinan masyarakat.
c). Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Dampak ini bisa dirasakan, misalnya rusaknya jalan-jalan, tergulingnya kereta apai, beras
murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang merusak kendaraan
masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya angkutan umum merupakan serangkaian
kenyataan rendahnya kualitas barang dan jasa sebagai akibat korupsi.
d). Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang semakin
besar. Data menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan hutang, Kementrian Keuangan RI,
disebutkan bahwa total hutang pemerintah per Mei 2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara
dengan Rp. 1.716,56 triliun. Angka ini melebihi APBN Negara RI tahun 2012 yang mencapai
7 PERC, 2009, (Political and Economic Risk Consultancy)
sekitar Rp. 1.300 triliun. Kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal digunakan
untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Dan apabila hutang digunakan untuk
menutup difesit yang terjadi, hal itu akan semakin memperburuk keadaan.
2. Dampak terhadap penegakan hukum
a). Fungsi pemerintahan mandul
Korupsi tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu sistem politik
atau pemerintahan. Pada dasarnya isu korupsi lebih sering bersifat personal.8 Namun, dalam
manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga
dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja (contoh : kasus Gayus
Tambunan, pelaku korupsi yang kebetulan pegawai direktorat jenderal pajak, setidaknya
membawa nama jelek bagi instansi pajak). Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial.
Pada sisi lain, masyarakat cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang
di duga terkait dengan tindak korupsi. Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintahan sebagai pengampu kebijakan negara misalnya korupsi dapat menghambat peran
negara dalam pengaturan alokasi dan memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik. Suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan mengabaikan
tuntutan pemerintahan yang layak. Peminpin/pejabat yang korup sering mengabaikan
kewajibannya oleh karena perhatiannya tergerus untuk kegiatan korupsi semata-mata. Hal ini
dapat mencapai titik yang membuat orang tersebut kehilangan sensitifitasnya dan yang paling
parah akhirnya dapat menimbulkan bencana bagi rakyat.
b). Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga Negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara di Indonesia mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang (misalnya terhadap legislatif, DPR,
Partai Politik, dan Lembaga Peradilan. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia bisa di lihat
mulai kasus Gayus Tambunan sampai perang kepentingan di Kepolisian RI dalam menindak
praktik mafia hukum. Bahkan berita yang paling akhir adalah kasus korupsi pembangunan
wisma atlet di Palembang dan kasus Hambalang yang melibatkan pejabat pemerintahan dan para
petinggi partai politik.
8 Mauro:1995 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi :2011:64-66
2.3 Upaya penanaman jiwa anti korupsi melalui pendidikan sejak dini
1. Budaya Anti Korupsi
Untuk meminimalisir tindak korupsi memang sangat sulit. Apalagi budaya yang sudah
mendarah daging. Ada beberapa bentuk tawaran solusi korupsi yang cukup realistis untuk
dilaksanakan. Korupsi bisa dikatakan sebagai biang keladi keterpurukan sistem perekonomian
dan mental bangsa Indonesia. Memulai dari seorang pendidik. Sebelum jauh-jauh menuding
orang melakukan tindakan korupsi, marilah memeriksa kebersihan para pendidik kita sendiri.
Ada banyak bentuk korupsi yang terkadang tanpa sengaja dilakukan. Jika seorang pengajar,
terkadang berupaya mengkorupsi waktu belajar mengajar di kelas, memberikan jawaban soal
ujian terhadap siswa, membiarkan siswa mencontek dan sebagainya. Sebagai pendidik
seharusnya menjadi contoh teladan bagi para peserta didik. Jika bentuk-bentuk korupsi kecil itu
dibiarkan, maka jangan heran jika generasi Indonesia yang akan datang juga akan tetap
mengidap penyakit korupsi sebagai tularan dari sikap kita sendiri.
Pemimpin memberi contoh. Kewajiban seorang pemimpin adalah memberi suri tauladan
kebaikan bagi orang yang dipimpin. Seorang pemimpin harus berupaya memikirkan solusi
korupsi yang sudah menjadi tradisi klasik di tanah air. Pemimpin harus memberikan contoh
bersih diri dari perbuatan-perbuatan korupsi. Contoh ini otomatis akan memberikan kekuatan
bagi seorang pemimpin untuk mampu menegakkan hukuman bagi para pelaku korupsi secara
tegas. Para koruptor perlu diberi hukuman yang seberat-beratnya yang membuat mereka jera.
Sistem penegakan hukum di Indonesia kerap terhambat dengan sikap para penegak hukum itu
sendiri yang tidak serius menegakkan hukum dan undang-undang. Para pelaku hukum malah
memanfaatkan hukum itu sendiri untuk mencari keuntungan pribadi, ujungnya juga pada
tindakan korupsi. Alih-alih muncullah istilah mafia hukum, yakni mereka yang diharapkan
mampu menegakkan hukum dan peradilan malah sebaliknya mencari hidup dari hukum dan
peradilan tersebut.
Warisan budaya korupsi harus diakhiri dengan pendidikan. Menarik pelajaran masa silam
Jepang pada waktu negara itu hancur karena perang dunia II, Kaisar Hirohito mencari solusi
tepat untuk segera memulihkan negaranya, namun yang ia cari bukan harta, bangunan atau
apapun yang berharga. Yang ia tanyakan adalah berapa guru yang masih hidup. Karena Jepang
tahu bahwa pendidikan adalah pondasi yang akan membangun karakter generasi bangsa yang
akan melanjutkan generasi sebelumnya.9 Pendidikan akan efektif manakala ditanamkan sedini
mungkin, meskipun bukan berarti terlambat jika mulai diterapkan bagi seseorang yang telah
lama mengenyam pendidikan. Bukanlah ide yang buruk jika pendidikan anti korupsi ditanamkan
sejak Sekolah Dasar. Bahkan, kalau perlu dimasukan kepada kurikulum pendidikan. Sebab
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang digalakan sejak sepuluh tahun silam tanpa diimbagi oleh
pendidikan dasar anti korupsi bisa jadi memicu faktor penyebab korupsi. Perundang undangan
yang berfungsi untuk menganalisis dan menekan kejahatan. Ini diperlukan seorang birokrasi
yang benar benar memikirkan masa depan bangsa. Adanya koordinasi antara penegak hukum
dan pemerintah lain agar bisa saling mengontrol satu sama lain.
Pendidikan diyakini merupakan kunci masa depan bangsa, dan pendidikan antikorupsi
merupakan pendidikan seumur hidup yang harus ditanamkan sedini mungkin bersamaan dengan
pendidikan budi pekerti. Sumber daya manusia yang bermutu dan berperilaku mulia merupakan
hal penting yang merupakan modal utama untuk mencapai masyarakat adil dan sejahtera. Untuk
menciptakan sebuah susunan kehidupan masyarakat yang bersih, diperlukan sebuah sistem
pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan
dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus
ditanamkan secara mendalam mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini akan
berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa.Pendidikan antikorupsi ini berisi tentang
bagaimana anak-anak belajar untuk jujur, menghargai bahwa hasil adalah akibat dari proses, dan
dampak ketidakjujuran dan penyimpangan yang dilakukan bagi orang lain.
Budaya korupsi akan menjadi cermin dari kepribadian bangsa yang bobrok dan sungguh
membuat negara ini miskin karena kekayaan-kekayaan negara dicuri untuk kepentingan
segelintir orang tanpa memperdulikan bahwa dengan tindakannya akan membuat sengsara
berjuta-juta rakyat ini. Tentu untuk mengatasi masalah korupsi ini adalah tugas berat namun
tidak mustahil untuk dilakukan. Dibutuhkan lintas aspek dan tinjauan untuk mengatasi,
mencegah tindakan korupsi. Tidak saja dari segi aspek agama (tentu ini bukan hanya tugas para
dai, mengingatkan bahwa korupsi, dan menyalahkan kekuasaan adalah tindakan tercela dalam
agama), dibutuhkan juga penegakan hukum yang berat untuk menjerat para koruptor sehingga
9 http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/13/kaisar-hirohito-sesaat-setelah-jepang-kalah-perang-541538.html
mereka jera, serta dibutuhkan norma sosial untuk memberikan rasa malu kepada pelaku koruptor
bahwa mereka juga akan bernasib sama dengan pelaku terorisme.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus korupsi yang cukup tinggi di
dunia. Sehingga perlu adanya antisipasi yang dapat menekan laju pertumbuhan kasus korupsi di
Indonesia. Maka dari itu pencegahan dan pemberantasan korupsi wajib dilaksanakan, dan dengan
ini cara yang cukup efektif adalah dengan jalur pendidikan yaitu pendidikan antikorupsi yang
mana akan menanamkan pemahaman yang meluas pada masyarakat tentang bahaya korupsi.
Pendidikan antikorupsi membentuk kesadaran akan bahaya korupsi, kemudian bangkit
melawannya.
Mengatasi tindakan korupsi perlu dilakukan dengan tahap-tahap:10
1. Pencegahan diri dan keluarga dari tindakan korupsi. Pencegahan korupsi harus dimulai dari
diri sendiri. Orangtua dalam keluarga berkewajiban untuk mencegah dirinya dan menanamkan
sikap jujur pada anaknya agar terhindar dari tindakan korupsi.
2. Keteladan pemimpin. Pemimpin berperan sebagai contoh bagi umatnya. Seorang pemimpin
haruslah orang yang mempunyai komitmen mencegah diri dari korupsi, dan menunjukkan
sikap anti terhadap tindakan korupsi, serta melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya
korupsi di masyarakat. Jika pemimpin telah menerapkan upaya seperti itu, maka semakin
lama korupsi yang kini merajalela dapat dicegah secara bertahap.
3. Tindakan tegas terhadap pelaku korupsi. Siapapun yang melakukan korupsi harus ditindak
tegas berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku, tanpa pandang bulu. Tindakan
diskriminasi terhadap pelaku korupsi akan menimbulkan sikap acuh dari orang lain dalam ikut
serta mencegah tindakan korupsi itu.
Menurut Franz Magnis Suseno, ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat
orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi: kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.
Jujur berarti berani menyatakan keyakinan pribadi. Menunjukkan siapa dirinya. Kejujuran adalah
modal dasar dalam kehidupan bersama. Ketidakjujuran jelas akan menghancurkan komunitas
bersama. Siswa perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang amat buruk.
Adil berarti memenuhi hak orang lain dan mematuhi segala kewajiban yang mengikat diri
sendiri. Magnis mengatakan, bersikap baik tetapi melanggar keadilan, tidak pernah baik.
10 Modern Didactics Center, 2006, Anti Corruption at School (bahan kursus)
Keadilan adalah tiket menuju kebaikan. Tanggung jawab berarti teguh hingga terlaksananya
tugas. Tekun melaksanakan kewajiban sampai tuntas. Misalnya, siswa diberi tanggung jawab
mengelola dana kegiatan olahraga di sekolahnya. Rasa tanggung jawab siswa terlihat ketika dana
dipakai seoptimal mungkin menyukseskan kegiatan olahraga. Menurut Magnis, pengembangan
rasa tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju kedewasaan.
Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.
Tujuan pembelajaran pendidikan anti korupsi adalah sebagi berikut:
1. Membentukan manusia yang mempunyai pemahaman, sikap, dan perilaku yang anti
terhadap korupsi. Terutama pendidikan antikorupsi kepada anak dini usia.
2. Mengenali dan memahami dampak buruk korupsi terhadap kepercayaan masyarakat dan
persaingan di dunia internasional.
3. Memiliki keberanian dan kebijaksanaan untuk memberantas korupsi.
Jadi, tujuan utama pendidikan antikorupsi adalah perubahan sikap dan perilaku terhadap
tindakan koruptif.
2. Penerapan Pendidikan Anti Korupsi Di Sekolah
Penindakan koruptor secara hukum merupakan jangka pendek dari KPK, maka
pendidikan antikorupsi merupakan upaya efektif dalam mencegah korupsi meski bersifat jangka
panjang. Penindakan pidana korupsi itu tidak efektif untuk menangkal korupsi, kecuali
mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemberantasan korupsi. Kegiatan ini
dimaksudkan agar para siswa diberikan pemahaman yang tepat mengenai definisi korupsi, jenis-
jenis korupsi, dampak korupsi, sekaligus menumbuhkan keberanian dan kebijaksanaan para
siswa untuk berpartisipasi dalam memberantas korupsi serta memotivasi terbentuknya generasi
bersih transparan profesional yang pada akhirnya mampu mewujudkan generasi yang bersih
dan anti korupsi.11
Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran merupakan program yang mendukung terlaksananya pendidikan
antikorupsi yang dicanangkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dengan adanya
program ini dapat menanamkan moral jujur dari usia dini pada anak.Siswa belajar bersikap taat
11 www.kpk.go.id diakses 25/052013
dan patuh, ketika ada ataupun tidak ada orang yang mengawasi. Intinya siswa diharapkan dapat
belajar jujur pada diri sendiri.
Gerakan Anti Mencontek (GAM)
Mencontek hampir saja dianggap bukan bagian dari kejujuran seorang siswa dalam
mengerjakan ujian, karena hampir semua siswa melakukan tindakan yang sama. Maka dari itu,
perlu dibuat sebuah program Gerakan Anti Mencontek (GAM) pada setiap lembaga pendidikan
agar siswa dapat menanamkan sikap percaya diri dan jujur saat mengerjakan ujian dan bahkan
pada saat pelajaran berlangsung.
Pembuatan Kurikulum Berbasis Pendidikan Antikorupsi
Pola pendidikan yang teratur dapat membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal yang
berkenaan tentang korupsi secara meluas. Maka dari itu dalam tahap pelaksanaan pendidikan
antikorupsi perlu didukung dengan adanya kurikulum pendidikan anti korupsi. Program ini
disusun seperti kurikulum mata pelajaran yang lain dan dijadwalkan dalam kurikulum
pendidikan nasional. Penyusunan kurikulum dimulai dari tujuan pembelajaran umum, khusus
serta indikator dan hasil belajar yang ingin dicapai setelah memperoleh pendidikan anti korupsi
ini. Ada dua pilihan untuk menerapkan pendidikan anti korupsi pada sekolah dan perguruan
tinggi. Yang pertama, menambahkan satu mata pelajaran baru, pendidikan anti korupsi di
sekolah-sekolah. Yang kedua, memasukkan pendidikan anti korupsi kedalam salah satu mata
pelajaran yang ada. Mata pelajaran yang dipilih adalah mata pelajaran sosial seperti Pendidikan
Kewarganegaraan.
Diharapkan melalui program pendidikan anti korupsi siswa ataupun masyarakat luas
dapat mencegah lebih dini tindakan korupsi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan
nilai-nilai moral.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
- Korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah
urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan
kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.
- Dampak yang timbul dari perbuatan korupsi. 1. Dampak di Bidang Ekonomi (Lesunya
Pertumbuhan ekonomi dan Investasi, Penurunan Produktifitas, Rendahnya Kualitas Barang dan
Jasa Bagi Publik, Meningkatnya Hutang Negara). 2. Dampak terhadap penegakan hukum
(Fungsi pemerintahan mandul, Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga Negara)
- Pendidikan diyakini merupakan kunci masa depan bangsa, dan pendidikan antikorupsi
merupakan pendidikan seumur hidup yang harus ditanamkan sedini mungkin bersamaan dengan
pendidikan budi pekerti. Untuk menciptakan sebuah susunan kehidupan masyarakat yang bersih,
diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk
korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi.
Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara mendalam mulai dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa. Pendidikan
antikorupsi ini berisi tentang bagaimana anak-anak belajar untuk jujur, menghargai bahwa hasil
adalah akibat dari proses, dan dampak ketidakjujuran dan penyimpangan yang dilakukan bagi
orang lain.
- Penerapan Pendidikan Anti Korupsi Di Sekolah ( Kantin Kejujuran , Gerakan Anti Mencontek
(GAM), Pembuatan Kurikulum Berbasis Pendidikan Antikorupsi )
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, Korupsi Dalam Pengelolaan Proyek (Jakarta: Akademik pressindo,1991)
Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press.
Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara.
Mauro.1995 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. 2011; 55
Taanzi dan Davoodi. 2007 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi :2011: 55
Modern Didactics Center, 2006, Anti Corruption at School (bahan kursus)
PERC, 2009, (Political and Economic Risk Consultancy)
http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/13/kaisar-hirohito-sesaat-setelah-jepang-kalah-perang-
541538.html
www.kpk.go.id diakses 25/052013