Post on 12-Jun-2015
A. Apa yang Mempengaruhi Pemikiran Manusia ?.
Pemikiran manusia idealnya akan selalu berkembang sesuai dengan
zamannya, yang tentunya dengan tetap berpegang dengan sebuah standar yang telah
disepakati ummatnya kususnya umat islam kesepakatan itu adalah tidak menyalahi
dengan al qur’an dan hadits, namun memang masih ada sebagaian masyarakat
muslim yang masih mengganggap pembaharuan adalah hal yang tabu(seolah-olah
begitu berdosa untuk melawan sebuah konsep lama yang mungkin sudah tidak
relavan lagi), dari sisi lain memang masih timbul suatu pertanyaan terhadap
perubahan-perubahan yang dilakukan oleh para intelektual akhir-akhir ini, dimana
mereka melakukan gebrakan pemikiran dan ide-ide mereka dengan menggunakan
standar-standar yang bukan dirumuskan oleh kalangan dalam islam sendiri seperti
contoh banyak kalangan islam merujuk pada pemikiran-pemikiran dan ide-ide dari
barat, sebenarnya dari kalangan islam semdiri masih banyak yang bisa dijadikan
rujukan terutama yang berhubungan dengan fikih-fikih klasik, namun dianggap
jumud.
Jadi inilah tugas para intelektual kedepan, mempersatukan dua magnet
pemikran, di Indonesia kususnya dengan mengkomukasikan berbagai kalangan
sehingga ide-ide dan pemikiran-pemikiran tajdid dapat diterima oleh kalangan
manapun. Tentunya dengan diterimannya ide-ide tersebut akan membentuk opini
dan pemikiran masyarakat tentang pentingnya tajdid seperti yang telah dilakukan
1
oleh para pembaharu, yang pada gilirannya akan mengubah pemikiran(konsepsi)
manusia tentang pentingnya pembaruan dalam ilmu-ilmu keislaman.
Yang dapat mempengaruhi pemikiran manusia minimal ada tiga(3) macam
yaitu:
1. Lahirnya tokoh-tokoh besar (seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin al
Afgan, Syah Waliyullah, Muhammad Rasyid Ridha dll).
2. Lahirnya gagasan-gagasan (ide-ide) dari para ahli di bidangnya (tokoh-tokoh
besar).
3. Terjadinya bencana.
Inilah factor dominan yang menyebabkan terjadinya perubahan pemikiran
dan ide-ide manusia, dengan hadirnya para tokoh-tokoh dan orang-orang yang
memiliki gagasan dan mencoba melakukan pembaharuan juga terobosan terhadap
berbagai kebekuan pemahaman yang ada dan dianggap sudah tidak relevan lagi,
masih berkembang dalam masyarakat khususnya masyarakat islam.
Disini akan bahas satu persatu tentang faktor-faktor yang dapat mengubah
konsepsi masyarakat.
1. Lahirnya Tokoh-Tokoh Besar
Banyak dari kalangan tokoh-tokoh Islam yang mencetuskan tentang
pentingnya membentuk opini (pemikiran) masyarakat untuk malakukan
2
pembaharuan dalam khazanah keislaman agar dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakat dunia, agar senantiasa islam akan selalu dinamis. yang
paling terkenal dan spetakuler adalah gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh
Jamaluddin al afgan dia merupakan pioneer perubahan pemikiran, dan gerakan
politik yang dilakukannya, sehingga lahir gerakan perlawanan yang dilakukan oleh
masyarakat mesir, terhadap penjajah.
Disini akan dijelaskan gerakan pembaharuan (reformasi) yang dilakukan
Jamaluddin al Afgan lebih jauh, jamaluddin al afgan, nama lengkapnya adalah
jamaluddin al afgani as-sayid muhammad bin shafdar al husain, ia merupakan
seorang pemikir islam, aktivis politik dan jurnalis terkenal, lahir di desa asadabad,
distrik konar, afganistan, pada tahun 1838, dari segi keturunan ia masih terikat
dengan cucu Rasulullah Husin bin abi Thalib, ayahnya adalah sayid safdar al
hisainiyah yang nasabnya bertemu dengan sayyid al thurmidzi (seorang perawi
hadist),kaluarganya adalah penganut mazhab hanafi, pada masa kecil dan remajanya
dihabiskan di afganistan.
Pendidikan dasar diperoleh ditanah kelahiranya, pada umur 8 tahun al afgan
telah memperlihatkan kecerdasanya, ia melanjutkan pendidikannya dikabul turkey
tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga ilmu lainya, al afgan sangat tekun
mempelajari bahasa arab, filsafat, matematika, fikih dan ilmu keislaman lainnya.
3
Pemikiran al afgani lahir sebagai akibat dari kebenciannya terhadap
kolonialisme yang menjadikannya, perumus dan agitator paham serta gerakan
nasionalisme dan pan islamisme yang gigih, dengan demikian al afgani menjadi
seorang tokoh muslim yang mempengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi-aksi
social pada abad ke-19 dan ke-20. Apa yang dilihat al afgani di dunia barat dan yang
dilihat di dunia islam memberi kesan bahwa umat islam pada masanya sedang
berada dalam kemunduran, sementara dunia barat dalam kemajuan, hal ini
mendorong al afgan untuk menumbuhkan pemikiran-pemikiran (gagasan-gagasan)
baru agar umat islam mencapai kemajuan, ia telah membawa pemikiran
pembaharuan yang mempunyai pengaruh besar dalam dunia islam. Pemikiran
pembaharuannya didasarkan pada keyakinan bahwa agama islam untuk semua
bangsa, zaman dan keadaan. tidak ada pertentangan antara ajaran islam dan kondisi
yang disebabkan oleh perubahan zaman.
Dalam pandangan al afgan bahwa jika ada pertentanga antara ajaran islam
dengan kondisi zaman saat ini, harus dilakukan penyusuaian kembali dengan
mengadakan interpretasi baru terhadap ajaran-ajaran islam yang tercantun dalam al
qur an dan hadist, untuk mencapai hal ini dilakuakn ijtihad dan pintu ijtihad
menurutnya belum tertutup, gunannya adalah untuk menyesuaikan dengan kondisi.
Menurut pandangan al afgan ada beberapa hal yang menyebabkan
kemunduran dalam Islam diantaranya adalah: umat islam telah dipengaruhi oleh
sifat static, berpegang pada taklid, bersikap fatalis, telah meninggalkan akhlak yang
4
tinggi dan melupakan ilmu pengetahuan, ini berarti umat islam telah meninggalkan
ajaran islam yang sebenarnya menghendaki agar umat islam bersifat dinamis.
Sifat statis, menurut al afgan, telah membawa umat islam menjadi tidak
berkembang dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi hasil ijtihad ulama
sebelum mereka, karena itu umat islam dinilai al afgan hanya bersikap menyerah
kepada nasib.
Faktor lainya adalah adanya faham jabariah dan salah faham terhadap
qada(ketentuan tuhan yang tercantum dalam lauh mahfuz). Faham itu menjadikan
umat islam tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja giat. Menurut
pemikiran al afgan qada dan qadar mengandung pengertian bahwaa segala sesuatu
terjadi menurut sebab musabab(kausalitas). lemahnya pendidikan dan kurangnya
pengetahuan umat islam tentang dasar-dasar ajaran agama mereka, lemahnya rasa
persaudaraan mereka dan perpecahan umat islam yang diberagi dengan kekuasaan
yang absolute, memercayakan kepemimpinan pada yang tidak dapat dipercaya, dan
kurangnya pertahanan milter merupakan faktor yang ikut membawa kemunduran
umat islam. Faktor-faktor ini semua menjadikan umat islam lemah, statis, fatalis,
dan mundur.
Al afgan ingin melihat umat islam kuat, dinamis dan maju, jalan keluar yang
ditunjukkannya untuk mengatasi masalah ini adalah melenyapkan pengertian yang
salah yang dianut umat islam dan kembali kepada ajaran yang sebenarnya. Islam
5
mencakup segala aspek kehidupan baik ibadah, hukum, maupun sosial. Corak
pemerintahan otokrasi harus diubah dengan pemerintahan demokrasi dan persatuan
umat islam harus diwujudkan.
Pemikiran lain yang dimunculkan afgan adalah idenya tentang persamaan
antara pria dan wanita dalam bererapa hal. Wanita dan pria sama dalam pandangan
nya. Keduanya mempunyai akal untuk berfikir. Dengan demikian al afgan
menginginkan wanita agar meraih kemajuan dan bekerja sama dengan pria untuk
mewujudkan umat islam yang maju dan dinamis.
Dengan ide-idenya hingga al afgan selalu diawasi kegiatannya oleh koloni
ingris di afganista. ia memutuskan untuk pergi ke india pada tahun 1869 di india-
pun al afgan mengalami hal sama pada akhirnya ia memutuskan untuk ke mesir,
pada mulanya al afgan tidak berencana untuk terjun kedunia politik di mesir akan
tetapi memusatkan perhatiannya pada dunia pendidikan, diantara muridnya yang
terkenal adalah Muhammad abduh. Pada 1876 ia memutuskan untuk kembali
kedunia politik di Mesir terutama karena ada pengaruh inggris dalam persoalan
sosial di Mesir, dengan bergabung bersama para politisi Mesir, pada tahun 1879 al
afgan membentuk sebuah partai politik dengan nama hizb watan ( partai
kebangsaan), dengan partai ini ia memperjuangkan pendidikan universal,
kemerdekaan pers, dan memasukkan unsur-unsur Mesir dalam militer. pada tahun
1883 ia diusir oleh panguasa Mesir dan dia memutuskan untuk pergi ke Paris selama
6
di Paris ia mendirikan perkumpulan yang diberi nama al urwatus wusqa anggotanya
terdiri dari orang-orang mesir, suriah, afrika utara dan lain-lain.
Di Paris ia bersama Muhammad anduh mendirikan sebuah jurnal berkala
dengan nama al urwatus wusqa sebagai sarana untuk menyalurkan ide-idenya,
publikasi ini bukan saja menggemparkan dunia islam tapi juga barat, sehingga jurnal
ini dilarang beredar baik luar negeri terutama di mesir, india walaupun demikian
jurnal ini tetap saja hadir ditengah masyarakat walaupun secara illegal.
2. Hadirnya gagasan-gagasan (ide-ide) dari para ahli di bidangnya (tokoh
besar).
Menyimak apa yang diperjuangkan al afgan Nampaknya begitu lengkap,
untuk menjelaskan apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan pemikiran
manusia. al afgan bukan berjuang memperharui ide-ide keislaman dengan kepala
kosong, tapi memiliki segudang langkah dan strategi untuk membuktikan pada dunia
bahwa islam bukanlah agama yang jumud, ide-ide afgan sangat beragam namun
yang paling menonjol adalah pemikirannya bidang politik yang menjadi cirri khas
pergerakannya, gerakannya pembaharuannya ini dapat dilihat dari musuh-musuhnya
terutama adalah kalangan negarawan atau politisi.
Lahirnya gagasan-gagasan al afgan ini terutama disebabkan keadaan sosial
umat islam terus ditekan oleh kolonialisme Inggris, al afgan berusaha memberontak
7
dengan segenap potensi yang ia miliki terutama ide-ide pembaharuan yang ia
lakukan melalui jalur politik, dengan terlibat dalam partai politik.
4. Terjadinya Bencana.
Terjadinya bencana dapat juga dipahami dengan kenyataan kejumudan
pemikiran sebab dengan kejumudan pemikiran akan menimbulkan berbagai efek
bagi kelangsungan kehidupan manusia, baik dalam bidang sosial maupun yang
lainnya, yang merupakan akibat dari kujumudan itu, sama hal nya akibat dari
bencana alam yang meninggalkan trauma bagi korban. Ini merupakan salah satu alas
an al afgan menganggap pentingnya penafsiran kembali terhadap pemahaman-
pemahaman lama tentang teks-teks agama agar lebih relafan sehingga masyarakat
islam tidak terjebak dalam bencana kejumudan pemikiran. Sebab islam itu adalah
agama yang dinamis.1
B. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Indonesia.
Membicarakan pendidikan islam diindonesia perlu kita merujuk kembali
beberapa tokoh yang telah menyumbangkan pemikirannya bagi kemajuan
pendidikan di Indonesia, banyak tokoh yang merumuskan pendidikan yang baik bagi
masyarakat Indonesia yang bercorak ketimuran, tokoh-tokoh klasik (awal)
pendidikan islam di Indonesia terdiri dari berbagai kalangan, diantaranya adalah;
1Harian Republika. Islam Digest. Hujjatul Islam Jamaluddin Al Afgan Reformis Dan Penentang Imperialism Barat. Edisi ahad, 12 juli 2009.hal.B5.
8
K.H. Agussalim,
K.H. Hasyim Asyiari,
Muhammad Natsir,
K.H. Zarksyi,
K.H. Ahmad Dahlan,
terakhir adalah Harun Nasution.
1. Pemikiran siapa saja.?.
Banyak sudah sumbangan pemikiran tokoh-tokoh terkemuka yang begitu
peduli terhadap pendidikan di Indonesia kususnya pendidikan islam dengan ke-khas-
an ide mereka masing-masing yang tentunya telah memberikan warna dalam
perkembangan pendidikan islam di Indonesia, sebagai contoh pertama kali proses
pendidikan di Indonesia hanya dilakukan disurau-surau dengan metode halaqah,
kemudian berubah dengan banyaknya pembaharuan yang dilakukan oleh beberapa
tokoh, selain metode juga perubahan dalam lembaga pada masa awal prose belajar
dilakukan hanya dipondok-pondok pesantren kemudian berubah, paling tidak ada
dua hal yang menyebabkan perubahan sistim pendidikan ini disebabkan oleh:
a. Banyaknya masyarakat Indonesia yang melaksanakan ibadah haji,
kemudian belajar di mekah dan ketika pulang mereka berkeinginan untuk
menerapkan cara-cara belajar yang mereka dapatkan di mekah.
b. Pengaruh sistim pendidikan barat yang mempunyai program yang lebih
terkoordinir dan sistimatis yang terbukti lebih berhasil.
9
Jika pada mulanya orientasi pendidikan islam hanya belajar al quran dan mengetahui
pokok-pokok ajaran islam, maka dengan pemikiran-pemikiran baru ditambah
dengan berbagai macam pelajaran yang mendukung misalnya bahasa arab dan ilmu
hadits.
Demikianlah sistim klasikal pendidikan islam Indonesia, beberepa
penggagas mencoba mendirikan sekolah dengan metode belajar yang sedikit
berbeda, Zainuddin Labia, adalah salah orang yang pertama kali mendirikan sekolah
diniyah pertama di padang yang merupakan perkembangan dari suarau jembatan
besi, disini telah digunakan bangku, meja, papan tulis, selain itu dalam teknik
pengajaran disekolah diniyah ini telah menggunakan system ko-edukasi pada tahun
1915. Sisten ini ternyata mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, sehingga
pada tahun 1922, berdiri 15 sekolah semacam ini di Minang kabau. Demikian juga
sekolah tanpa nama dirumah K.H.Ahmad Dahlan di kauman Yogyakarta diubah
mejadi hooger muhammadiyah school kemudian menjadi Kweekschool islam dan
akhirnya menjadi madrasah mu’alimah muhammadiyah dan madrasah mu’alimat
muhammadiyah untuk putrid.
Dari beberapa tokoh dan ide-ide mereka dalam membangun pendidikan
kususnya pendidikan Islam di Indonesia maka kedua tokoh ini mempunyai peran
yang sangat besar dalam merombak dan menawarkan sistim serta metode yang lebih
modern dalam pendidikan Islam di Indonesia2.
2 Zuhairini.dkk.Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,Cet.V,1997).hal.212-216.
10
3. Apakah telah mencerminkan suatu kemajuan.?.
Jika kemajuan yang kita maksud adalah pembaruan dari yang lama ke yang
baru, maka pendidikan di Indonesia telah mengali kamajuan dimasa itu, tapi jika
kemajuan diartikan sebagai usaha menciptakan(creator) sebuah model mungkin
belum sampai sebab para tokoh-tokoh diatas juga banyak mengambil(mencontoh)
dari beberapa model pembelajaran misalnya arab dan barat. tapi paling tidak ini
telah menunjukkan sebuah usaha sungguh-sungguh oleh para tokoh pendidikan
dizamannya untuk bersaing, dan memberikan sebuah pemahaman baru terhadap
system dan praktik pendidikan Islam di Indonesia saat ini.
C. Pemikiran Nurdin Ar Raniry dalam kontek Pembaharuan Pemikiran
Indonesia.
Nama lengkapnya ialah Nurdin Muhammad bn ali bin hasanji bin
Muhammad ar rananiry al quraisy asy syafi’i. beberapa penulis menulis bahwa
Nurdin adalah seorang serjana india keturunan arab, dilahirkan di ranir (sekarang
rander) yang terletak surat di gujarat.
Ditempat ini ia memulai belajar keislaman pada waktu itu sebelum ia
melanjutkan ke tarim, arab selatan yang merupakan pusat agama islam waktu itu.
Pada tahun 1030H(1621M), ia menuju mekah dan madinah untuk melaksanakan
ibadah haji dan berziarah kemakan nabi. Setelah mempelajari ilmu islam secara
mendalam nurdi pulang kembali ke india dan menjadi syekh dalam tarikat rifai’yah
11
yang didirikan oleh ahmad rifai’I yang meninggal tahun 578H(1183M).pada usia 19
tahun ia menggantikan kakeknya sebagai guru agama dan syekh tarikat rifai’iayh
didaerah itu.
Setelah membekali diri dengan pengalaman dengan pengalam pamanya, Ia
langsung berlayar kepusat kerajaan Melayu, Aceh Darussalam. Namun pada masa
ini Kerajaan Aceh sedang berada dalam puncak keemasannya dibawah
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Begitu juga dengan suasana keagamaan
dikuasai oleh tokoh wujudiyah, Syamsuddin as-Sumatrani. Raja ini tidak saja
menghormati dan menyegani syamsuddin tetapi juga menjadi murid dan pengikut
wujudiyah yang taat.Tentu saja Nuruddin sebagai ahli tassawwuf orthodoks tidak
mendapat tempat di sini. Ia pun meninggalkan kerajaan, Dengan melanjutkan
pelayarannya dan singgah di negeri Melayu yang lain yaitu di Semenanjung Tanah
Melayu tepatnya di negeri Pahang, tempat kelahiran Sultan Iskandar Thani. Di sini
pula ia mulai menyebarkan ajarannya dan mendalami bahasa Melayu. Beberapa
kitabnya lahir di tanah ini. Besar kemungkinan ia juga telah akrab dengan Sultan
Iskandar Thani. Akhirnya datang juga hari yang telah ditunggu-tunggunya.
Dengan wafatnya Syamsuddin as-Sumatrani (1630M) dan disusul pula oleh
Sultan Iskandar Muda wafat (1636M) suasana keagamaanpun berubah. Tidak
beberapa lama sesudah Sultan Iskandar Thani naik tahta, maka pada 6 Muharram
1047 H/31 Mei 1637 Nuruddin pun menjejakkan kakinya di Kerajaan Aceh untuk
yang kedua kalinya. Sekarang ia telah mendapat dukungan dari Sultan, dan ia pun
12
melepaskan ide-idenya yang telah lama disimpan. Di hadapan Sultan dengan mudah
ia mengalahkan kaum wujudiyah. Inilah langkah pertama Nuruddin, selain ingin
menyebarkan ajarannya ia juga ingin mendapat tempat istimewa di sisi Sultan
seperti posisi Syamsuddin di sisi Sultan Iskandar Muda. Ia pun mulai melancarkan
aksinya dalam kitabnya Hujjat al-Siddiq li Daf al-Zindiq ia menuduh kaum
tasawwuf di Aceh adalah zindik (sesat).
Ia menyerukan ulama-ulama di Aceh untuk meninggalkan ajaran wujudiyah
dan bagi siapa yang tidak meninggalkan ajaran tersebut halal hukumnya untuk
dibunuh. Maka pada tahun 40 an abad ke-17 ia membasmi pengikut wujudiyah serta
memusnahkan kitab-kitab yang berkaitan dengan wujudiyah terutama karangan
Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani di halaman Mesjid Raya
Baiturrahman. Kejadian ini, ditulisnya sendiri dalam kitab Tibyan fi Ma’rifat al-
Adyan—hampir seperenam isi kitab ini adalah sanggahan terhadap pemikiran
Hamzah Fansuri dan Syamsuddin. Tidak hanya dua tokoh ini yang diserangnya
tetapi ia juga menentang unsur-unsur Syi’ah yang terdapat dalam Hikayat
Muhammad Hanafiah.
Seiring dengan berjalannya waktu kejayaan Nuruddin di Aceh tidak berumur
panjang, setelah wafatnya Sultan Iskandar Thani (1644) dan digantikan oleh
permaisuri Sultanah Safiatuddin (1641- 1675), ternyata dalam waktu bersamaan
datang pula seorang ulama Minangkabau dari Mekkah bernama Saiful Rijal. Ulama
ini merupakan salah seorang murid Hamzah Fansuri. Maka hangatlah kembali
13
perdebatan kaum wujudiyah dengan Nuruddin. Kali ini perdebatan dimenangkan
oleh Saiful-Rijal. Mengenai peristiwa ini diriwayatkan sendiri oleh Nuruddin dalam
kitabnya Fathal-Mubin. Akibatnya Nuruddin terpaksa meninggalkan Aceh secara
tergesa-gesa, sehingga tidak sempat menyelesaikan karangannnya yang berjudul
Jawahir al-Ulum fi Kasyf al-Ma’lum. Sejak peristiwa tersebut ia tidak pernah lagi
kembali ke tanah Melayu ini. Dan akhirnya Ia wafat di kota kelahirannya, Ranir,
tahun 1658. Walaupun Nuruddin seorang ulama yang penuh dengan pertentangan
dan intrik, ia tetaplah seorang sufi agung dan pengarang yang produktif. Kita patut
mencatatnya dengan tinta emas dalam perjalanan panjang sejarah rantau Melayu ini.
Dalam rentang waktu yang tidak lama tersebut, setidaknya ia telah menghasilkan 17
kitab selama di Aceh dalam berbagai bidang—produktifitas yang sulit ditandingi
oleh pengarang manapun. Karya Nuruddin di Aceh; Lata’if al-Asrar, Asrar al-Insan
fi Ma’rifat al- Ruh wa’l-Rahman, Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan, Akhbar al-Akhirah fi
Ahwali ‘-Kiyamah, Hall al-Dzill ma’a Sahabihi, Ma’al–Hayat li ahl-Mamat,Jawahir
al-‘Ulum fi Kasyf al-Ma’lum,Umdat al I’tikad, Syifa’al Qulub, Hujjatal-Siddiq li
Daf al-Zindiq, Fath al-Mubin, Kifayat al-Salat, Muhammadat al-I’tikad, Bad’al-
Khalq, Hidayat al-Iman dan Bustan al-Salatin. karya Nuruddin yang paling
fenomenal adalah Bustan as-Salatin (Taman Raja- Raja) yang dikarang atas titah
Sultan Iskandar Thani (1637). Karya besar ini dipengaruhi oleh kitab Tajal-Salatin
14
(1603), Sulalat al- Salatin (1612) dan Hikayat Aceh (1636) yang memang telah
wujud sebelum ia sampai ke Aceh3.
Dari perjalanan sejarah yang telah dijelaskan diatas terutama tentang peran
Nurdin ar Raniry dalam upaya membumikan pemikiran-pemikirannya memang
perlu mendapat perhatian terutama dari karya-karyanya yang sangat beragam, yang
menggambarkan ketinggian ilmu Nurdi ar Raniry, selain itu dalam kontek
pemahaman pembaharuan memang benar adanya jika sebagian pemikir indonesia
menggolongkan langkah-langkah Nurdin ar Raniry sebagai sebuah gerakan
pembaharuan, cukup beralasan adanya, namun disisi lain sedikit kejanggalan karena
jika dilihat dari sejarah diatas corak tasauf yang kemudian ditawarkan ar-Raniry
adalah tasauf ortodoks, atau klasik. tapi paling tidak, bisa melihat dari gerakan-
gerakan yang dilakukan ar raniry, telah membuka etika pembaharuan dalam kazanah
pemikiran Islam Indonesia kususnya dalam bidang tasauf.
D. Ketidak beruntungan Islam di Indonesia selama Pemerintahan Orde Baru.
Tidak diberkannya kebebasan bagi agama-agama untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai agama dengan baik dan diakui oleh Negara, sebagai contoh tidak
ditemukannya kebebasan bagi daerah adalah syari’at islam seperti aceh, juga tidak
diberikan pengakuan terhadapan hari-hari besar agama.
E. Salah Seorang Tokoh Pemikir Muslim Indonesia.
3 Elka Ara, Medri, Eksiklopedi Aceh Adat Hikayat dan Sastra (Yayasan Mata Air Jernih.Banda Aceh 2008).hal.275. dan dilengkapi dari berbagai sumber.
15
Untuk menggali lebih dalam tentang tokoh-tokoh terkemuka dan intektual
islam Indonesia, memang sangat mengagumkan ini dikarenakan di Indonesia
tidaklah kurang pemikir-pemikir kususnya dari kalangan islam, sangat beragam dan
multi disiplin ilmu. Namun disini akan ditelusuri tentang sosok tokoh yang tidak
asing bagi masyarakat islam Indonesia umumnya dan Aceh kusunya yaitu
Muhammad Hasbi Assiddiqie.
Tgk. Hasbi Assiddiqie begitu nama populernya, ia lahir di bagian utara aceh
sekarang Nanggroe aceh Darussalam pada tanggal 10 maret 1904 dari kalangan
keluarga yang sangat terhormat yaitu ulama sekaligus pejabat, ia terlahir dari
keturunan ketiga puluh tujuh yang berhubungan dengan abubakar assiddieq,
ayahnya adalah Tgk Amrah dan ibunya adalah seorang putrid dari seorang qadhi cik
maha raja mangkubumi dan al hajj Tgk Muhammad husen Ibn Muhammad mas’ud.
Sejak umur delapan tahun ia telah mengukuti pendidikan dayah yang berada
pada bekas pusat kerajaan pasai dahulu, selain itu pada umur tujuh tahun ia juga
telah mengkhatamkan al qur’an, beberapa hal yang menarik dari hasbi adalah
pertaman; dia bukanlah orang yang manja tapi merupakan orang haus ilmu dan
sangat tekun dalam belajar, ini dapat dilihat dari beberapa keahliannya dipelajari
secara otodidak, pendidikan formalnya hanya satu setengah tahun di sekolah al
irsyad (1926), walaupun demikian ide-idenya patut mendapat perhatian terbukti dari
reputasinya dimana ia dipercaya untuk menyampaikan makalah dalam internastional
Islamic collogium yang diselenggarakan dilahore Pakistan(1958). sebelum belajar
16
ditimur tengah dan menunaikan ibadah haji ia telah meneriakkan slogan-slogan
pembaharuan. Kedua; ia berasal dari sebuah masyarakat yang sangat fanatic dalam
beragama dengan demikian hasbi mendapatkan tantangan yang berat terutama dari
kalangan yang berbeda dengan ide-idenya, sehingga ia ditawan dan diasingkan dari
masyarakat. Ketiga; gaya berfikirnya yang agak aneh dianggap orang, yaitu ia
berfikir dengan bebas dan tidak terikat oleh suatu golongan bahkan ia berani
bertentangan dengan jumhur ulama, ini merupakan fanomena langka.
Pendidikan pertama didapatkah hasbi adalah di dayah-dayah yang dipimin
langsung oleh ayahnya, pada umur 12 tahun hasbi merantau untuk melanjutkan
pembelajarannya yaitu dengan belajar di beberapa dayah seperti dayah blang kabu
yang dipimpin oleh Tgk Chik blang kabu, gedong. Kemudian ia juga melanjutkan ke
dayah Tgk. Syik Blang Manyak Smakurok.di daerah kerajaan pasai dan
lhoksumawe. kemudian hasbi belajar ilmu fikih di dayah yang di pimpin oelh
Tgk.Chik Idris yaitu dipesantren samalanga, dengan sangat serius dengan
manghabiskan waktu selama dua tahun. Selama 20 tahun hasbi menghabiskan
waktunya untuk melakukan perjalan ke berbagai pesantren. Pengetahuan bahasa
arabnya dipelajari dari seorang ulama berkebangsaan arab yaitu syekh Muhammad
bin salam al khalili. Pada tahun 1926 ia berangkat kesurabaya untuk belajar di al
irsyad. Al irsyad dan syekh ahmad sukardi yang juga pendiri organisasi tersebut
turut memberikan pengaruh besar dalam membentuk pemikiranya yang modern dan
ketika kembali ke aceh ia langsung bergabung dengan Muhammadiyah.
17
Pada masa liberal ia terlibat secara aktif dalam partai masyumi, pada tahun
1951 ia menetap di Yogyakarta dan berkonsentrasi dalam bidang pendidikan, 1960
ia dipercayakan sebagai dekan fakultas syariah IAIN sunan kali jaga Surabaya,
hingga tahun 1972. Pada tahun itu juga ia diangkat menjadi seorang guru
besar(professor) dalam bidang ilmu syari’ah, selain di IAIN, ia juga pernah
menjabat dekan di universitas sultan agung semarang dan Rektor universitas al
Irsyad Surabaya.Puncak dari prestasi ilmiahnya adalah ketikan ia diberi gelar Doktor
Honoris causa pada 22 maret tahun 1975, terakhir adalah gelar prof yang ia peroleh
walau hanya seorang alumni dayah ini sebagai gambaran ketinggian usaha hasbi
assiddiqie dalam belajar .
Karya-karya Hasbi yang sangat beragam dan tentang berbagai disiplin ilmu
kususnya ilmu-ilmu keislaman, seperti: pengantar hukum islam, pengantar fiqh,
hokum fiqh islam, fakta dan keanggunan syari’at islam,dinamika dan elastisitas
hokum islam, tafsir annur, tafsir al bayan, pengantar ilmu al qur’an/tafsir, pokok-
poko ilmu al-qur’an, sej. dan pengantar ilmu hadits, sejarah perkembangan hadits,
problema hadits, mutiara hadits, dll.
Ide-ide atau gagasan hasbi dalam bidang agama sungguh luar biasa hingga
walau idenya bertentangan dengan ulama dua organisasi besar islam (NU dan
Muhammadiyah) di Indonesia tapi ia tidak merasa terbebani dengan kedua
oraganisasi tersebut namun ia justru membuka kebekuan pemikiran dalam kedua
organisasi tersebut.
18
Idenya yang sangat tidak populer bagi kalangan ulama pada waktu itu adalah
pertama: gagasan tentang perlunya digagas fiqh yang bercirikan masyarakat
Indonesia, kedua: adalah dalam hak asasi manusia, sebab menurutnya, allah telah
menjadikan manusia sebagai khalifah dan memiliki posisi yang penting dan mulia,
ia merujuk pada ayat al qur’an surat al isra’ ayat 70. Ketiga: perlunya ijtihad, sebab
menurut hasbi bahwa syari’at islam itu ada yang berasal dari allah dan ada yang
merupakan hasil ijtihad para mujtahid terhadap syariat islam tersebut, umat islam
akhir-akhir ini menurutnya cendrung mangganggap absolute hasil ijtihad para
mujtahid tersebut, walaupun kadang-kadang relevansi pendapat-pendapat imam
mazhab itu perlu direlevansikan lagi dengan melakukan ijtihad, sehinggan syariat
islam menjadi dinamis. Keempat: memfungsikan fiqh untuk menjawab tantangan
zaman, sehingga syariat islam itu mampu menjawab tantangan zaman.
Untuk menerapkan ini menurutnya dibutuhkan langakah-langkah sebagai
berikut; 1(satu). Menyusun kembali kitab fiqih sesuai dengan bentuk dan
sistimatikanya sesuai dengan tuntutan masa kini. 2(dua). Menyusun kitab fikih
hadits yang menjadi pedoman bagi pengkaji atau pencari hokum islam, yang
lengkap segala bidangnya secara ringkas seperti kompilasi hokum islam.
3(tiga).Pembahasan peristiwa-peristiwa hukum yang timbul pada masa sekarang
yang berhubungan dengan perkembangan masyarakat misalnya masalah riba, dalam
kaitan dengan bank, lottre, seni dan lain sebagainya. 4(empat). Melakukan kajian
perbandingan antara fiqh dengan hokum positif. untuk masalah penetapan hokum-
19
hukum baru hasbi menyarankan adanya sebuah lembaga permanen yang anggotanya
terdiri dari ahli-ahli hukum islam dan ahli-ahli ilmu sosial lainnya. Ketiga: adalah
pemeliharaan al qur’an, pemeliharaan al qur’an yang telah dilakukan berbagai pihak
sesuai dengan masanya seperti para sahabat, mufassir, maka untuk umat islam
sekarang sudah sewajarnya untuk masyarakat yang talah mencapai tingkat
kebudayaan yang tinggi maka dibutuhkan suatu tafsir yang bisa dicerna dan
difahami, dan dapat melakukan ta’abut (bacaan al qur’an sebagai ibadah).dengan
tadabbur (yaitu memahami isi dan maknanya).dengan demikian tugas ulama
sekarang dalam memelihara al qur’an adalah : 1.(satu).Menyusun kitab tafsir yang
sesuai dengan tingkat kecerdasan umat masa kini. 2 (dua). Mengumpulkan ayat-ayat
sepermasalahan(maudhu’i). 3 (tiga).Menumpulkan ayat-ayat yang menerangkan
keharaman sesuatu hal, dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut disertai dengan
hikmah diharamkannya.4
4 Tim penulis IAIN Ar-raniry.Eksiklopedi Pemikiran Ulama Aceh.(Ar Raniry Press.Banda Aceh.204).hal.211. dan dilengkapi dari berbagai sumber.
20