Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

22
KESESUAIAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN PENYAKIT TROPIS DEMAM BERDARAH OLEH DINAS KESEHATAN SURABAYA Oleh: Tria Hasbi Akbar Ilmas (070610288) [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis terhadap kesesuaian media promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam menyampaikan pesan atau tindakan preventif kepada masyarakat terhadap penyakit tropis demam berdarah. Adapun media promosi yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Surabaya adalah dalam bentuk poster, stiker dan leaflet. Permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Surabaya adalah media promosi yang digunakan kurang dapat diterima oleh masyarakat yang disebabkan oleh design yang kurang menarik, ukuran dan Desain tersebut dibuat bukan dari ahlinya, sehingga desain yang dihasilkan tidak memenuhi unsur grafis yang baik dan kurang menarik masyarakat. Sehingga promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya kurang diminati oleh masyarakat. Media promosi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya melalui poster, stiker dan leaflet terlalu kecil sehingga kurang dalam penyampaian pesan promosi, karena masyarakat kurang dapat membacanya dengan jelas dari kejauhan. Kata kunci: media promosi kesehatan, penyakit tropis, demam berdarah PENDAHULUAN Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyebaran populasi nyamuk Aedes Aegypti berkaitan dengan perkembangan pemukiman penduduk. Mengingat nyamuk Aedes Aegypti 1

description

jurnal

Transcript of Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Page 1: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

KESESUAIAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN PENYAKIT TROPIS DEMAM BERDARAH OLEH DINAS KESEHATAN

SURABAYA

Oleh: Tria Hasbi Akbar Ilmas (070610288)[email protected]

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis terhadap kesesuaian media promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam menyampaikan pesan atau tindakan preventif kepada masyarakat terhadap penyakit tropis demam berdarah. Adapun media promosi yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Surabaya adalah dalam bentuk poster, stiker dan leaflet. Permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Surabaya adalah media promosi yang digunakan kurang dapat diterima oleh masyarakat yang disebabkan oleh design yang kurang menarik, ukuran dan Desain tersebut dibuat bukan dari ahlinya, sehingga desain yang dihasilkan tidak memenuhi unsur grafis yang baik dan kurang menarik masyarakat. Sehingga promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya kurang diminati oleh masyarakat. Media promosi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya melalui poster, stiker dan leaflet terlalu kecil sehingga kurang dalam penyampaian pesan promosi, karena masyarakat kurang dapat membacanya dengan jelas dari kejauhan.

Kata kunci: media promosi kesehatan, penyakit tropis, demam berdarah

PENDAHULUAN

Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk

Aedes Aegypti betina. Penyebaran populasi nyamuk Aedes Aegypti berkaitan

dengan perkembangan pemukiman penduduk. Mengingat nyamuk Aedes Aegypti

tersebar luas, maka untuk membrantas penyakit ini perlu dilakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh seluruh lapisan masyarakat di rumah

dan di tempat-tempat umum serta lingkungannya masing-masing secara serentak

dan terus-menerus. Oleh karena itu untuk mencegah meluasnya penyakit demam

berdarah dengue perlu dilakukan pembinaan peran serta masyarakat yaitu dengan

penyuluhan kesehatan (Depkes RI, 1995). Keadaan lingkungan di sekitar rumah

maupun di sekitar tempat nelayanan kesehatan yang kurang bersih bisa

mendukung perkembangan nyamuk Aedes Aegypti. Itulah sebabnya, aspek

pencegahan penyakit yang berkelanjutan tersebut sangat mensyaratkan peranan

pemerintah di tengah-tengah masyarakat.

1

Page 2: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan banyak hal dengan

memperhitungkan faktor pendukung atau faktor yang menghalanginya dengan

memperhitungkan dan meperhatikan komponen komunikasi. Pertama, mengenali

sasaran promosi.1 Masyarakat sebagai sasaran komunikasi kesehatan perlu

dikenali agar pesan dapat disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi

masyarakat yang akan dituju. Bila ternyata penyakit Demam Berdarah disebabkan

perilaku masyarakat yang masih enggan berperilaku bersih dan kurang informasi

akan bahaya Demam Berdarah, sudah saatnya masyarakat sebagai pemangku

kepentingan utama dari setiap program pencegahan penyakit akan lebih manis bila

ditempatkan sebagai pelaku utama penurunan prevalensi penyakit Demam

Berdarah. Dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek program pencegahan

penyakit, beban pemerintah untuk memberikan akses pada fasilitas sanitasi akan

berkurang seiring dengan munculnya kemandirian.

Kedua, pemilihan media promosi.2 Penggunaan beberapa jenis media

dalam komunikasi dapat saja terjadi, tetapi kelebihan dan kekurangan tiap media

perlu diperhitungkan agar sesuai dengan situasi dan kondisi komunikasi. Gunakan

komunikasi interpersonal, edukasi, dan konseling. Komunikasi tatap muka dengan

sasaran komunikasi umumnya memiliki efek jangka panjang yang lebih dalam

mengubah tingkah laku. Ketiga, pengkajian tujuan pesan komunikasi. Tujuan

komunikasi dan pesan komunikasi memiliki hubungan sangat erat. Oleh karena

itu, tujuan awal komunikasi kesehatan perlu dikaji dengan baik agar pesan dapat

dibentuk dan disesuaikan dengan tujuan komunikasi. Mencegah penyakit Demam

Berdarah dan mengenali tanda-tanda bahayanya adalah dua hal penting yang

harus diketahui masyarakat. Keempat, peran komunikator dalam komunikasi.

Peran pemerintah (komunikator) dalam meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat mutlak dibutuhkan.3 Kunci upaya pencegahan penyakit Demam

Berdarah ada pada prioritas dan komitmen politik pemerintah. Komitmen ini

hanya bisa berjalan dengan adanya kepemimpinan yang kuat, termasuk di daerah.

1Ronald E. Rice & Charles K. Atkin, 2001. Public Communication Campaigns. Third Edition, Sage Publication Inc. London. New Delhi.p.364 2Ronald E. Rice & Charles K. Atkin, 2001. Public Communication Campaigns. Third Edition, Sage Publication Inc. London. New Delhi.p.3663Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. 1995. Depkes RI.

2

Page 3: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Tanpa kepemimpinan yang kuat, aturan tidak akan bisa ditegakkan dan

masyarakat tidak dapat digerakkan. Meski demikian, upaya preventif di bidang

kesehatan harus tetap dikedepankan.4 Misalnya, dinas kesehatan dan UPTD di

bawah dinas kesehatan, termasuk bidan, harus memulai dengan memberikan

kampanye program pencegahan penyakit.

Komunikasi dan Promosi Kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan komunikasi Antara Organisasi

Kesehatan, Pemerintah dan Masyarakat untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat. Jadi sifat komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang interaktif

dan partisipatif. Interaktifitas terjadi tatkala medium yang digunakan, yakni media

massa, melibatkan masyarakat sebagai unsur yang tidak pasif, melainkan aktif.

Sementara partisipatif tercukupi oleh dukungan kelompok-kelompok sosial (civil

society), NGO, pemerintah maupun korporasi.5

Instruktif artinya isi pesan/informasi kesehatan merupakan serangkaian

informasi yang mengandung unsur sebab akibat berkaitan dengan penyakit, sakit

tidak sakit.yang harus disampaikan kepada komunikan. Konstruktif karena pesan

disusun secara sengaja agar dapat dipahami oleh penerima pesan. Disinilah

relevansinya penelitian ini menggunakan perspektif komunikasi kesehatan untuk

melihat bagaimana sesungguhnya masyarakat memahami pesan yang telah

disampaikan melalui media massa.

Disini terjadi perubahan paradigma yang sangat penting. Sebelumnya,

banyak dilihat bahwa pasien atau klien cenderung bersikap submissive sekaligus

cenderung pasif menerima apa yang menjadi keputusan dokter dalam pengobatan.

Begitu pula dalam pelaksanaan program program kesehatan. Kenyataan ini harus

diubah seturut dengan makin majunya teknologi komunikasi, serta semakin

kuatnya partisipasi masyarakat.

Definisi Promosi Kesehatan

4Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. 1995. Depkes RI.5Slamet, J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

3

Page 4: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni dalam membantu masyarakat dalam

upaya menjadikan gaya hidup masyarakat yang sehat dan optimal. Kesehatan yang

optimal didefinisikan sebagai suatu keseimbangan kesehatan antara kesehatan fisik,

emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Adapun pengubahan gaya hidup dapat

difasilitasi melalui penggabungan :

1. Menciptakan lingkungan yang mendukung

2. Mengubah perilaku masyarakat terhadap kesehatan

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi hidupnya.6

Promosi kesehatan adalah kombinasi dari berbagai dukungan yang

menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk

perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan. Promosi

kesehatan juga merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara

dan meningkatkan kesehatannya.

Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, yang artinya adalah proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui

kelompok-kelompok yang potensial di dalam masyarakat itu sendiri, bahkan oleh

seluruh komponen yang ada di dalam sebuah komunitas masyarakat. Proses

pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai dengan sosial budaya setempat, sesuai

dengan keadaan, permasalahan dan potensi daerah setempat. Proses pemberdayaan

tersebut pun juga harus secara bersama-sama dilakukan seiring dengan upaya

mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun nonfisik, termasuk

didalamnya peraturan perundangan dan kebijakan.7

Kegiatan promosi kesehatan ini ialah seseorang yang sering kali

mempengaruhi sikap orang lain terhadap produk konsumsi. Konkretnya, orang-orang

ini menjadi sumber informasi mengenai produk yang ditawarkan (termasuk jasa

pelayanan seperti jasa kesehatan), dapat memberi nasihat atau saran mengenai apa

yang diperbolehkan (atau tidak) sehingga mengurangi resiko (finansial) serta juga

dapat menawarkan umpan balik (feedback) yang bersifat positif untuk mendukung

dan menguatkan keputusan yang telah dibuat oleh pengikut sarannya. Jadi opinion

leader mempunyai peran penting sebagai pembawa informasi, pembujuk dan

penguat, yang dari aspek pemasaran dapat disetarakan dengan alat promosi kesehatan.

6www.wikipedia.org/Promosi Kesehatan.7www.promosikesehatan.com/profile/index.php?page=2

4

Page 5: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Fungsi yang hampir sama dijalankan oleh market mavens, sebagai aspek sumber

informasi kepada setiap keluarga di dalam sebuah masyarakat.8

Selain berfungsi sebagai pembawa informasi, opinion leader juga merupakan

seseorang yang berfungsi sebagai agen perubahan yang memegang peranan penting

dalam menginternalisasi nilai guna mewujudkan masyarakat yang semakin harmonis.

Karena setiap promosi kesehatan akan berorientasi pada sebuah perubahan yang

hendak dicapai terutama untuk menambah intensitas derajat kesehatan manusia

menjadi lebih baik dan terbaik.9

Pengertian strategi berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah

“kepimpinan” (leadership). Strategi adalah keseluruhan tindakan-tindakan yang

ditempuh oleh sebuah organisasi untuk mencapai sasaran-sasarannya. “Strategi

adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untukmencapai suatu

tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai

peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan

bagaimana taktik operasionalnya.”

Pada hakikatnya, strategi adalah sebuah taktik atau cara operasional dari suatu

perencanaan dan menejemen suatu organisasi atau instansi dalam upaya untuk

mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam hal ini strategi akan sangat menunjang pada

keberhasilan target yang hendak dicapai. Promosi yang berhubungan dengan

kesehatan masyarakat, pada hakikatnya merupakan sebuah cara untuk memperoleh

asil yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi yang hendak diraih. Selain itu pula

promosi kesehatan akan sangat membutuhkan strategi komunikasi yang cukup efektif

ang pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat nantinya.

Media Promosi Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai

alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa

atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.

Poster

8www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=4299www.pontianakpost.com/berita/index.asp?= opini&id

5

Page 6: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan tujuan

untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi

agar seseorang bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak dapat member pelajaran

dengan sendirinya, karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok kalau

diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah disampaikan

beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan untuk mengingat

kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan apa

yang diinginkan oleh komunikator.

Berdasar isi pesan, poster dapat disebut sebagai Thematic poster, Tactrical

poster dan Practical poster. Thematic poster yaitu poster yang menerangkan apa

dan mengapa, Tractical poster menjawab kapan dan dimana, sedangkan Practical

poster menerangka siapa, untuk siapa, apa, mengapa dan dimana.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan :

a. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar warna

yang, mencolok

b. Dapat dibaca (eye catcher) orang yang lewat

c. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata

d. Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian

e. Dapat dibaca dari jarak enam meter

f. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor iri, bangga,

dan lain-lain

g. Ukuran yang besar (50X70) cm, kecil (35X50) cm

Tempat Pemasangan Poster

a. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering

berkumpul, seperti pemberhentian bus, dekat pasar, dekat toko/warung

b. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-lain

Leaflet

Leaflet atau sering juga disebut pamphlet merupakan selembar kertas yang

berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan tujuan

tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400 kata. Isi

6

Page 7: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

harus bisa ditangkap dengan sekali baca. Misal leaflets tentang diare untuk orang-

orang yang tinggal di bantaran sungai dan buang buang air besar sembarangan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat Leaflets

a. Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai

b. Tuliskan apa tujuannya

c. Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflets

d. Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan

e. Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana

bentuk tulisan gambar serta tata letaknya

f. Buatkan konsepnya

g. Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hamper sama

dengan kelompok sasaran

h. Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi

PEMBAHASAN

Promosi dalam Bentuk Poster, Stiker dan Leaflet

Temuan data dari Dinas Kesehatan Surabaya mengenai kesesuaian media

promosi kesehatan memperlihatkan jika Dinkes Surabaya lebih banyak

mempraktikkan kesesuaian media promosi melalui poster, stiker dan leaflet.

Wawancara yang peneliti lakukan kepada bagian Sub Penyusunan Program

didapatkan bahwa Dinkes memfokuskan promosi kesehatan melalui poster, stiker

dan leaflet. Berdasarkan penelitian internal dari Dinkes kesehatan, kesesuaian

media promosi melalui poster, stiker dan leaflet dianggap dapat membantu dalam

menyebarkan informasi mengenai Demam Berdarah. Dinkes memasukkan pesan-

pesan dalam isi media berdasarkan identifikasi masalah menurut penelitian

Dinkes, yaitu:

1. Gaya hidup yang kumuh

2. Tempat toilet yang jarang dikuras

3. Buruknya lingkungan karena sampah atau barang bekas.

7

Page 8: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

4. Perilaku-perilaku buruk bagi kesehatan yang lain yang masih sering dilakukan

oleh masyarakat dan anak-anak (di sekolah), seperti pemilik kantin/warung/

penjual makanan tidak menutup makanan jajanan, kebiasaan buruk lainnya

5. Tingginya angka kematian Demam Berdarah karena keterlambatan

penanganan (terlambat dibawa ke dokter atau tidak mendapatkan pertolongan

pertama yang baik).

6. Media komunikasi tentang kesehatan masih minim, baik cetak maupun

elektronik

Berkaitan dengan identifikasi persoalan diatas, maka berikut ini peneliti

lampirkan bentuk-bentuk promosi kesehatan yang memanfaatkan poster, stiker

dan leaflet. Ada dua media dominan yang dipakai untuk mensosialisasikan

penyakit tropik demam berdarah, yaitu poster, stiker dan leaflet. Secara ideal,

poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan

sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan

dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter. Poster biasanya

ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang

misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain.

Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau

photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan

pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya

berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang

mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat

mendorong untuk bertindak. Sementara itu, stiker adalah media cetak yang dapat

ditempel di tembok atau luar ruangan, berisi pesan, hanya saja berukuran lebih

kecil dan relatif terbatas pesan yang mampu disampaikan dalam media ini.

Media yang lain adalah leaflet. Leaflet adalah selembaran kertas yang

berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan

gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.

Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,

misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare

dan pencegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada

8

Page 9: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan

Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan

perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

Kelebihan promosi kesehatan dengan menggunakan kedua promosi diatas

(yakni media cetak) adalah karena bahan kertas dapat tahan lama dan hemat, tidak

membutuhkan biaya terlalu tinggi. Disamping itu, Dinas Kesehatan menilai

bahwa media cetak berupa poster dapat dijadikan sebagai medium yang mampu

menjangkau sebanyak-banyaknya khalayak atau target. Promosi kesehatan

semacam ini dapat sangat ekonomis tetapi mampu menghasilkan daya jangkau

yang lumayan luas. Aspek lain yang juga penting adalah karena media cetak

sebagai media promosi kesehatan adalah karena sederhana dan dapat dibawa

kemanapun sasaran (masyarakat) pergi. Sedangkan kelemahan terbesarnya

dibandingkan media elektronik adalah kurang dapat menciptakan stimulasi efek

suara maupun efek gerak (audio-visual). Kelemahan lain adalah mudah terlipat

dan rentan terhadap air jika dipasang di luar ruangan.

Media cetak perlu dipilih dalam jangkauan daerah karena Iklan Layanan

Masyarakat pada dasarnya memiliki kelemahan dalam hal ruang untuk mengisi

tag line, isi pesan tidak dapat lengkap terbatas oleh spase, dan waktu serta

mahalnya biaya penayangan iklan jika menggunakan medium elektronik. Maka

dari sini dapat disimpulkan alasan-alasan mengapa Dinas Kesehatan Surabaya

mengambil medium cetak untuk melakukan teknik promosi kesehatannya.

Pelaksanaan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Berdasar hasil penelusuran dan wawancara yang peneliti lakukan selama

riset di Dinas Kesehatan Kota Surabaya dapat ditemukan satu hal yang

menghambat kesesuaian media promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Surabaya terhadap penyakit tropis deman berdarah yakni pelaksanaan

promosi dilakukan oleh bagian Sekretariat SubPenyusunan Program, tidak

dilakukan oleh bagian yang secara khusus ditugaskan dalam pelaksanaan promosi.

Bagian khusus yang peneliti maksudkan adalah mengenai design yang dipakai

dalam promosi terhadap tindakan preventif terhadap penyakit demam berdarah.

9

Page 10: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya seharusnya menempatkan staf

khusus yang memiliki latar belakang pendidikan desain grafis yang menangani

desain promosi, sehingga dapat dihasilkan desain promosi yang dapat dterima dan

pahami dengan jelas oleh masyarakat. Promosi yang dilakukan sudah tidak lagi

sekedar himbauan atau ajakan saja, melainkan masyarakat diajak untuk

melaksanakan tindakan nyata dengan bentuk tindakan preventif sebelum

terjangkit penyakit demam berdarah.

Promosi dilakukan oleh Bagian Sekretariat Sub Penyusunan Program

Hasil temuan data dari pelaksanaan promosi dengan media poster, stiker

dan leflet yang dilakukan oleh bagian Sekretariat Sub Penyusunan Program Dinas

Kesehatan Surabaya dapat diilihat dari job description atau SOP struktur

organisasi Dinas Kesehatan, maka ketiadaan struktur kehumasan telah membuat

Dinas Kesehatan kesulitan dalam menempatkan tugas dan peran penyelenggara

media promosi.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan, terdapat kelemahan

dalam penjalanan peran tersebut. Terbukti masih banyak staf yang menyatakan

tidak pas dengan tugas yang diberikan, atau atasan yang menilai stafnya tidak bisa

bekerja dengan baik. Padahal karena memang kompetensi dan kemampuannya

tidak pas dibidang yang diberikan.

Sebagian besar staf yang mendesain pesan maupun secara desain teknis

media promosi, bukan berasal dari kompetensi komunikasi atau desain grafis,

melainkan beraneka latar belakang yang tidak ada hubungannya dengan

kompetensi yang dibutuhkan.

Promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Surabaya

berdasar pada standar operasional mengenai apa dan bagaimana promosi

kesehatan, terbukti belum ada sehingga tidak mampu membantu SDM yang

bekerja dalam mencapai promosi kesehatan Demam Berdarah yang berkualitas.

Disamping itu, SDM yang terlibat dan telah dibekali oleh SOP akan lebih dituntut

untuk harus berpikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap

semua aspek promosi. Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar

10

Page 11: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

sangat tergantung pada individu itu sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam

suatu organisasi, disamping partisipasi dari seluruh anggota profesi.

Jika Sub Penyusunan Program dalam Dinas Kesehatan tidak memiliki

SOP yang memadai dalam mendefinisikan bagaimana bentuk promosi kesehatan

DBD tersebut dikemas, maka berikut peneliti menjelaskan beberapa kesulitan

yang sudah ditemui di lapangan berdasarkan observasi. Pertama, tidak adanya

kejelasan terhadap komponen struktur (peraturan-peraturan), tahapan-tahapan

proses (tindakan/actions) dan evaluasi hasil (outcomes). Standar struktur

menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Standar proses

menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan standar

outcome menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.

Kesesuaian Media Promosi yang Seharusnya Dilakukan oleh Dinas

Kesehatan

Berdasar temuan data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat dianalisa

beberapa hal yang berhubungan dengan kesesuaian media promosi dengan media

poster, stiker dan leaflet terhadap tindakan preventif penyakit tropis deman

berdarah Dinas Kesehatan Surabaya sebagai berikut:

1. Seharusnya Dinas Kesehatan kota Surabaya belum memiliki bagian khusus

yang menangani promosi yakni bagian desain grafis.

2. Dilakukan koordinasi dengan bagian yang lain untuk memperlancar fungsi

tugas dan wewenang dari bagian desain untuk menentukan kesesuaian media

promosi pemberantasan demam berdarah.

Setelah di lakukan pengamatan serta analisa, maka dapat disampaikan

beberapa hal yang dapat dijadikan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang

selama ini dialami oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya, antara lain:

1. Media iklan sebagai sarana promosi yang digunakan serta dilaksanakan oleh

Dinas Kesehatan Kota Surabaya masih kurang bisa diterima oleh masyarakat.

Hal ini dapat kita dapatkan media iklan yang digunakan masih terlalu

sederhana dan kurang menarik bagi masyarakat. Dapat kita bandingkan

dengan media iklan yang digunakan Telkomsel dalam melakukan promosi

kepada masyarakat dengan berbagai macam media dan menggunakan desain

11

Page 12: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

terbaru, sehingga promosi yang dilakukan oleh Telkomsel dapat berjalan

dengan baik dan lancar.

2. Diperlukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan promosi yang

sudah dilakukan selama ini, sehingga dari hasil evaluasi tersebut dapat

dijadikan barometer bahwa promosi yang dilakukan tidak hanya sekedar

himbauan atau peringatan semata melainkan yang lebih penting adalah upaya

untuk hidup sehat dengan tindakan preventif. Dari hasil pengamatan peneliti

sampai saat ini Dinas Kesehatan Kota Surabaya baru bertindak apabila telah

ada kejadian atau yang menimpa masyarakat.

3. Tindakan preventif menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan tertularnya

penyakit demam berdarah serta pengetahuan masyarakat terhadap penyakit

demam berdarah masih kurang, sehingga dibutuhkan upaya edukasi dari Dinas

Kesehatan Kota Surabaya untuk lebih giat dan aktif dalam memberikan

bimbingan dan contoh kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan dan

hidup bersih.

4. Lingkungan yang bersih akan dapat menghindarkan masyarakat dari berbagai

penyakit terutama demam berdarah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang peneliti lakukan, maka

dapat disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut, promosi yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya dalam bentuk poster, stiker dan leaflet masih

belum dapat diterima oleh masyarakat sebagai tindakan preventif terhadap

penyakit tropis demam berdarah. Kurang diterimanya promosi dalam bentuk

bentuk poster, stiker dan leaflet tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a. Desain Media Promosi

Media poster, stiker dan leaflet yang digunakan untuk promosi yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya tersebut dari unsur desainnya kurang

menarik masyarakat, karena desain yang digunakan dari tahun ke tahun tidak

mengalami perubahan (tetap), sehingga masyarakat tidak tertarik untuk

mambacanya apalagi memahami isi dari desain yang ada dalam iklan promosi

12

Page 13: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

tersebut. Desain tersebut dibuat bukan dari ahlinya, sehingga desain yang

dihasilkan tidak memenuhi unsur grafis yang baik dan kurang menarik

masyarakat. Sehingga promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota

Surabaya kurang diminati oleh masyarakat.

b. Ukuran Media Promosi

Media promosi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya

melalui poster, stiker dan leaflet terlalu kecil sehingga kurang dalam

penyampaian pesan promosi, karena masyarakat kurang dapat membacanya

dengan jelas dari kejauhan, dapat dibaca apabila dilihat dari jarak dekat.

c. Penempatan Media Promosi

Promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya dalam bentuk

poster, stiker dan leaflet ditempatkan di tempat-tempat yang kurang strategis,

sehingga promosi yang dilakukan kurang diterima oleh masyarakat terhadap

penyakit demam berdarah.

Promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya sebagai

tindakan preventif atau himbauan kepada masyarakat terhadap penyakit demam

berdarah kurang berjalan dengan baik, karena tidak dilakukan upaya peningkatan

kualitas promosi dalam bentuk bentuk poster, stiker dan leaflet.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy. 1998. Penyuluhan Penyakit Demam Berdarah. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Fathi., S. Keman., C.U. Wahyuni. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue.

Hadari Nawawi, 2003. Metode Penelitian Deskriptif, Erlangga, Jakarta.Kepala Bidang Pelatihan Sumber Daya Masyarakat beserta staf PSDM Dinas

Kesehatan Kota Surabaya.Kresno, S., E.N. Hadi., C.E. Wuryaningsih., I. Ariawan. 1999. Aplikasi Penelitian

Kualitatif Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta.

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Depkes RI, 1995.Sholihin. 2004. Ekologi Vektor Demam Berdarah Dengue. Warta Kesehatan TNI-

AL Volume XVIII. Nomor 1 Tahun 2004. Jakarta.

13

Page 14: Artikel Jurnal - Tria Hasbi 070610288 (C)

Slamet, J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Soedarmo, S.S. 1988. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.http://media+stiker+promosi+kesehatan&oq=media+stiker+promosi+kesehatan&gsl.http://www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=429http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?= opini&idhttp://www.promosikesehatan.com,2007.http://www.promosikesehatan.com/profile/index.php?page=2http://www.surabaya-ehealth.org/berita/fokuskan-pada-tiga-rangkaian-peringatan-

hkn, terakhir diakses 1/11/10.http://www.wikipedia.org/Promosi Kesehatan.http://www.scribd.com/doc/74579067/Promosi-Kesehatanwww.telkomsel.com/program/promo.

14