Post on 27-Dec-2015
description
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan validasi metode analisis dengan
menggunakan instrumen spektrofotometer uv-vis. Sempel yang digunakan dalam
validasi ini yaitu kratingdaeng yang mengandung kaffein. Parameter validasi yang
dilakukan meliputi linearitas, batas deteksi, batas kuantifikasi, akurasi, dan presisi.
1. Akurasi ( Kecermatan )
Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan
hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi juga dapat diketahui
dengan melakukan uji peoleahan kembali (recovery). Hasil uji akurasi ini dapat
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan
pada sampel.
Kelompok kami menggunakan metode penambahan baku (standard addition
method). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan
dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya
(hasil yang diharapkan).
Pada saat praktikum penambahan baku dimulai dari 17 ppm, 20 ppm, 23
ppm, 26 ppm, dan 29 ppm pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan
metode spektrofotometer UV-Vis. Kemudian persen perolehan kembali
ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat
ditemukan. Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit
dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Persen perolehan
kembali seharusnya tidak melebihi nilai presisi RSD. Rentang kesalahan yang
diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks adalah 80-110 %.
Dari data hasil praktikum persen perolehan kembali yang didapatkan adalah
99,810 % itu artinya masih ada pada rentang kesalahan yang dijinkan.
2. Presisi ( Keseksamaan)
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran
yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai
keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Kriteria seksama
diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi
2% atau kurang.
Percobaan keseksamaan yang dilakukan kelompok kami yaitu sebanyak
sembilan replika sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks
yang homogen. Dari data hasil praktikum diperoleh simpangan baku sebesar
0,001 sedangkan RSD-nya 0,251 dan koefisien variasinya (KV) 0,012. Menurut
AOAC jika nilai koefisien variasinya < 1% itu menunjukkan metode yang
digunkan sangat teliti, dan itu artinya metode yang digunakan menunjukkan
derajat kesesuaian dengan hasil uji individual.
3. Linieritas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
Pada saat percobaan Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi
sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data
yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi
analit. Untuk memperolehnya digunakan satu seri larutan yang konsentrasinya
berbeda. Sampel yang digunakan pada percobaan ini ada enam sampel. Sebagai
parameter adanya hubungan linier digunkan koefisien korelasi r pada analisis
regresi linier. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –
1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis
terutama instrumen yang digunakan.
Dari data hasil percobaan diperoleh hubungan linier y = 0,0096x + 0,2193
dengan nilai R² = 0,9992. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa kepekaan
instrumen yang digunakan adalah 0,2193 namun hubungan linier tidak ideal sebab
b yang diperoleh tidak sama dengan nol namun mempunyai nilai R2 yang hampir
mendekati satu. Parameter lainnya yang dihitung adalah simpangan baku
residualnya (Sy) dari hasil ini kita dapat menentukan suatu standar deviasi dari
fungsi (Sxo) dan dapat diperoleh koefisien variasi dari fungsi (Vxo). Dari hasil
perhitungan simpangan baku residual diperoleh nilai koefisien variasi dari fungsi
(Vxo) = 0,007 %
4. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil
analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon
blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko.
Dari hasil praktikum di peroleh LOD 0,418 ppm, itu artinya Jika konsentrasi
kaffein yang diukur di bawah nilai LOD, instrumen tidak akan dapat mendeteksi
senyawa tersebut. Sedangkan nilai LOQ yang diperoleh adalah 1,394 ppm,
Dengan demikian meskipun kadar senyawa kaffein tersebut di bawah nilai LOQ
tetapi masih diatas nilai LOD, maka senyawa kaffein tersebut masih dapat
terdeteksi dengan baik, meskipun secara kuantifikasi kurang baik.