pembahasan validasi

5
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami melakukan validasi metode analisis dengan menggunakan instrumen spektrofotometer uv-vis. Sempel yang digunakan dalam validasi ini yaitu kratingdaeng yang mengandung kaffein. Parameter validasi yang dilakukan meliputi linearitas, batas deteksi, batas kuantifikasi, akurasi, dan presisi. 1. Akurasi ( Kecermatan ) Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi juga dapat diketahui dengan melakukan uji peoleahan kembali (recovery). Hasil uji akurasi ini dapat dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan pada sampel. Kelompok kami menggunakan metode penambahan baku (standard addition method). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Pada saat praktikum penambahan baku dimulai dari 17 ppm, 20 ppm, 23 ppm, 26 ppm, dan 29 ppm pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode

description

validasi method

Transcript of pembahasan validasi

Page 1: pembahasan validasi

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan validasi metode analisis dengan

menggunakan instrumen spektrofotometer uv-vis. Sempel yang digunakan dalam

validasi ini yaitu kratingdaeng yang mengandung kaffein. Parameter validasi yang

dilakukan meliputi linearitas, batas deteksi, batas kuantifikasi, akurasi, dan presisi.

1. Akurasi ( Kecermatan )

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan

hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi juga dapat diketahui

dengan melakukan uji peoleahan kembali (recovery). Hasil uji akurasi ini dapat

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan

pada sampel.

Kelompok kami menggunakan metode penambahan baku (standard addition

method). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah

tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan

dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya

(hasil yang diharapkan).

Pada saat praktikum penambahan baku dimulai dari 17 ppm, 20 ppm, 23

ppm, 26 ppm, dan 29 ppm pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan

metode spektrofotometer UV-Vis. Kemudian persen perolehan kembali

ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat

ditemukan. Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit

dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Persen perolehan

kembali seharusnya tidak melebihi nilai presisi RSD. Rentang kesalahan yang

diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks adalah 80-110 %.

Dari data hasil praktikum persen perolehan kembali yang didapatkan adalah

99,810 % itu artinya masih ada pada rentang kesalahan yang dijinkan.

2. Presisi ( Keseksamaan)

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur

Page 2: pembahasan validasi

diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran

yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan

baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai

keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Kriteria seksama

diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi

2% atau kurang.

Percobaan keseksamaan yang dilakukan kelompok kami yaitu sebanyak

sembilan replika sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks

yang homogen. Dari data hasil praktikum diperoleh simpangan baku sebesar

0,001 sedangkan RSD-nya 0,251 dan koefisien variasinya (KV) 0,012. Menurut

AOAC jika nilai koefisien variasinya < 1% itu menunjukkan metode yang

digunkan sangat teliti, dan itu artinya metode yang digunakan menunjukkan

derajat kesesuaian dengan hasil uji individual.

3. Linieritas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah

pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat

ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

Pada saat percobaan Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi

sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data

yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi

analit. Untuk memperolehnya digunakan satu seri larutan yang konsentrasinya

berbeda. Sampel yang digunakan pada percobaan ini ada enam sampel. Sebagai

parameter adanya hubungan linier digunkan koefisien korelasi r pada analisis

regresi linier. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –

1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis

terutama instrumen yang digunakan.

Dari data hasil percobaan diperoleh hubungan linier y = 0,0096x + 0,2193

dengan nilai R² = 0,9992. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa kepekaan

Page 3: pembahasan validasi

instrumen yang digunakan adalah 0,2193 namun hubungan linier tidak ideal sebab

b yang diperoleh tidak sama dengan nol namun mempunyai nilai R2 yang hampir

mendekati satu. Parameter lainnya yang dihitung adalah simpangan baku

residualnya (Sy) dari hasil ini kita dapat menentukan suatu standar deviasi dari

fungsi (Sxo) dan dapat diperoleh koefisien variasi dari fungsi (Vxo). Dari hasil

perhitungan simpangan baku residual diperoleh nilai koefisien variasi dari fungsi

(Vxo) = 0,007 %

4. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi

merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil

analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon

blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko.

Dari hasil praktikum di peroleh LOD 0,418 ppm, itu artinya Jika konsentrasi

kaffein yang diukur di bawah nilai LOD, instrumen tidak akan dapat mendeteksi

senyawa tersebut. Sedangkan nilai LOQ yang diperoleh adalah 1,394 ppm,

Dengan demikian meskipun kadar senyawa kaffein tersebut di bawah nilai LOQ

tetapi masih diatas nilai LOD, maka senyawa kaffein tersebut masih dapat

terdeteksi dengan baik, meskipun secara kuantifikasi kurang baik.