Post on 08-Feb-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang di hadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta
kurang nya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan prilaku hidup sehat.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu terus ditingkatkan upaya-upaya untuk
memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat
dengan mutu pelayanan kesehatan yang baik, berkelanjutan, dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga miskin rawan kesehatan/resiko tinggi.
dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan,
ketidakmauan, maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya.
Melalui study kasus tentang hipertensi diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang penanganan dan pencegahan penyakit
hipertensi.
Hipertensi merupakan tekanan darah persistem atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan
diastole di atas 90 mmhg, dounges 200:42. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari
150 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg.
Hipotensi………
1.1. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ditujukan yakni sebagai berikut :
1.1.1. Tujuan umum, yaitu:
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan Asuhan
Keperawatan pada Hipertensi dan hipotensi Khususnya yaitu:
1. Mengetahui pengertian hipertensi
2. Mengetahui secara umum prevalensi hipertensi.
3. Mengetahui bagaimana epidemiolohi hipertensi
4. Mengetahui etiologi hipertensi
5. Mengetahui secara umum patofisiologi sistemik dari hipertensi.
6. Memahami faktor resiko dari hipertensi.
7. Mengetahui klasifikasi hipertensi
8. Mengetahui manifestasi klinis hipertensi
9. Mengetahui Prognosa dari hipertensi.
10. Memahami diagnosadari hiportensi.
11. Mengetahui pengertian hiportensi
12. Mengetahui secara umum prevalensi hiportensi.
13. Mengetahui bagaimana epidemiolohi hiportensi
14. Mengetahui etiologi hiportensi
15. Mengetahui secara umum patofisiologi sistemik dari hiportensi.
16. Memahami faktor resiko dari hipotensi.
17. Mengetahui klasifikasi hiportensi
18. Mengetahui manifestasi klinis hiportensi
19. Mengetahui Prognosa dari hiportensi.
20. Memahami diagnosadari hiportensi.
1.3 Metode Penulisan
Dalam mendapatkan data dan informasi penulis mempergunakan metode sebagai
berikut :
1.3.1 Studi Pustaka
Metode ini digunakan dengan mencari literature mengenai Asuhan
Keperawatan Keperawatana : Hipertensi dan hipotensi di perpustakaan dan
buku referensi yang berfokus pada Empisema.
1.3.2 Browsing internet
Adapun metode ini merupakan dasar yang sangat penting yaitu dengan
mencari beberapa data mengenai hipertensi dan hipotensi dengan
membacanya melalui internet, agar penulis lebih mudah dalam membuat
makalah ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Pengertian hipertensi banyak dikemukan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas 160/95 mmhg,
sementara itu Smelttzer dan Bare (2002 : 896). Mengemukakan bahwa hipertensi
merupakan persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana
tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastole di atas 90 mmhg. Pendapat
yang sama juga diutarakan oleh dongues (2000:42). Pendapat senada juga
disampaikan oleh TIM POKJA RS harapan kita, jakarta (1993:199) dan Prof. Dr.
dr. Budhi Setiawnto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah
kenaikan tekanan darah sistolik lebih lebih dari 150 mmhg dan tekanan diastolik
dari 90 mmhg.
Terdapat perbedaan batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan
(1990 :205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan
darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmhg, sedangkan pada usia
lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg.
Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang
berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan kta (1993:198) pada usia di bawah
40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia 60-70 tahun
tekanan darah sistolik 150-155 mmhg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia
lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmhg dan atau
tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmhg ditemukan dua kai atau lebih pada dua
atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC )
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali
kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanandarah diastolik 90 mmhg atau
lebih, atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan
nilai mentap diatas 140 mmHg (R.p. Sidabutar dan Waguno P).
Berdasarkan pebgertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih dari 90 mmHg.
2.2 Prevalensi Hipertensi
2.2.1 Jenis Kelamin
Dari hasil analisis menunjukan prevalensi hipertensi di indonesia
(32,2%) lebih tinggi dari temuan penelitian sebelumnya, 8.,12 peningkatan
prevalensi harus segera ditindaklanjuti dengan program pencegahan
hipertensi yang efektif. Hasil analisis lanjut ini juga mendapatkan kasus
hipertensi yang sudah terdiagnosisi oleh tenaga kesehatan atau telah minum
obat hipertensi masih rendah yaitu hanya 24,2% yang menunjukan 75,8%
kasus hipertensi dimasyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan.
Mengingat komplikasi yang ditimbulkan dari kasus hupertensi yang tidak
mendapat pengobatan yang adekuat misalnya terjadinya penyakit jantung
koroner, stroke, dan gagal ginjal 5-7,13.
Tingginya risiko pria untuk mengalami hipertensi sebagaiana yang
ditemukan dari hasil analisis ini, sejalan dengan temuan Zambir setiawan.
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita.
Seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi akohol),
depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap
pekerjaan dan pengangguran. Demikian halnya pengaruh faktor pendidikan
dan pekerjaan. Hal ini diduga berkaitan dengan gaya hidup yang berkaitan
dengan status sosial. Mereka yang berpendidikan rendah berkaitan dengan
rendahnya kesadaran untuk berperilaku sehat dan rendahnya akses terhadap
sarana elayanan kesehatan. Sedangkan, masalah pekerjaan di duga berkaitan
dengan masalah psikologis yang berkaitan dengan lingkungan kerja.
2.2.2 UsiaHasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai resiko terhadap
hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi resiko
hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu, penelitian
Zamhir Setiawan yang menemukan semakin tinggi resiko hipertensi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian lainnya, yaitu penelitian Zamhir Setiawan
yang menemukan bahwa prevalensi hipertensimakin meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Pada umur 25-44 prevalensi hipertensi sebesar
29%, pada umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umus>65 Tahun
sebesar 65%. Penelitian Hasurungan pada lansia menemukan bahwa
dibanding umur 55-59 tahun, pada umur 60-64 tahun terjadi peningkatan
risiko hipertensi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali dan umur >70
tahun 2,97 kali. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan stuktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi sempit dan dingding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai
akibat adalah meningkatya tekanan darah sistolik.
2.3 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini
telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al,
2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan
dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian
besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar
antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di
Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya,
Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera
Barat 17,8% (Wade, 2003).
2.4 Etologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 ) :
1. Etiologi yang dapat diubah yaitu :
a. Obesitas: Seiring dengan peningkatan berat badan, tekanan darah
meningkat. Obesitas didefinisikan sebagai memiliki indeks massa tubuh
(BMI) lebih besar dari 30 kg/m. Orang yang obesitas dua sampai enam
kali lebih mungkin untuk mengalami tekanan darah tinggi daripada
orang-orang yang berat badannya dalam kisaran yang sehat.
b. Sensitivitas garam: Beberapa orang memiliki sensitivitas tinggi terhadap
natrium (garam), dan meningkatkan tekanan darah mereka jika mereka
menggunakan garam. Mengurangi asupan natrium cenderung penyebab
darah tinggi/ hipertensi.
c. Alkohol: Minum lebih dari 1-2 minuman alkohol per hari cenderung
meningkatkan tekanan darah pada mereka yang sensitif terhadap alkohol.
d. Pil KB (penggunaan kontrasepsi oral): Beberapa wanita yang minum pil
KB mengalami tekanan darah tinggi.
e. Kurangnya latihan (aktivitas fisik): gaya hidup memberikan kontribusi
terhadap perkembangan obesitas dan tekanan darah tinggi.
f. Obat-obatan: Obat-obatan tertentu, seperti amfetamin (stimulan), pil
diet/obat pelangsing, dan beberapa obat yang digunakan untuk gejala flu
dan alergi seperti pseudoefedrin, cenderung menaikkan tekanan darah
sehingga dikatakan sebagai faktor penyebab hipertensi.
2. Etiologi yang tidak dapat di ubah yaitu :
a. Usia: Semakin tua seseorang, semakin besar kemungkinan
ia akan mengalami tekanan darah tinggi, terutama meningkatkan
pembacaan sistolik. Hal ini terutama disebabkan oleh arteriosklerosis,
atau "pengerasan pembuluh darah."
b. Ras: Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa orang
Amerika Afrika mengalami penyebab tekanan darah tinggi lebih tinggi
daripada Kaukasia.
c. Status sosial ekonomi: tekanan darah tinggi ditemukan
lebih umum di antara kelompok sosial ekonomi yang kurang
berpendidikan dan lebih rendah.
d. Riwayat keluarga (keturunan): Kecenderungan untuk
memiliki tekanan darah tinggi muncul untuk berjalan dalam keluarga
yang pernah menderita.
e. Gender: Umumnya pria memiliki kemungkinan lebih
besar meningkatnya tekanan darah tinggi daripada wanita. kemungkinan
ini bervariasi menurut umur dan di antara berbagai kelompok etnis.
Menurut Yayasan Jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa
penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu
hipertensi primer (essensial) merupakan tekanan darah tinggi yang
disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas
terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolestroemia, emosi yang
terganggustress dan merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan
tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal,
penyakit ginjal, toximia gravidarum, peningkatan tekanan intra crnial, yang
disebabka tumor otak, dan pengaruh obat tertentu misal obat kontrasepsi.
2.5 Patofisiologi
Menurur Smeltz dan Bare (2002 : 898) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada
medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla kegangglia
simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk inplus yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf simpatis. Pada titik
ganglion ini neuron prebanglion melepaskan aseah melalui sistem syaraf simpatis.
Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf paska gangglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya
nere frineprine mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Factor dari kecemasan dan ketakutan dapat mempengaryhi espon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokontriktif yang menyebabkan vasonkontriksi
pembuluh darah akibat darah yang keginjal menjadi berkuang/menurun dan
berakibat diproduksinya rennin, renin akan merangsang pembentukan angiotensasi
I yang kemudian diubah menjadi angiontesis ii yang merupakan vasokotriktor yang
kuat yang merangsang sekresi aldesteron oleh cirteks drenal dimana hormone
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan
menyebabkan penngkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan
hipertensi.
Gambar :
2.6 Faktor Resiko
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009). Hipertensi lebih banyak terjadi
pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Marliani, 2007).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani
secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat.
Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut.
Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter
(2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah
produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu
kehilangan dayapenyesuaian diri.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)
dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak
arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalamiateriosklerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans
and Women’s Hospital, Massachussettsterhadap 28.236 subyek yang
awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%
merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek
terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Hans Petter, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung
dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.15
7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal
di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
2.7 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjad tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat I
Tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan
sistem kardiovaskuler.
2. Tingkat II
Tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskular, tetapi tanpa adanya
gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain.
3. Tingakt III
Tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari kerusakan dan
gangguan faal dari target organ.
Sedangkan JVC VII, klasifikasi hipertensi adalah :
a. Kategori Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
b. Normal < sbp = “sistole” = pressure =”DBP”>= 160 dan DBP>=100
(mmHg)
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6
tingkat yaitu hipertensi perbatasan (Borderline) yaitu tekanan darah diastolik,
normal kadang 90-100mmHg. Hipertensi ringan tekanan diastolik 90-140
mmHg. Hipertensi sedang tekanan darah diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi
berat tekanan darah diastolik >115 mmHg. Hipertensi maligna/krisis yaitu
tekanan darah diastolik lebih sari 120 mmhg yang disertai gangguan fungsi
target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160
mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA
RS Harapan Kita (2003 :630 yaitu hipertensi emergensi akut, memnbahayakan
jia, hal terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah
hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan
tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam
waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan
menimbulkan efek ischemik pada organ tarket.
2.8 Manifestasi Klinis
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 :64) mengemukakan bahwa
manifestasi klinik yang sering tiak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,
muntah, kelemahan otot, epiktaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.
FKUI (1990 : 210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi esensial
kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala terjadi komplikasi pada orga target
seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami
gejala dengan sakit kepala, epiktaksis.
2.9 Prognosa
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia,
intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit
hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi
pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani
(Fauci AS et al, 1998).
Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas
empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita pre-
menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah
menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi
glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan
angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin
(Fauci AS et al, 1998).
2.10 Diagnosa
No Diagnosa Medis Diagnosa Keluarga / Gerontik
Diagnosa Komunitas
1. Hipertensi Peningkatn penyakit
hipertensi di desa
suka asih Rt/Rw
01/06 berhubngan
dengan
ketidaktahuan
masyarakat dalam
merawat keluarga
2 Resiko tinggi
terjadinya
komplikasi pada
masyarakat/penderita
hipertensi Di RT 1
RW 6 kelurahan
Suka Asih
berhubungan dengan
ketidaktahuan
masyarakat/penderita
hipertensi untuk
melakukan
perawatan
lingkungan tentang
hipertensi.
2.11 Penanganan Masalah Kesehatan
No Medis Komplementer terapi: al : Herbal
1 1. Alpa
2. Blocker
3. Clonidin
4. Vasodilator
5. Diuretika
6. beta blocker.
a. Diet
b. Latihan fisik
c. Menghindari factor
resiko
d. Edukasi psikologis
e. Tekhnik biofeedback
f. Tekhnik relaksasi
g. Pendidikan kesehatan
h. Hindari merokok
i. Pemberian obat herbal
seperti ;
a. Mentimun
b. belimbing
2.12 Sistem Rujukan
2.13 Promosi Kesehatan pada Masalah Kesehatan (Kasus)1. Primer
Semua aktivitas yang diajukan untuk pencegah timbulnya tekanan darah tinggi yang berisiko untuk jadi hipertensi atau pada populasi umum.
2. SekunderMenemukan pengidap hipertensi sedini mungkin, misalnya dengan melakukan pemeriksaan tekanan darh seminggu dua kali pada populasi yang beresiko tinggi. Dengan demikian pasien hipertensi yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel.
3. Tertier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi
itu, usaha ini meliputi :
a. Mencegah terjadinya komplikasi
b. Mencegah progresi daripada komplikasi itu supaya tidak menjadi
kegagalan organ.
c. Mencegah kecacatan tubuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Kelurahan Suka Asih Di RT 01 RW 06 terdapat penduduk yang
menderita hipertensi berjumlah 330 orang, 45 % wanita yaitu sebanyak 130
orang dan 55 % laki-laki sebanyak 180 orang. Dari jumlah penduduk yang
menderita hipertensi tersebut sebanyak 150 orang (70 %) usia lansia dan 30%
usia dewasa sebanyak 90 orang,. Dari penduduk yang menderita hipertensi
sebanyak 219 orang (70%), sangat sedikit sekali penderita hipertensi mengetahui
apa itu hipertensi dan bangaimana menjaga lingunganya dengan baik, hanya 50
orang (10%) ke tenaga kesehatan, dikarenakan penghasilan rata rata lansia <
UMR sebanyak 150 kepala kelurga. Masyarakat di desa tersebut memiliki
pendidikan yang kurang, terdapat lulusan SD sebanyak 135 orang, lulusan SLTP
sebanyak 90 orang. Dan terdapat masyarakat di desa kelurahan suka asih
mempunyai darah rendah (hipotensi) berjumlah 100, 60% wanita yaitu 60 orang
dan 40% laki-laki sebanyak 40 orang. Sangat sedikit sekali masyarakat yang
mengenal makanan sehat untuk menurunkan darah rendah hipotensi. Asuhan
keperawatan ini menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian
status kesehatan masyrakat, rumusan diagnosa keperawatan dan perencanaan
asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan juga dapat melibatkan
kader kesehatan tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.
3.2 Peran Perawat
1. Sebagai pemberi pelayanan dimana perawat akan memberikan pelayanan
keperawatan langsung adan tidak langsung pada klien dengan mengunakan
pandekatan proses keperawtan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Sebagai pendidik, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dengan resiko tinggi atau dan kader kesehatan.
3. Sebagai pengelola perawat akan merencanakan, mengorganiasasi,
menggrakkan dan mengevaluasi pelayanan keperawatan baik langsung maupun
tidak langsung dan menggunakan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan
keperawatan komunitas.
4. Sebagai konselor, perawat akan memberikan konseling atau bimbingan kepada
kader, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas dan
kesehatan ibu dan anak.
5. Sebagai pembela klien (advocator) perawat harus melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas.
6. Sebagi penilti perawat melakukan penelitian untuk mengembangkan
keperawatan komunitas dalam rrangka mengefektifkan desa siaga.
3.3 Data Inti komunitas meliputi ;
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
A. Lokasi :
1) Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Barat
2) Kabupaten/ kotamadya : Bandung
3) Kecamatan : Cileunyi
4) Kelurahan : Suka Asih
5) Rw : 01
6) Rt : 06
7) Luas wilayah : 5.110 m2
8) Batas wilayah/wilayah
a) Utara : Jalan raya asri
b) Selatan : RT 02 /RW 04
c) Barat : RT 08
d) Timur : RT 15/ RW 03
e) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
f) Pemukiman : 4550 m2.
2. Data demografi
a. Jumlah penderita hipertensi : 330 orang
b. Jumlah penderita TB Paru : 65 orang
c. Jumlah penderita asma : 20 orang
d. Jumlah penderita DM : 100 orang
A. Berdasarkan jenis kelamin
1) Laki-laki : 180 orang (55 %)
2) Perempuan : 130 orang (45 %)
B. Berdasarkan kelompok penderita hipertensi
1) Anak-anak : -
2) Remaja : -
3) Dewasa : 330 orang (50 %)
4) Lansia : 90 orang (30 %)
5) Ibu hamil : -
C. Berdasarkan agama
1) Islam : 20 orang (80%)
2) Kristen : 30 orang (10%)
3) Hindu : 15 orang (5%)
4) Budha : 15 orang (5%)
5) Konghucu : -
6) Katolik : -
D. Berdasarakan suku bangsa
1) Jawa : 210 orang (70%)
2) Madura : 75 orang (25%)
3) Sunda : 9 orang (3%)
4) WNI keturunan : 6 orang (2%)
3. Jumlah penderita hipertensi : 330 orang
1. Suku bangsa
a) Jawa : 231 orang (70%)
b) Sunda : 10 orang (3%)
c) WNI keturunan : 7 orang (2%)
2. Status perkawinan
a) Kawin : 195 orang (65%)
b) Tidak kawin : 60 orang (20%)
c) Duda : 30 orang (10%)
d) Janda : 15 orang (5%)
Data sub sistem
1. Data lingkungan fisik
A. Sumber air dan air minum
1) Penyediaan Air bersih
a) PAM : 180 orang (60%)
b) Sumur : 120 orang (40%)
c) Sungai : -
2) Penyediaan air minum
a) PAM : 150 orang (50%)
b) Sumur : 90 orang (30%)
c) Sungai : -
d) Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)
3) Pengolahan air minum.
a) Masak : 300 orang (100%)
b) Tidak dimasak : -
4) Pengelolaan air minum
a) Selalu dimasak : 300 orang (100%)
b) Air mentah : -
B. Saluran pembuangan air/sampah
1) Kebiasaan membuang sampah
a) Diangkut petugas : 30%
b) Dibuang sembarangan : 70%
2) Pembuangan air limbah
a) Got/parit : 100%
b) Sungai : -
3) Keadaan pembuangan air limbah
a) Baik/lancar : 25%
b) Kotor : 75%
C. Jamban
1) Kepemilikan jamban .
a) Memiliki jamban : 80%
b) Tidak memiliki jamban : 20%
2) Macam jamban yang dimiliki.
a) Septitank : 75%b) Disungai : 25%
3) Keadaan jamban a) Bersih : 45%b) Kotor : 55%
D. Keadaan rumah1) Tipe rumah
a) Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
b) Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
c) tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)
2) Status rumah
a) Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)
b) Kontrak : 120 orang (40%)
3) Lantai rumah
a) Tanah : 30 orang (10%)
b) Papan : 90 orang (30%)
c) Tegel/keramik : 180 orang (60%)
4) Ventilasi a) Ada : 240 orang (80%)
b) Tidak ada : 60 orang (20%)
5) Luas kamar tidur a) Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
b) Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
6) Penerangan rumah oleh matahari a) Baik : 120 orang (40%)
b) Cukup : 150 orang (50%)
c) Kurang : 30 orang (10%)
7) Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
a) Memiliki : 240 orang (80%)
b) Tidak memiliki : 60 orang (20%)
8) Pemanfaatan pekarangan
a) Ya : 270 orang (90%)
b) Tidak : 30 orang (10%)
2. Fasilitas umum dan kesehatan
A. Fasilitas umum
1) Sarana kegiatan kelompok
a) Karang taruna : 1 kelompok
b) Pengajian : 2 kelompok
c) Ceramah agama : 1 kelompok
d) PKK : 1 kali per bulan
2) Tempat perkumpulan umum
a) Balai desa : ada (1 buah)
b) Dukuh : ada (1 buah)
c) RW : ada (1 buah)
d) RT : ada (1 buah)
e) Masjid/Mushola : ada (2 buah)
B. Fasilitas kesehatan
1) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
a) Puskesmas : 150 orang (50%)
b) Rumah sakit : 50 orang (16,6%)
c) Para dokter swasta : 25 orang (8,3%)
d) Praktek kesehatan lain : 75 orang (25%)
2) Kebiasaan check up kesehatan
a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
b) Jarang : 210 orang (70%)
3). Ekonomi
A. Karekteristik pekerjaana) PNS/ABRI : 60 orang (20%)
b) Pegawai swasta : 60 orang (20%)
c) Wiraswasta : 30 orang (10%)
d) Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)
B. Penghasilan rata-rata perbulan
a) < dari UMR : 150 orang (50%)
b) UMR – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
c) > dari UMR : 60 orang (20%)
C. Pengeluaran rata-rata perbulan
a) < dari UMR : 165 orang (55%)
b) UMR – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
c) > dari UMR : 30 orang (10%)
D. Kepemilikan usaha
a) Toko : 30 orang (10%)
b) Warung makanan : 15 orang (5%)
c) UKM : 9 orang (3%)
d) Tidak punya : 246 orang (82%)
4. Keamanan dan transportasi
A. Keamanan
1) Diet makan
a) Kebiasaan makan makanan manis : 70% ( 210 org )
b) Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% ( 60 org )
c) Lain-lain : 10% ( 30 org )
2) Kepatuhan terhadap diet
a) Patuh : 25% ( 75 org )
b) Kadang-kadang : 30% ( 90 org )
c) Tidak patuh : 45% ( 135 org )
B. Kebiasaan berolah raga
a) Sering : 15% ( 45 org )
b) Kadang-kadang : 40% ( 120 org )
c) Tidak pernah : 45% ( 135 org )
C. Kebiasaan sehari-hari
1) Memakai alas kaki
a) Setiap saat : 60% ( 180 org )
b) Saat di luar rumah : 30% ( 90 org )
c) Jarang memakai : 10% ( 30 org )
2) Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
a) Sering : 10% ( 30 org )
b) Kadang-kadang : 15% ( 40 org )
c) Tidak pernah : 75% ( 225 org )
D. Transportasi
1) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum, ambulan
2) Alat transportasi yang dimiliki
a) Sepeda : 90 orang (30%)
b) Motor : 120 orang (40%)
c) Mobil : 6 orang (2%)
d) Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
a) Angkutan umum : 165 orang (55%)
b) Kendaraan pribadi : 135 orang (45%)
5. Politik dan pemerintahan
A. Struktur organisasi : ada
1) Terdapat kepala desa dan perangkatnya.
2) Ada organisasi karang taruna
B. Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti,
posyandu)
C. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu
puskesmas
D. Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit hipertensi : belum ada
E. Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : belum ada
6. Sistem komunikasi
A. Fasilitas komunikasi yang ada
a) Radio : 225 orang (75 %)
b) TV : 165 orang (55 %)
c) Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
d) Majalah/koran : 135 orang (45%)
B. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM
a) Poster tentang hipertensi : ada
b) Pamflet tentang penanganan hipertensi : ada
c) Leaflet tentang penanganan hipertensi : ada
C. Kegiatan yang menunjang kegiatan hipertensi
a) Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan
dari Puskesmas : ada tapi jarang
7. Pendidikan
A. Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
a) SD : 135 orang (45%)
b) SLTP : 90 orang (30%)
c) SLTA : 60 orang (20%)
d) Perguruan tinggi : 15 orang (5%)
8. Rekreasi
A. Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun – alun.
B. Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama kader
kesehatan RT 01 RW 06 Kelurahan Suka Asih.
3.4 Analisa Data
No Pengelompokan Data Etiologi Masalah1. Ds :
Dari hasil wawancara di dapat sangat sedikit masyarakat ang mengetahu tentang hipertensi.
Do :
- . Masyarakat di desa tersebut memiliki pendidikan yang kurang, terdapat lulusan SD sebanyak 135 orang, lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- Penyuluhan kader dari masyarakat dan petugas kesehatan dari puskesmas jarang ada.
Pengetahuan yang kurang
Ketidaktahuan terhadap hipertensi Di RT 01 RW 06 kelurahan Suka Asih
2. Ds:
Dari hasil wawancara didapat
ketidak patuhan masyarakat
untuk melaksanakan check up
kesehatan sebanyak 50 orang
(10%)
Do:
- Sebanyak 210 orang jarang check up/bulan
-Lulusan SD sebanyak 135 orang
- Penghasilan < UMR sebanyak
150 orang
Faktor penghasilan
yang rendah
Ketidakpatuhan
masyarakat/penderita
hipertensi
melaksanakan check
up kesehatan Di RT
01 RW 03 kelurahan
Suka Asih
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatn penyakit hipertensi di desa suka asih Rt/Rw 01/06 berhubngan
dengan ketidaktahuan masyarakat dalam merawat keluarga.
2. Resiko tinggi terjadinya komplikasi pada masyarakat/penderita hipertensi Di
RT 1 RW 6 kelurahan Suka Asih berhubungan dengan ketidaktahuan
masyarakat/penderita hipertensi untuk melakukan perawatan lingkungan
tentang hipertensi.
3.6 Prioritas Masalah
No Diagnosa keperwatan Pentingnya Penyelesaian Masalah
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Perubahan positif untuk penyelesaian di komunitas
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Penelesaian untuk peningkatan kualitas hidup
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Score
1. Peningkatn penyakit
hipertensi di desa
suka asih Rt/Rw
01/06 berhubngan
dengan ketidaktahuan
masyarakat dalam
merawat keluarga.
3 3 3 9
2. Resiko tinggi
terjadinya
komplikasi
pada
masyarakat/pend
erita hipertensi
Di RT 1 RW 6
kelurahan Suka
Asih
berhubungan
dengan
ketidaktahuan
masyarakat/pend
erita hipertensi
untuk
3 3 1 7
melakukan
perawatan
lingkungan
tentang
hipertensi.
3.3 Rencana Penanganan Masalah Kesehatan Melalui Peran Perawat (NCP)
N
o
Dx Keperawatan
Komunitas
Tujuan Indicator
pencapaian
(dalam
presentase)
Sasaran Rencana
Kegiatan
Hari,
tanggal
Tempat Metode Media Evaluasi
Kriteria Standar
1. Peningkatn
penyakit
hipertensi
di desa
suka asih
Rt/Rw
01/06
berhubngan
dengan
ketidaktahu
an
masyarakat
dalam
merawat
keluarga :
Terdapat
orang
lansia
Tujuan Umum:
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 6
minggu
diharapkan
penderita
hipertensi
berkurang dari
50% menjadi
30%
Tujuan khusus:
Setelah
mengikuti
penyuluhan
selama 3x 60
1. 30%
warga yang
mengalami
hipertensi
mengerti
tentang :
Penyakit
hipertensi.
Tanda dan
gejala
hipertensi.
Pencegaha
n
hipertensi
Pola
makan
yang baik
1. Kader
kesehatan
masyarakat
dan
masyarakat
yang
menderita
hipertensi.
2. Semua
penderita
hipertensi
di RT 01
RW 06
kelurahan
Suka asih.
1. Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
masyarakat
2. Lakukan
pendidikan
kesehatan
tentang
pola makan
yang baik
dan sehat
untuk
penderita
hipertensi
Jumat,
15 April
2014
Balai
Desa
Penyuluhan LCD, Toa,
laptop,
flipchart,
power-
point
Verbal - Memberikan penjelasan
tentang penyakit
hipertensi
- Memberikan Penjelasan
tentang pola makan
yang baik dan benar
untuk penderita
hipertensi.
- Memberikan penjelasan
tentang lingkungan
yang baik terhadap
penyakit hipertensi.
(70%)
mengalami
hipertesi di
kelurahan
Suka asih.
Keluraha
n Suka
Asih Di
RT 01
RW 06
terdapat
penduduk
yang
menderit
a
hipertensi
berjumla
h 330
orang,
45 %
menit
masyarakat
suka asih
mampu
memahami:
Pengertian
hipertensi
Tanda dan
gejala
hipertensi
Pencegaha
n
hipertensi
Pola
makan
yang baik
untuk
penderita
hipertensi.
untuk
penderita
hipertensi.
wanita
yaitu
sebanyak
130
orang dan
55 %
laki-laki
sebanyak
180
orang.
2 Resiko tinggi
terjadinya
komplikasi pada
masyarakat/pend
erita hipertensi
Di RT 1 RW 6
kelurahan Suka
Asih
berhubungan
dengan
ketidaktahuan
Tujuan
Umum :
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
dalam waktu 6
minggu tidak
terjadi tanda -
tanda
komplikasi
2 10% wrga
pengidap
hipertensi
mau berobat
memeriksak
an
kesehatanny
a ke tenaga
kesehatan
1. Semua
penderita
hipertensi
di RT 01
RW 06
kelurahan
Suka
Asih
1. Berikan
health
education
pada
penderita
hipertensi
tentang cara
pencegahan
terjadinya
komplikasi
hipertensi.
Jumat,
15 April
2014
Balai
Desa
Penyuluhan LCD, Toa,
laptop,
flipchart,
power-
point
Verbal
dan
Afektif
1. Memberikan penjelasan
tentang pencegahan
terjadinya komplikasi
Hipertensi.
2. Mengajarkan cara
merawat penyakit hipertensi
agar tidak terjadi
komplikasi.
3. Mengajarkan penderita
untuk menanam tanaman
herbal.
masyarakat/pend
erita hipertensi
untuk melakukan
perawatan
lingkungan
tentang
hipertensi.
berhubungan
dengan :
Kelura
han
Suka
Asih
Di RT
01
RW
06
terdap
at
pendu
pada penderita
Tujuan
Khusus :
Setelah
mengikuti
penyuluhan
selama 3x 60
menit
masyarakat
suka asih
mampu
memahami:
Cara
pencegahan
terjadinya
komplikasi
pada
hipertensi.
Penderita
hipertensi
mengerti
cara
2. Ajarkan
kepada
penderita
hipertensi
maupun
keluarganya
merawat
penyakit
hipertensi di
rumah.
3. Menganjurk
an penderita
hipertensi
untuk
menanam
tanaman
herbal
duk
yang
mende
rita
hiperte
nsi
berju
mlah
330
orang,
45 %
wanita
yaitu
sebany
ak 130
orang
dan 55
%
laki-
perawatan di
keluarga.
Mengajukan
penderita
hipertensi
untuk
menanam
tanaman
herbal
seperti
mentimun
dan
belimbing.
laki
sebany
ak 180
orang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi.
Kelurahan Suka Asih Di RT 01 RW 06 terdapat penduduk yang menderita
hipertensi berjumlah 330 orang, 45 % wanita yaitu sebanyak 130 orang dan 55 %
laki-laki sebanyak 180 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita hipertensi
tersebut sebanyak 150 orang (70 %) usia lansia dan 30% usia dewasa sebanyak 90
orang,. Dari penduduk yang menderita hipertensi sebanyak 219 orang (70%),
sangat sedikit sekali penderita hipertensi mengetahui apa itu hipertensi dan
bangaimana menjaga lingunganya dengan baik, hanya 50 orang (10%) ke tenaga
kesehatan, dikarenakan penghasilan rata rata lansia < UMR sebanyak 150 kepala
kelurga. Dan terdapat masyarakat di desa kelurahan suka asih mempunyai darah
rendah (hipotensi) berjumlah 100, 60% wanita yaitu 60 orang dan 40% laki-laki
sebanyak 40 orang.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagian besar belum terlalu
mengetahui Hipertensi dan bagaimana cara merawat keluarga dengan penyakit
hipertensi dan hipotensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ode, Sarif La. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : uha Medika
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru, Jakarta : Gramedia
Nugroho, Irmawan Andri. 2012. Efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnotreapi terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Jurnal ilmiah kesehatan
keperawatan, volume 8, no.2 juni 2012.
Rahajeng, Ekawati. 2009. Prevalensi hipertensi dan determinannya di indonesia. Maj
kedokteran indonesia, volume : 59, nomor : 12, desember 2009.
Sugiharto, aris. 2007. Faktor-faktor resiko hipertensi grade 1 pada masyarakat.
Chandrasoma, P., Taylor, C. R. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: EGC